uji aktivitas penghambatan pembentukan batu ginjal (anti...

88
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti Nefrolitiasis) Ekstrak Etanol dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Tikus Putih Jantan SKRIPSI SEKAR ANGGRAENI 108102000047 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JANUARI 2013

Upload: vuongduong

Post on 22-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti Nefrolitiasis) Ekstrak Etanol dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Tikus Putih Jantan

SKRIPSI

SEKAR ANGGRAENI 108102000047

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA JANUARI 2013

Page 2: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti Nefrolitiasis) Ekstrak Etanol dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Tikus Putih Jantan

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

SEKAR ANGGRAENI 108102000047

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA JANUARI 2013

Page 3: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 4: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 5: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : SekarAnggraeni Program Studi : Farmasi Judul : Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal

(Anti Nefrolitiasis) Ekstrak Etanol dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Tikus Putih Jantan

Herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional untuk mengatasi batu ginjal serta diuretik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penghambatan pembentukan batu ginjal oleh ekstrak etanol dari herba pegagan pada tikus putih jantan. Pemberian ekstrak etanol herba pegagan diberikan secara per oral dengan variasi dosis yaitu dosis rendah = 250 mg/ kg BB; dosis sedang = 500 mg/kg BB; dosis tinggi = 1000 mg/kg BB serta menggunakan batugin elixir 0,54 mL/200g BB sebagai kontrol positif. Pemberian ekstrak etanol dan batugin elixir dilakukan sebelum pemberian penginduksi batu ginjal. Setelah itu tikus diinduksi oleh etilen glikol 0,75% dan amonium klorida 2% dengan volume 12 mL/200 g BB / hari. Perlakuan tersebut dilakukan selama 10 hari. Aktivitas penghambatan pembentukan batu ginjal yang terdapat pada ekstrak etanol herba pegagan diamati dengan melihat daya hambatnya terhadap pembentukan kristal kalsium oksalat.Pada akhir perlakuan ginjal tikus diambil dan dilakukan analisis karakteristik ginjal, dihitung rasio bobot ginjal terhadap berat badan tikus dan dianalisis kadar kalsiumnya. Karakteristik ginjal meliputi warna, bentuk,dan ukuran. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan ekstrak etanol herba pegagan dosis 500 mg/kg BB lebih efektif dalam menghambat pembentukan batu ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000 mg/kg BB, dengan persentase penghambatan batu ginjal sebesar 31,25% serta mampu menurunkan rasio bobot ginjal mencapai 22,92%. Hasil ini tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol normal dan kontrol positif pada taraf uji 0,05. Ini membuktikan ekstrak etanol dari herba pegagan dapat menjadi alternatif upaya preventif batu ginjal.

Kata kunci : pegagan, Centella asiatica (L.) Urban, etilen glikol, batu ginjal, anti nefrolitiasis.

Page 7: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Sekar Anggraeni Program Study : Pharmacy Title : Anti Nefrolithiasis Activity Test Ethanol Extract of

Centella asiatica Herb on White Male Rats

People believe that Centella asiatica L. is the traditional medicine to cure kidney disease and diuretic. This research aims at finding out the kidney stone inhibition activity ethanol extract of pegagan herb on white male rats. Ethanol extract treatment is given orally with varied doses with the lowest dose of = 250 mg/ kg BB; the medium dose of = 500 mg/kg BB; and highest dose of = 1000 mg/kg BB and using batugin elixir 0,54 mL/200g BB as positive control. The ethanol extract of Centella asiatica L. and batugin elixir treatments are carried out before the treatment of kidney stone induction. After that, rats are inducted with 0,75% of ethylene glycol and 2% of ammonium chloride with the volume of 12 mL/200 g BB / day. The treatment is carried out in 10 days. The kidney stone inhibition activity in ethanol extract of Centella asiatica herb is examined by observing the inhibition on the forming of calcium oxalate crystal. At the end of the treatment, the rats’ kidneys are removed and the characteristic of kidneys are analyzed, kidneys weight ratio is measured against the weight of the rats and the calcium level is analyzed. The characteristic of the kidney includes color, shape and size. The result of the research shows that ethanol extract of Centella asiatica herb with the dose of 500 mg/kg BB is more effective in inhibiting the forming of kidney stones compared to the dose of 250 mg/kg BB and 1000 mg/kg BB, the dose of 500 mg/kg BB is able to inhibit the forming of kidney stone up to 31,25% and able to reduce kidney weight ratio up to 22,92%. The results do not differ significantly at the level test 0,05 with normal controls and positive controls. This proves that the ethanol extract of Centella asiatica herb can be the alternative to kidney stone prevention.

Keywords: Centella asiatica (L.) Urban, ethylene glycol, kidney stone, anti nefrolithiasis.

Page 8: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin atas rahmat dan karunia Allah SWT, Zat

Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan keistiqomahan sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas

Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti Nefrolithiasis) Ekstrak Etanol

dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Tikus Putih Jantan”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, telah banyak pihak yang

berperan dalam memberikan bantuan kepada penulis dari masa perkuliahan

sampai pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ibu Eka Putri, M.Si., Apt dan ibu Puteri Amelia, M.Farm., Apt sebagai

pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingannya

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku ketua Prodi Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Ibu Zilhadia, M.Si., Apt sebagai pembimbing akademik yang telah

membantu penulis selama menjalankan masa studi di FKIK UIN Syarif

Hidayatullaj Jakarta.

5. Seluruh staf f dan keluarga besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

umumnya dan segenap pengajar farmasi pada khususnya yang telah

memberi bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di

Prodi Studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Sahabat-sahabat satu angkatan 2008 yang telah bersama-sama berjuang

dalam menempuh studi di Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Sahabat-sahabat terbaik (Selvia, Pusya, Berty, Sukma) yang telah

berbagi dalam suka dan duka.

8. Weldy Marison yang selalu memberi semangat, doa dan motivasi

kepada penulis selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi.

9. Kedua orang tua tercinta (Ayahanda Achmad Eko Budiyanto dan

Ibunda Nuryani) serta kakak tersayang (Dimas) yang tiada hentinya

memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa penulisan

skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan kritik tetap penulis

harapkan untuk menjadikan tulisan ini lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun

sebagai tambahan informasi untuk memperkaya ilmu di kemudian hari.

Jakarta, Januari 2013

Penulis

Page 10: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 11: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................. vi

ABSTRACT ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2

1.3 Hipotesis ................................................................................. 3

1.3 Tujuan Manfaat ........................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4

2.1 Tanaman Pegagan .................................................................... 4

2.1.1 Klasifikasi Pegagan ......................................................... 4

2.1.3 Nama Daerah ................................................................. 4

2.1.4 Morfologi dan Tumbuhan ................................................ 4

2.1.5 Manfaat Pegagan ............................................................. 6

2.2 Ekstraksi .................................................................................. 6

2.2.1 Jenis–Jenis Ekstraksi ..................................................... 7

2.3 Etilen Glikol ............................................................................ 8

2.3.1 Karakteristik Etilen Glikol ............................................. 8

2.3.2 Toksisitas Etilen Glikol .................................................. 9

Page 12: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4 Batu Ginjal .............................................................................. 10

2.4.1 Jenis–Jenis Bstu Ginjal .................................................. 12

2.5 Spektroskopi Serapan Atom (SSA) .......................................... 13

2.5.1 Mekanisme SSA ............................................................. 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 15

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 15

3.1.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 15

3.1.2 Waktu Penelitian ............................................................ 15

3.2 Bahan ...................................................................................... 15

3.3 Alat .......................................................................................... 15

3.4 Prosedur Penelitian .................................................................. 16

3.4.1 Pengambilan Sampel ....................................................... 16

3.4.2 Determinasi Sampel ......................................................... 16

3.4.3 Pembuatan Simplisia ....................................................... 16

3..4.4 Pembuatan Ekstrak ......................................................... 16

3.4.5 Parameter Non-Spesifik Ekstrak ...................................... 17

3.4.5.1 Pengujian Kadar Abu ........................................... 17

3.4.5.2 Pengujian Susut Pengeringan ............................... 17

3.4.6 Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Herba Pegagan ........ 18

3.4.6.1 Pemeriksaan Flavonoid ........................................ 18

3.4.6.2 Pemeriksaan Tanin ............................................... 18

3.4.6.3 Pemeriksaan Alkaloid .......................................... 18

3.4.6.4 Pemeriksaan Saponin ........................................... 18

3.4.6.5 Pemeriksaan Terpenoid ........................................ 19

3.4.7 Persiapan Hewan Coba .................................................... 19

3.4.8 Pembuatan Sediaan Uji .................................................... 19

3.4.9 Pengujian Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu

Ginjal ............................................................................ 20

3.4.10 Analisis Karakteristik Ginjal .......................................... 22

3.4.11 Analisis Kandungan Kalsium Ginjal .............................. 22

3.4.12 Analisis Data ................................................................. 22

Page 13: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 23

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................... 23

4.1.1 Hasil Determinasi Tanaman ........................................... 23

4.1.2 Hasil Ekstraksi ............................................................... 23

4.1.3 Hasil Penapisan Fitokimia .............................................. 24

4.1.4 Hasil Pengujian Parameter Non-Spesifik Ekstrak ........... 24

4.1.4.1 Kadar Abu ......................................................... 25

4.1.4.1 Susut Pengeringan ............................................. 25

4.1.5 Hasil Analisis Karakteristik Ginjal dan Rasio Bobot

Ginjal ....................................................................................... 25

4.1.6 Hasil Pengukuran Kadar Kalsium Ginjal .......................... 27

4.2 Pembahasan ............................................................................. 29

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 38

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 38

5.2 Saran ....................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39

Page 14: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Karakteristik Etilen Glikol .............................................................. 6

3.1 Pembagian Kelompok Hewan Uji ................................................... 21

4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Herba Pegagan ............... 24

4.2 Hasil Analisis Karakteristik Ginjal .................................................. 25

4.3 Rataan Bobot Badan, Bobot Ginjal dan Rasio Bobot Ginjal ........... 26

4.4 Persentase Penurunan Rasio Bobot Ginjal ....................................... 26

4.5 Hasil Rata-Rata Kadar Kalsium Ginjal ............................................ 27

4.6 Persentase Penghambatan Batu Ginjal ............................................. 28

Page 15: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

xix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Etilen Glikol ................................................................ 8

Gambar 2. Metabolisme Etilen Glikol ......................................................... 10

Gambar 3. Mekanisme Kerja SSA .............................................................. 14

Gambar 4. Grafik Kadar Kalsium Ginjal ..................................................... 28

Gambar 5. Maserasi Herba Pegagan ........................................................... 62

Gambar 6 Pemekatan Filtrat. ..................................................................... 62

Gambar 7. Pemberian Sediaan Per Oral ...................................................... 62

Gambar 8. Proses Pembiusan ...................................................................... 62

Gambar 9. Proses Pembedahan ................................................................... 63

Gambar 10. Proses Pengukuran Ginjal ........................................................ 63

Gambar 11. Proses Destruksi ...................................................................... 63

Gambar 12. Pengukuran Kalsium Ginjal Dengan SSA ................................ 63

Page 16: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

xx UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Kerangka Konsep .................................................................... 42

Lampiran 2.Skema Kerja ............................................................................ 43

Lampiran 3 Skema Uji In Vivo .................................................................. 44

Lampiran 4. Hasil Determinasi Herba Pegagan ........................................... 45

Lampiran 5. Keterangan Tikus Laboratorium ............................................. 46

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak ............................................. 47

Lampiran 7. Penapisan Fitokimia ................................................................ 48

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Kadar Abu ................................................. 50

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Susut Pengeringan ...................................... 51

Lampiran 10. Pembuatan Sediaan Uji dan Perhitungan Dosis ..................... 52

Lampiran 11. Hasil Karakteristik Ginjal & Rasio Bobot Ginjal ................... 55

Lampiran 12. Hasil Analisis Kalsium Dengan SSA .................................... 59

Lampiran 13.Proses Penelitian .................................................................... 62

Lampiran 14. Statistik Rasio Bobot Ginjal Tikus ........................................ 64

Lampiran 15. Statistik Kadar Kalsium Ginjal Tikus ................................... 68

Page 17: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu ginjal merupakan salah satu masalah kesehatan yang

menepati urutan ketiga setelah infeksi saluran kemih dan kesehatan

kelainan prostat pada sekian banyak penyakit saluran kemih. Akibat

terburuk dari adanya batu ginjal adalah kerusakan ginjal secara permanen

(Wijaya dan Darsono, 2005).

Batu ginjal adalah batu-batu kecil yang terbentuk di dalam ginjal

akibat pengendapan yang terjadi di urin bergerak turun ke pipa kemih

(ureter). Batu ini dapat menyumbat saluran air seni (urethra) dan sewaktu

buang air kecil menyebabkan terasa nyeri serta sukar keluar. Kandungan

batu ginjal pada sekitar 80% pasien batu ginjal merupakan batu kalsium

dan kebanyakan terdiri dari kalsium oksalat dan agak jarang sebagai

kalsium fosfat. Batu ginjal kemungkinan akan terbentuk bila dijumpai satu

atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi

pembentukan batu (Dinda, 2008).

Terapi batu ginjal dapat dilakukan dengan mengubah pola makan,

penggunaan obat-obat diuretik, kalium sitrat dan operasi. Pengangkatan

batu ginjal dengan jalan operasi tentu saja memiliki resiko lebih tinggi

selain itu operasi membutuhkan biaya yang cukup besar. Batu ginjal tidak

dapat larut hanya dengan mengatur asupan makanan dan minum obat.

Obat-obatan yang digunakan hanya akan mencegah agar batu tersebut tidak

bertambah besar dan membantu pengeluaran batu ginjal secara spontan

(Saputra, 2009).

Berbagai obat tradisonal digunakan untuk mengatasi batu ginjal.

Tanaman yang telah diuji secara in vivo pada tikus putih jantan untuk

mengatasi batu ginjal diantaranya adalah tempuyung, daun kejibeling,

ketimun, kulit buah kapuk randu, bulbus bawang dayak, jintan hitam, daun

alpukat dan lobak (Choubey et al., 2010; Arnida dan Sutomo, 2008;

Page 18: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hatjzadeh et al,. 2007; Wijaya dan Darsono, 2005; Saputra, 2009). Secara

normal, pembentukan batu ginjal di hambat oleh flavonoid, kalium,

magnesium, dan asam sitrat (anonim, 2009 dan Ari W Sundoyo; Bambang

S, 2006).

Centella asiatica (L.) atau dikenal dengan nama pegagan

merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki beragam manfaat untuk

mengobati berbagai masalah kesehatan. Pegagan memiliki kandungan

asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside,

brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, centelloside, carotenoids,

hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium,

magnesium (Harborne, 1987). Herba pegagan dipilih sebagai bahan utama

karena termasuk salah satu tanaman unggulan menurut BPOM. Beberapa

penelitian telah dilakukan mengenai aktivitas herba pegagan sebagai obat

kusta, antipiretik, diuretik, immunomodulator, penyembuh luka, anti

oksidan (Winarto, 2003).

Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pegagan

mempunyai aktivitas diuretik pada dosis 500 mg/kg BB (Roopesh, 2011)

dan pada penelitian Sri Endah Suhartatik (1989) menyatakan bahwa infusa

daun pegagan mampu melarutkan batu ginjal kalsium secara In Vitro,

namun belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas

ekstrak herba pegagan dalam menghambat pembentukan batu ginjal

(anti nefrolitiasis) secara in vivo. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana pengaruh ekstrak etanol dari herba pegagan dalam

menghambat pembentukan batu ginjal secara in vivo pada tikus putih jantan

yang diberi inducer etilen glikol dan amonium klorida.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol dari herba pegagan mempunyai aktivitas

penghambatan pembentukan batu ginjal (anti nefrolitiasis) pada tikus putih

jantan yang diinduksi etilen glikol dan amonium klorida.

Page 19: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3 Hipotesis

Ekstrak etanol dari herba pegagan berkhasiat menghambat

pembentukan batu ginjal pada tikus putih jantan yang diinduksi oleh etilen

glikol dan amonium klorida.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti nefrolitiasis

ekstrak etanol dari herba pegagan terhadap penghambatan pembentukan

batu kalsium oksalat ginjal dengan melihat kadar kalsium ginjal tikus serta

rasio bobot ginjal.

1.5 Manfaat Penelitian

Sebagai informasi dan alternatif bagi masyarakat mengenai

penggunaan pengobatan herbal dengan menggunakan ekstrak herba

pegagan untuk pencegahan pembentukan batu ginjal.

Page 20: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pegagan

2.1.1 Klasifikasi Pegagan

Menurut Natural Remedies (2001) klasifikasi dari pegagan

(Centella asiatica L. Urban) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Umbilaferae

Family : Apiaceace

Genus : Centella

Spesies : Centella asiatica (L). Urban

2.1.2 Nama Daerah Pegagan

Cantella asiatica (L). Urban tersebar hampir diseluruh Indonesia,

sehingga memiliki nama daerah yang berbeda-beda. Misalnya saja di

Sumatera, tanaman ini mempunyai nama daerah pegaga (Aceh), daun kaki

kuda, daun penggaga, penggaga, rumput kaku kuda, pegagan, kaki kuda

(Melayu), pegago, dan pugago (Minangkabau). Sedangkan di pulau Jawa,

tanaman ini lebih dikenal dengan nama cowet gompeng, antanan, antanan

bener, antanan gede (Sunda), gagan-gagan, ganggagan,kerok batok,

panegowang, rendeng, calingan rambat, pacul gowang (Jawa),

gangagan(Madura). Adapun nama daerah tanaman ini di Nusa Tenggara

adalah Bebele (Sasak), paiduh, panggaga (Bali), kelai lere (Sawo).

Sedangkan di Maluku, tanaman ini mempunyai nama daerahnya yaitu

sarowati (Halmahera), kolotidi manora (Ternate), di Sulawesi tanaman ini

lebih dikenal dengan nama pegaga, wisu-wisu (Makassar), cipubalawo

Page 21: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Bugis), hisu-hisu (Salayar) dan di Irian mempunyai nama daerah

dogauke, gogauke, sandanan (Dalimartha, 1999)

2.1.3 Morfologi dan Penyebaran

Pegagan merupakan tumbuhan terna menahun tanpa batang, tetapi

dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap dengan panjang

1-80 cm, akar keluar dari setiap bonggol, banyak cabang yang membentuk

tumbuhan baru. Helai daun tunggal berbentuk gimjal. Tepinya bergerigi

atau beringgit, dengan penampang 1-70 cm tersusun dalam roset yang

terdiri atas 2-10 helai umumnya dengan tulang daun menjari, ujung daun

membundar, permukaan daun umumnya licin kadang-kadang agak

berambut. Bunga berwarna putih atau merah muda, tersusun dalam

karangan berupa payung, tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari ketiak

daun. Gagang perbungaan 5 mm sampai 50 mm, lebih pendek dari tangkai

daun. Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping

bergagang pendek; daun pelindung 2, panjang 3 mm sampai 4 mm, bentuk

bundar telur; tajuk berwarna merahlembayung, panjang 1 mm sampai 1,5

mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan

tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning

kecoklatan dan berdinding agak tebal. Buah kecil bergantung yang

bentuknya lonjong/pipih, baunya wangi dan rasanya pahit (Vademikum

Depkes, 1989).

2.1.4 Kandungan Kimia Pegagan

Pegagan memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside,

isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside,

madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin,

vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium,

kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside

merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat

vellarine yang ada memberikan rasa pahit (Harborne, 1987).

Page 22: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.5 Manfaat Pegagan

Daunnya merupakan obat yang resmi di berbagai Farmakope.

Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal sebagai obat untuk

menyembuhkan sariawan mulut. Tanaman ini juga bisa dipakai sebagai

obat kusta, sebagai anti infeksi,antitoksik, penurun panas dan peluruh air

seni. Selain itu juga dapat dibuat sebagai bahan injeksi dimana bahan aktif

ini dapat menghancurkan pertahanan kusta, borok berforasi dan luka pada

jari tangan serta luka awal pada mata. Aktivitasnya dimungkinkan oleh

larutnya bahan lilin yang menyembunyikan bacil kusta sehingga menjadi

getas dan akibatnya badan dengan mudah dapat membunuh penyakit

bersama obat. Kegunaan lainnya adalah untuk mengobati keracunan

arsenik, hipertensi, ambeien, mata merah, bengkak, sakit kepala, muntah

darah, batuk darah, batu ginjal, infeksi hepatitis, campak (measles), batuk,

mimisan dan penambah nafsu makan (Winarto, 2003).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan masa zat

aktif yang semula berada didalam sel tanaman ditarik oleh cairan hayati.

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor, seperti sifat dari

bahan mentah tanaman dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode

ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak dari tanaman. Sifat

dari bahan mentah tanaman merupakan faktor utama yang harus

dipertimbangkan dalam memperoleh metode ekstraksi (Harbone J.B.,

1999). Metode dasar penyarian adalah maserasi, perkolasi, soxhletasi.

Pemilihan terhadap ketiga metode tersebut disesuaikan dengan

kepentingan dalam memperoleh sari yang baik (Anonim, 1986)

Page 23: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.1 Jenis-Jenis Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut:

(Depkes RI Dirjen POM, 2000)

2.2.1.1 Cara dingin

• Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperature ruangan (kamar). Secara tekhnologi termasuk estraksi

dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.

Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu

( terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan

pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterunya.

• Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Ekstrak

ditampung sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1 – 5 kali

bahan.

2.2.1.2 Cara panas

• Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3 – 5 kali sehingga dapat

termasuk proses ekstraksi sempurna.

• Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

yang umunya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinyu dengan jumlah pelarut ralatif konstan dengan adanya pendingin

balik.

• Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu )

pada temperatur yang lebih tiggi dari temperatur ruangan, yaitu secara

umum dilakukan pada temperatur 40 – 50o˚C

Page 24: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

• Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas

air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

terukur 96 – 98oC) selama waktu tertentu 15 – 20 menit.

• Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur

sampai titik didih air.

2.3 Etilen Glikol

Etilen glikol adalah senyawa kimia turunan yang dibuat dari sekian

banyak prouduk kimia komersial, termasuk polietilen tereftalat (PET) resin,

polyester resin tak jenuh, serat polyester dan polyester lapis. Etilen glikol

digunakan sebagai cairan anti pembekuan, penghilang es, pelapis

permukaan, pemindah panas, pendingin industri, hidrolik, surfaktan dan

pengemulsi. Khalayak umum atau konsumen sering terpapar etilen glikol dari

penggunaannya sebagai anti pembekuan dibidang otomotif. (Cruzan et al,

2004).

2.3.1 Karakteristik Etilen Glokol (Farmakope edisi 4)

Gambar 1. Struktur Etilen Glikol

C C

H

H

H

OH

H

HO

Page 25: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.1 Karakteristik Etilen Glikol

2.3.2. Toksisitas Etilen Glikol

Keracunan akut pada manusia dan hewan peliharaan banyak

terjadi secara tidak sengaja mengkonsumsi cairan tersebut karena rasanya

yang manis. Ginjal merupakan organ yang paling peka terhadap etilen

glikol dan merupakan target organ primer (Cruzan et al., 2004).

Keracunan etilen glikol pada ginjal terjadi pada 24-72 jam setelah

proses menelan. Keracunan ini disebabkan langsung oleh efek sitotoksik

dari asam glikolat. Etilen glikol dalam tubuh dimetabolisme menjadi

glikoaldehid dengan katalisator enzim alkohol dehidrogenase.

Glikoaldehid diubah menjadi asam glikolat, kemudian asam glikolat

dimetabolisme menjadi asam glioksalat dan akhirnya menjadi asam

oksalat. Asam oksalat berikatan dengan kalsium untuk membentuk kristal

kalsium oksalat dan terdeposit pada organ dan dapat menyebabkan

kerusakan pada berbagai organ tubuh termasuk otak, jantung, ginjal, dan

paru-paru. Akumulasi kalsium oksalat pada ginjal menyebabkan

kerusakan ginjal yang mengakibatkan oliguria dan anuria serta kegagalan

ginjal akut (Brent, 2001).

Keracunan etilen glikol memperlihatkan perbedaan kepekaan antar

spesies dan jenis kelamin setelah pemberian jangka panjang, dimana tikus

lebih peka daripada mencit dan jenis kelamin jantan lebih peka daripada

jenis kelamin betina. Etilen glikol menginduksi nefrotoksik pada tikus

yang kemungkinan berpengaruh terhadap resiko kesehatan manusia.

Etilen Glikol HOCH2CH2OH BM 62,07

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, praktis tidak berbau, sedikit kental dan higroskopis

Kelarutan Larut dalam benzene, dapat bercampur dengan air dan dengan etanol

Bobot jenis ±1,11

Page 26: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kerusakan ginjal diakibatkan oleh pembentukan Kristal kalsium oksalat

pada tubulus ginjal (Cruzan et al. 2004)

Gambar 2. Metabolisme Etilen Glikol (Brent, 2001)

2.4 Batu Ginjal

Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras

seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa

menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.

Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam

kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut

urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis)

Batu saluran kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat

ataupun kasium posfat, secara bersama dijumpai sampai sebesar 65-85% dari

Page 27: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jumlah keseluruhan batu ginjal. Secara teoritis batu dapat terbentuk di

seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami

hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau

bulibuli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel, obstruksi

infravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura dan

buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan

terjadinya pembentukan batu.

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik

maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap

berada dalam keadaan metastable (tetap larut) dalam urine jika tidak ada

keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan inti batu (nukleasi) yang

kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain

sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar,

agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran

kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih, dan

dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk

batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.

Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di

dalam urine, konsentrasi solut di dalam urine, laju aliran urine di dalam

saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang

bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas

batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat,

membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya

berasal dari batu asam urat, batu magnesium amonium fosfat, batu xanthyn,

batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-

batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang

memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Misalkan batu asam

urat mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan batu magnesium

amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Medicafarma, 2011).

Jenis batu yang sering terdapat dalam ginjal ada empat, yaitu kalsium

oksalat, struvite, asam urat, sistin. kejadian yang paling banyak terjadi adalah

pembentukan batu kalsium oksalat ( 70-75%). Biasanya batu kalsium okslat

Page 28: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan asam urat akan terbentuk karena makanan dan minuman yang banyak

mengandung kalsium oksalat dan purin, sedangkan batu struvite sering terjadi

karena ada infeksi di ginjal. Batu sistin akan terjadi bila ada gangguan

metabolisme (Coe, 2003).

2.4.1 Jenis- jenis batu ginjal (Mcphee, et al., 2007)

a) Batu Kalsium

Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak

ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor

tejadinya batu kalsium adalah:

• Hiperkasiuria: Kadar kalsium urine lebih dari 200 mg /24 jam atau

lebih dari 4 mg/kg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi

kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan

reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan

adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti

pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.

• Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram/24 jam,

banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar

konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink,

kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.

• Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam.

Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang

mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam

urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal

dari metabolisme endogen.

• Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium

membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium

dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada

penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian

diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.

• Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak

sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine

Page 29: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat

sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.

b) Batu Struvit

Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya

batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab

infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus

spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus)

yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa

melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan

garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu

magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.

c) Batu Asam Urat

Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih,

banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein

dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan

salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai

peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi

terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume

urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.

2.5 Spektroskopi Serapan Atom (SSA)

Spektroskopi Serapan Atom adalah suatu teknik yang sering

digunakan untuk menentukan konsentrasi logam tertentu dalam suatu

sampel. Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu

sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam

sampel. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai

kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya

relatif sederhana dan interferensinya sedikit. Spektroskopi serapan atom

didasarkan pada penyerapan energi sinar tampak dan ultraviolet. Dalam

garis besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan

spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaan terletak pada

bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya.

Page 30: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Metode spektroskopi serapan atom mendasarkan pada prinsip

absorbs cahaya oleh atom. Atom- atom akan menyerap cahaya pada

panjang gelombang tertentu tergantung pada sifat dan unsurnya. Cahaya

pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah

tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi elektronik suatu atom

bersifat spesifik. Dengan menyerap energi, maka atom akan memperoleh

energI sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan

energinya ke tingkat eksitasi (Gandjar, dkk., 2007).

2.5.1 Mekanisme Kerja SSA

Gambar 3. Mekanisme Kerja SSA (Gandjar, dkk., 2007).

Sumber sinar yang berupa tabung katoda berongga menghasilkan

sinar monokromatis yang mempunyai beberapa garis resonansi. Sampel

diubah fasenya dari larutan menjadi uap atom bebas di dalam atomizer

dengan nyala api yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dengan

oksigen. Monokromator akan mengisolasi salah satu garis resonansi yang

sesuai dengan sampel dari beberapa garis resonansi yang berasal dari

sumber sinar. Energi sinar dari monokromator akan diubah menjadi energi

listrik dalam detektor. Energi listrik dari detektor inilah yang akan

menggerakkan jarum dan mengeluarkan grafik. Sedangkan sistem

pembacaan akan menampilkan data yang dapat dibaca oleh grafik (Gandjar,

dkk., 2007).

Page 31: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pharmacy Drug & Research

(PDR), Laboratorium Pharmacy Natural Analyzing (PNA), Laboratorium

Pharmacy Medicinal Chemistry (PMC), Laboratorium Animal House,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Pusat Laboratorium Terpadu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, sejak bulan Juli hingga bulan

November 2012. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap

persiapan dan pelaksanaan.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bagian

tanaman pegagan kecuali akar, etanol 70% (Teknis), etilen glikol p.a

(Merck), amonium klorida p.a (Merck), eter (Merck), asam nitrat p.a

(Merck), hidrogen peroksida p.a (Merck), pereaksi drogendorf, pereaksi

mayer, Serbuk Mg, HCl pekat, amil alkohol, FeCl3, petroleum eter,

kloroform, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, larutan amoniak,

aquades dan tikus putih jantan galur Sprague dawley.

3.3 Peralatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas piala,

tabung reaksi, alat gelas, cawan petri, pipet ukur, erlenmeyer, vial, blender,

corong, timbangan analitik, timbangan tikus, lumpang, alu, kertas saring,

batang pengaduk, gelas ukur, rotary evaporator (Eyela®), kandang tikus,

sonde lambung, spuit ukuran 3 mL, seperangkat alat bedah, Atomic

Page 32: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Absorption Spechtrophotometer (Perkin Elmer 700), hot plate (Wiggen

Hauser), dan oven.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

Sampel herba pegagan (Centella asiatica L. Urban) diambil sebanyak

5 kg pada tanggal 12 mei 2012 dari kebun di sekitar wilayah Cimanggu

Bogor yang didapatkan melalui Balai Penelitian Tanaman Obat &

Aromatik, Cimanggu, Bogor.

3.4.2 Determinasi Sampel

Determinasi tanaman pegagan (Centella asiatica L. Urban)

dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi, LIPI

Cibinong.

3.4.3 Pembuatan Simplisia

Sampel herba pegagan sebanyak 5 kg dibersihkan dari kotoran yang

melekat dengan air mengalir hingga bersih, lalu ditiriskan agar terbebas

dari sisa air cucian kemudian dikeringkan pada suhu kamar. sehingga

didapatkan simplisia kering. Simplisia yang sudah kering kemudian

digiling dan diayak untuk mendapatkan serbuk halus sebanyak 700 gram,

lalu simplisia disimpan pada wadah yang kering dan tertutup rapat, serta

dalam ruangan yang terlindung dari cahaya dan kelembaban.

3.4.4 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi dingin

menggunakan etanol 70%. Sebanyak 600 gram serbuk herba pegagan yang

telah dibuat dimasukkan ke dalam wadah dan diberi pelarut etanol 70%

sebanyak 2,5 L hingga seluruh simplisia terendam (± 2,5 cm dari batas atas

simplisia) dalam wadah tertutup rapat selama 72 jam sambil sesekali

dilakukan pengocokan. untuk mencegah terjadinya kejenuhan. Setelah 72

jam disaring sehingga diperoleh ampas dan filtrat (ekstrak cair). Ampas

Page 33: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditambah kembali dengan etanol 70% secukupnya dan proses ekstraksi

dilakukan berulang-ulang sampai hasil larutan maserasi mendekati tidak

berwarna. Hasil maserasi disaring dengan kertas saring. Filtrat yang didapat

kemudian disatukan dan dipekatkan menggunakan rotavapor

(40o – 60 o C dan 50 rpm) sampai didapatkan ekstrak kental. Kemudian

dihitung rendemennya.

= ( ) ( ) %

3.4.5 Parameter Non- Spesifik Ekstrak

3.4.5.1 Penetapan Kadar Abu (Depkes RI, 2000)

Lebih kurang 2 g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang

seksama, dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan

ditara, ratakan. Pijarkan perlahan – lahan hingga arang habis, dinginkan

lalu timbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air

panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas dan

kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus,

uapkan, pijarkan hingga botol tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap

bahan yang telah dikeringkan di udara.

3.4.5.2 Penetapan Susut Pengeringan (Depkes RI, 2000)

Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 g dan dimasukkan ke

dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan

pada suhu 105°C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang,

ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol,

hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. jika

ekstrak yang diuji berupa ekstrak kental, ratakan dengan bantuan

pengaduk. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengering, buka

tutupnya, keringkan pada suhu 105°C hingga bobot botol tetap. Sebelum

setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin

dalam eksikator hingga suhu kamar.

Page 34: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.6 Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Herba Pegagan

3.4.6.1 Pemeriksaan Flavonoid

Ekstrak ditambahkan 100 mL air panas, kemudian dididihkan

selama 5 menit dan disaring dengan kertas saring. Sebanyak 5 mL filtrate

yang didapat ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium dan 1 mL HCl

pekat serta 5 mL amil alkohol, kemudian dikocok dengan kuat, dibiarkan

hingga. Terbentuknya warna dalam larutan amil alkohol menunjukkan

adanya senyawa flavonoid (Markham et al., 1970).

3.4.6.2 Pemeriksaan tannin

Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan 10 mL air panas, lalu dipanaskan di atas penangas air

bersuhu 100⁰C selama 1 jam kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat

yang didapat kemudian ditetesi dengan larutan FeCl3 1% hingga

terbentuk warna hijau tua sampai biru atau hitam (Nisma, 2011).

3.4.6.3 Pemeriksaan alkaloid

Ekstrak, dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan

1 mL HCl 2 N dan 9 mL aquadest, lalu dipanaskan di atas penangas air

bersuhu 100⁰C selama 2 menit, kemudian didinginkan dan disaring

(larutan A). Larutan A dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan 1 tetes pereaksi bauchardat, jika terbentuk endapan coklat-

hitam, maka positif terdapat alkaloid (Nisma, 2011).

3.4.6.4 Pemeriksaan saponin

Ekstrak,dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan

10 mL air panas, kemudian didinginkan lalu dikocok kuat-kuat. Jika

terdapat buih lalu didiamkan 2 menit, kemudian ditambahkan 1 tetes HCl

2 N,dikocok lagi hingga terbentuk buih yang mantap (Nisma, 2011).

3.4.6.5 Uji Terpenoid (Uji Salkowski)

Ekstrak ditambahkan 2 mL kloroform. Kemudian ditambahkan

H2SO4 (3 mL) terbentuk lapisan. Adanya warna coklat kemerahan

menunjukkan adanya terpenoid (Ayoola, et al., 2008).

Page 35: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.7 Persiapan Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan berumur

2-3 bulan dengan bobot 150-210 gram. Hewan uji yang digunakan

sebanyak 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley dibagi menjadi

6 kelompok Penentuan jumlah tikus tiap kelompok, dihitung berdasarkan

rumus Federer.

Rumus Federer : (n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (6-1) ≥ 15

6n - n - 6+1 ≥ 15

5n ≥ 20

n ≥ 4

Dimana t = jumlah perlakuan dan n = jumlah ulangan minimal dari

tiap perlakuan. Sebelum dilakukan perlakuan pada penelitian ini, hewan

uji diaklimatisasikan selama satu minggu, diberi makan pelet dan diberi

asupan minum air secukupnya. Sebelum dilakukan perlakuan uji anti

nefrolitiasis, tikus terlebih dahulu dipuasakan makan lebih kurang 16 jam.

Minum tetap diberikan.

3.4.8 Pembuatan Sediaan Uji

a) Dosis ekstrak herba pegagan yang digunakan pada uji antinefrolitiasis

ini mengacu pada dosis aktivitas diuretik ekstrak etanol pegagan yaitu

500 mg/kg BB (Roopesh, 2011). Maka dibuat sediaan uji sebagai

berikut.

1. Sediaan ekstrak etanol herba pegagan dosis rendah 250 mg/kg BB

2. Sediaan ekstrak etanol herba pegagan dosis sedang 500 mg/kg BB

3. Sediaan ekstrak etanol herba pegagan dosis tinggi 1000 mg/kg BB

Volume ekstrak herba pegagan yang diberikan pada tikus adalah 1 mL/

200 g bb yang diberikan secara per oral.

b) Dosis Batugin Sebagai Kontrol Positif

Dosis batugin yang digunakan sebagai pencegahan batu ginjal maupun

pencegahan terbentuknya kembali pasca operasi batu ginjal pada

manusia adalah 30 mL perhari, dalam 30 mL mengandung 3 g zat aktif,

Page 36: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

maka dosis batugin sebagai pencegahan pembentukan batu ginjal pada

tikus adalah 270 mg/kg BB atau maka volume batugin yang diberikan

untuk tikus adalah 0,54 mL / 200 g BB. Perhitungan pada lampiran 10.

c) Dosis Sediaan Induksi Batu Ginjal

Sediaan yang dibuat dalam percobaan ini untuk membentuk batu ginjal

pada tikus adalah etilen glikol 0,75%+ amonium klorida 2% dalam

aquadest (Saputra, 2009).

3.4.9 Pelaksanaan Pengujian Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal

Hewan coba dibagi menjadi 6 kelompok berdasarkan kesamaan bobot

badan. kelompok I ialah kelompok normal yang tidak menerima induksi

pembentukan batu ginjal, hanya diberikan makan dan minum secukupnya

saja. Kelompok II adalah kontrol negatif yang hanya diberi zat

penginduksi pembentuk batu ginjal saja. Kelompok III adalah kontrol

positif yang diberikan batugin elixir beberapa jam sebelum pemberian

induksi batu ginjal selama 10 hari. Kelompok IV, V dan VI sebagai

kelompok uji, diberi ekstrak etanol herba pegagan dengan dosis masing-

masing 250 mg/ kg BB,500 mg/kg BB, 1000 mg/kg BB secara peroral

2 jam sebelum pemberian induksi batu ginjal.

Volume peroral sediaan ekstrak herba pegagan yang diberikan kepada

tikus adalah 1 mL/200gr BB. Perlakukan tersebut dilakukan selama 10 hari.

Pada hari ke-10 setelah perlakuan tikus dipuasakan selama 16 jam hanya

diberi air minum secukupnya saja. Pada hari ke-11 tikus dilakukan

pembedahan. Tikus dimatikan terlebih dahulu dengan menggunakan eter

selanjutnya abdomen dibuka kemudian diambil ginjalnya dan dilakukan

analisa karakteristik ginjal serta analisis kadar kalsium ginjal.

Page 37: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Hewan Uji

No Jumlah

tikus

Perlakuan

1 5 Kelompok normal, tidak diinduksi.

2 5 Kelompok kontrol negatif, diinduksi etilen glikol 0,75%

+ ammonium klorida 2% dalam aquadest dengan

volume (12 mL/200 g BB) / hari.

3 5 Kelompok kontrol positif, diberi batugin elixir sebanyak

0,54 mL/200 g BB, setelah 2 jam diinduksi dengan

etilen glikol 0,75% + ammonium klorida 2% dalam

aquadest dengan volume (12 mL/200 g BB) / hari.

4 5 Kelompok uji dosis rendah diberi sediaan ekstrak herba

pegagan dosis rendah 250 mg/kg BB, setelah 2jam

diinduksi dengan etilen glikol 0,75% + ammonium

klorida 2% dalam aquadest dengan volume

(12 mL/200 g BB) / hari.

5 5 Kelompok uji dosis sedang, diberi sediaan ekstrak herba

pegagan dosis sedang 500 mg/kg BB, setelah 2 jam

diinduksi dengan etilen glikol 0,75% + ammonium

klorida 2% dalam aquadest dengan volume

(12 mL/200 g BB) / hari.

6 5 Kelompok uji dosis tinggi, diberi sediaan ekstrak herba

pegagan dosis tinggi 1000 mg/kg BB setelah 2 jam

diinduksi dengan etilen glikol 0,75% + ammonium

klorida 2% dalam aquadest dengan volume

(12 mL/200 g BB) / hari.

Page 38: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.10 Analisis Karakteristik Ginjal

Setelah perlakuan selesai, dilakukan pengamatan terhadap masing-

masing ginjal hewan coba. Secara hati-hati kedua ginjal diambil dan

kemudian dilakukan analisis ginjal. Masing-masing ginjal ditimbang,

diukur panjang dan tebalnya, dicatat karakteristik bentuk dan warna ginjal

serta dihitung rasio bobot ginjal/ 100 gr bobot tikus (Wijaya,Sumi dan

Farida L., 2009).

3.4.11 Analisis Kandungan Kalsium Pada Ginjal

Ginjal masing-masing tikus diletakkan di cawan penguap lalu

dimasukkan ke dalam oven dengan 100o C selama 24 jam. Setelah ginjal

kering, ginjal digerus di mortir kemudian dimasukkan ke dalam gelas

piala 100 ml berisi 10 mL asam nitrat pekat, biarkan selama 30 menit,

Dilakukan pemanasan mula-mula dengan pemanasan yang rendah

kemudian suhu dinaikkan perlahan-lahan. pemanasan dihentikan sebentar

dan selanjutnya diteteskan hidrogen peroksida 30% sampai bening dan

lanjutkan pemanasan sampai volume berkurang setengah dari volume

awal. Hasil destruksi didinginkan kemudian dipipet 5 ml (larutan contoh)

dan dilakukan pengenceran 10 kali dalam labu ukur 50 ml dan

dicukupkan volumenya dengan aquadest. Hasil pengenceran disaring

dengan kertas whatman dan selanjutnya diukur kadar kalsium nya dengan

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 422,7

nm (Afriyanti, Ria, dan Harun Syahriar, 2011).

3.4.12 Analisis Data

Hasil pengamatan karakteristik ginjal adalah dengan mengitung

rasio bobot ginjal semua kelompok tikus, untuk menghitung rasio bobot

ginjal tiap tikus menggunakan rumus tersebut : (Boesro S, Warya S,

Rosidana T dan Ade z. 2010)

Rasio ginjal( g100g) = Berat ginjal tikus (g)Berat badan tikus (100g)

Page 39: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sedangakan hasil data kadar kalsium pada ginjal, sebelum

dilakukan uji statistik hasil data SSA kadar kalsium pada ginjal dihitung

dengan rumus tersebut : (Afriyanti, Ria, dan Harun Syahriar. 2011)

Kadar Ca = . x Fp

Keterangan:

X = Kosentrasi yang didapat berdasarkan kurva kalibrasi (mg/L)

Y = Volume larutan contoh (L)

Z = Berat sampel (gram)

Fp = Faktor pengenceran

Kemudian data- data tersebut diuji distribusi normalnya dengan uji

Kolmogorov-Smirnov, sedangkan keseragaman variannya diuji dengan uji

Levene menggunakan taraf kepercayaan 95%. Apabila data terdistribusi

normal dan homogen dilakukan ANOVA (analisis varian satu arah) dan

jika berbeda bermakna, dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference

(LSD) dengan taraf kepercayaan 95%. Apabila data terdistribusi tidak

normal, dilakukan uji Kruskal Wallis dan jika berbeda bermakna akan

dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD) dengan taraf

kepercayaan 95%.

Page 40: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani,

Puslit Biologi, LIPI Cibinong dan diketahui bahwa sampel tumbuhan yang

diteliti adalah benar jenis tanaman pegagan ( Centella asiatica (L).Urban)

suku Apiaceae (lampiran 4).

4.1.2 Hasil Ekstraksi

Sebanyak 600 gram serbuk simplisia herba pegagan dimaserasi

dengan etanol 70%, kemudian dikentalkan dengan rotary evaporator dan

didapatkan ekstrak kental sebanyak 193,54 gram dan didapatkan rendeman

sebesar adalah 32,2%. Perhitungan rendemen terdapat pada lampiran 6.

4.1.3 Hasil Penapisan Fitokimia

Pada uji penapisan fitokimia ekstrak etanol herba pegagan diperoleh

hasil berupa kandungan metabolit sekunder. Berikut ini adalah data berupa

hasil penapisan fitokimia dari ekstrak etanol herba pegagan.

Tabel 4.1. Hasil Penapisan Fitokimia Herba Pegagan

Metabolit Sekunder Hasil

Alkaloid -

Flavonoid +

Saponin +

Tanin +

Terpenoid +

Hasil uji penapisan fitokimia terhadap herba pegagan

(Centella asiatica L.) terlihat pada tabel 4.1 menunjukkan adanya

golongan senyawa flavonoid, saponin, tannin dan terpenoid.

Page 41: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.4 Hasil Parameter Non-Spesifik Ekstrak

4.1.4.1 Kadar Abu

Uji kadar abu dilakukan dengan menggunakan alat tanur listrik

hingga ekstrak menjadi abu serta bobot tetap dan didapatkan hasil sebesar

4,13%, perhitungan terdapat pada lampiran 8.

4.1.4.2 Susut Pengeringan

Uji susut pengeringan dilakukan dengan ekstrak dikeringkan di oven

pada suhu 1050 C hingga bobot ekstrak tetap. Hasil pengujian susut

pengeringan sampel adalah sebesar 9,18% , perhitungan pada lampiran 9.

4.1.5 Hasil Analisis Karakteristik Ginjal

Setelah perlakuan selama 10 hari, tikus dimatikan dengan eter setelah

itu dibedah dan difiksasi kedua ginjalnya secara hati-hati, selanjutnya

dilakukan analisis karakteristik pada masing-masing ginjal tikus. Analisis

karakteristik ginjal dilakukan dengan cara mengamati warna ginjal, bentuk

ginjal serta ukuran panjang dan tebal ginjal dari semua kelompok hewan

uji serta perhitungan rasio bobot ginjal. Perhitungan yang lebih lengkap

mengenai rasio bobot ginjal serta persentase penurunan rasio bobot ginjal

terlampir pada lampiran 11.

Tabel 4.2 Analisis Karakteristik Ginjal

Kelompok Percobaan Warna Bentuk

Ukuran Rata-Rata

Kanan Kiri

I. Kontrol Normal Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,24 T :0,53

P :1,18 T :0,45

II. Kontrol Negatif Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,38 T :0,65

P :1,33 T :0,58

III. Kontrol Positif Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,24 T :0,60

P :1,16 T :0,52

IV. Perlakuan Dosis 250 mg/kg BB

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,36 T :0,63

P :1,32 T :0,57

V. Perlakuan Dosis 500 mg/kg BB

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,25 T :0,60

P :1,15 T :0,51

Page 42: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

VI. Perlakuan Dosis 1000 mg/kg BB

Merah kecoklatan

Seperti kacang Tanah

P :1,27 T :0,65

P :1,18 T :0,53

Keterangan: P= Panjang (cm), T= Tebal (cm)

Tabel 4.3 Rataan BobotBadan, Bobot Ginjal dan Rasio Bobot Ginjal

(Mean ± SD)

Kelompok Bobot Badan (100 g)

Bobot Ginjal (g)

Rasio Ginjal (g/100 g)

Kontrol Normal 2,11 ± 13,44 1,37 ± 0,06 0,64 ± 0,03

Kontrol (-) 1,71 ± 29,81 1,62 ± 0,24 0,96 ± 0,06

Kontrol (+) 1,51 ± 3,50 1,14 ± 0,05 0,75 ± 0,03

Uji Dosis 250 mg/kg BB 1,77 ± 17,00 1,40 ± 0,17 0,78 ± 0,04

Uji Dosis 500 mg/kg BB 1,68 ± 5,71 1,25 ± 0,03 0,74 ± 0,02

Uji Dosis 1000 mg/kg BB 1,58 ± 4,11 1,22 ± 0,49 0,75 ± 0,02

Tabel 4.4 Persentase Penurunan Rasio bobot ginjal/100 g BB

Kelompok % Penurunan Rasio bobot ginjal

Kontrol (+) 21,87 %

Uji Dosis 250 mg/kg BB 18,75 %

Uji Dosis 500 mg/kg BB 22,92 %

Uji Dosis 1000 mg/kg BB 21,87 %

Page 43: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

• Perhitungan % penurunan rasio bobot ginjal/100 g

% penurunan rasio ginjal = . . . x 100 %

1. % Penuruan rasio bobot ginjal oleh kontrol (+)

• , , , x 100% = 21,87%

2. % Penuruan rasio bobot ginjal oleh dosis 250 mg/kg BB

• , , , x 100% = 18,75%

3. % Penuruan rasio bobot ginjal oleh dosis 500 mg/kg BB

• , , , x 100% = 22,92%

4. % Penuruan rasio bobot ginjal oleh dosis 1000 mg/kgBB

• , , , x 100% = 21,87%

4.1.6 Hasil Pengukuran Kadar Kalsium Pada Ginjal

Rata-rata hasil pengukuran kadar kalsium pada ginjal pada hewan uji

diperlihatkan pada table 4.5 serta persentase penghambatan batu ginjal

terdapat pada tabel 4.6 Untuk data hasil pengukuran kadar kalsium ginjal

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12.

Tabel 4.5 Hasil Rata-Rata Kadar Kalsium Pada Ginjal (Mean ± SD )

Kelompok Kadar kalsium (mg/g)

Normal 2,54 ± 0,05

Kontrol (-) 4,00 ± 0,34

Kontrol (+) 2,69 ± 0,03

Uji dosis rendah 250 mg/kg BB 3,33 ± 0,35

Uji dosis sedang 500 mg/kg BB 2,75 ± 0,10

Page 44: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji dosis tinggi 1000 mg/kg BB 2,84 ± 0,05

Gambar 4. Kadar Kalsium Pada Ginjal. Normal, Kontrol (-), Kontrol (+), Uji 1:

Dosis 250 mg/kg, Uji 2: Dosis 500 mg/kg BB, Uji 3 : Dosis 1000 mg/kg .

Tabel 4.6 Persentase Penghambatan Batu Ginjal

Kelompok % Penghambatan Batu Ginjal

Kontrol (+) 32,75 %

Uji Dosis 250 mg/kg BB 16,75 %

Uji Dosis 500 mg/kg BB 31,25 %

Uji Dosis 1000 mg/kg BB 29 %

ï Perhitungan % penghambatan batu ginjal

% Penghambatan batu ginjal = . . . x 100 %

1. % Penghambatan batu ginjal kontrol (+)

• , , , x 100% = 32,75%

2.54

4

2.69

3.33

2.75 2.84

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

Normal kontrol (-) kontrol (+) Uji 1 Uji 2 Uji 3

(mg/

g )

Kadar Kalsium Pada Ginjal

Page 45: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. % Penghambatan batu ginjal oleh dosis 250 mg/kg BB

• , , , x 100% = 16,75%

3. % Penghambatan batu ginjal oleh dosis 500 mg/kg BB

• , , , x 100% = 31,25%

4. Penghambatan batu ginjal oleh dosis 1000 mg/kgBB

• , , , x 100% = 29%

5.2 Pembahasan

Penelitian uji aktivitas penghambat pembentukan batu ginjal ini

menggunakan sampel ekstrak herba pegagan (Centella asiatica L. ).

Herba pegagan didapatkan dari kebun di sekitar wilayah Cimanggu Bogor.

Semua bagian tumbuhan diambil seperti daun dan batang kecuali akar.

Kemudian tanaman herba pegagan dilakukan determinasi dengan tujuan

memastikan bahwa tanaman yang digunakan tersebut benar jenis pegagan

suku apiaceae, setelah itu herba pegagan dicuci dengan air mengalir, hal

ini bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang menempel di

tanaman. Herba pegagan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada

suhu kamar, tidak dilakukan dibawah sinar matahari karena jika dijemur di

bawah sinar matahari secara langsung dapat merusak senyawa-senyawa

kimia yang terkandung di dalam herba pegagan. Tujuan pengeringan

adalah untuk menghilangkan kadar air yang terdapat dalam herba dan

untuk keefektifan ekstraksi, sehingga dalam proses ekstraksi bahan telah

kering dan lebih muda berinteraksi dengan cairan pelarut. Simplisia dibuat

menjadi serbuk halus. Bahan dihaluskan dengan tujuan untuk

memperbesar permukaan yang akan bersentuhan dengan pelarut.

Pelarut yang digunakan untuk proses maserasi herba pegagan kali ini

adalah etanol 70%, karena etanol 70% merupakan pelarut yang universal

yang dapat menarik senyawa bersifat polar, semi polar dan non polar. Dari

penelitian yang telah dilakukan bahwa penyarian herba pegagan

menggunakan etanol 70% memiliki hasil penyarian yang tertinggi

Page 46: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dibandingkan dengan pelarut lain (Pramono, S. 2004). Etanol 70 % juga

lazim digunakan untuk ekstraksi simplisia kering, ini disebabkan agar

pelarut lebih mudah berpenetrasi ke dalam simplisia sehingga zat-zat yang

terdapat pada simplisia lebih mudah terekstraksi. Serbuk herba pegagan

sebanyak 600 gram dimaserasi dengan etanol 70% sehingga diperoleh

ekstrak etanol herba pegagan sebanyak 193,54 gram, sehingga

rendemennya adalah 32,2%. Pada buku Farmakope Herbal menyatakan

rendeman untuk ekstrak pegagan tidak kurang dari 7,2%. Dalam hal ini,

rendeman ekstrak etanol herba pegagan tersebut memenuhi persyaratan.

Selanjutnya dilakukan penapisan fitokimia , hal ini bertujuan untuk

mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak.

Pada ekstrak etanol herba pegagan diperoleh hasil positif mengandung

flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoid

Pengujian parameter non spesifik ekstrak etanol herba pegagan juga

dilakukan yaitu dengan menguji kadar abu dan susut pengeringan ekstrak

etanol dari herba pegagan tersebut. Kadar abu penting dilakukan karena

kadar abu dapat menunjukkan kelayakan suatu sampel untuk pengolahan

berikutnya, bila kadar abu suatu sampel tinggi, itu menyatakan bahwa

masih banyak pengotor lain seperti unsur mineral dan anorganik yang

terikut pada sampel tersebut. Selain itu kadar abu juga dapat digunakan

sebagai parameter nilai gizi suatu sampel. Berdasarkan Farmakope Herbal

kadar abu tidak boleh lebih dari 16,6% sedangkan kadar abu dari ekstrak

etanol herba pegagan tersebut sebesar 4,13%, itu menandakan ekstrak

herba pegagan tersebut masih dalam ambang batas syarat kelayakan.

Pengukuran susut pengeringan yaitu untuk mengetahui banyaknya air dan

senyawa yang mudah menguap yg masih terdapat pada ekstrak. Untuk

hasil susut pengeringan sampel ekstrak etanol herba pegagan adalah

sebesar 9,18%. Hasil tersebut masih sesuai syarat, karena nilai susut

pengeringan tidak boleh lebih dari 10%. (Reniza, Afrina Wati., 2003).

Hewan coba yang digunakan untuk penelitian uji aktivitas

penghambatan pembentukan batu ginjal ini adalah tikus putih jantan galur

Sprague-Dawley. Galur Sprague-Dawley merupakan jenis tikus yang

Page 47: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

umum digunakan untuk penelitian, mempunyai ciri berwarna putih albino,

berkepala kecil, dan ekornya lebih panjang dari badannya. Tikus yang

dipilih adalah yang berkelamin jantan, hal ini dikarenakan tikus jantan

kondisi biologisnya lebih stabil bila dibandingkan dengan tikus betina

selain itu populasi jantan lebih banyak yang mengalami batu ginjal

dibanding yang wanita.

Untuk memperkecil variabilitas antar hewan uji, maka hewan yang

digunakan harus mempunyai keseragaman bobot, yaitu memiliki berat

badan antara 150-200 gram, umur 2-3 bulan, diberi makanan dan minuman

yang sama dan dalam kondisi sehat. Pengelompokan hewan uji dilakukan

berdasarkan keseragaman bobotnya Dibagi menjadi 6 kelompok, masing-

masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih jantan. Pembagian menjadi

6 kelompok terdiri dari kelompok kontrol normal, kontrol negatif, kontrol

positif, uji 1(dosis rendah), uji 2 (dosis sedang) dan uji 3 (dosis tinggi).

Hewan uji harus diadaptasikan terlebih dahulu dengan kondisi

laboratorium selama 7 hari. Hal ini dilakukan untuk menghindari stress

pada saat perlakuan. Sebelum hewan uji diberi perlakuan, hewan uji

dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam dengan hanya diberi minum ad

libitum. Tujuan dipuasakan agar kondisi hewan uji sama dan mengurangi

pengaruh makanan yang dikonsumsi terhadap absorpsi sampel yang

diberikan. Apabila tahap persiapan telah selesai, kemudian dilakukan uji

dengan pemberian ekstrak etanol herba pegagan. Dosis ekstrak herba

pegagan untuk uji penghambatan pembentukan batu ginjal ini mengacu

pada dosis ekstrak etanol herba pegagan sebagai diuretik pada tikus putih

jantan. Dosis yang efektif sebagai diuretik adalah 500 mg/kg BB

(Roopesh, 2011).

Dosis 500 mg/kg BB sebagai dosis sedang, dan dosis rendah

merupakan ½ dari dosis sedang yaitu 250 mg/kg BB, sedangkan untuk

dosis tinggi merupakan 2x dari dosis sedang yaitu sebesar 1000 mg/kg BB.

Sebagai kontrol pembanding, digunakan batugin elixir yang telah terbukti

dapat mencegah terjadinya batu ginjal serta dapat meluruhkan batu ginjal.

Page 48: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis batugin elixir yang diberikan pada tikuus sebagai pencegah

pembentukan batu ginjal adalah dengan dosis 54 mg/200 g BB.

Batugin elixir mengandung ekstrak daun tempuyung (Sonchus

arvensis) dan ekstrak daun kejibeling (Strobilanthus crispus). Daun

tempuyung berkhasiat sebagai antikalkulus urinaria, berdasarkan

kemampuannya mengadakan relaksasi otot polos (spasmolitik) dan

tingginya kadar kalium dalam daun tersebut. Ekstrak daun tempuyung juga

dapat memecahkan atau menghancurkan batu urin atau batu saluran kemih

sehingga mempermudah pengeluarannya dari dalam tubuh. Dalam hal ini

ekstrak tempuyung langsung menghilangkan sebab dari sakit kolik atau

sakit pinggang. Daun kejibeling (Strobilanthus crispus) dikenal sebagai

obat yang sangat efektif untuk kencing batu. Kadar kalium yang tinggi

menyebabkan daun ini memiliki sifat sebagai diuretik, sehingga batu-batu

yang menyumbat saluran dapat terdorong keluar.

Pemberian ekstrak herba pegagan dan sediaan pembanding

(batugin elixir) diberikan 2 jam sebelum makan, maka diberikan sebelum

pemberian larutan induksi batu ginjal. Sediaan ekstrak herba pegagan

maupun batugin elixir diberikan satu kali sehari secara peroral dengan

menggunakan sonde lambung. Setelah pemberian sediaan uji dan batugin

elixir, kelompok uji, kontrol negatif dan kontrol positif diberi larutan

penginduksi batu ginjal yang mengandung 0,75% etilen glikol dan 2%

amonium klorida. Volume yang diberikan sebanyak12 ml/ 200 g BB / hari.

Sore harinya semua kelompok tikus diberi makan dan minum secukupnya

dengan volume seragam untuk semua kelompok. Perilaku tersebut

dilakukan kepada tikus putih jantan selama 10 hari.

Pada hari ke-10, tikus dipuasakan selama 12 jam, dimaksudkan

untuk menyeragamkan kondisi hewan uji sampai saat dilasanakannya

pembedahan. Pada hari ke-11 seluruh kelompok tikus dibedah, tikus di

anastesi terlebih dahulu dengan menggunakan eter hingga mati, lalu di

buka abdomennya dan diambil kedua ginjalnya secara hati-hati.

Selanjutnya dilakukan analisis karakteristik ginjal tikus, perhitungan rasio

bobot ginjal/100g BB dan analisis kadar kalsium ginjal tikus.

Page 49: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil analisis karakteristik ginjal tikus dari segi warna, baik

kelompok normal, kontrol negatif, kontrol positif, uji dosis rendah, sedang

dan tinggi tidak terdapat perbedaan yang mencolok, semua ginjal

kelompok hewan uji berwarna merah kecoklatan dan berbentuk seperti

kacang tanah. Pengamatan berdasarkan ukuran panjang dan tebal ginjal

terlihat bahwa kelompok kontrol negatif memiliki ukuran panjang dan

tebal yang lebih besar dibandingkan kelompok lainnya, hal ini dikarenakan

pemberian etilen glikol secara berlebih menyebabkan perubahan struktur

ginjal yang disebabkan nefrotoksik akibat kadar kalsium yang tinggi

dalam ginjal. Menurut Guyton dan Hall (1997) manifestasi dari kelainan

ginjal adalah dengan adanya perubahan struktur ginjal baik dari bentuk

maupun ukuran ginjal. Kelompok normal tidak memiliki perbedaaan

secara nyata dengan kelompok kontrol positif, kelompok uji dosis 500

mg/kg BB dan uji dosis 1000 mg/kg BB.

Selanjutnya ginjal tikus semua kelompok ditimbang dan dihitung

rasio bobot ginjal terhadap berat badan, Rasio digunakan untuk

menyetarakan atau mengkoreksi faktor bobot badan yang lebih besar akan

memiliki bobot ginjal yang besar pula begitu juga sebaliknya.

Rasio bobot ginjal/100 g BB diuji statistik dengan metoda ANOVA

serta dilanjutkan dengan LSD (Least Significant Difference) untuk

mengetahui adakah perbedaan yang bermakna atau tidak. Hasil uji statistik

menghasilkan data bahwa Rasio ginjal kelompok normal dengan

kelompok negatif, positif, uji dosis 250 mg/ kg BB, dosis 500 mg/kg BB

dan dosis 1000 mg/kg BB ada perbedaan secara bermakna pada taraf uji

0,05. Serta rasio ginjal kelompok positif dengan kelompok uji dosis

250 mg/kg BB, dosis 500 mg/kg BB dan dosis 1000 mg/kg BB tidak ada

perbedaan secara bermakna pada taraf uji 0,05 (Lampiran 14).

Rasio bobot ginjal/100 g BB rata-rata kelompok normal adalah

sebesar 0,64, sedangkan pada ginjal kelompok kontrol negatif yang

mengalami peradangan dan mengandung banyak deposit kalsium memiliki

rasio sebesar 0,96. Rasio ginjal kelompok kontrol positif mampu

menurunkan rasio ginjal mencapai 21,87% dari rasio kontrol negatif,

Page 50: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstrak etanol herba pegagan dosis 250 mg/kg BB mampu menurunkan

rasio ginjal mencapai 18,75%, ekstrak etanol herba pegagan dosis 500

mg/kg BB menurunkan rasio ginjal sebesar 22,92%, dan pada dosis 1000

mg/kg BB mampu menurunkan rasio ginjal mencapai 21,87%. Aktivitas

anti radang dari ekstrak etanol herba pegagan mampu menurunkan rasio

ginjal relatif mendekati normal. Data rasio bobot ginjal tersebut

menggambarkan bahwa nefrotoksik secara otomatis meningkatkan bobot

ginjal karena kebengkakan akibat reaksi radang karena kadar kalsium yang

tinggi dalam ginjal. Cruzan. (2004) menyatakan tikus putih mengalami

penurunan bobot badan akibat keracunan etilen glikol dosis tinggi dan

menaikan bobot ginjal serta rasio bobot ginjal relatif terhadap bobot

badan.

Selanjutnya dilakukan parameter pengukuran kandungan kalsium

ginjal tikus menggunakan alat spektrofotometri serapan atom (SSA).

Sebelum dianalisis dengan menggunakan SSA, ginjal tikus didestruksi

terlebih dahulu Proses destruksi bertujuan untuk menghilangkan, dan

memutuskan ikatan-ikatan senyawa organik yang terdapat dalam sampel

sehingga yang tertinggal hanya senyawa anorganik saja. Metoda destruksi

yang digunakan adalah metoda destruksi basah. Metoda ini digunakan

karena pengerjaannya lebih sederhana, oksidasi kontinyu dan cepat dan

unsur-unsur yang diperoleh mudah larut sehingga dapat ditentukan dengan

metoda analisa tertentu (Rasyid,Roslinda, 2011).

Proses destruksi ini menggunakan campuran asam nitrat pekat dan

hidrogen peroksida sebagai pengoksidasi. Destruksi basah menggunakan

larutan pendestruksi campuran ini memberikan hasil yang lebih baik

karena destruksi lebih sempurna dan suhu pemanasan tidak terlalu tinggi

sehingga kemungkinan kehilangan unsur renik akibat penguapan.

Destruksi dimulai dengan pemanasan rendah dan selanjutnya

ditinggikan perlahan-lahan sampai sampel larut sempurna. Sebelum

pemanasan, campuran sampel dan pelarut dibiarkan lebih kurang 30 menit

agar proses penetrasinya lebih sempurna. Proses destruksi ditandai dengan

keluarnya asap nitro yang berwarna kuning. Kemudian dilanjutkan dengan

Page 51: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penambahan beberapa tetes hidrogen peroksida secara berulang yang

bertujuan untuk menyempurnakan proses destruksi. Destruksi dikatakan

sempurna bila telah diperoleh larutan jernih yang menunjukan bahwa

semua konstituen telah larut sempurna atau perombakan senyawa organik

telah berjalan dengan baik. Selanjutnya larutan jernih ini diencerkan

dengan aquadest untuk penentuan kandungan kalsium dengan

menggunakan SSA yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan faktor

pengenceran yang dibutuhkan. Pengukuran kadar kalsium ginjal pada

panjang gelombang 422,7 nm, karena logam kalsium dapat terbaca pada

SSA pada panjang gelombang 422,7 nm.

Penginduksi batu ginjal yang diberikan kepada hewan coba adalah

etilen glikol dan amonium klorida. Etilen glikol dimetabolisme dalam hati

menghasilkan senyawa metabolit oksalat sehingga menyebabkan

hiperoksaluria yang dapat berikatan dengan kalsium dalam darah

membentuk kristal kalsium oksalat dan terdepo di ginjal. Diperkirakan

dosis letal dari 100% etilen glikol adalah 1,4 mL/kg BB (Brent, 2001),

sedangkan amonium klorida berperan sebagai katalisator untuk

mempercepat terbentukan batu ginjal kalsium oksalat.

Tikus yang terinduksi batu ginjal menunjukan deposit kristal kalsium

oksalat di dalam tubulus ginjal. Perlekatan kristal kalsium oksalat dengan

sel-sel di tubulus dipertimbangkan sebagai faktor potensial dalam

pembentukan kalkuli (Touham, 2007). Kristal kalsium oksalat menempel

pada reseptor anion dari permukaan membran sel. Kristal kalsium oksalat

dapat melisiskan membran epitel sel menggunakan protease yang

ditemukan dalam urin. Perlekatannya sangat cepat dan bergantung pada

konsentrasi jumlah kristal. Ini sangat berbeda dengan pembentukan kristal

batuan lainnya. Hal tersebut menunjukkan mengapa jenis batuan yang

paling sering ditemukan pada kejadian batu ginjal adalah kalsium oksalat

(Grover et al, 2007).

Data kadar kalsium ginjal duji statistik dengan metode Kurskal

Wallis serta dilanjutkan dengan LSD ((Least Significant Difference) untuk

mengetahui adakah perbedaan yang bermakna atau tidak. Hasil uji statistik

Page 52: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menghasilkan data kadar kalsium ginjal pada kelompok normal

tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol positif , uji dosis 500 mg/kg

BB dan uji dosis 1000 mg/kg BB. Tetapi sangat signifikan secara statistik

berbeda dibandingkan dengan kadar kalsium kelompok kontrol negatif

dan kelompok uji dosis 250 mg/kg BB signifikan berbeda pada taraf

p < 0,05 (lampiran 15). Kelompok perlakuan uji dosis 500 mg/kg BB

menurunkan grafik dengan tingkat kecuraman yang tinggi mendekati

kadar kalsium kontrol positif dan kontrol normal (Gambar 4.1)

Ketiga varian dosis ekstrak etanol herba pegagan dapat menghambat

pembentukan batu ginjal terbukti dengan melihat kadar kalsium pada

ginjal, namun pada dosis 500 mg/kg BB terlihat memiliki nilai hambat

paling besar dibanding dosis 250 mg/kg BB dan dosis 1000 mg/kg BB

yaitu sebesar 31,25%

Kandungan kimia utama dari tumbuhan pegagan yaitu asiatikosida

dan asam madekasat. Kandungan kimia lainnya yaitu karotenoid, valerian,

resin, minyak atsiri dan garam-garam mineral seperti kalium, natrium,

magnesium, kalsium dan besi (Widowati. 1992 ; Achyad dan Rasydah,

2000).

Senyawa yang diduga berperan dalam menghambat pembentukan

batu ginjal adalah kalium, Kalium menyebabkan tumbuhan pegagan

berkhasiat sebagai diuretik dan pemecah batu ginjal. Kalium akan bereaksi

dengan batu ginjal yang berupa kalsium karbonat, karena kalium akan

menyingkirkan kalsium untuk bergabung oksalat yang merupakan

pembentuk batu ginjal. Endapan batu ginjal tersebut akhirnya larut dan

keluar bersama urin.

Tidak hanya kalium yang berperan dalam pemnghambat

pembentukan batu ginjal, mineral natrium juga berperan melalui

mekanisme pengeluaran air seni yang disebut dengan efek diuretik.

(Rasyid,Roslinda, 2011).

Senyawa lain yang diduga berpengaruh pada aktivitas diuretik

ekstrak etanol herba pegagan adalah golongan senyawa flavonoid.

Menurut Adha (2009), flavonoid dapat meningkatkan urinasi dan

Page 53: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Adanya peningkatan laju filtrasi

glomerulus menyebabkan zat nefrotoksik yang masuk ke ginjal akan

dikeluarkan secara cepat akibat aktivitas urinasi yang menigkat (Guyton

dan Hall, 1997). Pengeluaran tersebut dapat meminimalisir terjadinya

akumulasi kalsium oksalat yang diakibatkan induksi etilen glikol dan

amonium klorida.

Page 54: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

§ Ekstrak etanol dari herba pegagan pada ketiga varian dosis ( 250 mg/kg

BB, 500 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB) mempunyai aktivitas dalam

menghambat pembentukan batu ginjal (anti nefrolitiasis) hal tersebut

terbukti dengan menurunnya kadar kalsium pada ginjal serta menurunnya

rasio bobot ginjal secara bermakna (P≤0,05) terhadap kelompok kontrol

negatif.

§ Dosis uji yang paling efektif adalah dosis 500 mg/kg BB dengan

persentase penghambatan batu ginjal sebesar 31,25% serta mampu

menurunkan rasio bobot ginjal mencapai 22,92%. Hasil tersebut tidak

berbeda secara bermakna pada taraf uji 0,05 dengan kelompok normal dan

kelompok kontrol positif.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa apa

yang berperan sebagai penghambat pembentukan batu ginjal, serta perlu

dilakukan penelitian mengenai upaya pengobatan batu ginjal (kuratif)

secara in vivo oleh esktrak etanol herba pegagan.

Page 55: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Adha C. (2009). Pengaruh Pemberian Estrak Etanol Daun Alpukat (Persea Americana Mill) Terhadap Aktivitas Diuretik Tikus Putih Jantan Sprague Dawley. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Afrianti, Ria dan Syahriar Harun. (2011). Penentuan Kadar Kalsium Pada Ikan Kering Air Laut Dan Ikan Air Tawar Dengan Metoda Spektrofotometri Serapan Atom. Stiffi Perintis.

Anonim. Bioflavonoid. http://buletin.melsa.net.id/links/bioflavo.htm. diakses tanggal 23-06-2012 jam 11.08 Anonim. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Depkes RI Ansel, Howard C, Ph.D. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi ke-4. Jakarta:UI Press.

Ayoola, G, A., Coker, H,A,B., Adesegun, S.A., Adepoju-Bello, A.A., Obaweya E.C, Atangbayila, T.O. (2008). Phytochemical Screening and Antioxidant Some Selected Medicininal Plants Used for Malaria Therapy in Southwest. Tropical Journal of Pharmaceutical Research 7(3), 1091-1024.

Ari W Sundoyo, Bambang S. (2006). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi IV . PP Departemen ilmu penyakit dalam. Jakarta. Hal: 563

Brent J. (2001). Current Management of Ethylene Glycol Poisoning. Drugs. 61 (7): 979–88.

Choubey, Angkur, et al., (2010). Assessment of Ceiba pentandra on Calcium Oxalate Urolithiasis in Rats. VNS Institute of Pharmacy, Der Pharma Chemica, 2(6): 144-156

Coe FL. (2003). Kidney Stone in Adults. http://www.kidney.niddk.nih.gov/kudisease/pubs/kidneyfailure/index.html. di akses tanggal 17-05-2012 jam 14.10

Cruzan G, Corley RA, Hard GC, Martens JJWM, McMartin KE, Snelling WM, Gingell R, Deyo JA. (2004). Subchronic toxicity of ethylene glycol in wistar and F-344 rats related to metabolism and clearance Of Metabolites. Toxicological Sciences, 81(2): 502-511.

Dalimartha, S. (1999). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I. Jakarta: Trubus Agriwidya

Departemen Kesehatan RI. (1977). Materia Medika Indonesia, Jilid I. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (1989). Vademikum Bahan Obat Alam. Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Page 56: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI : Jakarta. Dinda. 2008. Urolithiasis (Batu Saluran Kemih). http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/urolithiasis.html. diakses tanggal 17-05-2012 jam 14.40 Fuadi, Akhmad. (2009). Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea Americana Mill) Terhadap Gambaran Ureum dan Kreatinin Pada Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi Etilen Glikol. Fakultas Kedokteran Hewan, IPB, Bogor.

Gandjar, Ibnu Gholib, Prof, Dr, DEA, Apt, Dan Abdul Rohman, M.Si., Apt. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Guyton A, Hall J. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Setiawan I, Tengadi K, Santosos A, penerjemah. Setiawan I, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari Textbook Of Medical Phisiology.

Hadjazedah MAR. et al.,( 2007). Ethanolic Extract of Nigella Sativa L Seeds on Ethylene Glycol-Induced Kidney Calculi in Rats. Urology Journal, Vol 4. Iran.

Mcphee, Stephen J. et al., (2007). Current Medical Diagnosis& Treatment. Lange Mc Graw Hill.

Muhlisah Fauziah. Tanaman Obat Keluarga. Cetakan IX. (2002). Jakarta: Penebar Swadaya: Hal 1-3.

Nisma, Fatimah, Dra, . M.Si. (2011) Pengaruh Penambahan Ekstrak Etanol 70% Buah Anggur Biru (Vitis vinifera L.) Terhadap Kelarutan Kalsium Batu Ginjal. Farmasi FMIPA UHAMKA, Jakarta.

Rasyid, Roslinda, Mahyuddin, Agustin M.( 2011). Pemeriksaan Kadar Kalsium Dan Natrium Herba Pegagan (Centella asiatica (L) )Dengan Metoda Fotometri Nyala. Fakultas Farmasi, Universitas Andalas.

Roopesh, Chitrala, Salomi, Ruth, Nagarjuna,dan Reddy Padmanabha. (2011). Diuretic Activity Of Methanolic And Ethanolic Extract Centella asiatica Leaves In Rats. Research Journal Of Pharmacy 2(11), 163-165. Antapur, India.

Saputra, Anggara Aldobrata Hernas. (2009). Uji Aktivitas Anti Lithiasis Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea Americana Mill) Pada Tikus Putih Jantan.Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Soebagio B,Warya S, Rosdiana T, Zuhrotun A. (2010). Development of Phytopharmaca Product Content ofcombination of phytopharmaca Product Content of Combination of Extract Celery (Apium graveolens L) and Sambiloto. International Seminar and Expo on Jam. Faculty of Pharmacy, Universitas Padjadjaran Indonesia, Bandung.

Page 57: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suparmi. (2008). Uji Kelarutan Batu Ginjal Kalsium Oleh Infus Buah Segar Kacang Panjang (Vigna sinensis ENDL. ) Secara IN VITRO. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UII.

Touhami M, Laurobi A, Elhabazi K, Loubna F, Zrara I, Eljahiri Y, Oussama A, Grasses F, Chait A. (2007). Lemon juice Has Protective Activity In A Rat Urolithiasis Model. BMC Urology

Walder AD, Tyler CKG. (1994). Ethylene Glycol Antifreeze Poisoning. Three Case Reports and a Review of Treatment. Anesthesia. 57(5): 464-471.

Winarto,W.P,Ir,dan Ir Maria Surbakti. (2003). Khasiat & Manfaat Pegagan. Jakarta: Agro Media Pustaka

Wijaya, Sumi dan Farida L. Darsono. (2005). Uji daya antikalkuli perasan buah ketimun (Cucumis sativus L.) terhadap tikus putih jantan dengan metode Kalkuli. Majalah Farmasi Indonesia, 16(3), 173 – 176, 2005

Page 58: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Kerangka Konsep

Berdasarkan pengalaman masyarakat yang

menggunakan herba pegagan (Centella Asiatica)

untuk mengatasi masalah batu ginjal (Winarto, 2003)

Penelitian sebelumnya uji aktivitas pelarutan batu

ginjal oleh infusa daun pegagan (Centella Asiatica)

secara in vitro dan uji aktivitas diuretik oleh ekstrak

etanol daun pegagan pada tikus putih

(Suhartatik, Sri Endah, 1989; Roopesh, 2011)

Simplisia diekstraksi dengan etanol 70%

Uji penghambatan pembentukan batu ginjal secara in vivo pada tikus putih jantan yang diinduksi oleh etilen

glikol dan amonium klorida

Analisa Data

Page 59: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Skema Kerja

Serbuk simplisia sebanyak 600 g

Maserasi dengan etanol 70%

Saring

Filtrat herba pegagan

Dilakukan perendaman dengan etanol 70% sebanyak 2,5 L selama 72 jam sambil sesekali diaduk dan dilakukan berulang- ulang hingga diperoleh larutan yang jernih.

Ampas

Penapisan fitokimia, uji kadar abu dan

susut pengeringan

Ekstrak kental etanol herba pegagan

Uji aktivitas penghambatan pembentukan batu ginjal

Uapkan pelarut (Rotavapor)

Page 60: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Skema Uji In Vivo

Tikus dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukannya perlakuan

Aklimatisasi selama 7 hari diberi makan dan minum ad libitum

Kelompok 5

Uji 2

Kelompok 2

Kontrol (-)

Kelompok 3

Kontrol (+)

Kelompok 4

Uji 1

Kelompok 1

Normal

Kelompok 6

Uji 3

Diberi makan dan minum secukupnya

Diberi air

suling

Diberi sediaan uji

dosis 1000 mg/kg

BB

Diberi sediaan uji

dosis 500 mg/ kg

BB

Diberi sediaan uji

dosis 250 mg/kg

BB

Diberi batugin 0,54 mL/ 200 g BB

Diberi air

suling

Setelah 2 jam kemudian

Persiapan hewan coba

Pada hari ke-11 dilakukan nefroktomi dan diambil ginjalnya secara hati- hati

Analisis Karakteristik ginjal, perhitungan rasio ginjal dan kadar kalsium ginjal masing-masing tikus

Induksi Batu ginjal (0,75% etilen glikol + 2% amonium klorida) 12 ml/200 g BB / hari selama 10 hari

Page 61: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Hasil Determinasi Herba Pegagan

Page 62: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Keterangan Tikus Laboratorium

Page 63: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak

RENDEMEN EKSTRAK

Berat simplisia : 600 g

Ekstrak yang diperoleh : 193,54 g

% rendemen = ( ) ( ) X 100%

= , X 100% = 32,2%

v % rendemen ekstrak etanol herba pegagan : 32,2 %

Page 64: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Hasil Penapisan Fitokimia

Alkaloid

Setelah ditambahkan pereaksi

bauchardat, tidak terbentuk

endapan coklat - hitam, maka

negatif terdapat alkaloid

Flavonoid

Setelah ditambahkan HCl pekat

dan logam Mg serta 5 mL amil

alkohol., terbentuk pada lapisan

amil alcohol itu berarti positif

flavonoid.

Saponin

Terdapat buih, buih lalu

didiamkan 2 menit, kemudian

ditambahkan 1 tetes HCl 2

N,dikocok lagi hingga terbentuk

buih yang mantap

Page 65: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

( Lanjutan)

Tanin

Setelah filtrate ditetesi dengan

larutan FeCl3 1% terbentuk

warna hijau tua sampai biru atau

hitam

Terpenoid

Terbentuk lapisan. warna coklat

kemerahan menunjukkan adanya

terpenoid

Page 66: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Kadar Abu

No Cawan kosong non tutup (g) W2

Bobot Ekstrak (g) B

Cawan+ekstrak setelah ditanur non tutup (g) W1

% Kadar abu

1 26.685 2.078 26.772 4.19%

2 26.685 2.032 26.768 4.07%

Rata-rata % kadar abu 4. 13%

v Perhitungan kadar abu = W1 – W2 x 100%

B

v Contoh perhitungan kadar abu

% kadar abu = 26,772 – 26,685 x 100%

2,078

= 0,087 x 100%

2,078

= 4,19%

Page 67: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Perhitungan Susut Pengeringan

Susut pengeringan dihitungan dengan menggunakan rumus berikut:

Susut pengeringan = Berat sampel awal – Berat sampel akhir x 100%

Berat sampel awal

• Berat botol kosong = 15,0506 g

• Berat sampel awal = 1,0136 g

• Berat botol kosong + ekstrak sebelum dikeringkan = 16,0642 g

• Berat botol kosong + ekstrak setelah dikeringkan = 15,9711 g

• Berat sampel akhir = 0,9205 g

Susut pengeringan = 1,0136 – 0,9205 x 100%

1,0136

= 0,0931

1,0136

= 9,18%

Page 68: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Pembuatan Sediaan Uji dan Perhitungan Dosis

1. Pembuatan larutan induksi

v Volume pemberian larutan induksi pada tikus perhari adalah 12 mL/200 g

BB

v Volume untuk 1 kelompok tikus perhari adalah= 12 mL x 5 ekor = 60 mL

v Volume untuk 5 kelompok tikus perhari adalah= 60 mL x 5 = 300 mL

v Volume untuk 5 kelompok tikus untuk 10 hari = 300 mL x10 = 3000 mL

o Etilen glikol = 0,75% x 3000 mL = 22,5 mL

o Amonium klorida= 2%x 3000 mL = 60 g

o Etilen glikol dilarutkan dengan sedikit aqudest (V1)

o Amonium klorida dilarutkan dengan sedikit aquaset ( V2)

o V1 + V2 di ad sampai 3000 mL dengan aquadest

2. Pembuatan sediaan uji

v Dosis 250 mg/kg BB

o VAO yang diberikan bobot 200 g adalah 1 mL

o Volume untuk 1 kelompok tikus perhari adalah = 1 mL x 5 ekor

= 5 mL

VAO = Dosis x BB (kg)

konsentrasi

1 mL = 250 mg/ kg BB x 0,2

konsentrasi

konsentrasi = 50 mg/ mL

o Ekstrak yang ditimbang untuk 1mL = 50 mg

o Ekstrak yang ditimbang untuk membuat sediaan sebanyak

5 mL = 50 mg x 5 = 250 mg

o 250 mg ekstrak dilarutkan dengan aquadest ad 5 mL

v Dosis 500 mg/ kg BB

o VAO yang diberikan bobot 200 g adalah 1 mL

Page 69: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

o Volume untuk 1 kelompok tikus perhari adalah = 1 mL x 5 ekor

= 5 mL

VAO = Dosis x BB (kg)

konsentrasi

1 mL = 500 mg/ kg BB x 0,2

konsentrasi

konsentrasi = 100 mg/ mL

o Ekstrak yang ditimbang untuk 1mL = 100 mg

o Ekstrak yang ditimbang untuk membuat sediaan sebanyak

5 mL = 100 mg x 5 mL = 500 mg

o 500 mg ekstrak dilarutkan dengan aquadest ad 5 mL

v Dosis 1000 mg/kg BB

o VAO yang diberikan bobot 200 g adalah 1 mL

o Volume untuk 1 kelompok tikus perhari adalah = 1 mL x 5 ekor

= 5 mL

VAO = Dosis x BB (kg)

konsentrasi

1 mL = 1000 mg/ kg BB x 0,2

konsentrasi

konsentrasi = 200 mg/ mL

o Ekstrak yang ditimbang untuk 1mL = 200 mg

o Ekstrak yang ditimbang untuk membuat sediaan sebanyak

5 mL = 200 mg x 5 = 1000 mg = 1 g

o 1 g ekstrak dilarutkan dengan aquadest ad 5 mL.

3. Perhitungan dosis batugin elixir

• Dosis batugin yang digunakan sebagai pencegahan batu ginjal maupun

pencegahan terbentuknya kembali pasca operasi batu ginjal pada

manusia adalah 30 mL perhari.

Page 70: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

• Dalam 30 mL mengandung zat aktif sebesar 3 g atau 3000 mg yang

terdiri dari ekstrak daun tempuyung dan ekstrak daun keji beling.

• Konversi dosis batugin sebagai pencegahan pembentukan batu ginjal

dari manusia ke tikus adalah 3000 mg x 0,018 = 54 mg / 200 g BB /hari

atau 270 mg/kg BB.

• Volume yang diberikan pada tikus dosis manusiaVAO manusia = dosis tikusVAO tikus

3000 mg30 mL = 54 mgVAO tikus

VAO tikus = 0,54 mL / 200 g BB

Page 71: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Karakteristik Ginjal & Rasio Bobot Ginjal/100 g BB

a) Tabel Hasil Karakteristik Ginjal Seluruh Tikus Uji.

Kelompok Uji Warna Bentuk Ukuran (cm) Kanan Kiri

Normal

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,28 T :0,53

P :1,23 T :0,46

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,26 T :0,50

P :1,17 T :0,44

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,23 T :0,60

P :1,18 T :0,50

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,20 T :0,50

P :1,14 T :0,40

Rata-rata Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P : 1,24 T : 0,53

P : 1,18 T : 0,45

Kontrol negative

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,43 T :0,70

P :1,33 T :0,67

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,40 T :0,68

P :1,36 T :0,62

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,34 T :0,64

P :1,30 T :0,50

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,36 T :0,60

P :1,32 T :0,54

Rata-rata Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P : 1,38 T : 0,65

P : 1,33 T : 0,58

Kontrol positif

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,22 T :0,58

P :1,16 T :0,50

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,20 T :0,62

P :1,18 T :0,54

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,24 T :0,57

P :1,14 T :0,50

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,28 T :0,64

P :1,15 T :0,55

Rata-rata Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P : 1,24 T : 0,60

P : 1,16 T : 0,52

Uji Dosis 250 mg/kg BB

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,36 T :0,62

P :1,32 T :0,57

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,41 T :0,66

P :1,37 T :0,60

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,32 T :0,60

P :1,28 T :0,53

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,37 T :0,64

P :1,30 T :0,58

Rata-rata Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P : 1,36 T : 0,63

P : 1,32 T : 0,57

Page 72: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Uji Dosis 500 mg/kg BB

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,27 T :0,57

P : 1,14 T :0,52

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,25 T :0,54

P :1,13 T :0,50

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,28 T :0,66

P :1,20 T :0,53

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,22 T :0,64

P :1,12 T :0,50

Rata-rata Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P : 1,25 T : 0,60

P : 1,15 T : 0,51

Uj Dosis 1000 mg/kg BB

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,28 T :0,67

P :1,20 T :0,55

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,30 T :0,66

P :1,22 T :0,56

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,25 T :0,63

P :1,16 T :0,51

Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P :1,26 T :0,63

P :1,16 T :0,50

Rata-rata Merah kecoklatan

Seperti kacang tanah

P : 1,27 T : 0,65

P : 1,18 T : 0,53

Keterangan: P = Panjang (cm), T = Tebal (cm)

b) Tabel rasio ginjal seluruh hewan uji

Kelompok Uji Bobot Ginjal (g)

Bobot Badan /100 g

Rasio Bobot Ginjal

100 g BB

Normal

1,387 2,02 0,68 1,281 1,98 0,65 1,401 2,17 0,64 1,396 2,27 0,61

Rata-rata 1,37 2,11 0,64

Kontrol negative

1,539 1,50 1,03 1,417 1,60 0,88 1,538 1,58 0,97 1,976 2,15 0,92

Rata-rata 1,62 1,71 0,95

Kontrol positif

1,162 1,50 0,77 1,196 1,53 0,78 1,140 1,55 0,73 1,072 1,47 0,73

Rata-rata 1,14 1,51 O,75

Page 73: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

c) Perhitungan rasio bobot ginjal/100 g BB

Rasio ginjal( ) = ( ) / ( ) • Kontrol Normal

1. Rasio ginjal( ) = , , = 0,68 g/100g 2. Rasio ginjal( ) = , , = 0,65 g/100g 3. Rasio ginjal( ) = , , = 0,64 g/100g 4. Rasio ginjal( ) = , , = 0,61 g/100g

• Kontrol Negatif

1. Rasio ginjal( ) = , , = 1,03 g/100g 2. Rasio ginjal( ) = , , = 0,88 g/100g 3. Rasio ginjal( ) = , , = 0,97 g/100g 4. Rasio ginjal( ) = , , = 0,92 g/100

Uji Dosis 250 mg/kg BB

1,311 1,60 0,82 1,249 1,66 0,75 1,406 1,90 0,74 1,628 1,94 0,84

Rata-rata 1,40 1,77 0,79

Uji Dosis 500 mg/kg BB

1,219 1,62 0,75 1,282 1,70 0,75 1,249 1,65 0,76 1,273 1,75 0,73

Rata-rata 1,25 1,68 0,75

Uji Dosis 1000 mg/kg BB

1,231 1,62 0,76 1,196 1,57 0,76 1,278 1,66 0,77 1,162 1,58 0,73

Rata-rata 1,22 1,61 0,75

Page 74: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

• Kontrol Positif

1. Rasio ginjal( ) = , , = 0,77 g/100g 2. Rasio ginjal( ) = , , = 0,78 g/100g 3. Rasio ginjal( ) = , , = 0,73 g/100g 4. Rasio ginjal( ) = , , = 0,73 g/100g

• Uji Dosis 250 mg/kg BB

1. Rasio ginjal( ) = , , = 0,82 g/100g 2. Rasio ginjal( ) = , , = 0,75 g/100g 3. Rasio ginjal = , , = 0,74 g/100g 4. Rasio ginjal( ) = , , = 0,84 g/100g

• Uji Dosis 500 mg/kg BB

1. Rasio ginjal( ) = , , = 0,75 g/100g 2. Rasio ginjal( ) = , , = 0,75 g/100g 3. Rasio ginjal( ) = , , = 0,76 g/100g 4. Rasio ginjal( ) = , , = 0,73 g/100g

• Uji Dosis 1000 mg/kg BB

1. Rasio ginjal( ) = , , = 0,76 g/100g 2. Rasio ginjal( ) = , , = 0,76 g/100g 3. Rasio ginjal( ) = , , = 0,77 g/100g 4. Rasio ginjal( ) = , , = 0,73 g/100g

Page 75: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Kadar Kalsium Pada Ginjal Dengan Instrumen SSA

a) Tabel kadar kalsium pada ginjal

Kelompok Individu Berat Sampel (g) Absorban Konsentrasi

(ppm) Kadar Kalsium

(mg/g)

Normal

1 0,311 0,0164 15,67 2,52 2 0,279 0,0145 13,89 2,49 3 0,315 0,0168 16,06 2,55 4 0,306 0,0168 16,03 2,62

Kontrol Negatif

1 0,337 0,0289 27,63 4,10 2 0,339 0,0296 28,27 4,17 3 0,327 0,0291 27,73 4,24 4 0,423 0,0310 29,61 3,50

Kontrol Positif

1 0,251 0,0141 13,45 2,68 2 0,268 0,0152 14,52 2,71 3 0,240 0,0137 13,06 2,72 4 0,230 0,0128 12,24 2,66

Uji Dosis

250 mg/kg BB

1 0,287 0,0179 17,05 2,97 2 0,275 0,0202 19,25 3,5 3 0,285 0,0186 17,78 3,12 4 0,275 0,0215 20,51 3,73

Uji Dosis

500 mg/kg BB

1 0,309 0,0170 16,25 2,63 2 0,301 0,0176 16,79 2,79 3 0,311 0,0187 17,85 2,87 4 0,307 0,0170 16,27 2,72

Uji Dosis

1000 mg/kg BB

1 0,272 0,0161 15,39 2,83 2 0,270 0,0162 15,49 2,87 3 0,251 0,0146 13,90 2,77 4 0,282 0,0171 16,29 2,89

b) Perhitungan kadar kalsium pada ginjal (mg/g)

Kadar Ca = . x Fp

Keterangan:

X = Kosentrasi yang didapat berdasarkan kurva kalibrasi (mg/L)

Y = Volume larutan contoh (L)

Z = Berat sampel (gram)

Fp = Faktor pengenceran

Page 76: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

• Normal

1. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,52 mg/g

2. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,49 mg/g

3. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,55 mg/g

4. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,62 mg/g

• Kontrol negatif

1. Kadar Ca = , , , x 10 = 4,10 mg/g

2. Kadar Ca = , , , x 10 = 4,17 mg/g

3. Kadar Ca = , , , x 10 = 4,24 mg/g

4. Kadar Ca = , , , x 10 = 3,5 mg/g

• Kontrol positif

1. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,68 mg/g

2. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,71 mg/g

3. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,72 mg/g

4. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,66 mg/g

• Uji dosis 250 mg/kg BB

1. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,97 mg/g

2. Kadar Ca = , , , x 10 = 3,50 mg/g

Page 77: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

3. Kadar Ca = , , , x 10 = 3,12 mg/g

4. Kadar Ca = , , , x 10 = 3,73 mg/g

• Uji dosis 500 mg/kg BB

1. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,63 mg/g

2. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,79 mg/g

3. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,87 mg/g

4. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,72 mg/g

• Uji dosis 1000 mg/kg BB

1. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,83 mg/g

2. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,87 mg/g

3. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,77 mg/g

4. Kadar Ca = , , , x 10 = 2,89 mg/g

Page 78: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Proses Penelitian

Gambar 5.Maserasi Herba Pegagan Gambar6. Pemekatan Filtrat

Gambar 7.Pemberian Sediaan Secara

Peroral

Gambar 8.Proses Pembiusan

Page 79: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 10.Pengukuran Panjang dan

Tebal Ginjal

Gambar 9. Pembedahan

Gambar 11. Proses Destruksi Gambar 12. Pengukuran Kalsium Ginjal

Page 80: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Statistik Rasio Bobot Ginjal Tikus

1. Uji Normalitas dengan Kolmogrof-Sminorv dan Uji Homogenitas dengan

Lavene Test Terhadap Rasio Ginjal Tikus Putih Jantan Galur SD.

a. Uji Normalitas Kolmogrof-Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data rasio ginjal tikus

Hipotesis;

Ho :Data rasio ginjal tikus terdistribusi normal

Ha :Data rasio ginjal tikus tidak terdistribusi normal

Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test RasioGinjal

N 24 Normal Parametersa Mean .7704

Std. Deviation .10196 Most Extreme Differences

Absolute .213 Positive .213 Negative -.102

Kolmogorov-Smirnov Z 1.041 Asymp. Sig. (2-tailed) .228 a. Test distribution is Normal. Keterangan: Uji normalitas rasio ginjal tikus seluruh kelompok hewan uji

terdistribusi normal (p ≥ 0,05).

b. Uji Homogenitas Lavene

Tujuan : Untuk melihat rasio ginjal tikus homogen atau tidak

Hipotesis:

Ho :Data rasio ginjal tikus bervariasi homogen

Ha :Data rasio ginjal tikus tidak bervariasi homogen

Page 81: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

( Lanjutan )

Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances RasioGinjal

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.562 5 18 .221

Keterangan : Uji homogenitas rasio ginjal seluruh kelompok hewan uji

bervariasi homogen (P ≥ 0,05).

Kesimpulan : Data rasio ginjal seluruh kelompok hewan uji dapat

dilanjutkan dengan ANOVA karna syarat normalitas dan

homogenitasnya telah terpenuhi.

2. Uji ANOVA dan Least Significant Difference (LSD) terhadap rasio ginjal kelompok hewan uji.

Tujuan: Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data rasio ginjal tikus.

Hipotesis :

Ho :Data rasio ginjal tikus tidak berbeda secara bermakna

Ha :Data rasio ginjal tikus berbeda secara bermakna

Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak

Jija nilai signifikansi≤ 0,05, maka data berbeda secara bermakna dan

dilanjutkan uji Least Significant Difference (LSD).

Page 82: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

( Lanjutan )

a) Uji ANOVA

ANOVA RasioGinjal

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups

.211 5 .042 27.446 .000

Within Groups .028 18 .002

Total .239 23

Keputusan : Rasio ginjal seluruh kelompok hewan uji berbeda secara

bermakna

b) Uji Least Significant Difference (LSD)

Multiple Comparisons RasioGinjal LSD

(I) Kelompok

(J) Kelompok

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Normal Negatif -.31250* .02775 .000 -.3708 -.2542 Positif -.09250* .02775 .004 -.1508 -.0342 Uji 1 -.13750* .02775 .000 -.1958 -.0792 Uji 2 -.10000* .02775 .002 -.1583 -.0417 Uji 3 -.11000* .02775 .001 -.1683 -.0517

Negatif Normal .31250* .02775 .000 .2542 .3708 Positif .22000* .02775 .000 .1617 .2783 Uji 1 .17500* .02775 .000 .1167 .2333 Uji 2 .21250* .02775 .000 .1542 .2708 Uji 3 .20250* .02775 .000 .1442 .2608

Page 83: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

( Lanjutan )

Positif Normal .09250* .02775 .004 .0342 .1508 Negatif -.22000* .02775 .000 -.2783 -.1617 Uji 1 -.04500 .02775 .122 -.1033 .0133 Uji 2 -.00750 .02775 .790 -.0658 .0508 Uji 3 -.01750 .02775 .536 -.0758 .0408

Uji 1 Normal .13750* .02775 .000 .0792 .1958 Negatif -.17500* .02775 .000 -.2333 -.1167 Positif .04500 .02775 .122 -.0133 .1033 Uji 2 .03750 .02775 .193 -.0208 .0958 Uji 3 .02750 .02775 .335 -.0308 .0858

Uji 2 Normal .10000* .02775 .002 .0417 .1583 Negatif -.21250* .02775 .000 -.2708 -.1542 Positif .00750 .02775 .790 -.0508 .0658 Uji 1 -.03750 .02775 .193 -.0958 .0208 Uji 3 -.01000 .02775 .723 -.0683 .0483

Uji 3 Normal .11000* .02775 .001 .0517 .1683 Negatif -.20250* .02775 .000 -.2608 -.1442 Positif .01750 .02775 .536 -.0408 .0758 Uji 1 -.02750 .02775 .335 -.0858 .0308 Uji 2 .01000 .02775 .723 -.0483 .0683

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan: Uji 1 = Dosis 250 mg/kg BB, Uji 2 = Dosis 500 mg/kg BB, Uji 3= Dosis 1000

mg/kg BB

Kesimpulan:

1) Rasio ginjal kelompok normal dengan kelompok negatif, positif, uji dosis

250 mg/ kg BB, dosis 500 mg/kg BB dan dosis 1000 mh/kg BB terdapat

perbedaan secara bermakna pada taraf uji 0,05.

Page 84: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2) Rasio ginjal kelompok positif dengan kelompok uji dosis 250 mg/kg BB,

dosis 500 mg/kg BB dan dosis 1000 mg/kg BB tidak terdapat perbedaan

secara bermakna pada taraf uji 0,05.

Lampiran 15. Statistik Kadar Kalsium Pada Ginjal Tikus

1. Uji Normalitas Kolmogrof-Sminorv dan Uji Homogenitas Lavene Test

terhadap Kadar Kalsium Ginjal Tikus Putih Jantan Galur SD

a. Uji normalitas Kolmogrof-Smirnov

Tujuan : Untuk melihat distribusi data kadar kalsium ginjal tikus

Hipotesis;

Ho :Data kadar kalsium ginjal tikus terdistribusi normal

Ha :Data kadar kalsium ginjal tikus tidak terdistribusi normal

Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test KadarCa

N 24 Normal Parametersa Mean 3.0271

Std. Deviation .54182 Most Extreme Differences

Absolute .267 Positive .267 Negative -.161

Kolmogorov-Smirnov Z 1.306 Asymp. Sig. (2-tailed) .066 a. Test distribution is Normal.

Keterangan: Uji normalitas kadar kalsium ginjal tikus seluruh kelompok

hewan uji terdistribusi normal (p ≥ 0,05).

Page 85: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

( Lanjutan )

b Uji Homogenitas Lavene

Tujuan : Untuk melihat kadar kalsium ginjal tikus homogen atau tidak

Hipotesis:

Ho :Data kadar kalsium ginjal tikus bervariasi homogen

Ha :Data kadar kalsium ginjal tikus tidak bervariasi homogen

Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances KadarCa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

6.853 5 18 .001

Keterangan : Uji homogenitas kadar kalsium ginjal seluruh kelompok

hewan uji tidak bervariasi homogen (P ≤ 0,05).

Kesimpulan : Data kalsium ginjal seluruh kelompok hewan uji tidak

dapat dilanjutkan dengan ANOVA karena syarat

homogenitasnya tidak terpenuhi maka dilanjutkan dengan

Kurskal Wallis.

2. Uji Kurskal Wallis dan Least Significant Difference (LSD) Terhadap Kadar

Kalsium Ginjal Tikus Putih Jantan Galur SD

Tujuan: Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar kalsium

ginjal tikus.

Hipotesis :

Ho :Data kadar kalsium ginjal tikus tidak berbeda secara bermakna

Ha :Data kadar kalsium tikus berbeda secara bermakna

Page 86: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak

Jija nilai signifikansi ≤ 0,05, maka data berbeda secara bermakna dan

dilanjutkan uji LSD.

a) Uji Kurskal Wallis

Test Statisticsa,b KadarCa

Chi-Square 21.098 Df 5 Asymp. Sig. .001 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok

Keterangan : Data kadar kalsium ginjal tikus berbeda secara bermakna

(P ≤ 0,05), maka dilanjutkan dengan uji Least Significant

Difference (LSD) . Uji LSD merupakan uji lanjutan yang

dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya

perbedaan nilai secara bermakna. Tujuannya adalah untuk

menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang

berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya.

b) Uji LSD

Multiple Comparisons KadarCa LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Page 87: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Normal Negatif -1.45750* .14533 .000 -1.7628 -1.1522 Positif -.14750 .14533 .324 -.4528 .1578 Uji 1 -.78500* .14533 .000 -1.0903 -.4797 Uji 2 -.20750 .14533 .170 -.5128 .0978 Uji 3 -.29500 .14533 .057 -.6003 .0103

Negatif Normal 1.45750* .14533 .000 1.1522 1.7628

Positif 1.31000* .14533 .000 1.0047 1.6153 Uji 1 .67250* .14533 .000 .3672 .9778 Uji 2 1.25000* .14533 .000 .9447 1.5553 Uji 3 1.16250* .14533 .000 .8572 1.4678

Positif Normal .14750 .14533 .324 -.1578 .4528 Negatif -1.31000* .14533 .000 -1.6153 -1.0047 Uji 1 -.63750* .14533 .000 -.9428 -.3322 Uji 2 -.06000 .14533 .685 -.3653 .2453 Uji 3 -.14750 .14533 .324 -.4528 .1578

Uji 1 Normal .78500* .14533 .000 .4797 1.0903 Negatif -.67250* .14533 .000 -.9778 -.3672 Positif .63750* .14533 .000 .3322 .9428 Uji 2 .57750* .14533 .001 .2722 .8828 Uji 3 .49000* .14533 .003 .1847 .7953

Uji 2 Normal .20750 .14533 .170 -.0978 .5128 Negatif -1.25000* .14533 .000 -1.5553 -.9447 Positif .06000 .14533 .685 -.2453 .3653 Uji 1 -.57750* .14533 .001 -.8828 -.2722 Uji 3 -.08750 .14533 .555 -.3928 .2178

Uji 3 Normal .29500 .14533 .057 -.0103 .6003 Negatif -1.16250* .14533 .000 -1.4678 -.8572 Positif .14750 .14533 .324 -.1578 .4528 Uji 1 -.49000* .14533 .003 -.7953 -.1847 Uji 2 .08750 .14533 .555 -.2178 .3928

*. The mean difference is significant at the 0.05 level. Keterangan: Uji 1 = Dosis 250 mg/kg BB, Uji 2 = Dosis 500 mg/kg BB, Uji 3= Dosis 1000

mg/kg BB

Page 88: Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25982/1/SEKAR... · ginjal dibandingkan dosis 250 mg/kg BB dan 1000

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

( Lanjutan )

Kesimpulan:

1) Kadar kalsium pada ginjal kelompok normal dengan kelompok negatif dan

kelompok uji dosis 250 mg/ kg BB terdapat perbedaan secara bermakna pada

taraf uji 0,05.

2) Kadar kalsium pada ginjal kelompok normal dengan kelompok kontrol positif,

uji dosis 500 mg/kg BB dan dosis 1000 mg/kg BB tidak terdapat perbedaan

secara bermakna pada taraf uji 0,05.

3) Kadar kalsium pada ginjal kelompok negatif dengan kelompok normal,

kontrol positif, uji dosis 250 mg/kg BB , uji dosis 500 mg/kg BB, uji dosis

1000 mg/kg BB terdapat perbedaan secara bermakna pada taraf uji 0,05