tumbuh-kembang-ternak

20
MENGUKUR PRODUKSI TERNAK I. PERTUMBUHAN Kata pertumbuhan dapat diterapkan pada suatu sel, organ, jaringan, seekor ternak maupun populasi ternak. Pertumbuhan menurut Williams (1982) adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan panjang, volume ataupun massa. Menurut Swatland (1984) dan Aberle et al. (2001) pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran lingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi pakan, minum dan mendapat tempat berlindung yang layak. Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang proporsional dari bobot tubuh, karena bobot tubuh merupakan fungsi dari volume. Pertumbuhan mempunyai dua aspek yaitu: menyangkut peningkatan massa persatuan waktu, dan pertumbuhan yang meliputi perubahan bentuk dan komposisi sebagai akibat dari pertumbuhan diferensial komponen- komponen tubuh Pertumbuhan ternak menunjukkan peningkatan ukuran linear, bobot, akumulasi jaringan lemak dan retensi nitrogen dan air. Terdapat tiga hal penting dalam pertumbuhan seekor ternak, yaitu: proses-proses dasar pertumbuhan sel, diferensiasi sel-sel induk menjadi ektoderm, mesoderm dan endoderm, dan mekanisme pengendalian pertumbuhan dan diferensiasi. Pertumbuhan sel meliputi perbanyakan sel,

Upload: suparnobawono

Post on 06-Aug-2015

30 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: tumbuh-kembang-ternak

MENGUKUR PRODUKSI TERNAK

I. PERTUMBUHANKata pertumbuhan dapat diterapkan pada suatu sel, organ,

jaringan, seekor ternak maupun populasi ternak. Pertumbuhan

menurut Williams (1982) adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor

ternak yang dapat dinyatakan dengan panjang, volume ataupun

massa. Menurut Swatland (1984) dan Aberle et al.(2001) pertumbuhan

dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran lingkar dan

bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi

pakan, minum dan mendapat tempat berlindung yang layak.

Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan

peningkatan yang proporsional dari bobot tubuh, karena bobot tubuh

merupakan fungsi dari volume. Pertumbuhan mempunyai dua aspek

yaitu: menyangkut peningkatan massa persatuan waktu, dan

pertumbuhan yang meliputi perubahan bentuk dan komposisi sebagai

akibat dari pertumbuhan diferensial komponen-komponen tubuh

Pertumbuhan ternak menunjukkan peningkatan ukuran linear,

bobot, akumulasi jaringan lemak dan retensi nitrogen dan air. Terdapat

tiga hal penting dalam pertumbuhan seekor ternak, yaitu: proses-

proses dasar pertumbuhan sel, diferensiasi sel-sel induk menjadi

ektoderm, mesoderm dan endoderm, dan mekanisme pengendalian

pertumbuhan dan diferensiasi. Pertumbuhan sel meliputi perbanyakan

sel, pembesaran sel dan akumulasi substansi ekstraseluler atau

material-material non protoplasma. Pertumbuhan dimulai sejak

terjadinya pembuahan, dan berakhir pada saat dicapainya

kedewasaan. Pertumbuhan ternak dapat dibedakan menjadi

pertumbuhan sebelum kelahiran (prenatal) dan pertumbuhan setelah

terjadi kelahiran (postnatal) .

Pertumbuhan prenatal dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu

periode ovum, periode embrio dan periode fetus. Pada domba periode

Page 2: tumbuh-kembang-ternak

ovum dimulai saat ovulasi sampai terjadinya mplantasi, periode embrio

dimulai dari implantasi sampai terbentuknya organorgan utama seperti

otak, kepala, jantung, hati dan saluran pencernaan, periode fetus

berlangsung sejak hari ke-34 masa kebuntingan sampai terjadinya

kelahiran

Pertumbuhan post natal biasanya dibagi menjadi pertumbuhan pra

sapih dan pasca sapih. Pertumbuhan pra sapih sangat tergantung pada

jumlah dan mutu susu yang dihasilkan oleh induknya Pada domba,

pertumbuhan pra sapih dipengaruhi oleh genotip, bobot lahir, produksi

susu induk, litter size, umur induk, jenis kelamin anak dan umur

penyapihan. Pertumbuhan pasca sapih (lepas sapih) sangat ditentukan

oleh bangsa, jenis kelamin, mutu pakan yang diberikan, umur dan

bobot sapih serta lingkungan misalnya suhu udara, kondisi kandang,

pengendalian parasit dan penyakit lainnya.

Pertumbuhan hewan yang diukur dalam berat tubuh atau berat

karkas maupun organ, jaringan atau bagaian tubuh tertentu, bila diplot

pada kertas grafik terhadap umurnya, merupakan suatu kurva

berbentuk sigmoid, dengan persamaan :

Disini Wt Ukuran tubuh pada waktu t, A

adalah ukuran maksimum yang dapat dicapai pada waktu t tak hingga,

sedangkan a, b, dan k adalah suatu kontanta yang mempunyai arti

tertentu dalam pertumbuhan dan e adalah bilangan logaritma alami

yang besarnya 2,71828…………

Pertumbuhan terdapat dua fase, yaitu: fase pertama self

accelerating phase, dimana kecepatan tumbuh meningkat, dengan

persamaan Wt = W0ekt , disini W0 ukuran tubuh pada saat lahir atau

menetas dan k adalah kecepatan pertumbuhan

Fase kedua self inhibiting phase dimana pertambahan ukuran tubuh

per unit waktu turun sampai pertambahan ukuran tubuh tersebut

menjadi nol atau mencapai ukuran maksimum, dan dalam keadaan

Page 3: tumbuh-kembang-ternak

ini ukuran tubuh dewasa telah tercapai dengan persamaan Wt = A -

bekt. Titik antara kedua fase ini disebut titik balik (“inflection point”).

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

0 20 40 60 80 100

Umur(t)

Uku

ran

Tu

bu

h (

Wt)

Brody (1945) menyatakan bahwa pertumbuhan dapat diukur

dengan tigacara, yakni: (1) laju pertumbuhan kumulatif (cumulative

growth rate), (2) laju pertumbuhan relative (relative growth rate) dan

(3) laju pertumbuhan absolute (absolute growth rate).

a. Pertumbuhan Kumulatif

Kurva laju pertumbuhan kumulatif adalah kurva bobot badan versus

waktu, bentuk urva ini sigmoid. Menurut Tulloh (1978) pertumbuhan

sapi jantan

di bawah kondisi lingkungan yang terkendali dapat digambarkan

sebagai kurva yang berbentuk sigmoid (Gambar 1).

Kurva pertumbuhan kumulatif diperoleh dengan cara menimbang

bobot hidup ternak sesering mungkin, selanjutnya dibuat kurva dengan

aksisnya adalah umur dan ordinatnya adalah bobot hidup. Di bawah

kondisi lingkungan yang terkendali, bobot ternak muda akan

meningkat terus dengan laju pertambahan bobot badan yang tinggi

sampai dicapainya pubertas. Setelah pubertas dicapai bobot badan

A

Page 4: tumbuh-kembang-ternak

meningkat terus dengan laju pertambahan bobot badan yang semakin

menurun, dan akhirnya tidak terjadi peningkatan bobot badan setelah

dicapai kedewasaan. Pertumbuhan selanjutnya adalah pertumbuhan

negatif atau tidak terjadi lagi penambahan bobot badan bahkan terjadi

penurunan bobot badan karena ketuaan .

b. Pertumbuhan Absolut

Menurut Brody (1945) adalah pertambahan bobot badan per unit

waktu atau laju pertumbuhan absolut (LPA). Dapat digambarkan

dengan rumus :

.Dimana : W1 = bobot badan pada umur t1 W2 = bobot badan

pada umur t2 Kurva ini diperoleh dengan cara menggambarkan

pertambahan bobot badan harian versus umur. Pada saat lahir sampai

pubertas terjadi peningkatan pertambahan bobot badan yang semakin

meningkat. Setelah dicapai pubertas, pertambahan harian menurun

sampai dicapai titik nol setelah dicapainya kedewasaan. Setelah

kedewasaan laju pertumbuhannya menjadi negative..

Page 5: tumbuh-kembang-ternak

Gambar 1. Kurva pertumbuhan sejak lahir sampai ternak mati

Keterangan :Y = Bobot hidup, Pertambahan bobot badan harian atau persen laju ertumbuhanX = Umur C = Pembuahan B = Kelahiran P = PubertasM = Dewasa tubuh D = Mati

c. Pertumbuhan RelatifMenurut Brody (1945) laju pertumbuhan relatif (LPR) pada “self

accelerating phase” didefinisikan sebagai kecepatan tumbuh absolut

dibagi dengan setengah jumlah bobot badan awal dan bobot badan

akhir pengamatan. Dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut :

(W2 – W1) / (t2 – t1) (ln W2 – ln W1)

LPR = k = --------------------------- atau k = ------------------------

½ (W2 + W1) (t 2 – t1)

Persen laju pertumbuhan selalu menurun sepanjang hidup ternak, laju

pertumbuhan tertinggi dicapai saat terjadinya pembuahan. Meskipun

laju pertumbuhannya sama, ternak yang lebih kecil tumbuh tiga kali

Page 6: tumbuh-kembang-ternak

lebih cepat bila perbandingan dibuat dalam persen laju pertumbuhan

(Tabel 1). Ternak dari bangsa yang besar kerangka tubuhnya meskipun

pertambahan bobot badan hariannya lebih tinggi tetapi persen laju

pertumbuhannya lebih kecil bila dibandingkan dengan bangsa yang

kerangka tubuhnya kecil (Tabel 2). Sebagai gambaran untuk

memperjelas penyataan tersebut disajikan data pertumbuhan sapi

bobot 100 dan 300 kg dengan pertambahan bobot badan harian

(PBBH) yang sama (1,0 kg).

Tabel 1. Laju pertumbuhan relatif sapi pada bobot potong 100 dan 300 kg

Bobot Potong Laju PertumbuhanPBBH (kg) % Laju

Pertumbuhan100 1,0 1,0300 1,0 0,3

Sumber : Tulloh (1978)

Tabel 2. Laju pertumbuhan relatif sapi bangsa A dan bangsa B

Bangsa Bobot Potong Laju PertumbuhanPBBH (kg) % Laju

PertumbuhanA 200 0,5 0,25B 500 1,0 0,20

Sumber : Tulloh (1978)

d. Pertumbuhan Alometri

Perkembangan tubuh ternak dapat dipelajari dengan mengukur

pertumbuhan relatif komponen-komponen tubuh dan biasanya

dilakukan dengan teknik pemotongan ternak secara beruntun

(Butterfield, 1988). Dengan menggunakan persamaan alometrik

Huxley (1932) yaitu Y = aXb, dapat diketahui gambaran pertumbuhan

organ atau komponen tubuh secara kuantitatif. Transformasi logaritma

persamaan Huxley akan menghasilkan garis lurus untuk setiap

Page 7: tumbuh-kembang-ternak

komponen tubuh terhadap bobot tubuh. Bentuk tranformasi

logaritmanya adalah :

log Y = log a + b log X. atau ln Y = ln a + b ln X

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

b>1

b=1

b<1B

Menurut Natasasmita (1979) dengan mengetahui besaran nilai

koefisien pertumbuhan relatif (b) dari suatu bagian komponen tubuh

(Y) terhadap bobot tubuh (X) di dalam persamaan Alometrik Huxley,

dapat dipelajari fenomena pertumbuhan komponen bersangkutan. Jika

prinsip allometrik Huxley diaplikasikan secara tepat pada sejumlah

individu hewan, kita akan menghasilkan hewan yang mempunyai

komposisi karkas dan bobot yang spesifik selama pertumbuhan

(McDonald et al., 1975). Bila slope atau koefisien pertumbuhan relatif

b=1, maka kedua komponen tubuh tumbuh dengan laju yang sama.

Bila b<1 berarti komponen tubuh (yang diwakili pada sumbu Y)

tumbuh lebih lambat dari bobot tubuh (yang diwakili pada sumbu X),

dan bila b>1 menunjukkan komponen tubuh (Y) bertambah sejalan

Page 8: tumbuh-kembang-ternak

dengan peningkatan bobot tubuh (X), atau dapat diinterpretasikan

bahwa kecepatan pertumbuhan relatif komponen tubuh (Y) lebih

tinggi, bila dibandingkan dengan peningkatan bobot tubuh (X)

Koefisisen ini menunjukkan bahwa waktu perkembangan komponen

tubuh (Y) termasuk masak lambat, sehingga potensi pertumbuhan

relatif dari komponen tubuh (Y) termasuk potensi tinggi.

Penggunaan persamaan ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan

relative komponen tubuh selama pertumbuhan lebih tergantung pada

bobot hidup, dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk

mencapai ukuran tersebut dan pakan (Tulloh.1963). Hal ini berarti

bahwa umur fisiologis (berdasarkan bobot hidup) lebih berpengaruh

dari pada umur kronologis (Natasasmita, 1978). Kemudian untuk

mengetahui karakteristik tumbuh kembang komponen tubuh,

Natasasmita (1979) mencoba menginterpretasikan dengan menguji

nilai b terhadap satu dengan formula : (b-1) / Sb. Untuk mencegah

penyimpangan hasil yang didapat dalam analisis ini, dianjurkan agar

pemotongan ternak secara serial, sesuai dengan masa pertumbuhan

atau pada selang bobot potong yang tidak terlalu besar. Tulloh (1963)

menganjurkan pemakaian persamaan alometrik Huxley dalam bentuk

linier dengan alasan penggunaan ratio ataupun persentase dari bagian

tubuh terhadap bobot tubuh secara keseluruhan, dapat memperoleh

gambaran tentang perubahan komponen tubuh selama pertumbuhan

seekor ternak tidak terlalu besar. Hasil penelitian Murray dan Slezacek

(1976) dan Wood et al. (1980) pada domba, mendapatkan bahwa

persentase tulang karkas berkurang sesuai dengan pertambahan umur

maupun bobot tubuh karena nilai koefisien pertumbuhan relative

(b<1) Pulungan dan Rangkuti (1981) .dan Herman (1993) meneliti

domba jantan didapat bahwa persentase tulang berkurang dengan

meningkatnya bobot karkas. Hasil penelitian Hendri (1986) pada

kambing Kacang dan domba Priangan pada tingkat umur yang berbeda

mendapatkan bahwa pertumbuhan komponen tulang dan jaringan ikat

Page 9: tumbuh-kembang-ternak

tergolong masak dini, lemak karkas masak lambat dan jaringan daging

tanpa lemak (lean) masak sedang, sehingga persentase bobot tulang

karkas dan jaringan ikatnya berkurang, persentase bobot lemak

meningkat dan persentase daging tanpa lemak (lean) relatif konstan

dengan meningkatnya umur.Herman (1993) dalam penelitian tumbuh-

kembang karkas domba Priangan dan Ekor Gemuk menyatakan bahwa

dengan meningkatnya bobot hidup maka persentase karkas meningkat

(b>1). Dengan meningkatnya bobot karkas, maka persentase otot,

tulang dan jaringan pengikat berkurang (b<1), sedangkan persentase

lemak meningkat (b>1). Dengan meningkatnya lemak karkas pada

domba Priangan maka persentase lemak subkutan konstan (b=1),

lemak intermuskuler berkurang (b<1), lemak ginjal dan lemak pelvis

meningkat (b>1), 21 sedangkan pada domba Ekor Gemuk persentase

lemak subkutan, intermuskuler, ginjal dan pelvis konstan (b=1)

dengan semakin meningkatnya lemak karkas. Secara umum

persentase otot, tulang dan jaringan pengikat selalu lebih tinggi,

sedangkan persentase lemak selalu lebih rendah pada domba Priangan

dibandingkan dengan domba Ekor Gemuk. Bangsa domba sangat

nyata berpengaruh pada intersep bobot otot, tulang, lemak dan

jaringan ikat, sedangkan pada distribusi lemak menunjukkan koefisien

pertumbuhan lemak subkutan, intermuskuler, lemak abdomen, lemak

ginjal dan lemak pelvis tidak nyata dipengaruhi oleh bangsa

domba.Dari segi depot lemak, Herman (1993) menyatakan bahwa

dengan meningkatnya bobot tubuh, maka persentase lemak tubuh

domba Priangan dan Ekor Gemuk semakin meningkat (b>1). Pada

domba Priangan persentase lemak subkutan dan lemak ginjal

meningkat (b>1), lemak intermuskuler, lemak pelvis, lemak rongga

thorax berkurang (b<1) dan lemak rongga abdomen dan lemak ekor

konstan (b=1) dengan meningkatnya lemak tubuh. Pada domba Ekor

Gemuk, lemak subkutan dan lemak rongga abdomen meningkat (b>1),

lemak intermuskuler, lemak pelvis, lemak rongga thorax dan lemak

Page 10: tumbuh-kembang-ternak

ekor berkurang (b<1) serta lemak ginjal konstan (b=1) dengan

meningkatnya lemak tubuh. Kempster (1980) menyatakan bahwa pada

sapi, babi dan domba, lemak subkutan berkembang lebih cepat

dibandingkan dengan lemak intermuskuler.Urutan pertumbuhan depot

lemak relatif terhadap total lemak tubuh adalah (1) lemak rongga

perut, (2) lemak subkutan dan (3) lemak intermuskuler. Menurut

Soeparno (1992) lemak menumpuk diberbagai depot dengan

kecepatan yang berbeda dan mempunyai urutan : (1) lemak

mesenterium, (2) lemak ginjal, (3) lemak intermuskuler, dan (4) lemak

subkutan dan yang terakhir tumbuh adalah lemak diantara ikatan

serabut otot yaitu lemak intramuskuler atau marbling.Berdasarkan laju

pertumbuhan maksimumnya, jaringan tubuh mempunyai urutan

pertumbuhan berdasarkan umurnya yaitu (1) jaringan syaraf, (2)

tulang, (3) otot dan (4) lemak.

II. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TERNAK.

Tumbuh-kembang dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, jenis

kelamin, hormon, lingkungan dan manajemen. Beberapa faktor utama

yang mempengaruhi pertumbuhan sebelum lepas sapih adalah

genotipe, bobot lahir, produksi susu induk, jumlah anak perkelahiran,

umur induk, jenis kelamin anak dan umur sapih . Laju pertumbuhan

setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain potensi

pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang

tersedia . Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh

faktor bangsa, heterosis (hybrid vigour) dan jenis kelamin. Pola

pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen

(pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia,

kesehatan dan iklim.

III. SELEKSI TERNAK

Page 11: tumbuh-kembang-ternak

Penampakan ekspresi potensi ternak secara mendasar dipengaruhi oleh dua

faktor utama yang sating terkait satu dengan yang lainnya, yakni faktor genetic

dan lingkungan termasuk didalamnya manajemen pemeliharaan secara

menyeluruh. Telah diketahui bahwa lingkungan dan penanganan manajemen

yang memadai atau sesuai dengan kebutuhan ternak tidak akan memberikan

ekpresi produksi (kualitas maupun kuantitas) yang diharapkan jika tidak didukung

dengan potensi genetic ternak yang baik. Begitu pula sebaliknya jika ternak

memiliki potensi genetic yang baik tidak akan terekspresikan secara optimal bila

tidak didukung oleh lingkungan dan manajemen yang maksimal. Dengan

demikian kedua faktor tersebut hendaknya memperoleh perhatian yang sama

seriusnya dalam pemeliharaan komoditas temak yang dilakukan. Pemeliharaan

ternak yang mempunyai nilai genetk tinggi disertai dengan manajemen yang baik

tentunya akan memberikan hasil yang optimal baik dari segi produksi dan

efisiensi usaha.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah :

 

1. Pakan.

Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap

kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan

terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus

memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih

cepat dan sehat

 

2. Faktor Genetik.

Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga

produksi daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.

Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama,

ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

Page 12: tumbuh-kembang-ternak

4. Manajemen.

Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan

cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat

Pemuliann dan Pembibitan Ternak

Pemuliaan adalah merupakan suatu usaha untuk memperbaiki atau

meningkatkan mutu genetik ternak melalui pengembanganbiakan ternak-temak

yang memiliki potensi genetik yang baik sehingga diperoleh kinerja atau potensi

produksi yang diharapkan.

Sedangkan arti pembibitan adalah suatu tindakan manusia untuk

menghasilkan ternak bibit, dimana yang dimaksud dengan temak bibit adalah

ternak yang memenuhi persyaratan dan karakter tertentu untuk

dikembangbiakan dengan tujuan standar produksi /kinerja yang ditentukan.

Seorang peternak dapat menentukan dua hat yang berpengaruh terhadap

peningkatan mutu genetic temaknya yakni

melalui

- Memilih ternak yang dipakai sebagai tetua.

- Memilih ternak yang akan dikawinkan,

Alat atau metode yang dapat digunakan antara lain berupa

1 . Seleksi

2. Mengendalikan sistim perkawinan untuk ternaknya.

Dalam pemuliaan temak, seorang peternak cenderung untuk merubah atau

menentukan hat-hat yang terlihat seperti produktifitas ternak pada tingkatan

tertentu yang diinginkan. Untuk melakukannya diperlukan informasi atau data

mengenai sifat-sifat yang akan diturunkan tersebut atau sering disebut dengan

sifat-sifat genetic misalnya seperti bobot badan, produksi telur, warna bulu dan

sebagainya. Beberapa perbedaan sifat-sifat genetika tersebut sangat mudah dan

dapat dilihat, dibedakan dan dikelompokkan, misalnya ternak bertanduk dengan

yang tidak bertanduk, warna kulit tubuh merah ataupun hitam dan sebagainya.

Sifatsifat seperti itu dikenal sebagai sifat kualitatif dan dikontrol oleh sejumlah

Page 13: tumbuh-kembang-ternak

kecil gen. Sedangkan kebanyakan sifat-sifat produktif yang menjadi pengamatan

peternak adalah dikontrol oleh pasangan-pasangan gen dan termodifikasi oleh

lingkungan yang dihadapi oleh ternak bersangkutan. Sifat-sifat produksi Jim

dikenal sebagai sifat kuantitatif dan tidak dapat dikelompokkan secara tegas

misalnya produksi daging, susu dan bulu (wool).

1. Sistim Perkawinan

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa dasar dalam pemuliaan

ternak adalah untuk meningkatkan produksi dan produktifitas ternak melalui

perbaikan atau peningkatan mutu genetiknya. Cara atau metode yang digunakan

terdiri dari sistim perkawinan dan sistim seleksi. Sistim perkawinan yang selalu

dan sering digunakan untuk meningkatkan mutu genetic ternak antara lain :

a. Perkawinan dengan tujuan meningkatkan homosigotas (Inbreeding).

b. Perkawinan dengan tujuan meningkatkan heterogositas (Outbreeding).

2. Sistim Seleksi

Seleksi adalah istilah dalam pemilihan ternak yang menggambarkan proses

pemilihan secara sistimatis ternak-ternak dari suatu populasi untuk dijadikan

tetua generasi berikutnya.

Pada dasarnya seleksi dibagi menjadi dua bentuk yakni:

a. Seleksi Alam Yaitu pemilihan hewan atau ternak menjadi tetua untuk generasi

selanjutnya, yang dilakukan oleh alam. Seleksi alarn yang berlangsung beratus

tahun akan menghasilkan ternak yang mempunyai daya adaptasi dengan

lingkungan alarn sekitar yang berlaku setempat.

b. Seleksi Buatan Seleksi yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan tertentu.

Seleksi buatan selanjutnya dapat dibedakan menjadi

a. Seleksi Individual (Mass Selection)

Yaitu seleksi untuk ternak bibit yang didasarkan pads catatan produkti fitas

masing-masing ternak. Seleksi individual pada ternak sapi adalah cara seleksi

yang paling sederhana dan mudah dilakukan di pedesaan dengan dasar bobot

sapih anak sapi yang ada dan sebagainya.

b. Seleksi Kekerabatan (Family Selection)

Page 14: tumbuh-kembang-ternak

Yaitu seleksi individu atas dasar performans kerabat-kerabatnya (misalnya

saudara tiri sebapak atau saudara kandung). Seleksi kerabat dilakukan untuk

memilih calon pejantan sapi perah dengan tujuan untuk meningkatkan produksi

susu yang tidak dapat diukur pada ternak sapi jantan, dengan mengukur

produksi kerabat-kerabat betinanya yang menghasilkan susu.

c. Seleksi Silsilah (Pedigree Selection)

Seleksi yang dilakukan berdasarkan pada silsilah seekor ternak. Seleksi in]

dilakukann untuk memilih ternak bibit pada umur muda, sementara hewan muda

tersebut beium dapat menunjukkan sifat-sifat produksinya. Pemilihan Bibit

Ternak (contoh : ternak knmbing/domba) Pemilihan bibit ternak bertujuan untuk

memperoleh bangsa-bangsa ternak yang memiliki sifat-sifat produktif potensial

seperti memiliki persentase kelahiran anak yang tinggi, kesuburan yang tinggi,

kecepatan tumbuh yang baik serta ppersentasi karkas yang baik dan

sebagainya. Kriteria - kriteria yang biasa dipergunakan sebagai pedoman dalarn

rangka melaksanakan seleksi atau pemilihan bibit ialah : bangsa ternak,

kesuburan dan persentase kelahiran anak, temperamen dan produksi susu

induk, produksi daging dan susu, recording dan status kesehatan temak

tersebut.

1. Bangsa

Pemilihan jenis ternak (kambing/domba) yang hendak diternakan biasanya dipilih

dari bangsa ternak kambing/domba unggul

2. Kesuburan dan persentase kelahiran anak yang tinggi

Seleksi calon induk maupun pejantan yang benar jika dipilih dan turunan yang

beranak kembar dan mempunyai kualitas kelahiran anak yang baik.

3. Temperamen dan jumlah produksi susu induk

Induk yang dipilih hendaknya sebaiknya memiliki temperamen yang baik, mau

merawat anaknya serta selalu siap untuk menyusui anaknya.

4. Penampilan Eksterior

Penampilan eksterior ternak bibit harus menunjukkan kriteria yang baik untuk

bibit baik ternak jantan maupun betinanya (induk). Untuk memberikan penilaian

Page 15: tumbuh-kembang-ternak

keadaan atau penampilan eksterior dapat dilakukan dengan melakukan

perabaan/pengukuran ataupun pengamatan.