tulisan bab 2 – penduduk masyarakat dan kebudayaan

4
BAB 2 – PENDUDUK MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN Penduduk Masyarakat dan kebudayaan adalah satu hal yang tidak bisa di pisahkan karena di mana manusia itu hidup dan menetap dapat di pastikan manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya. Masyarakat yang merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan mengadakan suatu kebiasaan-kebiasaan dengan komunitasnya yang terus mereka kembangankan dan lestarikan secara turun temurun sehingga kebiasaan-kebiasaan itu sudah menjadi suatu warisan dari generasi sebelumnya dan akan terus berkembang selama genrasi-generasi selanjutnya tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan. Setiap manusia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda itu di sebabkan mereka memiliki komunitas tersendiri di wilayahnya sehingga apabila kita amati manusia di belahan dunia manapun memiliki kebudayaannya masing-masing tak terkecuali di indonesia yang memiliki banyak keberagaman budaya. Perbedaan kebudayaan ini sangatlah wajar karna perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan Keberagaman budaya tersebut Pembentukan kebudayaan ini sebenarnya di sebabkan karena manusia di hadapkan pada suatu persoalan yang meminta pemecahan suatu masalah, sehingga dalam rangka usahanya itu maka manusia harus bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia

Upload: deno-ardyanto

Post on 23-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tulisan BAB 2  –   PENDUDUK MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

BAB 2 – PENDUDUK MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Penduduk Masyarakat dan kebudayaan adalah satu hal yang tidak bisa di pisahkan karena di

mana manusia itu hidup dan menetap dapat di pastikan manusia akan hidup sesuai dengan

kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya.

Masyarakat yang merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan mengadakan

suatu kebiasaan-kebiasaan dengan komunitasnya yang terus mereka kembangankan dan

lestarikan secara turun temurun sehingga kebiasaan-kebiasaan itu sudah menjadi suatu warisan

dari generasi sebelumnya dan akan terus berkembang selama genrasi-generasi selanjutnya tetap

menjaga dan melestarikan kebudayaan.

Setiap manusia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda itu di sebabkan mereka memiliki

komunitas tersendiri di wilayahnya sehingga apabila kita amati manusia di belahan dunia

manapun memiliki kebudayaannya masing-masing tak terkecuali di indonesia yang memiliki

banyak keberagaman budaya. Perbedaan kebudayaan ini sangatlah wajar karna perbedaan yang

dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya

yang menimbulkan Keberagaman budaya tersebut

Pembentukan kebudayaan ini sebenarnya di sebabkan karena manusia di hadapkan pada suatu

persoalan yang meminta pemecahan suatu masalah, sehingga dalam rangka usahanya itu maka

manusia harus bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan

berbagai cara. Nah hal-hal yang dilakukan oleh manusia inilah yang menjadi kebudayaan.     

Masyarakat Indonesia dalam hal kebudayaan saat ini mengalami berbagai rintangan dan

halangan untuk menerima serbuan kebudayaan asing yang masuk lewat Globalisasi (perluasan

cara-cara sosial melalui antar benua). Dalam hal ini teknlogi informasi dan komunikasi yang

masuk ke Indonedia turut merobah cara kebudayaan Indonesia tersebut baik itu kebudayaan

nasional maupun kebudayaan murni yang ada di setiap daerah di Indonesia. Dalam hal ini sering

terlihat ketidakmampuan manusia di Indonesia untuk beradaptasi dengan baik terhadap

kebudayaan asing sehingga melahirkan perilaku yang cenderung ke Barat-baratan (westernisasi).

Hal tersebut terlihat dengan seringnya remaja/i Indonesia keluar-masuk pub, diskotik dan tempat

hiburan malam lainnya berikut dengan berbagai perilaku menyimpang yang menyertainya dan

Page 2: Tulisan BAB 2  –   PENDUDUK MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

sering melahirkan komunitas tersendiri terutama di kota-kota besar dan metropolitan. Dalam hal

ini terjadinya berbagai kasus penyimpangan seperti penyalah gunaan zat adiktif, berbagai bentuk

kategori pelacuran dan ‘western’ lainnya tak lepas dari ketidak mampuan manusia Indonesia

dalam beradaptasi sehingga masih bersikap ‘conform’ dan ‘latah’ terhadap kebudayaan asing

yang melenyapkan inovasi dalam beradaptasi dengan budaya asing sehingga melahirkan bentuk

akulturasi. Bila dikaji dengan teliti hal tersebut mungkin dikarenakan ciri-ciri manusia Indonesia

lama yang masih melekat seperti percaya mitos dan mistik, sikap suka berpura-pura, percaya

takhyul yang dimodifikasi, konsumerisme, suka meniru, rendahnya etos kerja dan lain

sebagainya bisa jadi mengakibatkan terhambatnya akulturasi (percampuran dua/lebih

kebudayaan yang dalam percampurannya masing-masing unsurnya lebih tampak). Sikap

etnosentrime (kecenderungan setiap kelompok untuk percaya begitu saja akan

keunggulan/superioritas kebudayaannya sendiri dan sikap senosentrisme (sikap yang lebih

menyenangi pandangan/produk asing) merupakan hal selanjutnya yang dapat menghambat

terwujudnya kebudayaan nasional untuk kemajuan bangsa dan negara.

Sepertinya, sudah saatnya manusia Indonesia berikut dengan berbagai kebudayaan daerahnya

yang ada melakukan suatu bentuk adaptasi yang sifatnya inovasi/pembaruan dengan budaya

Barat/asing seperti dalam hal kesenian dimana instrumen musik tradisional dipadukan dengan

instrumen modern (alat-alat band dengan teknologi komputernya) maupun perawatan berbagai

benda kebudayaan dengan teknologi asing yang ada sehingga akulturasi dapat diwujudkan.

Selain itu, pengaruh media komunikasi seperti Televisi, radio, Internet sangat besar

dampaknya dalam hal cara pandang manusia Indonesia terhadap ras. Sinetron-sinetron maupun

film yang ditayangkan di Televisi dan bioskop yang memvisualisasikan dan mensosialisasikan

gaya hidup ras Caucasoid (orang Eropah) turut mempengaruhi cara pandang manusia Indonesia

terhadap budayanya sehingga tidak timbul kesadaran untuk mempelajari tindakan sosial dan

sebaliknya. Dalam hal ini manusia Indonesia sepertinya lebih mengagung-agungkan/memuja ras

Caucasoid berikut dengan gaya hidupnya dan menjadikannya sebagai kelompok acuan

(umumnya oleh kaum perempuan) sehingga secara tak langsung mempengaruhi akal dan

intelegensi, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku manusia Indonesia sehingga terkendala dalam

memajukan kebudayaannya sendiri.