tumpang sari

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air, kesuburan

Upload: ahmad-hidayat

Post on 26-Oct-2015

180 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tumpang Sari

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

            Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan memudahkan

kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender penanaman. Pola tanam

sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman.

Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti

penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan

memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan

penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia,

biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada

daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang

ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.

            Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan

dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman.

Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif

seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang

umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu

diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan

air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit. Penentuan jenis tanaman yang akan

ditumpangsarikan dan saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang

ada selama pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan (penyerapan

hara dan air) pada suatu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya

dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran yang relatif dalam

dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal.

1.2  Tujuan

~        Mengetahui dan memahami macam-macam pola tanaman

~        Mengetahui dan memahami pola tanam berdasarkan kondisi lahan

Page 2: Tumpang Sari

~        Mengetahui dan memahami penetapan awal musim pada tumpang sari

~        Mengetahui contoh-contoh pola tanam

~        Mengetahui keuntungan dan kelemahan pola tanam tumpangsari

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Tanam

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:

Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau

berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda

umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.

Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh:

jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.

Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satu atau

beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau

waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang

panen disisipkan kacang panjang.

Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan

tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu Lahan

efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran

seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2.2 Pola Tanam Rotasi

Page 3: Tumpang Sari

Pola tanam rotasi merupakan pola tanam yang dikembangkan dengan cara mengganti setiap

musim tanaman budidaya yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian.

2.3 Teknik Pola Tanam Pergiliran Tanaman Pada Pertanian

1.      Polikultur (Tumpangsari)

            Polikultur (disebut Juga tumpangsari) adalah penanaman dua tanaman secara

bersama-sama atau dengan interval waktu yang singkat, pada sebidang lahan yang sama.

Tumpangsari merupakan sistem penanaman tanaman secara barisan di antara tanaman

semusim dengan tanaman tahunan. Tumpangsari ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan

(hara, air dan sinar matahari) sebaik-baiknya agar diperoleh produksi maksimum.

            Sistem tumpangsari dapat diatur berdasarkan:

-          Sifat-sifat perakaran

-          Waktu penanaman

            Tujuan dari pada tanaman tumpangsari adalah:

-          Memanfaatkan tempat-tempat yang kosong

-          Menghemat pengolahan tanah

-          Memanfaatkan kelebihan pupuk yang diberikan kepada tanaman utamanya

-          Menambah penghasilan tiap kesatuan luas tanah

-          Memberikan penghasilan sebelum tanaman utama menghasilkan.

            Pengukuran sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindarkan persaingan unsur

hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang dalam ditumpangsarikan

dengan tanaman yang berakal dangkal. Tanaman monokotil yang pada umumnya mempunyai

sistem perakaran yang dangkal, karena berasal dari akar seminal dan akar buku. Sedangkan

tanaman dikotil pada umumnya mempunyai sistem perakaran dalam, karena memiliki akar

tunggang. Dalam pengaturan tumpang sari tanaman monokotil dengan tanaman dikotil dapat

dilakukan kalau dipandang dari sifat perakarannya, misalnya tumpang sari jagung dengan

Page 4: Tumpang Sari

jeruk manis. Jeruk manis dapat tumbuh dengan baik, sedangkan tanaman jagung tumbuh

subur tanpa mengganggu kehidupan jeruk manis.

            Pengaturan tumpang sari harus diingat bahwa tanaman selalu mengadakan kompetisi

dengan tanaman semusim yang dapat saling menguntungkan, misalnya antara kacang-

kacangan dengan jagung. Jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara kacang-kacangan,

karena kacangan dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas.

Pergiliran Tanaman (Rotasi Tanaman)

            Rotasi atau pergiliran tanaman ialah  pengaturan susunan urutan-urutan pertanaman

yang sistematis pada suatu tempat tertentu. Lamanya rotasi itu biasanya antara dua sampai

lima tahun. Apabila rotasinya dilakukan dalam waktu satu tahun, biasanya disebut tanaman

pengisi (succession cropping). Sebagai contoh rotasi, misalnya ialah kentang-kubis-pupuk

hijau-kentang.

Tujuan dari pada rotasi ini adalah:

-          Memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.

-          Memberantas nematoda-nematoda jahat dan penyakit yang dapat hidup lama di dalam

tanah, yang sulit diberantas dengan cara lain.

-          Menambah penghasilan tiap kesatuan luas tanah.

-          Merotasi tanaman budidaya.

-          Menjaga kesuburan lahan atau memperbaiki tekstur tanah.

-          Menghindari peledakan hama atau penyakit tanaman.

-          Penyesuaian lahan dengan setiap musimnya.

-          Cara pergiliran tanaman pada pertanian organik tidak dilaksanakan pada seluruh

satuan luas yang bersamaan, melainkan perbaris atau bedengan dan saling berdekatan.

            Pemilihan jenis tanaman rotasi adalah penting sekali. Kesalahan penggunaan jenis

tanaman rotasi dapat menurunkan  hasil tanaman berikutnya, yang tidak mustahil malah

merupakan tanaman inang (host plant) bagi penyakit-penyakit yang justru akan diberantas.

Page 5: Tumpang Sari

Sebagai contoh dapat dikemukakan, bahwa hasil tanaman kubis akan rendah apabila ditanam

sesudah kedelai, akan tetapi dapat tinggi sesudah jagung, padahal kedelai bersifat

menyuburkan tanah.

            Tetapi sebaliknya tanaman selada, tomat, dan bawang merah, hasilnya akan rendah

apabila ditanam sesudah jagung. Tanah-tanah yang mengandung nematoda tidak boleh

ditanamiTephrosiaa sp, karena bersifat sebagai tanaman inang. Tanamilah dengan jenis-jenis

pupuk hijau lainnya.

2.4 Pola Tanam Berdasarkan Kondisi Lahan

1.      Lahan Kering (tegalan)

                        Di lahan kering, palawija dapat ditanam secara monokultur atau tumpangsari.

Ada dua alternatif pelaksanaannya. Alternatif pertama, awal musim hujan, lahan dapat

ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali. Penanaman dilakukan secara

monokultur atau tumpangsari dengan saat tanam yang bersamaan. Saat akhir atau

pertengahan musim hujan, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek atau berumur

panjang sebanyak satu kali tanam. Pelaksanaannya dilakukan secara monokultur atau

tumpangsari dengan waktu tanam yang bersamaan. Alternatif kedua, pada awal musim hujan,

lahan ditanami jagung. Kurang lebih 3 sampai 4 minggu sebelum panen, singkong ditanami

di antara tanaman jagung.

2.      Lahan Sawah Tadah Hujan

            Di lahan tadah hujan, palawija bisa ditanam secara monokultur atau tumpangsari. Ada

dua alternatif untuk pelaksanaannya. Alternatif pertama, pada awal musim hujan sampai

pertengahan musim huajn, lahan ditanami padi sebanyak satu kali. Pada akhir atau

pertengahan musim hujan, lahan ditanami palawija secara monokultur sebanyak satu kali.

Sedangkan alternatif kedua pada awal musim hujan, lahan ditanami padi sebanyak satu kali.

Pada akhir atau pertengahan musim hujan sampai musim kemarau lahan dapat ditanami

palawija secara tumpangsari. Tumpangsari dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama

adalah tumpangsari dua tanaman berumur pendek. Misalnya, jagung dengan kacang kedelai,

kacang tanah atau kacang hijau. Pada metode ini waktu tanam dilakukan bersamaan.

Page 6: Tumpang Sari

Demikian pula waktu panennya. Karena terdapat tanaman lain, maka jarak tanam jagung

harus lebih lebar. Cara kedua dilakukan antara dua tanaman dengan umur berbeda. Misalnya,

ubi kayu dengan kacang tanah, kedelai atau kacang hijau. Metode ini waktu tanamnya

bersamaan. Ketika tanaman yang berumur pendek sudah dipanen, singkong masih dibiarkan

tumbuh sampai saatnya panen. Dengan cara ini, jarak tanam singkong harus lebih lebar.

3.      Lahan Sawah Beririgasi

            Di lahan sawah, palawija umumnya ditanami secara monokultur dengan pola tanam

sebagai berikut. Pada awal musim hujan sampai akhir musim hujan, lahan ditanami padi

sebanyak dua kali tanam. Pada musim kemarau, lahan dapat ditanami palawija berumur

pendek sebanyak satu kali.

Kerugian pola lahan sawah beririgasi tanam ini adalah

-          Pola pergiliran tanaman pada setiap daerah berbeda sebab masing masing daerah

mempunyai kondisi iklim, tanah dan kecocokan tanaman untuk pergiliran yang berbeda pula

sehingga tidak bisa di samaratakan.

4.      Lahan Rawa Pasang Surut

            Sebelum ditanam palawija, lahan rawa harus diolah dengan sistem sarjan. Pada sistem

ini, sebagian lahan ditinggikan untuk ditanami palawija atau tanaman lain yang tidak tahan

genangan air. Bagian yang lebih tinggi ini disebut guludan. Bagian yang lain, dibuat lebih

rendah untuk ditanami padi. Bagian yang rendah ini disebut tabukan. Perbandingan luas

tabukan dan guludan pasang tertinggi. Bagian guludan tidak boleh dilampaui air. Sementara

itu, permukaan tanah tidak lebih rendah dari lapisan pirit. Lapisan ini merupakan akumulasi

bahan-bahan beracun, sehingga bila terangkat ke permukaan akan sangat mengganggu

pertumbuhan tanaman.

            Di lahan rawa, palawija juga ditanami secara monokultur atau tumpang sari.

Aturannya sebagai berikut. Di lahan di bagian tabukan, ditanami padi dua kali setahun.

Sedangkan di bagian guludan pada awal dan akhir musim hujan ditanami palawija berumur

Page 7: Tumpang Sari

pendek (jagung dan kacang-kacangan). Atau, pada awal musim hujan ditanami palawija

berumur pendek dan akhir musim hujan ditanami singkong.

2.5 Penetapan Awal Musim

Awal musim ditentukan jika curah hujan dalam satu dekade dan tiap dekade berikutnya lebih

besar dari 50 mm untuk musim hujan sedangkan untuk musim kemarau kurang dari 50 mm.

Lebih mudahnya dalam tiga dekade harus lebih besar dari 150 mm untuk musim hujan dan

kurang dari 150 mm untuk musim kemarau. Dari data curah hujan pada tabel ceraca air yang

disesuaikan dengan kriteria diatas maka awal musim hujan jatuh pada bulan nopember

dekade pertama. Penetapan ini dikarenakan curah hujan pada bulan nopember dekade

pertama dan dua dekade berikutnya masing-masing melebihi kriteia diatas 50 mm yaitu

berturut-turut 56.31 mm, 61.81 mm, dan 74.31 mm sedangkan curah hujan sebelumnya masih

rendah yaitu 45.37 mm. Penetapan awal musim kemarau jatuh pada bulan april dekade

pertama. Penetapan ini dikarenakan curah hujan pada bulan april dekade pertama dan dua

dekade sesudahnya masing-masing sesuai kriteia yaitu berturut-turut 42.14 mm, 37.64 mm,

dan 28.64 mm sedangkan curah hujan sebelumnya masih tinggi yaitu 60.86 mm.

2.6 Contoh Pola Tanam

Pola tanam dapat disusun sesuai kebutuhan petani. Pemilihan jenis tanaman budidaya

umumnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Diketahuinya ketersediaan air disuatu daerah

dengan adanya neraca air maka penentuan pola

tanam dalam satu tahun dapat diatur sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Penentuan pola tanam sangat dipengaruhi ketersediaan air. Maka dari itu, ketika waktu defisit

air penentuan pola tanam akan berbeda jika air dapat ditambahkan ataupun tidak dapat

diberikan penambahan air. Berikut akan diberikan lima contoh model pola tanam:

1. Padi - Padi - Padi

Jika air saat terjadi defisit dapat disediakan maka dapat dilakukan penanaman padi sepanjang

tahun. Namun jika air sulit tersedia ketika defisit air maka masih memungkinkan dilakukan

Page 8: Tumpang Sari

penanaman padi sepanjang tahun namun dengan beberapa kriteria. Jika dalam satu tahun

akan ditanam padi sebanyak tiga kali maka varietas padi yang digunakan adalah varietas

genjah agar umurnya lebih pendek sehingga saat surplus air dapat dimanfaatkan penanaman

hingga panen. Awal bulan nopember merupakan awal musim hujan namun pada dekade

pertama masih terjadi defisit air. Maka penanaman padi kesatu dapat mulai. Jika persiapan

hingga panen memerlukan waktu empat bulan maka saat penanaman padi kedua yaitu pada

bulan maret masih terdapat air namun bulan april hingga juni terjadi defisit air. Maka varietas

padi yang ditanam mengunakan padi lahan kering. Penanaman padi ketiga pada bulan juli

jika tetap tidak dapat diusahakan pengairan maka padi yang ditanam menggunakan varietas

lahan kering.

2. Padi - Padi - Palawija

Penanaman dengan pola tanam padi-padi-palawija dapat dimulai dengan penanaman padi

pertama saat awal musim yaitu awal nopember. Persiapan dimulai bulan oktober sehingga

pada awal musim penanaman telah siap. Pada bulan pebruari penanaman padi kedua dapat

dilaksanakan sehingga pada waktu defisit air yaitu pada bulan juni hingga oktober dapat

digunakan untuk penanaman palawija dan pengolahan tanah.

3. Padi - Padi - Bero

Untuk memperbaiki keadaan tanah maka disamping dilakukan penanaman dapat juga

dilakukan pemberoan. Jika padi ditanam dua kali seperti pola tanam padi-padi-palawija maka

waktu penanaman palawija dapat digunakan untuk pemberoan dan pengolahan tanah. Waktu

penanaman padi dapat disamakan dengan pola tersebut.

4. Padi - Palawija - Bero

Menurut rekomendasi Oldeman, pola tanam yang sesuai untuk tipe iklim ini yaitu hanya

mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun tergantung pada adanya persediaan air

irigasi. Pola tanam ini sesuai dengan rekomendasi Oldeman maka penanaman padi dapat

dilakukan saat terjadi surplus air yaitu pada bulan nopember hingga maret. Dengan waktu

Page 9: Tumpang Sari

lima bulan ini maka pertumbuhan padi dapat dioptimalkan. Sedangkan penanaman palawija

ini dapat disesuaikan dengan jenis palawija dengan kebutuhannya terhadapa air. Jika palawija

yang ditanam tidak terlalu tahan kekeringan maka penanamannya dapat dilakukan bulan

maret disesuaikan saat surplus air sehingga waktu untuk penanaman padi lebih dimajukan

dan sisanya untuk palawija. Jika palawija yang ditanam tahan terhadap kekeringan maka

penanamannya dapat dilakukan bulan april kemudian dilakukamn pemberoan.

Padi - Padi

Jika penanaman padi akan dilaksanakan dua kali dalam satu tahun tanpa kegiatan lagi. Maka

penanaman padi pertama dilakuka saat surplus air yaitu bulan nopember hingga maret.

Sedangkan penanaman padi kedua dapat digunakan padi lahan kering yang ditanam setelah

padi kedua. Varietas padi dapat menggunakan varietas berumur panjang karena dalam satu

tahun hanya dilakukan dua kali penanaman.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Keuntungan Pola Tanam Tumpangsari

Keuntungan pola tanam tumpang sari inter cropping antara lain:

Page 10: Tumpang Sari

·         Efisiensi tenaga lebih mudah dicapai karena persiapan tanam, pengerjaan tanah,

pemeliharaan, pemupukan dan pemungutannya lebih mudah dimekanisir 

·         Banyaknya tanaman per hektar mudah diawasi dengan mengatur jarak diantara dan

didalam barisan 

·         Menghsilkan produksi lebih banyak untuk di jual ke pasar 

·         Perhatian lebih dapat di curahkan untuk tiap jenis tanaman sehingga tanaman yang

ditanam dapat dicocokkan dengan iklim, kesuburan dan tekstur tanah 

·         Resiko kegagalan panen berkurang bila di bandingkan dengan monokultur 

·         Kemungkinan merupakan bentuk yang memberikan produksi tertinggi karena

penggunaan tanah dan sinar matahari lebih efisien 

·         Banyak kombinasi jenis-jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis terhadap

serangan hama dan penyakit. 

3.2 Kelemahan Pola Tanam Tumpangsari

Kelemahan pola tanam tumpang sari inter cropping antara lain:

Persaingan dalam hal unsur hara

Dalam pola tanam tumpangsari, akan terjadi persaingan dalam menyerap unsur hara antar

tanaman yang ditanam. Sebab, setiap tanaman memiliki jumlah kebutuhan unsur hara yang

berbeda-beda, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu tanaman akan

mengalami defisiensi unsur hara akibat kkalah bersaing dengan tanaman yang lainnya.

Pemilihan komoditas

Diperlukan wawasan yang luas untuk memilih tanaman sela sebagai pendamping dari

tanaman utama, karena tidak semua jenis tanaman cocok ditanam berdampingan. Kecocokan

tanaman-tanaman yang akan ditumpangsarikan dapat diukur dari kebutuhan unsur haranya,

drainase, naungan, penyinaran, suhu, kebutuhan air, dll.

Page 11: Tumpang Sari

Permintaan Pasar

            Pada pola tanam tumpangsari, tidak selalu tanaman yang menjadi tanaman sela,

memiliki permintaan yang tinggi. Sedangkan, untuk memilih tanaman sela yang cocok

ditumpangsarikan dengan tanaman utama, merupakan usaha yang tidak mudah karena

diperlukan wawasan yang lebih luaslagi. Maka dari itu, diperlukan strategi pemasaran yang

tepat agar hasil dari tanaman sela tersebut dapat mendatangkan keuntungan pula bagi petani.

Memerlukan tambahan biaya dan perlakuan

                        Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu

diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di antaranya

ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.

                        Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman

sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal ini

dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.

                        Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindar

persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman.

                        Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara

tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang

mempunyai perakaran relatif dangkal.

Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan antar

tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan

tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar

tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari,

lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh

terhadap hasil secara keseluruhan.

                        Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko

serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanam-

tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari

hama maupun penyakit tanaman lain yang ditumpangsarikan.

Page 12: Tumpang Sari

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

            Teknik pergiliran tanaman ada dua macam, yaitu polikultur (tumpangsari) dan

pergiliran tanaman (rotasi tanaman). Polikultur (disebut Juga tumpangsari) adalah penanaman

dua tanaman secara bersama-sama atau dengan interval waktu yang singkat, pada sebidang

lahan yang sama. Tumpangsari merupakan sistem penanaman tanaman secara barisan di

antara tanaman semusim dengan tanaman tahunan. Tumpangsari ditujukan untuk

memanfaatkan lingkungan (hara, air dan sinar matahari) sebaik-baiknya agar diperoleh

produksi maksimum. Keuntungan pola tanam tumpang antara lain : efisiensi tenaga lebih

mudah dicapai karena persiapan tanam, pengerjaan tanah, pemeliharaan, pemupukan dan

pemungutannya lebih mudah dimekanisir; banyaknya tanaman per hektar mudah diawasi

dengan mengatur jarak diantara dan didalam barisan; menghsilkan produksi lebih banyak

untuk di jual ke pasar; perhatian lebih dapat di curahkan untuk tiap jenis tanaman sehingga

tanaman yang ditanam dapat dicocokkan dengan iklim, kesuburan dan tekstur tanah; resiko

kegagalan panen berkurang bila di bandingkan dengan monokultur; kemungkinan merupakan

bentuk yang memberikan produksi tertinggi karena penggunaan tanah dan sinar matahari

lebih efisien; banyak kombinasi jenis-jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis

terhadap serangan hama dan penyakit. Sedangkan kelemahan dalam pola tanama

tumpangsari, antara lain : Persaingan dalam hal unsur hara; sulit dalam memilih komoditas

yang cocok dijadikan sebagai tanaman sela; sulit dalam menyesuaikan atara tanaman sela

dengan permintaan pasar; memerlukan tambahan biaya dan perlakuan.

DAFTAR PUSTAKA

Jumin, Hasan Basri. 1998. Dasar-dasar Agronomi. Jakarta : Rajawali.

Marzuki, H. A. Rasyid, Soeprapto. 2004. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Page 13: Tumpang Sari

Najiyati, Sri. 1992. Palawija, Budidaya, dan Analisis Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sunaryo, Hendro. 1984. Pengantar Pengetahuan Dasar Hortiklutura (Produksi Hortikultura I).

Bandung : Sinar Baru Bandung.

Tim Penulis PS. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Tembakau. Jakarta :

Penebar Swadaya.