turun 1

10
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 16, No.2, 2011, halaman 128-137 ISSN : 1410-0177 128 PENGARUH AIR PERASAN BENGKUANG (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.) TERHADAP KADAR GULA DARAH MENCIT PUTIH JANTAN DIABETES Helmi Arifin, Ann Merry C, Asram Ahmad Fakultas Farmasi Universitas Andalas ABSTRACT Telah dilakukan penelitian tentang air perasan umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.) terhadap kadar gula darah mencit putih jantan diabetes yang diinduksi dengan aloksan dosis 200 mg/kg BB. Air perasan umbi bengkuang diberikan secara oral dengan dosis 10, 20 dan 30 ml/kg BB selama 21 hari. Parameter yang diukur adalah kadar glukosa darah, berat badan, volume air minum, dan volume urin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air perasan umbi bengkuang dengan dosis 30 ml/kg BB mampu menurunkan kadar glukosa darah mencit diabetes secara bermakna (P<0.05). Air perasan umbi bengkuang juga dapat memperbaiki konsumsi air minum, tetapi tidak dapat memperbaiki berat badan dan volume urin mencit diabetes. Keyword : Gynura pseudochina (L.) DC.), fungsi ginjal, diabetes nefropati PENDAHULUAN Masa transisi demografi akibat keberhasilan upaya menurunkan angka kematian, dapat menimbulkan transisi epidemiologis, dimana pola penyakit bergeser dari infeksi akut ke penyakit degeneratif yang menahun. Salah satu diantaranya yang berkaitan erat dengan penyakit metabolisme dan cenderung akan mengalami peningkatan sebagai dampak adanya pergeseran perilaku pola konsumsi gizi makanan adalah diabetes melitus (Suharmiati, 2003). Diabetes melitus adalah suatu penyakit dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat akibat defisiensi insulin secara relatif maupun absolut, yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) (Ganiswara, 1995). Hiperglikemia timbul karena penurunan pemasukan glukosa ke dalam sel dan peningkatan pembebasan glukosa ke dalam sirkulasi oleh hati, sehingga terjadi defisiensi glukosa didalam sel (Sherwood, 2001). Diabetes melitus ditandai dengan gejala poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, lemas, penglihatan kabur, luka yang sulit disembuhan, dan pruritus pulva (Tjay dan Rahardja, 2002; Mutscherl, 1991). Bila gejala-gejala tersebut tidak diobati dan berlangsung lama dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang (Murray, et al., 2003). Pada dasarnya pengelolaan diabetes melitus secara umum dimulai dengan penyuluhan (edukasi diabetes), pengaturan pola makan disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (4-8 minggu). Jika pengelolaan diabetes tersebut telah dilakukan namun kadar glukosa darah masih belum baik, baru diberikan obat antidiabetes oral misalnya golongan sulfonil urea dan biguanida, serta suntikan insulin (Guyton, 1987). Tetapi obat-obat yang beredar dipasaran selain memiliki harga yang relatif mahal karena penggunaannya dalam jangka waktu relatif lama juga memiliki

Upload: anindityap

Post on 19-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hdndnmdmmd

TRANSCRIPT

  • Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 16, No.2, 2011, halaman 128-137 ISSN : 1410-0177

    128

    PENGARUH AIR PERASAN BENGKUANG (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)

    TERHADAP KADAR GULA DARAH MENCIT PUTIH JANTAN DIABETES

    Helmi Arifin, Ann Merry C, Asram Ahmad

    Fakultas Farmasi Universitas Andalas

    ABSTRACT

    Telah dilakukan penelitian tentang air perasan umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus

    (L.) Urb.) terhadap kadar gula darah mencit putih jantan diabetes yang diinduksi dengan

    aloksan dosis 200 mg/kg BB. Air perasan umbi bengkuang diberikan secara oral dengan dosis

    10, 20 dan 30 ml/kg BB selama 21 hari. Parameter yang diukur adalah kadar glukosa darah,

    berat badan, volume air minum, dan volume urin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air

    perasan umbi bengkuang dengan dosis 30 ml/kg BB mampu menurunkan kadar glukosa darah

    mencit diabetes secara bermakna (P

  • Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

    129

    efek samping yang relatif besar. Oleh

    karena itu masyarakat selalu berupaya

    mencari alternatif pengobatan lain

    misalnya pengobatan dengan bahan alam,

    selain mudah didapat, harga relatif murah,

    juga efek samping yang lebih kecil,

    dibandingkan dengan obat sintetik

    (Sunarsih, et al., 2007). Salah satu bahan

    alam yang dapat mengobati penyakit

    diabetes adalah bengkuang (Pachyrhizus

    erosus (L.) Urb.) (Hastawan, 2009).

    Bengkuang (Pachyrhizus erosus

    (L.) Urb.) merupakan tanaman merambat

    yang telah dibudidayakan terutama untuk

    mengambil umbinya (Feri, 2008).

    Tumbuhan ini membentuk umbi akar

    (cormus) berbentuk bulat atau membulat

    seperti gasing dengan berat dapat

    mencapai 5 kg (Anonim, 2009).

    Bengkuang mengandung

    pachyrhizon, rotenon, vitamin B1, dan

    vitamin C (Administrator, 2008). Selain

    itu, bengkuang juga mengandung mineral

    tinggi seperti fosfor, zat besi, serta

    kalsium. Secara tradisional diketahui

    bahwa umbi bengkuang dapat menurunkan

    kadar gula darah penderita diabetes (Feri,

    2008), penggunaan ini dilakukan dengan

    meminum air perasan umbi bengkuang dua

    kali sehari secara rutin (Hastawan, 2009).

    Menurut literatur, umbi bengkuang juga

    berkhasiat sebagai obat beri-beri, eksim,

    sariawan, wasir, dan penghalus kulit

    (Jayadi, 2009). Daunnya berkhasiat

    sebagai obat demam, sedang bijinya

    berkhasiat sebagai obat sakit kulit

    (Anonim, 2009).

    Pada penelitian ini ditentukan

    pengaruh pemberian air perasan umbi

    bengkuang pada mencit putih jantan yang

    diinduksi dengan aloksan. Parameter-

    parameter yang diamati adalah penentuan

    glukosa darah, volume urin, volume air

    minum, dan berat badan mencit diabetes

    sebelum dan selama dirawat dengaan air

    perasan bengkuang.

    METODA PENELITIAN

    Alat, Bahan dan Hewan Percobaan

    Alat :

    Alat yang digunakan berupa pisau, pipet

    tetes, alat injeksi yang dilengkapi dengan

    jarum oral, beaker glass, gelas ukur,

    gunting bedah, timbangan analitik, kapas,

    kertas saring, pinset, timbangan hewan

    (triple bean balance model 700 s), kandang

    metabolik, alat pengukur glukosa darah

    Advantage glucose meter (Roche) dan strip

    test (Accu-check Advantages II).

    Bahan :

    Bahan-bahan yang digunakan adalah umbi

    bengkuang (Pachyrhizus erosus, (L.)

    Urb.), aloksan, glukosa, glibenklamid,

    alkohol, dan aqua destilata.

    Hewan Percobaan :

    Mencit putih jantan berumur 2-3 bulan

    dengan berat 25 30 gram

    Persiapan sediaan uji dan hewan percobaan

    Sebanyak 15 g umbi bengkuang segar yang

    telah dicuci bersih diparut, lalu diperas dan

    diambil airnya. Pembuatan air perasan ini

    dilakukan setiap hari. Air perasan umbi

    bengkuang yang diberikan pada mencit

    dengan tiga variasi dosis yaitu sebesar 10

    ml/kgBB, 20 ml/kgBB dan 30 ml/kgBB.

    Volume pemberian sebesar 0,6 ml, maka

    untuk dosis 10 ml/kgBB dan 20 ml/kgBB

    diencerkan dengan aqua destilata volume

    pemberiannya sampai 0,6 ml.

    Sebelum perlakuan, hewan

    diaklimatisasikan dalam kondisi

    laboratorium selama satu minggu dengan

    diberikan makanan dan minuman yang

    cukup. Mencit yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah mencit yang sehat

    dengan tingkah laku normal dan tidak

    mengalami perubahan berat badan lebih

    dari 10 %.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Carolus_Linnaeushttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ignatz_Urban&action=edit&redlink=1

  • Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

    130

    Penginduksian Diabetes

    Mencit yang diinduksi diabetes

    sebelumnya dipuasakan selama 18 jam (air

    minum tetap diberikan), diinjeksi dengan

    larutan aloksan tetrahidrat (yang dibuat

    baru) secara intraperitonial dengan dosis

    200 mg/kgBB (Davis & Granner, 2002).

    Mencit diberi makan pelet dan minum

    yang mengandung glukosa 10 % selama 2

    hari setelah pemberian aloksan. Hari ke-3

    dan seterusnya glukosa 10 % diganti

    dengan air minum biasa dan mencit

    dipindahkan ke kandang metabolik yang

    tiap kandang berisi satu ekor mencit. Pada

    hari ke-3 itu juga ditentukan kadar glukosa

    darah mencit, apabila positif diabetes

    langsung diberi air perasan tanaman obat.

    Mencit yang digunakan adalah bila kadar

    gula darahnya 200 mg/dL.

    Penentuan Glukosa dan Protein Urin

    Penentuan kadar glukosa darah mencit

    dilakukan pada hari ke-7, 14 dan 21 setelah

    pemberian air perasan dengan cara :

    menggosokkan kapas yang telah diberi

    alkohol di sekitar ekor mencit, potong

    sedikit bagian ujungnya dan tarik perlahan.

    Sentuhkan tetesan darah pada strip test

    yang telah dipasang pada alat advantage

    glucose meter (roche) hingga menutupi

    permukaan reagen yang ada pada strip test,

    dimana kadar glukosa darah akan terbaca

    dalam waktu 26 detik.

    Pengujian Efek Antidiabetes

    Enam kelompok mencit masing-

    masing terdiri dari 5 ekor, diperlakukan

    sebagai berikut : Kelompok 1 adalah

    mencit kontrol negatif yang hanya

    diberikan aqua destilata, kelompok 2

    adalah mencit diabetes yang diinduksi

    dengan aloksan, kelompok 3, 4 dan 5

    merupakan kelompok mencit diabetes yang

    diberi air perasan dengan tiga variasi dosis,

    dua kali sehari selama 21 hari secara oral,

    mulai pada hari dimana hewan dinyatakan

    diabetes. Kelompok 6 adalah mencit

    pembanding yang diberikan glibenklamid

    dengan dosis 5-20 mg pada manusia

    (Vogel, 2002, Ganiswara, 2005). Jika dosis

    ini dikonversikan untuk pemakaian pada

    mencit adalah 5 mg x 0,0026 = 0,013

    mg/20 gramBB atau 0,65 mg/kgBB.

    Pengukuran Volume Urin

    Pengukuran jumlah urin yang dihasilkan

    mencit dilakukan dengan mengukur

    volume urin yang dikumpulkan setiap 24

    jam. Volume urin yang dihasilkan tiap

    mencit diukur dengan gelas ukur setiap

    hari pada hari ke-7, 14 dan ke-21. Untuk

    memudahkan pengumpulan urin mencit

    dimasukkan ke dalam kandang metabolik

    yang pada bagian dasarnya diberi

    penyaring agar didapatkan urin yang

    bersih.

    Pengukuran Konsumsi Air Minum

    Pengukuran konsumsi air minum

    dilakukan dengan cara memberikan air

    minum pada mencit dengan volume

    terukur kemudian setelah 24 jam volume

    sisa air minum yang tertinggal diukur

    kembali. Selisih volume air yang diberikan

    dengan air yang tertinggal dihitung sebagai

    volume air minum. Konsumsi air minum

    diukur setiap harinya pada hari ke-7, 14

    dan ke-21.

    Pengukuran Berat Badan

    Penimbangan berat badan mencit

    dilakukan pada hari ke-7, 14 dan 21 yaitu

    sejak mencit dinyatakan diabetes hingga

    hari terakhir perlakuan dengan

    menggunakan timbangan triple bean

    balance model 700 (orkus scale

    corporation).

    Analisa Data

    Data hasil penelitian dianalisa

    secara statistik dengan ANOVA dua arah

    untuk parameter kadar glukosa darah, berat

    badan, konsumsi air minum 24 jam dan

    volume urin 24 jam. Jika hasil analisa

    bermakna kemudian dilanjutkan dengan

    Uji Wilayah Berganda Duncan (Duncans

  • Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

    131

    multiple range test) dan kebermaknaan

    diambil pada tingkat kepercayaan 95 %.

    Data ini dianalisa dengan menggunakan

    software statistic SPSS 17.0 for Windows

    Evaluation Version.

    HASIL DAN DISKUSI

    Diabetes melitus adalah penyakit

    gangguan metabolisme karbohidrat,

    protein dan lemak, sehingga timbul

    keadaan hiperglikemia yang disebabkan

    karena penyerapan glukosa ke dalam sel

    terhambat serta metabolismenya terganggu

    (Mansjoer, 1999). Keadaan diabetes yang

    berkepanjangan dapat menyebabkan

    terjadinya beberapa penyakit ikutan

    (komplikasi) seperti strok, neuropati

    autonomik yang mengakibatkan simptom

    kardiovaskular, nefropati (dapat

    menimbulkan kegagalan ginjal), disfungsi

    saluran cerna, gangguan genitourinari dan

    seksual, neuropati perifer dengan risiko

    ulser pada kaki (dapat menimbulkan

    amputasi) dan retinopati yang dapat

    menyebabkan terganggu/hilang

    penglihatan. Gejala kardiovaskular dapat

    berupa hipertensi, arterosklerosis,

    mikroangiopati, kegagalan jantung

    kongestif dan penyakit pembuluh darah

    perifer. Kemungkinan terjadinya penyakit

    kardiovaskular adalah tiga kali ganda pada

    penderita diabetes dibandingkan dengan

    orang normal. Frekuensi penyakit diabetes

    dan hipertensi akan bertambah sejalan

    dengan bertambahnya umur (Arifin, 2004).

    Diagnosis diabetes ditetapkan dengan

    adanya gejala khas berupa polifagia,

    poliuria, polidipsia, lemas dan berat badan

    menurun (Robbin, 1995), dimana

    beberapa diantaranya merupakan

    parameter dalam penelitian ini.

    Hewan percobaan yang

    digunakan dalam penelitian ini yaitu

    mencit, adapun alasan pemakaian

    mencit sebagai hewan percobaan sebab

    mencit mudah ditangani, relatif murah,

    kecil, kandang tidak terlalu besar,

    omnivora, sistim operasi mudah

    (Thompson, 1990).

    Pada pengujian efek antidiabetes

    ini mencit dipuasakan selama 18 jam agar

    penyerapan obat tidak terhambat oleh

    makanan sehingga efek tidak terganggu,

    dimana pada perut kosong obat akan

    bekerja lebih cepat jika dibandingkan perut

    berisi makanan (Sartono, 2002). Kemudian

    dilakukan penginduksian diabetes melitus

    menggunakan zat diabetogenik aloksan

    tetrahidrat dengan dosis 200 mg/kg BB

    secara intraperitonial (Chen, 2001).

    Pemilihan aloksan sebagai penginduksi

    diabetes melitus karena aloksan bersifat

    selektif merusak sel-sel pulau langerhans

    pankreas dan kerjanya berlangsung secara

    cepat (Wade & Weller, 1986). Aloksan

    merusak sel pankreas dengan cara

    menimbulkan terbentuknya radikal bebas

    dan H2O2 yang menyebabkan fragmentasi

    DNA pada pulau langerhans pankreas

    sehingga terjadi penurunan jumlah sel

    pankreas yang mengakibatkan

    berkurangnya sekresi insulin (N. Takasu,

    et al., 1991).

    Pada awal setelah penginduksian

    mencit dengan aloksan (1-4 jam) akan

    terjadi efek hiperglikemia awal disebabkan

    oleh tingginya kadar glukosa darah

    sedangkan jumlah insulin yang

    disekresikan tidak mencukupi kebutuhan.

    Setelah itu terjadi efek hipoglikemia (24-

    48 jam), disebabkan oleh penurunan kadar

    glukosa darah akibat pembebasan insulin

    secara besar-besaran dari sel beta pankreas

    kemudian diikuti efek hiperglikemia secara

    permanen setelah lewat 48 jam disebabkan

    kerusakan sel beta pankreas yang

    permanen (Rerup, 1970). Untuk

    menghindari terjadinya konvulsi akibat

    hipoglikemia yang mengakibatkan

    kematian maka diberikan larutan glukosa

    10 % sebagai pengganti air minum selama

    dua hari setelah penyuntikan aloksan

    (Hashimoto, 1969; Chen, 2001).

  • Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

    132

    Tingkat diabetes yang ditimbulkan

    aloksan tergantung pada tingkat kerusakan

    sel pankreas pada masing-masing hewan

    percobaan. Pada diabetes ringan kadar

    glukosa darah berkisar antara 200-400

    mg/dl, diabetes sedang mempunyai kadar

    glukosa darah berkisar antara 400-600

    mg/dl, sementara pada diabetes berat kadar

    glukosa darahnya lebih dari 600 mg/dl

    (Hashimoto, 1969; Chen, et al., 2001).

    Pada penelitian ini diabetes yang

    ditimbulkan oleh aloksan terhadap mencit

    putih jantan adalah diabetes ringan hingga

    sedang dengan kadar glukosa darah yang

    berkisar antara 206 600 mg/dl.

    Kadar glukosa darah mencit

    ditentukan dengan menggunakan alat

    Advantage Glucose Meter (Roche) dan

    strip test (Accu-check Advantages II)

    Keuntungan menggunakan alat ini adalah

    kerjanya sederhana, spesifik,

    membutuhkan sedikit darah (1-2 tetes),

    dapat mengukur kadar glukosa darah

    dengan cepat dan tepat pada range 10-600

    mg/dl (Soemardji, 2004). Prinsip kerja alat

    ini berdasarkan reaksi enzimatis sebagai

    berikut : glukosa dengan adanya O2

    dioksidasi oleh enzim glukosa oksidase

    yang terdapat dalam strip test membentuk

    asam glukoronat dan hidrogen peroksida.

    Selanjutnya hidrogen peroksida yang

    terbentuk akan mengoksidasi ortho toluidin

    yang dikatalis oleh enzim peroksidase

    menghasilkan warna biru. Intensitas warna

    biru dari ortho toluidin yang teroksidasi

    inilah yang diukur oleh alat yang setara

    dengan kadar glukosa darah (Guyton &

    Hall, 1997).

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa air perasan umbi bengkuang

    (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.) pada

    dosis 10 ml/kgBB, 20 ml/kgBB dan 30

    ml/kgBB dapat menurunkan kadar

    glukosa darah mencit diabetes yang

    diinduksi dengan aloksan. Efek

    hipoglikemik dari ketiga dosis yang

    digunakan terlihat setelah 21 hari

    pemberian air perasan, dimana efek

    hipoglikemik yang paling besar dicapai

    pada pemberian air perasan dengan

    dosis 30 ml/kgBB, disini kadar glukosa

    normal mencit belum tercapai ini

    diperkirakan karena waktu pemberian

    sediaan yang belum cukup sehingga

    obat belum mencapai hasil yang

    maksimal diperkirakan apabila ekstrak

    diberikan dalam waktu yang lebih lama

    kadar glukosa normal mencit dapat

    tercapai.

    Gambar1. Diagram batang pengaruh dosis dan lama pemakaian air perasan umbi

    bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)

    terhadap kadar gula darah mencit putih jantan

    diabetes

    Pada penelitian yang telah

    dilakukan terlihat hasil yang

    menunjukkan dimana kelompok mencit

    normal mengalami peningkatan kadar

    glukosa darah yang tidak berarti

    selama masa perlakuan sebab mencit

    normal ini tidak diinduksi dengan

    aloksan sehingga tidak mengalami

    kerusakan pada sel pankreas,

    sehingga kadar glukosa darah mencit

    ini tetap normal selama masa

    perlakuan, tapi pada hari ke-14

    perlakuan terlihat kadar glukosa darah

    mencit kelompok ini mengalami

    sedikit penurunan, hal ini mungkin

    terjadi karena mencit selama masa

    perlakuan mengalami keadaan stres

  • Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

    133

    yang bisa berpengaruh terhadap kadar

    gula darah mencit tersebut.

    Selama penelitian berlangsung

    terlihat dari pengamatan secara visual

    bahwa mencit normal pergerakannya

    normal, suka membersihkan diri, urin

    jernih, tidak ada buih, dan tak ada

    endapan. Sedangkan mencit diabetes

    pergerakannya kurang, tidak suka

    membersihkan diri, urin keruh,

    berwarna kuning, berbusa dan ada

    endapan.

    Pada penelitian yang dilakukan

    terhadap mencit kelompok diabetes

    terlihat bahwa kadar glukosa darah

    mencit diabetes ini jauh lebih tinggi

    dibandingkan dengan mencit normal.

    Tingginya kadar glukosa darah mencit

    diabetes ini disebabkan karena mencit

    kelompok ini telah diinduksi dengan

    aloksan, yang merupakan penginduksi

    diabetes yang spesifik terhadap sel-sel

    merusak sel-sel pankreas dengan cepat,

    berpengaruh terhadap produksi insulin,

    dimana insulin ini sangat berperan

    penting dalam membantu pemasukan

    glukosa kedalam sel, dengan

    berkurangnya produksi insulin maka

    glukosa akan terus berada dalam darah

    sehingga menyebabkan kadar glukosa

    darah mencit kelompok ini mengalami

    peningkatan (Arifin, 2002).

    Pada pemberian pembanding

    (glibenklamid dosis 0,65 mg/kgBB),

    kadar glukosa darah mencit tidak

    menunjukkan penurunan yang berarti

    bila dibandingkan dengan mencit

    normal. Hal ini disebabkan

    glibenklamid tidak bekerja

    memperbaiki sel

    rusak akibat imbasan aloksan, tetapi

    menstimulasi pelepasan insulin dari sel

    Hardman, Limbird, 2001). Berdasarkan

    data tersebut diduga mekanisme kerja

    air perasan umbi bengkuang dalam

    menurunkan kadar glukosa darah

    mencit berbeda dengan glibenklamid.

    Mekanisme penurunan kadar

    glukosa darah mencit diabetes pada

    penelitian ini belum dapat diramalkan.

    Penurunan kadar glukosa darah oleh

    obat-obat hipoglikemik melalui

    beberapa cara seperti peningkatan

    sekresi insulin oleh sel beta pankreas,

    peningkatan sensitifitas insulin

    terhadap reseptornya, bekerja

    mengurangi glukoneogenesis dihati,

    atau melalui penghambatan absorbsi

    glukosa dari saluran cerna

    (Tjokroprawiro, 1996).

    Glukosa yang hilang bersama

    urin akan menyebabkan berkurangnya

    penggunaan glukosa sebagai sumber

    energi, dimana pasien akan mengalami

    keseimbangan negatif, karena setiap

    gram glukosa yang diekskresi

    menyebabkan tubuh kehilangan 4

    kalori. Akibatnya pusat nafsu makan di

    hipotalamus akan teransang (Guyton &

    Hall, 1997). Untuk memenuhi energi

    tubuh maka lemak dan protein pada

    jaringan otot dan adiposa di

    katabolisme secara berlebihan.

    Akibatnya terjadi penurunan berat

    badan seperti yang terlihat pada

    penelitian ini.

    Gambar 2. Diagram batang pengaruh

    dosis dan lama pemakaian air perasan umbi

    bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)

  • Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

    134

    terhadap berat badan mencit putih jantan

    diabetes

    Selama 21 hari perlakuan,

    terjadi perubahan terhadap berat badan

    mencit. Mencit normal dan mencit

    diabetes yang diinduksi aloksan

    mengalami peningkatan berat badan,

    sedangkan mencit pembanding berat

    badannya relatif konstan. Mencit

    diabetes yang diberi air perasan pada

    dosis 10, 20 dan 30 ml/kg BB

    mengalami perubahan berat badan

    yang naik turun. Air perasan yang

    diujikan dapat menurunkan kadar

    glukosa darah mencit namun tidak

    dapat memperbaiki berat badan mencit.

    Hal ini mungkin disebabkan oleh

    kandungan air perasan yang

    menyebabkan perubahan nafsu makan

    mencit sehingga terjadi perubahan

    berat badan yang tidak beraturan.

    Berdasarkan pengujian secara statistik

    terlihat bahwa berat badan mencit pada

    tiap-tiap dosis memperlihatkan

    pengaruh secara bermakan (P < 0,05)

    sedangkan lama pemberian tidak

    memperlihatkan pengaruh yang

    bermakna (P > 0,05).

    Pada keadaan normal, lebih dari

    99 % glukosa yang memasuki

    glomerolus direabsorbsi oleh tubulus

    proksimal ginjal yang bertanggung

    jawab bagi kembalinya glukosa ini ke

    sirkulasi (Baron, 1995). Nilai ambang

    glukosa yang dapat diserap secara

    sempurna oleh tubulus ginjal adalah

    180 mg/dl (Mutscherl, 1991). Bila

    kadar glukosa darah melebihi nilai

    ambang ginjal, maka glukosa akan

    diekskresikan melalui urin (glukosuria)

    akibat peningkatan filtrasi di

    glomerolus. Selain itu peningkatan

    glukosa darah dapat menyebabkan

    peningkatan tekanan osmosis dengan

    ekskresi air, glukosa, dan elektrolit

    (Guyton & Hall, 1997). Hal ini akan

    menyebabkan dehidrasi sel jaringan

    sehingga timbul rasa haus yang

    berlebihan dan terjadi peningkatan

    konsumsi air minum (Robbin, 1995;

    Sherwood, 2001).

    Gambar 3. Diagram batang pengaruh

    dosis dan lama pemakaian air perasan umbi

    bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)

    terhadap konsumsi air minum 24 jam mencit

    putih jantan diabetes

    Peningkatan konsumsi air

    minum pada kelompok mencit diabetes

    disebabkan oleh patologi diabetes yang

    menyebabkan proses urinasi sebagai

    kompensasi faktor fisiologis dalam

    mengurangi kadar glukosa dalam darah

    serta mengontrol tekanan darah. Untuk

    mengganti volume cairan tubuh yang

    dikeluarkan sebagai akibat proses

    urinasi tersebut maka secara otomatis

    tubuh akan menjadi haus dan dahaga

    dan akan sering minum dengan volume

    yang banyak pula. Hal ini terlihat

    dengan meningkatnya pengambilan air

    minum pada kelompok mencit diabetes

    (Arifin, 2004). Pada kelompok hewan

    diabetes yang diberi perlakuan air

    perasan umbi bengkuang (Pachyrhizus

    erosus (L.) Urb.) ternyata konsumsi air

    minum ini terlihat adanya proteksi

    dengan menurunnya konsumsi air

    minum pada kelompok ini.

    Pada penelitian ini terlihat

    bahwa mencit diabetes mengalami

    peningkatan konsumsi air minum jauh

    diatas konsumsi air minum mencit

    normal disebabkan telah terjadinya

    keadaan diabetes pada tubuh mencit.

    Berdasarkan pengamatan selama

    penelitian terlihat bahwa kelompok

  • Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

    135

    mencit yang diberi air perasan tanaman

    obat pada dosis 10 ml/kgBB terjadi

    penurunan konsumsi air minum secara

    terus menerus selama masa

    pengamatan. Pada dosis 20 ml/kgBB

    terjadi peningkatan konsumsi air

    minum pada hari ke-14, namun pada

    hari terakhir terlihat adanya proteksi

    dengan menurunnya konsumsi air

    minum mencit. Sedangkan pada dosis

    30 ml/kgBB konsumsi air minum

    mencit terlihat lebih tidak stabil

    dimana pada hari ke-14 pemberian

    konsumsi air minum mencit menurun

    dan meningkat kembali pada hari ke-

    21 pemberian air perasan, sehingga

    diperkirakan dosis pemberian ekstrak

    yang paling aktif dalam menurunkan

    konsumsi air minum mencit diabetes

    adalah pada dosis 10 ml/kgBB.

    Berdasarkan pengujian secara statistik

    terlihat bahwa volume air minum tiap-

    tiap dosis memperlihatkan pengaruh

    secara bermakna (P < 0,05) sedangkan

    lama pemberian tidak memperlihatkan

    pengaruh yang bermakna (P > 0,05).

    Adapun peningkatan pengeluaran

    urin disebabkan oleh kerja ginjal yang

    lebih aktif, apabila kadar gula didalam

    darah tinggi maka ginjal akan

    mengeluarkan gula berlebihan tersebut

    melalui urin, sehingga mencit yang

    menderita diabetes akan mengeluarkan

    urin yang banyak, dan pada urin mencit

    yang menderita diabetes ini akan ditemui

    banyak semut sebab glukosa dikeluarkan

    melalui urin (Arifin, 2002).

    Gambar 4. Diagram batang pengaruh dosis

    dan lama pemakaian air perasan umbi bengkuang

    (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.) terhadap volume

    urin 24 jam mencit putih jantan diabetes

    Pengeluaran urin yang banyak ini

    akan menyebabkan mencit yang diabetes

    menjadi dahaga dan sering minum,

    sehingga mecit yang menderita diabetes

    cenderung banyak minum. Pada penelitian

    ini volume urin mencit diabetes meningkat

    dibandingkan dengan mencit normal.

    Pemberian air perasan umbi bengkuang

    pada dosis 10 ml/kgBB, 20 ml/kgBB, dan

    30 ml/kgBB tidak memperlihatkan

    penurunan volume urin 24 jam mencit

    diabetes secara nyata. Berdasarkan

    pengujian secara statistik terlihat bahwa

    volume urin 24 jam mencit pada tiap-tiap

    dosis memperlihatkan pengaruh secara

    bermakana (P < 0,05) sedangkan lama

    pemberian tidak memperlihatkan pengaruh

    yang bermakna (P > 0,05).

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

    tentang pengaruh air perasan umbi

    bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)

    terhadap kadar gula darah mencit putih

    jantan diabetes, maka didapat kesimpulan

    sebagai berikut :

    1. Air perasan umbi bengkuang

    (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.) dengan

    dosis 10, 20 dan 30 ml/kgBB dapat

    menurunkan kadar glukosa darah mencit

    diabetes yang diinduksi dengan aloksan.

    Penurunan kadar glukosa darah yang

    tertinggi yaitu pada dosis 30 ml/kgBB.

    Dari pengujian statistik terlihat bahwa

    faktor perlakuan (dosis pemberian)

    mempengaruhi kadar glukosa darah mencit

    putih jantan secara bermakna (P < 0,05).

    2. Air perasan umbi bengkuang

    (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.) pada dosis

    yang digunakan tidak dapat memperbaiki

  • Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

    136

    berat badan mencit diabetes yang diinduksi

    dengan aloksan.

    3. Air perasan umbi bengkuang

    (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.) dapat

    menurunkan konsumsi air minum, tetapi

    tidak dapat memperbaiki volume urin

    mencit diabetes yang diinduksi dengan

    aloksan.

    SARAN

    Disarankan kepada peneliti

    selanjutnya untuk meneliti mekanisme

    kerja dari air perasan umbi bengkuang

    (Pachyrhizus erosus (L.) Urb.) dalam

    menurunkan glukosa darah.

    DAFTAR KEPUSTAKAAN

    Administrator. 2 November 2008. Manfaat

    Bengkuang, diakses 22 April 2009 dari

    http://www.masenchipz.com,

    Anonim. 18 Februari 2009. Bengkuang,

    diakses 22 April 2009 dari

    http://www.tanamanobat.org,

    Arifin, H. 2002. Pengaruh Diabetes Ke Atas

    Tekanan Darah, Kadar Jantung dan

    Aktiviti Saraf Sinipatetik Renal dalam

    Tikus Normal dan Hipertensif. (Tesis

    Doktor Falsafah). Malaysia.

    Arifin, H., Mellisa, Almahdy A. 2004. Efek

    antidiabetes ekstrak etanol daun

    Eugenia cumini L. Jurnal JUMPA, 13,

    1, 32-37.

    Chen H., Feng R., Guo Y., Sun L., Jiang J.

    2001. Hypoglycemic Effect Of

    Aqueous Extract Of Rhizoma

    Polygonati odorati in Mice & Rats. J.

    Ethnopharmacol, 74, 225-229.

    Davis, N.S. & Granner, K.D. 2002. Insulin,

    Oral Hypoglycemic Agents, and The

    Pharmacology of The Endocrine

    Phancreas. In Goodman & Gillman.

    The Pharmalogycal Basis of

    Therapeutics (10nd ed). New York:

    Medical Publishing Division.

    Feri. 10 Juni 2008. Bengkuang Berkhasiat

    Sebagai Obat, diakses 10 Juni 2009

    dari http://feriweb.wordpress.com.

    Ganiswara, S.G. 1995. Farmakologi dan

    Terapi. (Edisi 4). Jakarta: Bagian

    Farmakologi Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia.

    Goodman, G.A., Hardman, J. G and Limbird,

    L. E. 2001. Goodman & Gilmans The

    Pharmacological Basis of

    Therapeutics. New York: McGraw-

    Hill.

    Guyton, A.C. 1987. Fisiologi Manusia dan

    Mekanisme Penyakit. Penerjemah: P.

    Andrianto. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Guyton, A.C & Hall. J. 1997. Anatomi

    Fisiologi Kedokteran. (Edisi 9).

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

    EGC.

    Hashimoto, Y. 1969. Effect of Alloxan

    Diabetes Induced in Spontaneously

    Hypertensive Rats. Japanese

    Circulation Journal, 33, 1315-1334.

    Hastawan, M. 22 Januari 2009. Antioksidan

    Tingkatkan Pamor Bengkuang, diakses

    22 April 2009 dari

    http://www.cybermed.cbn.net.id,

    Jayadi. 1 Juni 2009. Khasiat Bengkuang

    Sebagai Obat, diakses 10 Juni 2009

    dari http://www. jurnalbogor.com.

    Mansjoer, A. (Ed.). 1999. Kapita Selekta

    Kedokteran. Jakarta: Media

    Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI.

    Murray, R.K., et al. 2003. Harpers

    Biochemistry. Penerjemah; Hartono A

    dalam Biokimia Harper. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Mutscherl, E. 1991. Dinamika Obat. (Edisi 5).

    Penerjemah; M.B. Widianto & A.S.

    Ranti. Bandung: Penerbit ITB.

    N, Takasu, Komiya I., Asawa T., Nagasawa

    Y., Yamada. 1991. Streptozocin- and

    Alloxan-Induced H2O2 Generation

    and DNA Fragmentation in Pancreatic

    http://www.masenchipz.com,/http://www.tanamanobat.org/http://feriweb.wordpress.com/http://www.cybermed.cbn.net.id/http://www/

  • Helmi A., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

    137

    islets. H2O2 as Mediator for DNA

    Fragmentation. Japan: Department of

    Gerontology, Endocrinology, and

    Metabolism, School of Medicine,

    Shinshu University, Nagano-ken,

    Pubmed Journal, 40, 9, 1141-1145.

    Rerup, C.C. 1970. Drugs Producing Diabetes

    Through Damage of the Insulin

    Secreting Cells. Pharmacological

    Reviews, 22 ,4, 485-515.

    Robbin, K. 1995. Buku Ajar Patologi I. (Edisi

    4). Penerjemah: Kartohardjo, S.

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

    EGC.

    Sartono. 2002. Racun dan keracunan. Jakarta:

    Widya Medika.

    Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia Dari

    Sel ke Sistem. Penerjemah: Bramh U.

    Pendit. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Soemardji, A. 2004. Penentuan Kadar Gula

    Darah Mencit Secara Cepat: Untuk

    diterapkan dalam Penapisan Aktivitas

    Antidiabetes In Vivo. Acta

    Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX,

    115-116.

    Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktifitas Anti

    Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat.

    Jurnal Cermin Dunia Kedokteran,

    140, 8-12.

    Thompson E.P. 1990. Bioscreening of Drug,

    evaluation Technique &

    Pharmacology. New York: Weinheim

    Basel Cambridge.

    Tjay, H.T. & Rahardja, K. 2002. Obat-obat

    Penting. (Edisi 5). Jakarta: PT. Elex

    Media Komputindo.

    Tjokroprawiro, A. 1996. Diabetes Mellitus,

    Klasifikasi, Diagnosis, dan Dasar-

    dasar Terapi. (Edisi 3). Jakarta: PT.

    Gramedia Pustaka Utama.

    Vogel, H.G (Ed.). 2002. Drug Discovery and

    Evaluation Pharmacological Assay

    (2nd ed). New York: Springer-Verlag.

    Wade, A., & Weller, P. 1986. Pharmaceutical

    Excipient. (Edisi 2). London: The

    Pharmaceutical Press.