ubi kayu mocaf

5
POTENSI PASAR P ENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN UB I KAYU Ubi kayu atau Manihot Esculenta Crantz, atau yang lebih popular dengan sebutan Singkong, merupakan tanaman bahan pangan yang potensial untuk dikembangkan karena merupakan tanaman yang sudah sangat dikenal oleh petani dan dapat ditanam dengan mudah. Singkong juga merupakan tanaman yang sangat fleksibel dalam usaha tani dan umur panen. Lahan untuk tanaman singkong tidak harus khusus, dan tidak memerlukan penggarapan intensif seperti halnya untuk tanaman hortikultura lainnya, misal sayuran. Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang baik untuk budidaya tanaman ubi kayu ini. Bahkan di daerah Tenggarong (Kab. Kutai Kartanegara) telah dikembangkan oleh para ahli tanaman lokal sejenis singkong yang memiliki bentuk fisik yang relatif besar dan memiliki kandungan alami yang baik. Adalah Singkong Gajah yang merupakan varietas unggul hasil pengembangan tersebut, dimana sesuai dengan namanya (gajah) hasil budidayanya dapat memberikan hasil produksi yang lebih besar dari varietas biasa yang ditanam di Indonesia. Ubi kayu khas Kalimantan Timur ini menjadi salah satu Komoditi Unggulan yang direncanakan untuk dikembangkan hingga dapat menghasilkan produk hilir yang memiliki nilai tambah tinggi, sehingga dapat bersaing secara nasional dan internasional, serta diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan para petani. Seiring dengan pengembangan KAPET SASAMBA yang memiliki fungsi utama sebagai Prime Mover  pengembangan sosial-ekonomi daerah (Kalimantan Timur), diharapkan menjadi salah satu pemicu industrialisasi komoditi pertanian di Kawasan Sasamba khususnya, serta Kalimantan Timur secara lebih luas, agar mampu menciptakan nilai tambah yang bermanfaat bagi masyarakat dan pengusaha atau investor. A. Fleksibilitas Hasil Produk dan Kemudahan Teknologi Produksi Kebutuhan berbagai jenis industri yang memanfaatkan singkong sebagai bahan baku sangat besar karena singkong dapat menghasilkan hingga 14 macam produk turunan yang digunakan oleh industri makanan, industri farmasi, industri kimia, industri bahan bangung an, industri kertas dan Industri biofuel, sedangkan dari segi teknologi pemanfaatan singkong sebagai bahan pangan ataupun sebagai bahan bakar bukanlah sebuah teknologi baru apalagi teknologi yang tidak terjangkau bagi bangsa kita. Teknik pengolahan singkong yang sangat sederhana bahkan sudah dikenal sejak zaman nenek moyang kita, bahkan untuk pengolahan ethanol telah terbukti dengan adanya berbagai makanan dan minuman khas seperti Brem, Tuak, Arak dan berbagai macam olahan yang mengandung alkohol pada minuman tersebut sebagai hasil dari proses fermentasi dan atau destilasi Sebagai Raw Material, singkong dibutuhka n oleh berbagai i ndustri, baik di dalam negeri maupun ke l uar negeri dengan tujuan eksport Uni Eropa, Jepang, Korea, China dan Amerika Serikat. Misalnya untuk Industri pengolahan tepung tapioka dan produk turunannya yang disebut Polyol, termasuk Sorbitol, Maltitol, Dextrose Monohydrate, Maltose Syrup, Sorbitol Bubuk dan Maltodextrine. Produk ini banyak digunakan dalam industri produk konsumen dan farmasi di seluruh dunia sebagai bahan baku utama pembuatan pasta gigi, produk kosmetik, vitamin C dan produk makanan. Bentuk-bentuk hasil olahan ubi kayu antara lain adalah Gaplek, Pellet, Tepung Pati Singkong (Starch), Pati Murni (Native Starch), serta Pati yang dimodifikasi (Modified Starch). Yang terakhir ini merupakan produk olahan ubi kayu yang diunggulkan untuk dikembangkan di Kalimantan Timur, yang difokuskan industrinya di Wilayah Kapet Sasamba. Dalam rangka pengembangan sektor industri di wilayah Kapet ini, diharapkan komoditi unggulan ubi kayu menjadi bahan baku potensial bagi industri yang memanfaatkan teknologi tinggi yaitu Modified Cassava Flour atau MOCAF. Mocaf atau Modified Cassava Flour, adalah produk tepung dari singkong yang diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel singkong secara fermentasi, dimana mikrobia BAL (Bakteri Asam Laktat) mendominasi selama fermentasi tepung singkong ini. Nilai strategis Mocaf yang diunggulkan dalam pengembangan komoditi unggulan di Wilayah Kapet Sasamba adalah kemampuannya sebagai bahan baku dari berbagai jenis makanan, mulai dari mie, bakery, cookies hingga makanan semi basah. Untuk kue basah, Mocaf dapat diaplikasikan pada produk yang umumnya berbahan baku tepung beras, atau tepung terigu dengan ditambah tapioka.

Upload: i7seven

Post on 10-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ubi Kayu Mocaf

7/22/2019 Ubi Kayu Mocaf

http://slidepdf.com/reader/full/ubi-kayu-mocaf 1/5

POTENSI PASAR PENGEMBANGAN KOMODITI

UNGGULAN UBI KAYU

Ubi kayu atau Manihot Esculenta Crantz, atau yang lebih popular dengan sebutan Singkong, merupakan

tanaman bahan pangan yang potensial untuk dikembangkan karena merupakan tanaman yang sudah sangat

dikenal oleh petani dan dapat ditanam dengan mudah. Singkong juga merupakan tanaman yang sangat

fleksibel dalam usaha tani dan umur panen. Lahan untuk tanaman singkong tidak harus khusus, dan tidak

memerlukan penggarapan intensif seperti halnya untuk tanaman hortikultura lainnya, misal sayuran.

Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang baik untuk budidaya tanaman ubi

kayu ini. Bahkan di daerah Tenggarong (Kab. Kutai Kartanegara) telah dikembangkan oleh para ahli tanaman

lokal sejenis singkong yang memiliki bentuk fisik yang relatif besar dan memiliki kandungan alami yang baik.

Adalah Singkong Gajah yang merupakan varietas unggul hasil pengembangan tersebut, dimana sesuai dengan

namanya (gajah) hasil budidayanya dapat memberikan hasil produksi yang lebih besar dari varietas biasa yang

ditanam di Indonesia.

Ubi kayu khas Kalimantan Timur ini menjadi salah satu Komoditi Unggulan yang direncanakan untuk

dikembangkan hingga dapat menghasilkan produk hilir yang memiliki nilai tambah tinggi, sehingga dapat

bersaing secara nasional dan internasional, serta diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan para petani.

Seiring dengan pengembangan KAPET SASAMBA yang memiliki fungsi utama sebagai Prime Mover  pengembangan sosial-ekonomi daerah (Kalimantan Timur), diharapkan menjadi salah satu pemicu

industrialisasi komoditi pertanian di Kawasan Sasamba khususnya, serta Kalimantan Timur secara lebih luas,

agar mampu menciptakan nilai tambah yang bermanfaat bagi masyarakat dan pengusaha atau investor.

A.  Fleksibilitas Hasil Produk dan Kemudahan Teknologi Produksi

Kebutuhan berbagai jenis industri yang memanfaatkan singkong sebagai bahan baku sangat besar karena

singkong dapat menghasilkan hingga 14 macam produk turunan yang digunakan oleh industri makanan,

industri farmasi, industri kimia, industri bahan bangungan, industri kertas dan Industri biofuel, sedangkan dari

segi teknologi pemanfaatan singkong sebagai bahan pangan ataupun sebagai bahan bakar bukanlah sebuah

teknologi baru apalagi teknologi yang tidak terjangkau bagi bangsa kita.

Teknik pengolahan singkong yang sangat sederhana bahkan sudah dikenal sejak zaman nenek moyang kita,bahkan untuk pengolahan ethanol telah terbukti dengan adanya berbagai makanan dan minuman khas seperti

Brem, Tuak, Arak dan berbagai macam olahan yang mengandung alkohol pada minuman tersebut sebagai hasil

dari proses fermentasi dan atau destilasi

Sebagai Raw Material, singkong dibutuhkan oleh berbagai industri, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri

dengan tujuan eksport Uni Eropa, Jepang, Korea, China dan Amerika Serikat. Misalnya untuk Industri

pengolahan tepung tapioka dan produk turunannya yang disebut Polyol, termasuk Sorbitol, Maltitol, Dextrose

Monohydrate, Maltose Syrup, Sorbitol Bubuk  dan Maltodextrine. Produk ini banyak digunakan dalam industri

produk konsumen dan farmasi di seluruh dunia sebagai bahan baku utama pembuatan pasta gigi, produk

kosmetik, vitamin C dan produk makanan.

Bentuk-bentuk hasil olahan ubi kayu antara lain adalah Gaplek, Pellet, Tepung Pati Singkong (Starch), Pati

Murni (Native Starch), serta Pati yang dimodifikasi (Modified Starch). Yang terakhir ini merupakan produk

olahan ubi kayu yang diunggulkan untuk dikembangkan di Kalimantan Timur, yang difokuskan industrinya diWilayah Kapet Sasamba. Dalam rangka pengembangan sektor industri di wilayah Kapet ini, diharapkan

komoditi unggulan ubi kayu menjadi bahan baku potensial bagi industri yang memanfaatkan teknologi tinggi

yaitu Modified Cassava Flour atau MOCAF.

Mocaf atau Modified Cassava Flour, adalah produk tepung dari singkong yang diproses menggunakan prinsip

memodifikasi sel singkong secara fermentasi, dimana mikrobia BAL (Bakteri Asam Laktat) mendominasi selama

fermentasi tepung singkong ini. Nilai strategis Mocaf yang diunggulkan dalam pengembangan komoditi

unggulan di Wilayah Kapet Sasamba adalah kemampuannya sebagai bahan baku dari berbagai jenis makanan,

mulai dari mie, bakery, cookies hingga makanan semi basah. Untuk kue basah, Mocaf dapat diaplikasikan pada

produk yang umumnya berbahan baku tepung beras, atau tepung terigu dengan ditambah tapioka.

Page 2: Ubi Kayu Mocaf

7/22/2019 Ubi Kayu Mocaf

http://slidepdf.com/reader/full/ubi-kayu-mocaf 2/5

Tepung Mocaf ini bisa mensubstitusi 15% - 25% terigu impor, atau kira-kira 750.000 – 1.250.000 ton per tahun.

Saat ini produksi riil masih di bawah 10.000 ton per tahun. Tepung Mocaf sebagai bahan alternatif pengganti

terigu mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan.

B.  Peluang Pengembangan Industri MOCAF

1. 

Dari sisi permintaana.  Kebutuhan akan pasar terigu kian meningkat seiring dengan perubahan pola konsumsi makanan

masyarakat yang kian modern.

b.  Semakin menjamurnya berbagai jenis industri dan usaha pengolahan makanan, dari skala besar sampai

penjual eceran, terutama sejak krisis ekonomi 1998.

c.  Perubahan pola konsumsi makanan (food habit) ini menyebabkan kebutuhan akan bahan pangan

berbasis tepung-tepungan meningkat pesat.

2.  Dari sisi pasokan

a.  Luasnya lahan yang potensial untuk ditanami ubi kayu (karena kesesuaian geografis)

b.  Kemudahan teknik budidaya

c.  Jumlah tenaga kerja yang bisa digerakkan3.  Jenis dan karakteristik yang hampir sama dengan terigu, namun dengan harga yang jauh lebih murah

membuat tepung Mocaf menjadi pilihan yang sangat prospektif.

4.  Industri makanan menggunakan Mocaf   untuk substitusi beras ketan, tepung terigu, dan tapioca

(mengembangkan mocaf sama artinya dengan mengembangkan pangan altematif).

5.  Permintaan akan kebutuhan terigu yang semakin meningkat ternyata tidak diimbangi oleh ketersediaan

bahan baku yang memadai.

6.  Ketergantungan industri tepung nasional terhadap bahan baku impor sangat besar (impor terigu 4,5 juta

ton pada tahun 2010)

7.  Kebutuhan singkong saat ini sebagian dipenuhi dari impor produk singkong, seperti gaplek, dari Thailand

dan Vietnam.

Sebagai gambaran besarnya peluang dari produk mocaf ini dalam mensubtitusi tepung terigu adalah sebagai

berikut:

a.  Kebutuhan konsumsi terigu nasional:

Tahun Konsumsi (ton) Pertumbuhan

2004 3.334.108 6 %

2007 3.700.000

b.  Jumlah impor tepung terigu:

Tahun Impor (ton)

2003 343.283

2007 581.535

c.  Produksi cassava (data base Kementerian Pertanian)

Tahun Produksi (ton)

2000 15.351.529

Page 3: Ubi Kayu Mocaf

7/22/2019 Ubi Kayu Mocaf

http://slidepdf.com/reader/full/ubi-kayu-mocaf 3/5

2009 22.028.502

Selain itu forward linkage dari industri mocaf ini cukup luas, yaitu:

-  Industri penggilingan tepung terigu

-  Industri pangan pengguna terigu

-  UKM makanan berbasis terigu

Sementara itu gandum, sebagai bahan baku terigu yang hampir 100% Import memiliki kontribusi yang sangat

signifikan terhadap total nilai import bahan baku industri makanan Indonesia yaitu sebesar 27%.

Tabel - Nilai Import Bahan Makanan & Minuman Industri

Makanan dan

minuman, baku

untuk industri 

2005  2006  2007   2008   2009  2010   2011 

Juta IDR 12,233,608 12,488,402 18,472,257 30,242,341 24,563,292 28,923,530 37,950,304

Gandum (27%)  2005  2006  2007   2008   2009  2010   2011 

Juta IDR 3,315,651 3,384,707 5,006,500 8,196,522 6,657,341 7,839,088 10,285,596

C.  Target dan Pangsa Pasar (Market Share) Produk MOCAF

Tinjauan terhadap target dan pangsa pasar produk Mocaf ini merupakan upaya untuk menggambarkan

prospek pengembangan industri yang direncanakan di Kapet Sasamba, dalam rangka menjawab tantangan dan

kebutuhan bahan baku bagi industri makanan. Selain industri makanan sebenarnya masih terdapat industri

lain yang prospektif, akan tetapi untuk kepentingan perhitungan potensi pasar di dalam kajian ini produk

Mocaf ditargetkan untuk memenuhi prospek pasar bahan baku pengganti tepung terigu.

1. Target Pasar

Seperti telah dijelaskan di atas, Target Pasar dari Produk Mocaf Kapet Sasamba ini adalah Industri yang

menggunakan Terigu sebagai salah satu bahan bakunya. Diharapkan produk Mocaf ini dapat mensubstitusi

terigu yang berbahan baku gandum (import). Potensi pasar terigu di Indonesia sangatlah menjanjikan karena

pemanfaatan terigu yang sangat luas baik untuk industri makanan maupun non-makanan. Sebagai gambaran

mengenai besarnya potensi pasar terigu di Indonesia, di bagian berikut ini disajikan data penyerapan pasar

terigu Indonesia dari tahun 2004 – 2011 dan proyeksi penyerapan pasar terigu di Indonesia 2012 – 2033.

Tabel - Data dan Proyeksi Potensi Pasar Terigu Indonesia

Tahun  Volume (ton)  Nilai (Juta IDR) 

2004  3,334,108  20,831,507  

2005  3,534,154  22,081,397  

2006  3,746,204  23,406,281 

2007   3,970,976  24,810,658 

2008  4,209,235  26,299,297  

Page 4: Ubi Kayu Mocaf

7/22/2019 Ubi Kayu Mocaf

http://slidepdf.com/reader/full/ubi-kayu-mocaf 4/5

Tahun  Volume (ton)  Nilai (Juta IDR) 

2009  4,461,789  27,877,255 

2010  5,062,515  31,630,594 

2011  5,366,266  33,528,429 

2012 5,688,242 35,540,135

2013 6,029,536 37,672,543

2014 6,391,309 39,932,896

2015 6,774,787 42,328,870

2016 7,181,274 44,868,602

2017 7,612,151 47,560,718

2018 8,068,880 50,414,361

2019 8,553,013 53,439,223

2020 9,066,193 56,645,576

2021 9,610,165 60,044,310

2022 10,186,775 63,646,969

2023 10,797,981 67,465,787

2024 11,445,860 71,513,734

2025 12,132,612 75,804,559

2026 12,860,569 80,352,832

2027 13,632,203 85,174,002

2028 14,450,135 90,284,442

2029 15,317,143 95,701,509

2030 16,236,171 101,443,599

2031 17,210,342 107,530,215

2032 18,242,962 113,982,028

2033 19,337,540 120,820,950

Sumber: BPS Pusat RI, Kementerian Pertanian RI, Analisis 2012

2. Pangsa Pasar

Perhitungan pangsa pasar atau market share dari produk Mocaf Kapet Sasamba ini dilakukan berdasarkan

kapasitas produksi lahan tanaman ubi kayu yang potensial di Wilayah Kapet dan kabupaten atau kota di

sekitarnya. Luas lahan potensial untuk dikembangkannya tanaman ubi kayu dengan varietas unggul Singkong

Gajah ini adalah seluas 22.251 ha, yang tersebar di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kota Balikpapan,

dan Kota Samarinda. Sedangkan potensi lahan di wilayah sekitar Kapet yang dapat dimanfaatkan untuk

mengisi kebutuhan bahan baku industri di Wilayah Kapet Sasamba diperkirakan dapat mencapai 2.000 ha.Dengan demikian maka luas lahan total adalah sekitar 24.000 ha.

Untuk menghitung besarnya produksi bahan baku berupa ubi kayu (Singkong Gajah) serta produk olahannya

yang berupa Mocaf, digunakan asumsi sebagai berikut (Kementerian Pertanian RI, Best Practices):

1) Harga mocaf = harga terigu: 6.248 IDR/kg

2) Rendemen Mocaf – Singkong: 0,25

3) Produksi Mocaf/kg singkong: 0,25

4) Produksi singkong/ha: 40.000 kg/ha

5) Produksi mocaf/ha: 10.000 kg/ha

Page 5: Ubi Kayu Mocaf

7/22/2019 Ubi Kayu Mocaf

http://slidepdf.com/reader/full/ubi-kayu-mocaf 5/5

Dengan luas Singkong Gajah sekitar 24.000 hektar maka didapatkan hasil produksi sebesar 964 ribu ton per

tahun pada tahun 2013. Bahan baku singkong sebesar itu dapat menghasilkan Mocaf sekitar 241 ribu ton per

hektar dengan nilai produksi sekitar Rp. 1,5 trilyun per tahun. Dengan demikian maka Market Share dari Mocaf 

ini adalah sekitar 4% dari kebutuhan terigu nasional. Lebih jelas mengenai proyeksi penyerapan pasar Mocaf 

Kapet Sasamba 2012 – 2033 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel – Proyeksi Penyerapan Pasar MOCAF Kapet Sasamba (Kalimantan Timur)

Tahun Luas Ubi

Kayu(ha) 

Produksi Ubi Kayu

(ton)Prod. Mocaf (ton) 

Nilai Prod. Mocaf 

(Juta IDR) 

2012 22.753 910.119 227.530 1.421.605

2013 24.118 964.726 241.181 1.506.902

2014 25.565 1.022.609 255.652 1.597.316

2015 27.099 1.083.966 270.991 1.693.155

2016 28.725 1.149.004 287.251 1.794.744

2017 30.449 1.217.944 304.486 1.902.429

2018 32.276 1.291.021 322.755 2.016.574

2019 34.212 1.368.482 256.590 1.603.177

2020 36.265 1.450.591 271.986 1.699.367

2021 38.441 1.537.626 288.305 1.801.329

2022 40.747 1.629.884 305.603 1.909.409

2023 43.192 1.727.677 323.939 2.023.974

2024 45.783 1.831.338 343.376 2.145.412

2025 48.530 1.941.218 363.978 2.274.137

2026 51.442 2.057.691 385.817 2.410.585

2027 54.529 2.181.152 408.966 2.555.220

2028 57.801 2.312.022 433.504 2.708.533

2029 61.269 2.450.743 459.514 2.871.045

2030 64.945 2.597.787 487.085 3.043.308

2031 68.841 2.753.655 516.310 3.225.906

2032 72.972 2.918.874 547.289 3.419.461

2033 77.350 3.094.006 580.126 3.624.628

Sumber: Analisis 2012