tugas_k3l himpunan peraturan k3

1402
Tugas Kuliah K3L HIMPUNAN PERATURAN K3 Disusun Oleh : Aryo Bayu Sakti P. (20140130102) Arief Budi Yulianto (20140130104) Purna Wijongko (20140130105) Kelas H PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Upload: aryo-bayu

Post on 10-Apr-2016

154 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

k3l

TRANSCRIPT

Tugas Kuliah K3L HIMPUNAN PERATURAN K3

Disusun Oleh :Aryo Bayu Sakti P. (20140130102) Arief Budi Yulianto (20140130104) Purna Wijongko (20140130105)

Kelas H

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSUTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

K3LPage 2

DAFTAR ISI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No.15PER.01/MEN/198015TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KONSTRUKSI15BANGUNAN15BAB I KETENTUAN17UMUM17BAB19II20TENTANG TEMPAT KERJA DAN ALAT-ALAT20KERJA Pasal 520BAB III23TENTANG23PERANCAH23BAB28IV28TENTANG TANGGA DAN TANGGA28RUMAH Pasal 2528BAB29V29TENTANG ALAT-ALAT30ANGKAT Pasal 2830BAB33VI33TENTANG KABEL BAJA, TAMBANG, RANTAI33DAN PERALATAN BANTU33BAB VII35TENTANG36MESIN-MESIN36BAB37VIII 37TENTANG PERALATAN KONSTRUKSI37BANGUNAN Pasal 4537BAB43IX 43TENTANG KONSTRUKSI DI BAWAH43TANAH Pasal 6043BAB X46TENTANG46PENGGALIAN46K3LPage 3

BAB47XI 47TENTANG PEKERJAAN47MEMANCANG Pasal 6847BAB48XII 48TENTANG PEKERJAAN49BETON Pasal 7249BAB51XIII 51TENTANG PEKERJAAN51LAINNYA Pasal 7751BAB58XIV 58TENTANG58PEMBONGKARAN Pasal 9158BAB61XV 61TENTANG PENGGUNAAN PERLENGKAPAN62PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGAN62DIRI62BAB XVI62KETENTUAN63PERALIHAN63BAB XVII63KETENTUAN LAIN-63LAIN63BAB XVIII64KETENTUAN64HUKUMAN64BAB XIX65KETENTUAN65PENUTUP65PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI68REPUBLIK INDONESIA68No : PER.01/MEN/197868TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM68PENEBANGAN DAN PENGANGKUTAN KAYU68MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI REPUBLIK68INDONESIA68BAB I KETENTUAN70UMUM70K3LPage 4

BAB II72BAB III73NORMA-NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PENEBANGAN DAN PENGANGKUTAN KAYU. 73BAB IV86KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS PADA86PENEBANGAN DAN PENGANGKUTAN KAYU.86BAB V PELAKSANAAN87UMUM87BAB VI89SANKSI DAN KETENTUAN PENUTUP89PERATURAN MENTERI91TENAGA KERJA91REPUBLIK INDONESIA91No: PER.04/MEN/198591TENTANG91PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI91BAB I KETENTUAN94UMUM94BAB II RUANG110LINGKUP110BAB III111ALAT PERLINDUNGAN111Pasal 35111BAB IV117PENGGERAK MULA117BAB V119PERLENGKAPAN TRANSMISI TENAGA MEKANIK119BAB VI124MESIN PERKAKAS KERJA124BAB VII MESIN146PRODUKSI146BAB VIII150DAPUR150BAB IX PEMERIKSAAN DAN156PENGUJIAN156BAB X157PENGESAHAN157BAB XI KETENTUAN160LAIN-LAIN160BAB X KETENTUAN161PENUTUP161K3LPage 5

PERATURAN MENTERI168TENAGA KERJA168REPUBLIK INDONESIA168No : PER.05/MEN/1985168T E N T A N G168PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT168BAB I KETENTUAN170UMUM170BAB II RUANG173LINGKUP173BAB III PERALATAN173ANGKAT173BAB IV199PITA TRANSPORT199BAB V PESAWAT208ANGKUT208DI ATAS LANDASAN DAN DI ATAS PERMUKAAN208BAB VI214ALAT ANGKUTAN JALAN RIL214BAB VII221PENGESAHAN221BAB VIII PEMERIKSAAN DAN223PENGUJIAN223BAB X KETENTUAN225LAIN-LAIN225BAB XI KETENTUAN225PIDANA225PERATURAN MENTERI228TENAGA KERJA NO.228PER.01/MEN/1989228TENTANG KWALIFIKASI DAN228SYARAT-SYARAT OPERATOR KERAN228ANGKAT228BAB I KETENTUAN230UMUM Pasal 1230BAB II RUANG230LINGKUP Pasal 2230BAB III231KWALIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT231OPERATOR KERAN ANGKAT Pasal 3231BAB IV KEWENANGAN236OPERATOR Pasal 8236K3LPage 6

BAB V KEWAJIBAN238OPERATOR Pasal 10238BAB VI KETENTUAN240HUKUM Pasal 11240BAB VII ATURAN240PERALIHAN Pasal 12240BAB VIII KETENTUAN240PENUTUP Pasal 13240KEPUTUSAN BERSAMA259MENTERI TENAGA KERJA DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM259NOMOR : KEP. 174/MEN/1986259NOMOR: 104/KPTS/1986259TENTANG260KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA260PADA TEMPAT KEGIATAN KONSTRUKSI260KEPUTUSAN267MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI267REPUBLIK INDONESIA267NOMOR : KEP.75/MEN/2002267T E N T A N G267PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) NOMOR : SNI-04-0225-2000 MENGENAI PERSYARATAN UMUM INSTALASI LISTRIK 2000 (PUIL 2000) DI TEMPAT KERJA 267PERATURAN MENTERI273TENAGA KERJA273REPUBLIK INDONESIA273NOMOR : PER.02/MEN/1989273T E N T A N G273PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR273BAB I KETENTUAN275UMUM275BAB II RUANG281LINGKUP281BAB III PENERIMA (AIR283TERMINAL)283BAB IV PENGHANTAR285PENURUNAN285B294A295B296V297P297E297K3LPage 7

M297B297U297M297I297A297N297BAB VI303MENARA303BAB VII305BANGUNAN YANG MEMPUNYAI ANTENA305BAB VIII307CEROBONG YANG LEBIH TINGGI DARI 10 M307BAB IX PEMERIKSAAN DAN311PENGUJIAN311BAB X313PENGESAHAN313BAB XI KETENTUAN315PIDANA315BAB XII ATURAN317PERALIHAN317BAB XIII KETENTUAN317PENUTUP317LAMPIRAN I319: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA319NOMOR319: PER.02/MEN/1989319TANGGAL319: 21 FEBRUARI 1989.319A. MACAM STRUKTUR BANGUNAN319C. TINGGI BANGUNAN320D. SITUASI BANGUNAN320E. PENGARUH KILAT320F. PERKIRAAN BAHAYA (R)321LAMPIRAN II : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA322NOMOR: PER.02/MEN/1989322TANGGAL: 21 FEBRUARI 1989.322JENIS BAHAN DAN UKURAN TERKECIL322PERATURAN MENTERI325TENAGA KERJA325REPUBLIK INDONESIA325NOMOR : PER.03/MEN/1999325K3LPage 8

T E N T A N G325SYARAT-SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LIFT UNTUK PENGANGKUTAN ORANG DAN BARANG 325BAB I KETENTUAN327UMUM327BAB II SYARAT-333SYARAT333KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LIFT333BAGIAN 1333UMUM333BAGIAN 2333BAGIAN-BAGIAN LIFT DAN PEMASANGANNYA333PARAGRAF 1334MESIN DAN KAMAR MESIN334PARAGRAF 2335TALI BAJA DAN TEROMOL335PARAGRAF 3338BANGUNAN RUANG LUNCUR DAN LEKUK DASAR338PARAGRAF 4341KERETA341PARAGRAF 5345GOVERNOR DAN PERLENGKAPAN PENGAMAN345PARAGRAF 6349BOBOT IMBANG, REL PEMANDU DAN349PEREDAM ATAU PENYANGGA349PARAGRAF 7352INSTALASI LISTRIK352BAB III352PEMBUATAN, PEMASANGAN, PERBAIKAN, PERAWATAN352DAN PERUBAHAN LIFT352BAB IV PEMERIKSAAN DAN356PENGUJIAN356BAB VI KETENTUAN358PIDANA358LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA360NOMOR360:......................................................................................................................................................360PER. 03/MEN/1999360TANGGAL360:......................................................................................................................................................36008 JUNI 1999360PERATURAN362K3LPage 9

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI362No : PER.04/MEN/1980362TENTANG362SYARAT-SYARAT PEMASANGAN DAN PEMELIHARAN362ALAT PEMADAM API RINGAN.362BAB I KETERANGAN363UMUM363BAB II365PEMASANGAN365BAB III369PEMEIHARAAN369BAB IV KETENTUAN383PIDANA383BAB V KETENTUAN385PERALIHAN385BAB VI KETENTUAN385PENUTUP385PERATURAN MENTERI396TENAGA KERJA396REPUBLIK INDONESIA396NOMOR : PER.02/MEN/1983396T E N T A N G396INSTALASI ALARM KEBAKARAN AUTOMATIK396BAB I KETENTUAN398UMUM398BAB II PEMELIHARAAN DAN427PENGUJIAN427BAB III428SISTEM DETEKSI PANAS428BAB IV434SISTEM DETEKSI ASAP434BAB V440SISTEM DETEKTOR API (FLAME DETECTOR)440BAB VI KETENTUAN442LAIN-LAIN442BAB VII KETENTUAN442PIDANA442BAB VIII KETENTUAN443PENUTUP443KEPUTUSAN MENTERI445TENAGA KERJA445REPUBLIK INDONESIA445K3LPage 10

No. : KEP.186/MEN/1999445TENTANG445UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA445BAB I KETENTUAN448UMUM448BAB II452PEMBENTUKAN UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN452BAB III455TUGAS DAN SYARAT UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN455BAB IV461PENGAWASAN461BAB V KETENTUAN463PERALIHAN463BAB VI KETENTUAN463PENUTUP463PERATURAN473MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI473NOMOR : PER. 01/MEN/1982473TENTANG BEJANA473TEKANAN473BAB I ISTILAH-475ISTILAH475BAB II RUANG478LINGKUP478BAB III SYARAT-479SYARAT479KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA479BAB IV498PENGISIAN498BAB V510PENGANGKUTAN510BAB V PEMBUATAN DAN511PEMAKAIAN512BAB VII516PEMASANGAN, PERBAIKAN DAN PERUBAHAN TEKNIS516BAB VIII KETENTUAN519PERALIHAN519BAB IX KETENTUAN520PIDANA520BAB X KETENTUAN520PENUTUP520PERATURAN PEMERINTAH528K3LPage 11

REPUBLIK INDONESIA528NOMOR 7 TAHUN 1973528T E N T A N G528PENGAWASAN ATAS PEREDARAN, PENYIMPANAN528DAN PENGGUNAAN PESTISIDA528PERATURAN539MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI541REPUBLIK INDONESIA541No : PER/01/MEN/1976541TENTANG KEWAJIBAN LATIHAN541HIPERKES BAGI DOKTER541PERUSAHAAN541PERATURAN546MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI547No: PER.01/MEN/1979547TENTANG547KEWAJIBAN LATIHAN HYGIENE PERUSAHAAN547KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI547TENAGA PARA MEDIS PERUSAHAAN.547PERATURAN MENTERI TENAGA553KERJA DAN TRANSMIGRASI No.553Per.02/MEN/1980553TENTANG553PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA DALAM553PENYELENGGARAAN KESELAMATAN KERJA.553KEPUTUSAN MENTERI565TENAGA KERJA565REPUBLIK INDONESIA565NOMOR : KEP.51/MEN/1999565T E N T A N G565NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA565DI TEMPAT KERJA565PERATURAN586MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI588REPUBLIK INDONESIA589NOMOR : PER.03/MEN/1978589TENTANG589PERSYARATAN PENUNJUKAN DAN WEWENANG589SERTA KEWAJIBAN PEGAWAI PENGAWAS589KESELAMATAN KERJA DAN AHLI KESELAMATAN KERJA.589PERATURAN MENTERI599TENAGA KERJA NOMOR599

K3LPage 12PER-02/MEN/1992599T E N T A N G599TATA CARA PENUNJUKAN KEWAJIBAN DAN WEWENANG AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 599BAB I KETENTUAN601UMUM601BAB II603TATA CARA PENUNJUKAN603AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA603BAB III KEWAJIBAN DAN608WEWENANG608AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA608BAB IV KETENTUAN611PERALIHAN611BAB V KETENTUAN612PENUTUP612PERATURAN MENTERI614TENAGA KERJA NOMOR614PER.04/MEN/1995614T E N T A N G614PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA614BAB I KETENTUAN616UMUM616BAB II621SYARAT-SYARAT PENUNJUKAN621BAB III626HAK DAN KEWAJIBAN626BAB IV KETENTUAN628LAIN-LAIN628BAB V629SANKSI629BAB VII KETENTUAN PENUTUP630PERATURAN MENTERI632TENAGA KERJA NOMOR632PER. 05/MEN/1996632TENTANG SISTEM632MANAJEMEN632KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA632BAB I KETENTUAN634UMUM634BAB II636TUJUAN DAN SASARAN636

K3LPage 13SISTEM MANAJEMEN636KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA636BAB III637PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN637KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA637BAB IV639AUDIT SISTEM MANAJEMEN639KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA639BAB V KEWENANGAN641DIREKTUR641BAB VI642MEKANISME PELAKSANAAN AUDIT642BAB VII643SERTIFIKAT643KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA643BAB VIII PEMBINAAN DAN644PENGAWASAN644BAB IX645PEMBIAYAAN645Biaya pelaksanaan audit Sistem Manajemen K3 dibebankan kepada perusahaan yang diaudit....................................................................................................................................................645BAB X KETENTUAN645PENUTUP645

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No.

PER.01/MEN/1980

TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KONSTRUKSI

BANGUNAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI.

Menimbang :

bahwa kenyataan menunjukan banyak terjadi kecelakaan, akibat belum ditanganinya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja secara mantap dan menyeluruh pada pekerjaan konstruksi bangunan, sehingga karenanya perlu diadakan upaya untuk membina norma perlindungan kerjanya;

bahwa dengan semakin meningkatnya pembangunan dengan penggunaan teknologi modern, harus diimbangi pula dengan upaya keselamatan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja.

bahwa sebagai pelaksanaan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja, dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan Konstruksi Bangunan.

Mengingat

Pasal 10 (a) Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja.

Pasal 2 (2c) dan pasal 4 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KONSTRUKSI BANGUNAN.

BAB I KETENTUAN

UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

Konstruksi Bangunan ialah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan yang dilakukan di tempat kerja.

Tempat Kerja ialah tempat sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) huruf c, k, l, Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Direktur ialah Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. Kep. 79/MEN/1977.

Pengurus ialah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan pada konstruksi bangunan secara aman.

Perancah (Scaffold) ialah bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk sementara

dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat pada

setiappekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan

pembongkaran.

Gelagar (putlog or bearer) ialah bagian dari perancah untuk tempat meletakan papan peralatan.

Palang penguat, (brace) ialah bagian dari perancah untuk memperkuat dua titik konstruksi yang berlainan guna mencegah pergeseran konstruksi bangunan perancah tersebut.

Perancah tangga (ladder scaffold) ialah suatu perancah yang mengunakan tangga sebagai tiang untuk penyangga peralatannya.

K3LPage 17Perancah kursi gantung (beatswains chair) ialah suatu perancah yang berbentuk tempat duduk yang digantung dengan kabel atau tambang.

Perancah dongkrak tangga (ladder jack scaffold) ialah suatu perancah yang perala-tannya mempergunakan dongkrak untuk menaikan dan menurunkannya dan dipasang pada tangga.

Perancah topang jendela (window jack scaffold) ialah suatu perancah yang pelata-rannya dipasang pada balok tumpu yang ditempatkan menjulur dari jendela terbuka.

Perancah kuda-kuda (trestle scaffold) ialah suatu perancah yang disangga oleh kuda-kuda.

Pasal

2

Setiap pekerjaan konstruksj bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan kepada

Direkturatau Pejabatyang ditunjuknya.Pasal

3

(1) Pada setiappekerjaankonstruksibangunan harusdiusahakanpencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya.(2) Sewaktu pekerjaan dimulai harussegera disusunsuatu unitkeselamatan

dan kesehatan kerja, hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja.

Unit keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ayat (2) pasal ini meliputi usaha-usaha pencegahan terhadap: kecelakaan, kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan dan usaha-usaha penyelamatan.

Pasal

4

Setiap terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan

kepada

DirekturatauPejabat yang

ditunjuknya.

BAB

II

TENTANG TEMPAT KERJA DAN ALAT-ALAT

KERJA Pasal 5

Disetiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk keperluan keluar masuk dengan aman.

(2) Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat orang bekerja atau sering dilalui, harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.(3) Semua tempatkerjaharus mempunyaiventilasiyangcukupsehingga

dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya.

Pasal

6

Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan dan alat-alat kerja tidak merintangi atau menimbulkan kecelakaan.

Pasal

7

Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan perancah, alat- alat kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak dilemparkan, diluncurkan atau dijatuhkan ke bawah dari tempat yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kecelakaan.

Pasal

8

Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap- atap atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka, semua galian- galian dan lubang-lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat.

Pasal

9

Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak boleh melebihi ketentuan Nilai Ambang

Batas (NAB) yang berlaku.

Pasal

10

Orang yang tidak berkepentingan, dilarang memasuki tempat kerja.

Pasal

11

Tindakan harus dilakukan untuk mencegah bahaya terhadap orang yang disebabkan oleh

runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan darurat atau bangunan yang tidak stabil.

BAB III

TENTANG

PERANCAH

Pasal

12

Perancah yang sesuai dan aman harus disediakan untuk semua pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dengan aman oleh seseorang yang berdiri di atas konstruksi yang kuat dan permanen, kecuali apabila pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan aman dengan mempergunakan tangga.

Pasal

13

Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan dengan aman tenaga kerja, peralatan dan bahan yang dipergunakan.

Lantai perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter.

Pasal

14

Jalan-jalan sempit, jalan-jalan dan jalan-jalan landasan (runway) harus dari bahan dan konstruksi yang kuat, tidak rusak dan aman untuk tujuan pemakaiannya.

Pasal

15

Perancah tiang kayu yang terdiri dari sejumlah tiang kayu dan bagian atasnya dipasang gelagar sebagai tempat untuk meletakan papan-papan perancah harus diberi palang pada semua sisinya.

Untuk perancah tiang kayu harus digunakan kayu lurus yang

baik.

Pasal

16

Perancah gantung harus terdiri dari angker pengaman, kabel-kabel baja penggan-tung yang kuat dan sangkar gantung dengan lantai papan yang dilengkapi pagar pengaman.

Keamanan perancah gantung harus diuji tiap hari sebelum

digunakan.

(3) Perancah gantung yang digerakan dengan mesin harus mengunakan kabel baja.

Pasal

17

Perancahtupang sudut (outrigger cantilever) atau perancah tupang siku (jib

scaffold), hanya boleh digunakan oleh tukanng kayu, tukang cat, tukang listrik, dan

tukang-tukang lainnya yang sejenis, dan dilarang menggunakanpanggung

perancah tersebut untuk keperluan menempatkan sejumlah bahan-bahan.

Pasal

18

(1) Tangga yang digunakan sebagai kaki perancah harus dengan konstruksi yang kuat

dan dengan letak yang sempurna. Perancahtangga Hanya boleh digunakan untuk pekerjaan ringan.(2) Dilarang menggunakan perancah jenis dongkrak tangga(ledder jack)untuk

peker- jaan pada permukaan yang tinggi.

(3) Perancah kuda-kuda hanya boleh digunakan sewaktu bekerja pada permukaan rendah dan jangka waktu pendek.(4) Perancah siku dengan penunjang (bracket scaffold)harusdijangkarkan ke

dalam dinding dan diperhitungkan untuk dapat menahanMuatan maksimum pada sisi luar dari lantai peralatan.(5) Perancahpersegi(squarescaffold)harusdibuatsecaratelitiuntuk

menjamin kestabilan perancah tersebut.

Pasal

19

Perancah tupang jendela hanya boleh digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan ringan dengan jangka waktu pendek dan hanya untuk melalui jendela terbuka dimana perancah jenis tersebut ditempatkan.

Pasal

20

Tindakan pencegahan harus dilakukan agar dapat dihindarkan pembebanan lebih terhadap lantai perancah yang digunakan untuk truck membuang sampah.

Pasal

21

Perancah pada pipa logam harus terdiri dari kaki, gelagar palang dan pipa penghubung dengan ikatan yang kuat, dan pemasangan pipa-pipa tersebut harus kuat dan dilindungi terhadap karat dan cacat-cacat lainnya.

Pasal

22

Perancah beroda yang dapat dipindah-pindahkan (mobile scaffold) harus dibuat sede- mikian rupa sehingga perancah tidak memutar waktu dipakai.

Pasal

23

Perancah kursi gantung dan alat-alat sejenisnya hanya digunakan sebagai perancah dalam hal pengecualian yaitu apabila pekerjaan tidak dapat dilakukan secara aman dengan menggunakan alat-alat lainnya.

Pasal

24

Truck dengan perancah bak (serial basket trucks) harus dibuat dan digunakan sedemikian rupa sehingga tetap stabil dalam semua kedudukan dan semua gerakan.

BAB

IV

TENTANG TANGGA DAN TANGGA

RUMAH Pasal 25

(1) Tangga harus terdiri dari 2 kaki tangga dan sejumlah anak tangga yang dipasang

pada kedua kaki tangga dengan kuat.

(2) Tangga harus dibuat, dipelihara dan digunakan sebaik-baiknya sehingga dapat menjamin keselamatan tenaga kerja.

Pasal

26

(1) Tangga yang dapat dipindah-pindahkan (portable stepledders) dan tangga kuda-kuda yang dapat dipindah-pindahkan, panjangnya tidak boleh lebih dari 6 meter dan pengembangan antara kaki depan dan kaki belakang harus diperkuat dengan pengaman.

(2) Tangga bersambung dan tangga mekanik, panjangnya tidak boleh lebih dari 15 meter.(3) Tangga tetap harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap cuaca dan kondisi lainnya,

yang panjangnya tidak boleh lebih dari 9 meter.

Pasal

27

Tangga rumah harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menahan dengan aman beban yang harus dibawa melalui tangga tersebut, dan harus cukup lebar untuk pema-kaiannya secara aman.

BAB

V

TENTANG ALAT-ALAT

ANGKAT Pasal 28

Alat-alat angkat harus direncanakan dipasang, dilayani dan dipelihara sedemikian rupa sehingga terjamin keselamatan dalam pemakaiannya.

Pasal

29

Poros penggerak, mesin-mesin, kabel-kabel baja dan pelataran dari semua alat-alat angkat harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kecelakaan karena terjepit, muatan lebih kerusakan mesin atau putusnya kabel baja pengangkat.

Pasal

30

(1) Setiap kran angkat harus dibuat dan dipelihara sedemikian rupa sehingga

setelah diperhitungkan besarnya, pengaruhnya, kondisinya, ragamnya muatan dan

kekuatan, perimbangan dari setiap bagian peralatan bantu yang terpasang, maka tegangan maksimum yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan maksimum yang

diijinkan dan harusada keseimbangansehinggaDapat berfungsitanpamelaluibatas-bataspemuaian, pelenturan, getaran, puntiran dan tanpa terjadi kerusakan sebelum batas waktunya.(2) Setiap kran angkatyang tidak direncanakan untuk mengangkut muatan kerja maksimumyang diijinkanpada semua posisi yang dapatdicapai, harus

mempunyai petunjuk radius muatan dan petunjuk tersebut harus dipelihara agar

selalu bekerja dengan baik.

(3) Derek (Derricks)harus direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga ter- jamin kestabilannya waktu bekerja.(4) Kaki rangka yang berbentuk segitigaharus dari bahan yang memenuhi syarat

dan dibangun sedemikian rupa sehinga terjamin keamanannya waktu menggangkat beban maksimum.

Pasal

31

Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk melarang orang memasuki daerah lintas keran jalan (travelling crane) untuk menghindarkan kecelakaan karena terhimpit.

Pasal

32

Pesawat-pesawat angkat monoril harus dilengkapi sakelar pembatas untuk menjamin agar perjalanan naik dan peralatan angkat (lifting device) harus berhenti dijarak yang aman pada posisi atas.

Pasal

33

Tiang derek (gin pales) harus dari bahan yang kuat dan harus dijangkarkan dan diperkuat dengan kabel.

Pasal

34

Semua bagian-bagian dari kerekan (winches) harus direncanakan dan dibuat

dapat menahan tekanan beban maksimum dengan aman dan tidak merusak kabel atau tambang.

Pasal

35

(1) Penggunaan dongkrak harus pada posisi yang aman sehingga tidak memutar atau pindah tempat.

Dongkrak harus dilengkapi dengan peralatan yang effektif untuk mencegah agar tidak melebihi posisi maksimum (over travel).

BAB

VI

TENTANG KABEL BAJA, TAMBANG, RANTAI

DAN PERALATAN BANTU

Pasal

36

Semua tambang, rantai dan peralatan bantunya yang digunakan untuk mengang-kat, menurunkan atau menggantungkan harus terbuat dari bahan yang baik dan kuat dan harus diperiksa dan diuji secara berkala untuk menjamin bahwa tambang, rantai dan peralatan bantu tersebut kuat untuk menahan beban maksimum yang diijinkan dengan faktor keamanan yang mencukupi.

Kabel baja harus digunakan dan dirawat sedemikian rupa sehingga tidak cacat karena membelit, berkarat, kawat putus dan cacat lainnya.

Pasal

37

Bantalan yang sesuai harus Digunakan untuk mencegah agar tambang tidak menyentuh permukaan, pinggir atau sudut yang tajam atau sentuhan lainnya yang dapat mengaki- batkan rusaknya tambang tersebut.

Pasal

38

(1) Rantai-rantai harus dibersihkan dan harus dilakukan pemeriksaan berkala, untuk

mengetahui adanya cacat, retak, rengat atau cacat-cacat lainnya.

(2) rantai-rantai yang cacat dilarang untuk dipergunakan.

Pasal

39

(1) Beban maksimum yang diijinkan harus dikurangiapabila(sling)digunakan pada bermacam-macam sudut.(2) Pengurangan tersebutayat (1) diatasharusdihitung kekuatannya dan

beban maksimum yangdiijinkan yang telah dihitung tersebut harusdiketahui betul oleh tenaga kerja.

Pasal

40

Blok ckara (putty block) harus direncanakan dibuat dan dipelihara dengan baik sehingga tegangannya sekecil mungkin dan tidak merusak kabel atau tambang.

Pasal

41

Kaitan (hooks) dan Pengunci (scackles) harus dibuat sedemikian rupa sehingga beban tidak lepas.

BAB VII

TENTANG

MESIN-MESIN

Pasal

42

Mesin-mesin yang digunakan harus dipasang dan dilengkapi dengan alat penga-man untuk menjamin keselamatan kerja.

(2) Alat-alat pengaman tersebut ayat (1) di atas harus terpasang sewaktu

mesin dijalankan.

Pasal

43

Mesin harus dihentikan untuk pemeriksaan dan perbaikan pada tenggang waktu yang sesuai dengan petunjuk pabriknya.

Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan terjadinya kecela-kaan karena mesin bergerak secara tiba-tiba.

Pasal

44

Operator mesin harus terlatih untuk pekerjaannya dan harus mengetahui peraturan keselamatan kerja untuk mesin tersebut.

BAB VIIITENTANG PERALATAN KONSTRUKSI

BANGUNAN Pasal 45

(1) Alat-alat penggalian tanahyang digunakan harus dipelihara dengan baik sehingga terjamin keselamatan dan kesehatan dalam pemakaiannya.(2) Tindakan pencegahan harusdilakukan untuk menjamin kestabilan mesin

penggali tanah (power shevel) dan harus diusahakan agar orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ketempat kerja yang terdapat bahaya kejatuhan benda.Pasal 46Sebelum meninggalkan bulldpzer atau scraper, operator harus melakukan tindakan

pen- cegahan yang perlu untuk menjamin agar mesin-mesin tersebut tidak bergerak.

Pasal

47

Perlengkapan instansi pengolahan aspal harus direncanakan, dibuat dan

dilengkapi dengan alat-alat pengaman dan dijalankan serta dipelihara dengan baik untuk menjamin agar tidak ada orang, yang mendapat kecelakaan oleh bahan-bahan panas, api terbuka, uap dan debu yang berbahaya.

Pasal

48

(1) Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin agarkestabilan tanah tidak membahayakan sewaktu mesin penggiling jalan digunakan.(2) Sebelum meninggalkanmesin penggiling jalan operatorharus melakukan

segala tindakan untuk menjamin agar mesin penggiling jalan tersebut tidak bergerak atau pindah tempat.

Pasal

49

Mesin adukan beton (concrete mixer) yang digunakan harus dilengkapi dengan alat-alat pengaman dan dijalankan serta dipelihara untuk menjamin agar tidak ada orang yang mendapat kecelakaan disebabkan bagian-bagian mesin yang berputar atau bergerak atau boleh karena kejatuhan bahan-bahan.

Pasal

50

Mesin pemuat (loading machines) harus dilengkapi dengan kap (cab) yang kuat dan dilengkapi dengan alat pengaman sehingga tenaga kerja tidak tergencet oleh bagian- bagian mesin yang bergerak.

Pasal

51

Mesin-mesin pekerjaan kayu yang digunakan harus dipelihara dengan baik sehingga terjamin keselamatan dan kesehatan dalam pemakaiannya.

Pasal

52

Gergaji bundar harus dilengkapi dengan alat-alat untuk mencegah bahaya sing-gung dengan mata gergaji dan alat pencegah bahaya tendangan belakang, terkena serpihan yang berterbangan atau mata gergaji yang patah.

(2) Tindakan pencegahan harus dilakukan agar daun gergaji bundar tidak terjepit atau mendapat tekanan dari samping.

Pasal

53

Daun gergaji pita harus dengan tegangan, dudukan dan ketajaman yang memenuhi

syarat dan harus tertutup kecuali bukan yang perlu untuk menggergaji.

Pasal

54

Mesin ketam harus dilengkapi dengan peralatan yang baik untuk mengurangi bidang bukan serut yang membahayakan dan untuk mengurangi bahaya tendangan belakang.

Pasal

55

Alat-alat kerja tangan harus dari mutu yang cukup baik dan harus dijaga supaya selalu dalam keadaan baik.

Penyimpanan dan pengangkutan alat-alat tajam harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan.

Perencanaan dan pembuatan alat-alat kerja tangan harus cocok untuk keperluan-nya dan tidak menyebabkan terjadinya kecelakaan.

(4) Alat-alat kerja tangan boleh digunakan khusus untuk keperluannya yang telah direncanakan.

Pasal

56

Semua bagian-bagian alat-alat peneumatik termasuk selang-selang dan selang sambungan harus direncanakan untuk dapat menahan dengan aman tekanan kerja maksimum dan harus dilayani dengan hati-hati sehingga tidak merusak atau menimbulkan kecelakaan.

Pasal

57

Alat penembak paku (pawder actuated tools) harus dilengkapi dengan alat penga-man untuk melindungi atau menahan pantulan kembali dari paku dan benda-benda yang ditembakkan oleh alat tersebut.

(2) Untuk keperluan alat tersebut ayat (1) di atas harus dipergunakan patrum (cartridge)

dan paku tembak (projectile) yang cocok.

(3) Operator yang menggunakan alat tersebut ayat (1) harus berumur paling sedikit

18 tahun dan terlatih.

Penyimpanan dan pengangkutan alat penembak paku dan patrum harus sedemi-kian rupa untuk mencegah kecelakaan.

Pasal

58

Traktor dan truck yang digunakan harus dipelihara sedemikian rupa untuk menja-min agar dapat menahan tekanan dan muatan maksimum yang diijinkan dan dapat dikemudikan serta direm dengan aman dalam situasi bagaimananapun juga.

Traktor dan truck tersebut ayat (1) pasal ini hanya boleh dijalankan oleh penge-mudi yang terlatih.

Pasal

59

Truck lif (lifttruck) yang digunakan harus dijalankan sedemikianrupa untuk menjamin kestabilannya.

BAB IXTENTANG KONSTRUKSI DI BAWAH

TANAH Pasal 60

Setiap tenagakerjadilarang memasuki konstruksi bangunandi bawahtanah kecuali tempat kerja telah diperiksa dan bebas dari bahaya-bahayakejatuhanbenda, peledakan, uap, debu, gas atau radiasi yang berbahaya.

Pasal 61(1) Apabila bekerjadalamterowongan,usaha pencegahanharus dilakukan untuk menghindarkan jatuhnya orang atau bahan atau kecelakaan lainnya.

Terowongan harus cukup penerangan dan dilengkapi dengan jalan keluar yang aman direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga dalam keadaan darurat terowongan harus segera dapat dikosongkan.

Pasal

62

Apabila terdapat kemungkinan bahaya runtuhnya batu atau tanah dari atas sisi

konstruksi bangunan di bawah tanah, maka konstruksi tersebut harus segera diperkuat.

Pasal

63

Untuk mencegah bahaya kecelakaan, penyakit akibat kerja maupun keadaan yang tidak nyaman, konstruksi di bawah tanah harus dilengkapi dengan ventilasi buatan yang cukup.

Pasal 64

Pada Konstruksi bangunan di bawah tanah harus disediakan sarana penanggulang-an bahaya kebakaran.

(2) Untuk keperluan ketentuan ayat (1) di atas, harus disediakanalat

pemberantas kebakaran.

Pasal

65

Di tempat kerja atau di tempat yang selalu harus disediakan penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penerangan darurat harus disediakan di tempat-tempat tersebut ayat (1) di atas tenaga kerja dapat menyelamatkan diri dalam keadaan darurat.

Pasal

66

(1) Tenaga kerja yang mengebor tanah harus dilindungi dari bahaya kejatuhan

benda benda, bahaya debu, uap, gas, kebisingan dan getaran.

Tenaga kerja dilarang masuk ke tempat dimana kadar debunya melebihi ketentu nilai ambang batas yang berlaku, kecuali apabila mereka memakai respirator.

BAB X

TENTANG

PENGGALIAN

Pasal

67

(1) Setiap pekerjaan, harus dilakukansedemikian rupa sehingga terjamin tidak adanya bahaya terhadap setiap orang yang disebabkan oleb kejatuhan tanah, batu atau bahan- bahan lainnya yang terdapat di pinggir atau di dekat pekerjaan galian.(2) Pinggir-pinggir dandinding-dinding pekerjaan galian harus diberi

pengaman penunjangyang kuat untuk menjamin keselamatan orang yang bekerja di dalam lubang atau parit.(3) Setiap tenagakerja yang bekerjadalam lubang galian harus dijamin pula

kesela- matannya dari bahaya lain selain tersebut ayat (1) dan (2) di atas.

BAB XITENTANG PEKERJAAN MEMANCANG Pasal 68(1) Mesin pancang yang digunakan harus dipasang dan dirawat dengan baik sehingga terjamin keselamatan dalam pemakaiannya.(2) Mesin pancang dan peralatan yang dipakai harus diperiksa dengan teliti secara

berkala dan tidak boleh digunakan kecuali sudah terjamin keamanannya.

Pasal

69

Tenaga kerja yang tidak bertugas menjalankan mesin pancang dilarang berada disekitar mesin pancang yang sedang dijalankan.

Pasal

70

Mesin pancang jenis terapung (floating pile drivers) yang digunakan harus dilengkapi pengaman dan dijalankan sedemikian rupa sehingga stabil atau tidak tenggelam.

Pasal

71

Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan agar supaya pelat penahan (sheet piling) tidak berayun atau berputar yang tidak terkendalikan oleh tekanan angin, roboh oleh tekanan air atau tekanan lainnya.

BAB

XII

TENTANG PEKERJAAN

BETON Pasal 72

Pembangunan konstruksi beton harus direncanakan dan dihitung dengan teliti untuk menjamin agar konstruksi dan penguatnya dapat memikul beban dan tekanan lainnya sewaktu membangun tiap-tiap bagiannya.

Pasal

73

Usaha pencegahan yang praktis harus dilakukan untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan tenaga kerja selama melakukan pekerjaan persiapan, dan pem-bangunan konstruksi beton.

Pencegahan kecelakaan dimaksud ayat (1) pasal ini terutama adalah:

singgungan langsung kulit terhadap semen dan dapur;

kejatuhan benda-benda dan bahan-bahan yang diangkut dengan ember adukan beton (concrete buckets);

c.sewaktu beton dipompa atau dicor pipa-pipa termasuk penghubung

atau sambungan dan penguat harus kuat;

sewaktu pembekuan adukan (setting concrete) harus terhindar dari goncangan dan bahan kimia yang dapat mengurangi kekuatan;

sewaktu lempengan (panel) atau lembaran beton (slab) dipasang ke dalam dudukannya harus digerakan dengan hati-hati.

f. terhadap melecutnya ujung besi beton yang mencuat sewaktu ditekan

atau diregang dan sewaktu diangkat atau diangkut;

g. terhadap getaran sewaktu menjalankan alat penggetar (vibrator).

Pasal

74

Setiap ujung-ujung mencuat yang membahayakan harus dilengkungkan atau dilindungi.

Pasal

75

Menara atau tiang yang dipergunakan untuk mengangkat adukan beton (concrete bucket towers) harus dibangun dan diperkuat sedemikian rupa sehingga terjamin kestabilannya.

Pasal

76

Beton harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menjamin agar pemetian beton (bekisting)

dan penguatnya dapat memikul atau menahan seluruh beban sampai beton menjadi beku.

BAB

XIII

TENTANG PEKERJAAN

LAINNYA Pasal 77

Bagian-bagian yang siap dipasang (prefabricated parts) harus direncanakan dan dibuat dengan baik sehingga dapat diangkut dan dipasang dengan aman.

Pasal

78

Bagian-bagian konstruksi baja sedapat mungkin harus dirakit sebelum dipasang.

Selama pekerjaan pembangunan konstruksi baja, harus dilakukan tindakan pence- gahan bahaya jatuh atau kejatuhan benda terhadap tenaga kerja.

Pasal

79

Bagian atas dari lantai sumuran harus tertutup papan atau harus dilengkapi dengan peralatan lain untuk melindungi tenaga kerja terhadap kejatuhan benda.

Pasal

80

Pemasangan rangka atap harus dilakukan dari peralatan perancah atau tenaga kerja harus dilengkapi dengan peralatan pengaman lainnya.

Pasal

81

Untuk melindungi tenaga kerja sewaktu melakukan pekerjaan konstruksi, harus dibuatkan lantai kerja sementara yang kuat.

Pasal

82

Alat pemanas yang digunakan untuk memanaskan aspal harus direncanakan, dibuat dan digunakan sedemikian rupa sehingga dapat mencegah kebakaran dan tenaga kerja tidak tersiram bahan panas.

Pasal

83

(1) Tenaga kerja harus dilindungi terhadap bahayasinggungan langsung kulit dan bahaya-bahaya singgung lainnya terhadap bahan pengawet kayu.(2) Kayu yang telah diawetkan dilarang dibakar diTempat

kerja.

Pasal

84

Apabila bahan-bahan yang mudah terbakar digunakan untuk keperluan lantai permukaan dinding dan pekerjaan-pekerjaan lainnya, harus dilakukan tindakan pencegahan untuk menghindarkan adanya api terbuka, bunga api dan sumber-sumber api lainnya yang dapat menyulut uap yang mudah terbakar yang timbul di tempat kerja atau daerah sekitarnya.

Pasal

85

(1) Asbes hanya boleh digunakan apabila bahan lainnyayang kurang berbahaya tidak tersedia.(2) Apabila asbes digunakan, maka tindakan pencegahanharus dilakukan agar

Pasal

86

Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di atas atap harus dilengkapi dengan alat pelindung diri yang sesuai untuk menjamin agar mereka tidak jatuh dari atap atau dari bagian- bagian atap yang rapuh.

Pasal

87

(1) Dalam pekerjaan mengecat dilarang menggunakan bahan cat, pernis danzat warna yang berbahaya, atau pelarut yang berbahaya.(2) Tindakan pencegahan harus dilakukan agar tukang cat tidak menghirup uap, gas,

asap dan debu yang berbahaya.

(3) Apabila digunakan bahan cat yang mengandung zat yang dapat meresapke dalam kulit, tukang cat harus menggunakan alat pelindung diri.

Pasal

88

(1) Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan timbulnya kebakaran sewaktu mengelas dan memotong dengan las busur.

Juru las dan tenaga kerja yang berada disekitarnya harus dilindungi terhadap serpihan bunga api, uap radiasi dan sinar berbahaya lainnya.

Penggunaan dan pemeliharaan untuk menjamin keselamatan dan berada disekitarnya.

peralatan las harus dilakukan dengan baik kesehatan juru las dan tenaga kerja yang

Pasal

89

Untuk menjamin keselamatan dalam pekerjaan peledakan (blasting) harus dilaku-kan tindakan pencegahan kecelakaan.

Tindakan pencegahan dimaksud ayat (1) pasal ini terutama

adalah:

a. sewaktu peledakan dilakukan sedapat mungkm jumlah orang yangberada di sekitarnya hanya sedikit dan cuaca serta kondisi lainnya tidak berbahaya;b. lubangpeledakan harus dibor dan diisi bahan peledakdengan hati-hati

untuk menghindarkan salah peledakan atau peledakan secara tiba-tiba waktu pengisian.c. peledakanharusdilakukandengansegera setelahpengisiandan

peledakan tersebutharus dilakukan sedemikian rupa untukmencegahsalah

satu peledakan atau terjadinya peledakan-peledakan sebagian;

sumbu-sumbu dari mutu yang baik dan dipergunakan sedemikian rupa untuk menjamin peledakan dengan aman;

e. menghindarkan peledakan mendadak jika peledakan dilakukan dengan

tenaga listrik;

f. tenaga kerja dilarang memasuki daerah peledakan sesudah terjadinya

peledakan kecuali apabila telah diperiksa dan dinyatakan aman.

Pasal

90

Untuk menjamin kesehatan tenaga kerja yang mengolah batu agar tidak menghisap debu silikat, harus dilakukan tindakan pencegahan.

BAB

XIV

TENTANG

PEMBONGKARAN Pasal 91

Rencana pekerjaan pengangkutan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum peker-jaan pembongkaran dimulai.

Semua instalasi, listrik, gas, air, dan uap harus dimatikan, kecuali apabila diperlu-kan sepanjang tidak membahayakan.

Pasal

92

Semua bagian-bagian kaca, bagian-bagian yang lepas, bagian-bagian yang men-cuat harus disingkirkan sebelum pekerjaan pembongkaran dimulai.

Pekerjaan pembongkaran harus dilakukan tingkat demi tingkat dimulai dari atap dan seterusnya ke bawah.

Tindakan-tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan

bahaya rubuhnya bangunan.

Pasal

93

Alat mekanik untuk pembongkaran harus direncanakan, dibuat dan digunakan sedemikian rupa sehingga terjamin keselamatan operatornya.

Sewaktu alat mekanik untuk pembongkaran digunakan, terlebih dahulu harus di- tetapkan daerah berbahaya dimana tenaga kerja dilarang berada.

Pasal

94

Dalam hal tenaga kerja atau orang lain mungkin tertimpa bahaya yang disebabkan oleh kejatuhan bahan atau benda dari tempat kerja yang lebih tinggi, harus dilengkapi dengan penadah yang kuat atau daerah berbahaya tersebut harus dipagar.

Pasal

95

Dinding-dinding tidak boleh dirubuhkan kecuali lantai dapat menahan tekanan yang diakibatkan oleh runtuhnya dinding tersebut.

(2) Tenaga kerja harus dilindungi terhadap debu dan pecahan-pecahan

yang berhamburan.

Pasal

K3LPage 60

96

Apabila tenaga kerja sedang membongkar lantai harus tersedia papan yang kuat yang ditumpu tersendiri bebas dari lantai yang sedang dibongkar.

Tenaga kerja dilarang melakukan pekerjaan di daerah bawah lantai yang sedang dibongkar dan daerah tersebut harus dipagar.

Pasal

97

Konstruksi baja harus dibongkar bagian demi bagian sedemikian rupa sehingga terjamin kestabilan konstruksi tersebut agar tidak membahayakan sewaktu dilepas.

Pasal

98

Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin agar tenaga kerja dan orang-orang lain tidak kejatuhan bahan-bahan atau benda-benda dari atas sewaktu cerobong-cerobong yang tinggi dirubuhkan.

BAB

XV

K3LPage 61

TENTANG PENGGUNAAN PERLENGKAPAN

PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGAN

DIRI

Pasal

99

(1) Alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuaikan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja harus disediakan dalam jumlah yang cukup.

Alat-alat termaksud pada ayat (1) pasal ini harus selalu memenuhi syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditentukan.

Alat-alat tersebut ayat (1) pasal ini harus digunakan sesuai dengan kegunaannya oleh setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja.

Tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja diwajibkan mengguna-kan alat- alat termaksud pada ayat (1) pasal ini.

BAB XVI

K3LPage 62

KETENTUAN

PERALIHAN

Pasal

100

Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang sedang direncanakan atau sedang dilaksa- nakan wajib diadakan penyesuaian dengan ketentuan Peraturan Menteri ini.

BAB XVII

KETENTUAN LAIN-

LAIN

Pasal

101

Terhadap pengertian istilah-istilah cukup,sesuai,baik,aman, tertentu, sejauh..., sedemikian rupa yang terdapat dalam Peraturan Menteri ini harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku atau ditentukanK3LPage 63

oleh Direktur atau pejabat yang ditunjuknya.

Pasal

102

Pengurus wajib melaksanakan untuk ditaatinya semua ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

BAB XVIII

KETENTUAN

HUKUMAN

Pasal

103

(1) Dipidana selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah), pengurus yang melakukan pelanggaran atas keten-tuan pasal

102.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini adalah pelanggaran.

K3LPage 64

(3) Menteri dapat meminta Menteri yang membawahi bidang usaha konstruksi bangunan guna mengambil sanksi administratif terhadap tidak dipenuhinya keten-tuan atau ketentuan-ketentuan Peraturan Menteri ini.

BAB XIX

KETENTUAN

PENUTUP

Pasal

104

Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja melakukan pengawasan terhadap ditaatinya Pelaksanaan peraturan ini.

Pasal

105

K3LPage 65

(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Menteri ini akan diatur lebih lanjut. (2) Hal-hal yang memerlukan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri ini akan

ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur.

Pasal

106

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di

Jakarta

Pada tanggal 6 Maret 1980

MENTE

K3LPage 66RI

TENAGA KERJA DAN

TRANSMIGRASI REPUBLIK

INDONESIA

ttd.

HARUN

ZAIN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI

REPUBLIK INDONESIA

No : PER.01/MEN/1978

TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM

PENEBANGAN DAN PENGANGKUTAN KAYU

MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI REPUBLIK

INDONESIA

Menimbang:

bahwa belum adanya ketentuan atau norma-norma untuk memberikan perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang bertalian dengan penebangan dan pengangkutan kayu;

bahwa untuk itu sebagai pelaksaan ketentuan tersebut dalam pasal 2 ayat 2 UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dilaksanakan dengan Peraturan Menteri.

Mengingat:

Undang-undang No. 14 Tahun 1969, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja;

K3LPage 68Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

Keputusan Presiden No. 44 No. 45 tahun 1974, yo. KEputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. KEPTS. 1000-/MEN/1975.

M E M U T U S K A N

Menetapkan:

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJADALAM PENEBANGAN DAN PENGANGKUTAN KAYU.

BAB I KETENTUAN

UMUM

Pasal 1

Yang dimaksud didalam Peraturan Menteri ini dengan:

(1) Penelitian hutan: ialahpenenjauan pengamatan, pencatatan objek hutan yang

mendahului kegiatan pembukaan maupun pengerjaan suatu hutan dan dilakukan langsung di hutan.(2) Pemetaan hutan: ialahpembuatan peta yang dilakukan dengan pengukuran

obyek hutan di darat maupun dari udara terkecuali dengan penggunaan satelit(3) Pembuatan jalan: ialah pembuatan suatu jalan dalam hutan untuk keperluan lalu

lintas, orang maupun barang, termasuk kegiatan pemetaan, persiapan dan perawatannya.(4) Jalan: ialahsuatu jalur terbuka yang menghubungkan dua tempat

untuk lalu lintas orang, binatang, kendaraan termasuk landasan pesawat terbang.(5) Pangkalan induk: ialah tempat pemukiman dan tempat kerja sebagai pangkalan

untuk kegiatan menangani exploitasi hutan.

(6) Isyarat: ialahkegiatan,gerakan dan tanda untuk memberitahukan

sesuatu pihak lain yang disampaikan oleh pemberi isyarat dengan cara audio atau visual.

K3LPage 70mengangkat dan mengangkut kayu.

(8) Pemanjatan pohon: ialah memanjat pohon dalam hutan dalam rangka melakukan

tugas kehutanan.

(9) Penebangan kayu: ialah menebang pohon atau pepohonan dengan alat bermesin

atau tidak.

Pemangkasan pohon: ialah memotong dahan, ranting, daun kulit pohon yang telah

tumbang untuk menjadi kayu gelondong.

(11) Penarikan kayu: ialah menarik kayu dengan mesin, binatang, traktor maupun kabel.(12) Peluncuran kayu: ialah meluncurkan, menggulingkan kayu, di tempat yang

landai maupun datar.

Pemuatan dan

Pembongkaran kayu: ialah memuat atau membongkar kayu ke atau dari suatu

kendaraan.

Penimbunan dan

penumpukan kayu : ialah menimbun atau menumpuk kayu untuk menanti

pengerjaan kayu selanjutnya.

(15) Pengapungan kayu : ialah untuk mengangkut kayu secara diapungkan di air sungai telaga atau laut.

(16) Alat pelindung diri : ialah alat atau perlengkapan untuk dipakai tenaga kerja guna melindungi dirinya terhadap lingkungan kerja.

BAB II

PASAL 2

Yang diatur oleh Peratuan Menteri ini adalah keselamatan kerja dalam tempat kerja yang terdapat pada penbangan dan pengangkutan kayu di wilayah hutan.

BAB III

NORMA-NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PENEBANGAN DAN PENGANGKUTAN KAYU.

PASAL 3

Norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada penjelasan hutan (timber cruising)

adalah:

Adanya pemeriksaan kesehatan terhadap tenaga kerja sebelum melaksanakan penjelajahan hutan yang dilakukan oleh Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.

Perlu adanya perlengkapan-perlengkapan (kompas, peta dengan ukuran skala sekurang- kurangnya 1:50.000, parang, peluit, kelambu dan tenda);

Penentuan lokasi kemah mengikuti pedoman:

K3LPage 73

K3LPage 74

dekat sungai yang mengalir;

jauh dari pohon mati;

daerah yang kering dan cukup mendapat sinar matahari;

dapur harus terpisah dengan kemah atau tempat tidur.

Adanya usaha-usaha sebagai berikut:

terpisahnya penjelajah dari regunya;

penggunaan tanda atau peluit apabila penjelajah terpisah dari regunya.

berkemah sebelum malam hari;

terhindarnya dari medan yang curam;

pemakaian alat-alat pelindung diri bagi setiap anggota pada waktu bekerja.

Adanya laporan keinduk pangkalan (base camp) bila salah seorang anggota penjelajah hutan tersebut tersesat, yang dilakukan oleh kepala regu atau wakilnya sehingga dapat diambil langkah-langkah pencarian secepat mungkin.

adanya komunikasi antara induk pangkalan (base camp) dengan regu penjelajah apabila terjadi sesuatu hal (kecelakaan) untuk secepatnya mendapatkan pertolongan.

K3LPage 75Pasal 4

Norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada penebangan kayu:

Sebelum menebang sebuah pohon, pekerja harus memeriksa dengan teliti untuk menetukan dari bagian manakah pemotongan harus dilakukan dari sisi yang aman;

Waspada terhadap kulit kayu yang terlepas ataupun dahan-dahan kayu yang lapuk dan dapat menimpa orang, batang-batang, potongan-potongan kayu ataupun rintangan-rintangan lainnya yang dapat melenting atau terlempar dari pangkal pohon yang ditebang;

Pembersihan reruntuhan yang ada disekitar pangkal pohon yang mungkin dapat mengganggu keselamatan;

Pemilihan dan pembuatan jalan yang aman untuk menyelamatkan diri;

Permintaan nasehat pada pimpinan kerja apabila penebang belum yakin akan keselamatannya pada waktu penebangan kayu atau pemotongan yang berbahaya;

Tidak seorangpun boleh berdiri langsung sejajar dengan ujung batang pohon yang

ditebang;

Potongan bawah (mata) dilakukan dengan satu taktikan yang aman, dalam dan tingginya kira-kira 1/3 garis menengah, sedangkan ganjal dibiarakan pada pohon yang akan ditumbangkan kearah tertentu;

Potongan belakang (balas) dilakukan kemudian kira-kira 1/3 inchi diatas potongan mata dan harus dijaga agar membentuk satu sudut yang baik. Penahanan kayu harus dilakukan secara berhati-hati sehingga kayu hanya jatuh kearah yang dikehendaki;

Pencegahan adanya kayu yang mencuat dengan pemotongan balok extra yang cukup miring dengan sudut keatas;

Pemasangan ganjal atau biji hanya diperlukan apabila ada bahaya kayu akan kearah belakang;

Pemotongan kayu sejauh mungkin dilakukan didaerah terbuka;

Kewaspadaan terhadap lentingan balik dari dahan-dahan dan ujung kayu sewaktu menumbangkan pohon;

Kewaspadaan terhadap kulit kayu atau dahan kayu yang dapat jatuh pada waktu mengganjal atau memasang baji pohon;

Pemukulan ganjal atau baji hanya boleh dlakukan dengan martil;

Penghentian motor (mesin) dan pemberian peringatan kepada orang-orang yang berada disekitar daerah dimana kayu akan ditumbangkan sebelum penyelesaian akhir potongan belakang;

Penghindaran kemungkinan gergaji saling berbenturan dilakukan dengan cara bekerja tidak terlalu dekat satu dengan lainnya;

Penebangan pohon tidak boleh dilakukan apabila angin bertiup yang dapat merubah arah penebangan yang dikehendaki;

Larangan berhenti di daerah pada jarak 6 meter dari pangkal pohon yang ditebang pada waktu menghindarkan diri;

Pemindahan gergaji mesin dari pohon yang satu ke pohon yang lain atau dari pemotongan yang satu kepomotongan yang lain harus dilakukan dalam keadaan mesin berhenti;

Penggunaan gergaji mesin dilakukan dengan kedudukan kaki yang kuat;

Cara turun dari batang pohon tidak boleh dilakukan dengan cara meloncat untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan.

Pasal 5

Norma-norma keselamatan dan kesehatan kerja pada penyeretan dengan traktor (yarding):

Operator traktor harus mengikuti pedoman sebagai berikut:

Pemeriksaan terhadap olie, bahan bakar, air, baut-bautan dan peralatan lain sebelum mengoperasikan traktor;

Berusaha jangan sampai ada orang lain menjalankan traktor dimaksud selama waktu bekerja;

Tidak diperbolehkan mengangkut penumpang sewaktu mengoperasikan traktor;

Diperhatikannya keadaan sekelilingnya (medan kerja, terutama terhadap pembantunya/chokerman selama mengoperasikan traktor;

Pemakaian alat-alat pelindung diri selama bekerja (sarung tangan, topi pengaman, kaca mata pengaman);

Berada dalam jarak yang aman dari daerah penebangan;

Penarikan di daerah berbukit harus dilakukan dengan cermat;

Pisau traktor (bulldozer) harus selalu diletakkan dalam kedudukan yang terendah sewaktu berhenti beroperasi;

Sewaktu mengisi bahan bahan dilarang menyalakan api (merokok);

Segera dilaporkan setiap kali ada gangguan atau gejala gangguan mesin kepada pimpinan kerja/mekanik yang bertugas;

Pembantu (chokerman) harus mengikuti pedoman-pedoman sebagai berikut:

Pemakaian alat-alat pelindung diri selama bekerja (sarung tangan, topi pengaman dan lain- lain);

Berada dalam jarak yang aman (sselalu dibelakang samping kayu yang sedang ditarik;

Diperhatikannya keadaan sekelilingnya (terutama terhadap pohon-pohon/ranting-ranting yang lapuk/mati;

Pemasangan tali pengikat (sling) dilakukan dengan sempurna (mengikat secara kuat-kuat).

Pasal 6

Norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pemuatan kayu dengan loader:

Pemeriksaan kabel, pipa-pipa angin dan peralatan lain sebelum beroperasi;

Waspada terhadap keadaan sekitarnya terutama terhadap karyawan-karyawan lain dengan cara membunyikan/memberikan tanda-tanda (isyarat).

Tidak diperkenankan mengangkut (mengayun) kayu melewati pekerja.

Peletakan kayu diatas truk harus selalu tepat dan jangan sampai melewati kabin truk;

Segera dilaporkan setiap ada gangguan atau gejala gangguan mesin pada pimpinan kerja/mekanik.

Pasal 7

Norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pengangkutan kayu dengan truk:

Pengemudi truk harus mengikuti pedoman-pedoman sebagai berikut:

Pemakaian alat pelindung diri untuk keselamatan kerja;

Pemeriksaan olie, bahan bakar, air, rem, ban, dan peralatan lainnya sebelum mengoperasikan truk;

Pemeriksaan keadaan kabel pengikat (sling) sebelum dipergunakan;

Pengikatan kayu harus dilakukan dengan sempurna;

Kecepatan jangan melampaui daya muat truk dengan mengingat keadaan jalan dan jembatan yang akan dilalui;

Kecepatan tidal boleh melampaui batas yang telah ditetapkan dan selalu memperhatikan rambu-rambu jalan;

Setiap 20 km perjalanan diadakan pemeriksaan terhadap tali-tali pengikat kayu;

Tidak dibenarkan menbawa penumpang lain selama membawa muatan;

Segera dilaporkan setiap ada gangguan atau gejala-gejala gangguan mesin kepada pimpinan kerja/mekanik;

Berusaha jangan sampai ada orang lain menjalankan truk dimaksud selama waktu bekerja;

Dilarang berada dalam kabin dan berada di depan truk sewaktu pemuatan

dilakukan;

Mengusahakan agar tidak seorangpun boleh berada di depan truk sewaktu pemuatan- pemuatan dilakukan.

Pasal 8

Norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pengangkutan kayu dengan lori/loko. Masinis harus mengikuti pedoman-pedoman sbagai berikut:

1. Pemakaian alat-alat pelindung diri;

2. Pemeriksaan peralatan dan perlengkapan (bahan bakar, olie, rem dan peralatan lainnya) sebelum mengoperasikan loko beserta rangkaiannya;

Beban yang ditarik lakomotif tidak boleh melampaui batas beban keadaan jalan rel yang telah ditetapkan oleh Pengusaha Pengurus;

Tidak melampaui batas kecepatan yang telah ditetapkan dan memprhatikan rambu-rambu serta keadaan rel dan bantalan;

Tidak diperbolehkan mengangkut penumpang sewaktu mengoperasikan loko;

Segera dilaporkan setiap ada gejala-gejala gangguan dan gangguan mesain kepada pimpinan kerja;

Kecuali masinis yang bertugas tidak dibenarkan orang lain menjalankan loko.

Pasal 9

Norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada waktu pemuatan kayu ke kapal:

Pemakian alat-alat pelindung diri (sarung tangan, topi, pelampung);

Diperhatikannya keadaan sekelilingnya pada waktu melepaskan rakit-rakit;

Pemasangan tali pengikat dilakukan dengan sempurna;

Memperhatikan kode/tanda-tanda yang dipakai dalam waktu pemuatan;

Tidak dibenarkan melakukan pemuatan pada waktu ada hujan deras dan angin ribut;

Kapal penarik/tug boat harus selalu dipersiapkan selama berlangsungnya pemuatan untuk memberi pertolongan kepada karyawan yang mendapat kecelakaan.

Pasal 10

Disamping norma-norma yang harus diperhatikan seperti diatas maka setiap unit kerja

pada penebangan dan pengangkutan kayu harus diperhatikan pula:

Pada pekerjaan pengankutan barang dari bawah sikap tubuh harus tegak dengan lutut berada dalam keadaan menekuk dan pekerjaan mengangkat dilakukan dengan kekuatan tumpahan pada kaki bukan pada punggung;

Tersedianya peralatan dan obat-obatan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan termasuk untuk pencegahan:

Lintah/pacet, serangga, ular;

Malaria;

Sakit perut;

Keracunan terhadap pestisida.

Tersedianya penerangan lampu yang cukup, apabila pekerjaan dilakukan pada waktu malam hari.

BAB IV

KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS PADA

PENEBANGAN DAN PENGANGKUTAN KAYU.

Pasal 11

Selain kewajiban yang telah ditetapkan dalam undang-undang No. 1 Tahun1970.

Pengusaha/Pengurus dalam Peraturan Menteri ini berkewajiban pula:

Menerapkan norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seperti tersebut di atas Bab II Peraturan Menteri ini.

Harus memperhatikan tentang:

kondisi- kondisi dan bahaya yang mungkin timbul dalam tempat kerja dan mengusahakan pencegahannya;

penyediaan dan penggunaan alat-alat pelindung diri dalam tempat kerja dan alat-alat pengaman termasuk alat penyelamat diri.

Menyediakan tempat pemukiman sementara buruh dan sekitarnya yang harus selalu

K3LPage 86

dipelihara dalam keadaan baik dan bersih.

BAB V PELAKSANAAN

UMUM

Pasal 12

Untuk kelancaran pelaksanaan Peraturan Menteri ini Direktur Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja dapat melakukan kerja sama dengan Direktur Jenderal Kehutanan.

Pasal 13

Direktur Jenderal Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja dalam hal ini Lembaga Nasional Perusahaan dan Kesehatan Kerja beserta Lembaga-lembaga Daerah melakukan pengujian Laboratorium pengembangan keahlian dan penerapan yang bersangkutan dengan Norma-norma sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini.

K3LPage 87Pasal 14

Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat memberikan petunjuk-petunjuk dalam hal kemungkinan timbulnya bahaya-bahaya akibat belum adanya norma-norma seperti ayng telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini.

Pasal 15

Kepala kantor wilayah setempat melakukan koordinasi pelaksanaan Peraturan Menteri ini di daerah.

BAB VI

SANKSI DAN KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Setiap orang yang bersangkutan meupun tidak bersangkutan dengan pekerjaan ditempat kerja ini, yang tidak melaksanakan peraturan menteri ini diancam dengan hukuman sesuai dengan pasal 15 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 1970.

Pasal 17

Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 07 Februari 1978

MENTERI

TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KOPERASI

REPUBLIK INDONESIA

ttd.

SUBROTO

PERATURAN MENTERI

TENAGA KERJA

REPUBLIK INDONESIA

No: PER.04/MEN/1985

TENTANG

PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI

MENTERI TENAGA KERJA

Menimbang:a. bahwa kenyataan menunjukan banyak terjadi kecelakaan pada

pekerjaan-pekerjaan PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI,

oleh karena itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina

perlindungan kerja;

bahwadengan semakin meningkatnya pembangunan dengan

penggunaan alat-alat modern, harus diimbangi pula dengan upaya

keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tenaga kerja maupun

b. orang lain yang berada ditempat kerja;

bahwa sebagai pelaksanaan Undang-undang No. 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja, dipandang perlu untuk menetapkan

ketentuan-ketentuan yang mengatur keselamatan kerja pada

PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI.

Pasal -pasal 9, 10 dan 16 Undang-undang No.14 tahun 1969 Mengingat:1. tentang ketentuan-ketentuan Pokok MengenaiTenagaKerja

K3LPage 92(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara No. 2912);

Pasal-pasal 3 dan 4 Undang-undang 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor

1. Tambahan Lembaran Negara No. 2918).

2.

M E M U T U S K A N

1. Mencabut :Peraturan Khusus Direktur Pekerjaan Umum No.1 1996/ Stw tanggal 19 Agustus 1910 (Bijbl No. 8600 sebagai telah dirubah dengan Beslit Kepala Keselamatan Kerja No. S.60/1/2 tanggal 9 Maret 1929).2. Menetapkan :PeraturanMenteritentangPESAWATTENAGADAN

PRODUKSI.

BAB I KETENTUAN

UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

Direktur ialah sebagaimana yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep. 79/MEN/1977.

Pegawai Pengawas ialah Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang Keselamatan Kerja.

Pengurus ialah Orang atau Badan Hukum yang bertanggung jawab penuh dan dapat memberikan kebijaksanaan langsung penggunaan Pesawat Tenaga dan Produksi.

Pengusaha ialah Orang atau Badan Hukum seperti yang dimaksud dalam Undang undang No. 1 Tahun 1970, yang memiliki pesawat tenaga dan produksi.

Pesawat Tenaga dan Produksi ialah Pesawat atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau tetap yang dipakai atau dipasang untuk membangkitkan atau memin- dahkan daya atau tenaga, mengolah, membuat: bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Pesawat Tenaga ialah Pesawat atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau tetap yang dipakai atau dipasang untuk membangkitkan atau memindahkan daya atau

tenaga termasuk perlengkapan transmisinya.

Pesawat Produksi ialah pesawat atau alat yang bergerak berpindah-pindah atau tetap yang dipakai dalam proses produksi atau dipasang untuk mengolah, membuat: bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi.

Pengerak Mula ialah suatu pesawat yang mengubah suatu bentuk energi menjadi tenaga mekanik dan digunakan untuk menggerakan pesawat atau mesin antara lain: motor pembakaran luar, motor pembakaran dalam, turbin air dan kincir angin.

Perlengkapan transmisi tenaga mekanik ialah bagian peralatan mesin yang berfungsi untuk memindahkan daya atau gerakan mekanik dan penggerak mula kepesawat atau mesin lainnya antara lain: puli dengan ban atau pita, roda gigi dengan roda gigi, batang berulir dengan roda gigi, rantai dengan roda, gigi roda-roda gesek, poros transmisi dan batang silinder hidrolis.

Mesin Produksi ialah semua mesin peralatan kerja yang digunakan untuk menyiapkan, membentuk atau membuat, merakit finishing, barang atau produk teknis antara lain: mesin pak dan bungkus, mesin jahit dan rajut, mesin pintal dan tenun.

Mesin perkakas kerja ialah suatu pesawat atau alat untuk membentuk suatu bahan, barang, produk teknis dengan cara memotong, mengepres, menarik atau menumbuk antara lain: mesin asah, poles dan pelicin, alat tuang dan tempa, mesin pelubang, mesin frais, mesin rol, mesin gergaji, mesin ayak dan mesin pemisah, mesin gunting, mesin pengeping dan pembelah.

Dapur ialah suatu pesawat yang dengan cara pemanasan digunakan untuk mengolah, memperbaiki sifat, barang, atau produk teknis, antara lain: dapur tinggi, dapur-dapur baja, convertor dan oven.

Alat perlindungan diri ialah suatu alat perlengkapan tenaga kerja untuk melindungi anggota badan dari bahaya yang ditimbulkan oleh keadaan kerja sebagai akibat dari penggunaan pesawat, alat, mesin, bahan-bahan dan lain-lain.

Alat pengaman ialah suatu alat perlengkapan yang dipasang permanen pada pesawat tenaga dan produksi guna menjamin pemakaian pesawat tersebut dapat bekerja dengan aman.

Alat perlindungan ialah suatu alat perlengkapan yang dipasang pada suatu pesawat tenaga dan produksi yang berfungsi untuk melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaan yang ditimbulkan oleh pesawat tenaga dan produksi.

Pesawat ialah kumpulan dari beberapa alat secara berkelompok atau berdiri sendiri guna menghasilkan tenaga baik mekanik maupun bukan mekanik dan dapat digunakan untuk tujuan tertentu.

Motor penggerak ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk menggerakan mesin antara lain motor listrik.

Pemeriksaan pesawat tenaga dan produksi ialah pemeriksaan secara visual terhadap seluruh unit.

Pengujian ialah pemeriksaan dan semua tindakan untuk mengetahui kemampuan operasi, bahan dan konstruksi pesawat tenaga dan produksi.

Pasal 2

Pesawat tenaga dan produksi harus dirancang, dibuat, dipasang, digunakan dan dipelihara

sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 3

Bahan dan konstruksi Pesawat Tenaga dan Produksi harus kuat dan memenuhi syarat.

Setiap bahan dari bagian konstruksi Pesawat Tenaga dan Produksi yang utama harus memiliki tanda hasil pengujian atau sertifikat bahan yang diakui.

Pasal 4

Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari Pesawat Tenaga dan Produksi harus dipasang alat perlindungan yang efektif kecuali ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak ada orang atau benda yang menyinggungnya.

Pasal 5

Dilarang memindahkan, merubah ataupun menggunakan alat pengaman atau alat perlindungan untuk tujuan lain dari suatu pesawat atau mesin yang sedang bekerja, kecuali apabila mesin tersebut dalam keadaan berhenti atau dalam perbaikan.

Alat-alat pengaman dan alat perlindungan harus dipasang kembali setelah pesawat atau mesin selesai diperbaiki.

Pasal 6

Pada Pesawat Tenaga dan Produksi yang sedang diperbaiki tenaga penggerak harus dimatikan

K3LPage 99

dan alat pengontrol harus segera dikunci serta diberi suatu tanda larangan untuk menjalankan pada tempat yang mudah dibaca sampai Pesawat Tenaga dan Produksi atau alat pengaman tersebut selesai diperbaiki.

Pasal 7

Jarak antara pesawat-pesawat atau mesin-mesin harus cukup lebar dan bebas dari segala sesuatu yang dapat membahayakan bagi lalu lintas.

Pasal 8

Ban-ban penggerak, rantai-rantai dan tali-tali yang berat yang dapat menimbulkan bahaya bila terlepas atau putus harus dilengkapi alat perlindungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Ban-ban penggerak dan rantai-rantai penggerak yang dilepas harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak dapat menyentuh pada alat-alat penggeraknya.

Pasal 9

Pada pekerjaan yang menimbulkan serbuk, serpih, debu dan bunga api yang dapat menimbulkan bahaya harus diadakan pengaman dan perlindungan.

Semua Pesawat Tenaga dan Produksi harus dipelihara secara berkala dan baik.

K3LPage 100

Pasal 10

Mesin-mesin yang digerakan oleh motor penggerak, mesin harus dapat dihentikan tanpa

tergantung dari pesawat penggeraknya.

Pasal 11

Jika dalam ruangan terbuka atau tertutup terdapat poros penggerak yang digerakan oleh suatu penggerak mula yang berada di lain ruangan sedangkan poros penggerak tersebut tidak dapat dihentikan selama penggerak mula bekerja, maka dalam ruangan tersebut harus ada suatu alat untuk memberi tanda kepada penjaga mesin atau operator sehingga dengan segera dapat menghentikan mesin penggerak.

Setiap penggerak mula seperti tersebut dalam ayat (1) akan dijalankan harus selalu

membunyikan tanda yang dapat terang didengar dimana terdapat alat-alat penggerak yang

digerakan oleh penggerak mula.

Bila terjadi kecelakaan pada saat penggrak mula seperti ayat (1) dihidupkan, maka harus ada tanda yang dapat didengar dan dilihat dengan jelas ditempat penggerak mula berada.

Pasal 12

Pelumasan, pembersihan pesawat atau mesin dan pemasangan ban-ban harus dilaksanakan pada waktu pesawat atau mesin dalam keadaan berhenti, kecuali dapat dilakukan dengan aman.

Pasal 13

Setiap mesin yang digerakan dengan penggerak mula harus dilengkapi dengan alat penghenti yang mudah dicapai oleh operator guna menahan mesin agar tidak bergerak kembali.

Pasal 14

Alat-alat pengendali Pesawat Tenaga dan Produksi dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga pesawat Tenaga dan Produksi tersebut dapat bekerja dengan baik, aman dan mudah dilayani dari tempat operator.

Tempat operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah dicapai.

Pasal 15

Pada motor-motor penggerak harus dinyatakan tanda arah perputaran dan kecepatan maximum yang aman.

Pasal 16

Rantai, sabuk dan tali penghubung untuk roda gigi penggerak tidak boleh dilepas atau dipasang dengan tangan sewaktu berjalan atau berputar.

Pasal 17

Dilarang mencuci atau membersihkan Pesawat Tenaga dan Produksi dengan cairan yang

mudah terbakar atau bahan beracun.

Pasal 18

Sebelum menghidupkan mesin harus diperiksa lebih dahulu, untuk menjamin keselamatan.

Mesin yang sedang bekerja harus selalu dalam pengawasan.

Pasal 19

Mesin yang digerakan dengan tenaga manusia tidak boleh digerakan dengan motor penggerak.

Pada mesin yang tetap berputar atau bergerak, setelah sumber tenaganya diputuskan harus diberi perlengkapan pengunci atau rem yang efektif dan bila diperlukan dapat bekerja secara otomatis.

Pasal 20

Setiap mesin harus dilengkapi dengan alat penghenti yang memenuhi syarat.

Penandaan tombol penggerak maupun penghenti untuk mesin di tempat kerja harus seragam.

Pasal 21

Kerusakan atau ketidak sempurnaan suatu Pesawat Tenaga dan Produksi atau alat pengamannya harus segera dilaporkan kepada atasan yang berwenang dan segera tenaga penggeraknya dimatikan.

Pasal 22

Pemasangan mesin-mesin dalam suatu tempat kerja harus dipasang di atas pondasi dan kuat konstruksinya.

K3LPage 105

(2) Lantai disekitar mesin-mesin harus kering, bersih dan tidak licin.

Pasal 23

Semua sekrup penyetel pada bagian yang bergerak dimanapun berada harus dibuat rata, terbenam atau diberi alat perlindungan.

Semua kunci, grendel, nipel gemuk pada bagian yang berputar harus dibuat rata atau diberi alat perlindungan.

Pasal 24

Roda gigi yang terbuka dari suatu pesawat atau mesin yang bergerak harus diberi alat perlindungan dengan salah satu cara sebagai berikut:

(a). untuk putaran cepat dengan menutup keseluruhan.

(b). untuk putaran lambat pada titik pertemuan roda gigi.

K3LPage 106

Pasal 25

Sakelar listrik harus mempunyai bentuk dan ditempatkan dalam posisi sedemikian rupa, sehingga dapat menghubungkan atau memutuskan arus secara tidak disengaja.

Pasal 26

Semua alat pengaman dan alat perlindungan harus tetap berada ditempatnya bila mesin hidup.

Pasal 27

Titik operasi dari mesin harus diberi alat perlindungan yang efektip.

Mesin jenis tua yang konstruksi tanpa perlengkapan yang baik harus diberi alat perlindungan yang efektip.

Pada mesin yang berbahaya cara pengisiannya harus dilakukan dengan cara pengisian mekanis atau disediakan alat pengisi yang aman.

Alat untuk menjalankan dan menghentikan harus dipasang pada setiap mesin yang

K3LPage 107

memotong, menarik, menggiling, mengepres, melubangi, menggunting, menempa dan

memeras pada tempat yang mudah dicapai oleh operator.

Apabila dikehendaki agar titik operasi dapat dilihat maka digunakan alat perlin-dungan yang tembus cahaya atau transparant yang memenuhi syarat.

Pada mesin-mesin yang dijalankan dengan pedal harus dilengkapi dengan alat pengunci otomatis atau alat perlindungan berbentuk huruf U terbalik yang dipasang mengurung pedal tersebut.

Pasal 28

Setiap Pesawat Tenaga dan Produksi harus diberi pelat nama yang memuat data-data

Pesawat Tenaga dan Produksi.

Pasal 29

Operator Pesawat Tenaga dan Produksi harus memenuhi syarat-syarat keselamatan dan

Kesehatan kerja.

K3LPage 108

Pasal 30

Operator dilarang meninggalkan tempat kerjanya pada waktu Pesawat Tenaga dan

Produksi sedang beroperasi.

Pasal 31

Tempat-tempat kerja yang mengandung uap, gas, asap yang menggangu atau berbahaya harus dilengkapi dengan alat penghisap yang konstruksinya mmenuhi syarat.

Pasal 32

Pekerjaan menggiling dan menumbuk bahan-bahan yang mengeluarkan debu yang dapat meledak harus dilakukan dengan peralatan yang khusus dan pelaksanaannya harus memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja.

K3LPage 109

BAB II RUANG

LINGKUP

Pasal 33

Yang diatur oleh Peraturan Menteri ini adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja dimana PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI dibuat, dipasang dan dipakai.

Pasal 34

Pesawat Tenaga dan Produksi dimaksud adalah:

a). penggerak mula;

b). perlengkapan transmisi tenaga mekanik;

c). mesin perkakas kerja;

d). mesin produksi;

K3LPage 110

e). dapur;

BAB III

ALAT PERLINDUNGAN

Pasal 35

Semua alat perlindungan harus direncanakan, dibuat, dipasang dan digunakan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 36

Perlindungan atau penutup harus dibuat:

dari metal atau pelat yang berlubang-lubang atau kawat teranyam dengan bingkai besi siku, pipa besi atau batang besi penjual;

dari kayu, plastik atau bahan lainnya yang sesuai dengan penggunaannya.

K3LPage 111

Pasal 37

Bingkai alat-alat perlindungan dari besi yang tingginya kurang dari 75 cm dan luas permukaan tidak lebih dari 1 m2 harus mempunyai ukuran diameter minimum 1 cm untuk batangan besi pejal atau 20 x 20 x 3 mm untuk besi siku.

Pasal 38

Bingkai alat perlindungan dengan penahan dari besi yang tingginya lebih dari 75 cm dan luas permukaan tidak lebih dari 1 m2 harus mempunyai ukuran diameter dalam 20 mm untuk pipa besi atau 25 x 25 x 3 mm untuk besi siku.

Pasal 39

Bingkai alat perlindungan tanpa penahan dan tidak dipasang secara kuat pada lantai kerja harus mempunyai ukuran tidak kurang dari 38 x 38 x 3 mm untuk besi siku atau diameter dalam minimum 38 mm untuk pipa besi.

Pasal 40

K3LPage 112Alat perlindungan yang berbentuk bujur sangkar harus mempunyai paling sedikit empat bagian yang tegak dan tiap bagian harus dipasang dengan aman pada lantai kerja.

Alat perlindungan yang berbentuk silindris harus mempunyai paling sedikit tiga bagian tegak dan tiap bagian harus dipasang dengan aman pada lantai kerja.

Pasal 41

Bingkai alat perlindungan yang terbuat dari besi siku untuk sabuk, tali atau rantai yang letaknya kurang dari 2,6 diatas lantai kerja harus mempunyai ukuran:

25 x 25 x 5 mm untuk sabuk dengan lebar 25 cm.

38 x 38 x 6 mm untuk sabuk dengan lebar 25 35 cm.

50 x 50 x 8 mm untuk sabuk dengan lebar 35 60 cm.

80 x 80 x 10 mm untuk sabuk yang lebar lebih dari 60 cm.

Bila terbuat dari besi pelat harus mempunyai ukuran:

38 x 6 mm untuk sabuk dengan lebar sampai 25 cm.

50 x 8 mm untuk sabuk dengan lebar 25 35 cm.

50 x 10 mm untuk sabuk dengan lebar 35 - 60 cm.

65 x 10 mm untuk sabuk dengan lebar lebih dari 60 cm.

Pasal 42

Semua alat perlindungan harus dilengkapi dengan beberapa buah penyangga dan penahan untuk menjamin keketatan dan daya tahan.

(1) Pengisi bingkai harus dibuat dari :

Pasal 43

besi pelat dengan tebal tidak kurang dari 0,8 mm, atau

pelat berlubang dengan tebal tidak kurang 1 mm, atau

K3LPage 114

kaca logam dengan tebal tidak kurang dari 1,25 mm dan atau

kawat teranyam dengan diameter kawat tidak kurang dari 1,5 mm.

Setiap titik silang kawat teranyam harus dilekatkan dengan las, solder atau galbani kecuali jala kawat yang berbentuk belah ketupat atau persegi yang dibuat dari kawat dengan diameter 2 mm dan mata jala 20 x 20 mm.

Pasal 44

Pengisi bingkai harus dipasang pada bingkai besi dengan cara dikeling, dibaut, dilas atau dianyam pada bingkainya.

Jala kawat yang terbuat dari kawat dengan diameter 2 mm dan mata jala 20 x 20 mm dapat ditekuk seluruhnya sekeliling batang bingkai.

Pasal 45

Alat perlindungan atau penutup yang berjarak 10 cm dari bagian-bagian mesin yang bergerak pada semua titik tidak boleh terdapat lubang dengan lebarnya lebih dari 6

K3LPage 115

mm.

(2) Bila berjarak antara 10 - 38 cm, tidak boleh terdapat lubang dengan luas lebih dari

13 cm2.

Pasal 46

Kecuali untuk instalasi khusus, tinggi minimum untuk pagar per1indungan harus 1,8 m dari permukaan lantai kerja.

Pasal 47

Pemasangan pagar perlindungan harus membebaskan lantai kurang lebih 15 cm, tanpa membiarkan bagian-bagian mesin yang bergerak.

Pasal 48

Alat perlindungan pada mesin yang digerakan dengan tenaga mekanik harus dihubungkan pada mesinnya kecuali alat perlindungan tersebut berada pada kedudukan yang seharusnya atau diatur sedemikian rupa sehingga mesin tidak dapat hidup bila alat perlindungannya diangkat.

K3LPage 116

BAB IV

PENGGERAK MULA

Pasal 49

Dilarang menggunakan motor diesel atau sejenisnya yang dihidupkan dengan tenaga kempa atau angin sebelum bejana tekannya diadakan pemeriksaan dan pengujian sesuai ketentuan yang berlaku.

Dilarang mengisi bejana yang dimaksud pada ayat (1) dengan zat asam untuk mendapatkan tekanan gerak yang lebih tinggi atau menggerakan motor diesel langsung dengan zat asam.

Pasal 50

(1) Roda gaya dari penggerak mula harus dilengkapi dengan alat perlindungan yang

memenuhi syarat.

(2) Pemagaran roda gaya harus pada bagian luar roda.

Pasal 51

Engkol, kepala silang, batang-batang penggerak dan batang-batang pengantar atau batang- batang penyambung torak, harus dilengkapi penganian standar, kecuali telah terlindung oleh konstruksinya atau tempatnya.

Pasal 52

(1) Semua penggerak mula, kecuali penggerak mula yang tidak dihubungkan dengan sambungan kopeling atau roda gigi ke beban harus dilengkapi dengan alat pengatur atau regulator.(2) Alat pengatur atau regulator harus dilengkapi dengan alat penghenti otomatis untuk menghentikan penggeraknya apabila regulator tidak dapat berfungsi.(3) Penggerak mula yang tidak dilengkapi dengan penghenti alat pengatur atau regulator harus dilengkapi dengan alat pembatas kecepatan otomatisnya yang berdiri sendiri.

Pasal 53

Alat-alat pembatas kecepatan, penghenti keselamatan atau klep penghenti darurat harus dilengkapi dengan sakelar jarak jauh, sehingga dalam keadaan darurat dapat dihentikan dari

tempat yang aman.

BAB V

PERLENGKAPAN TRANSMISI TENAGA MEKANIKPasal 54Poros transmisi, sabuk dan cakra yang berada di ruang bawah menara atau ruang khusus untuk perlengkapan transmisi tenaga mekanik syarat pengawasannya dapat ditiadakan jika:

a. ruang bawah menara, atau ruang khusus selalu terkunci bagi mereka yang tidak

berwenang masuk selama mesin sedang berjalan atau hidup;b. jarak vertikal antara jalan lintas terhadap lantai dan plafon atau benda yang berada di atas tidak kurang dari 1,7 m;c. tersedia penerangan dan ventilasi yang cukup, dasar yang kering, kuat dan datar;

d. jalan yang dilewati oleh tukang pelumas dilindungi sedemikian rupa untuk meng- hindarkan kecelakaan.

Pasal 55

(1) Semua bagian-bagian yang terbuka dari poros-poros transmisi yang letak keting-giannya 2,6 m dari lantai atau kurang harus dilengkapi dengan alat perlindungan penutup dan untuk poros-poros yang rendah alat perlindungan penutupnya tidak lebih dari 15 cm, di atas lantai.(2) Poros-poros transmisi yang melintasi jalan dengan ketinggian kurang dari 2 m diatas titik tertinggi dari muatan kendaraan harus dilengkapi dengan alat perlindungan.

Pasal 56

Ujung poros transmisi harus diberi alat perlindungan yang tidak ikut berputar.

Pasal 57

Kopeling poros yang letaknya 2,6 m dan kurang di atas permukaan lantai harus dileng-kapi alat perlindugan yang memenuhi syarat.

Pasal 58

Titik operasi dari transmisi roda gesek dan semua lengan atau jari-jari transmisi atau pipi- pipi transmisi harus diberi alat perlindungan yang memenuhi syarat.

Pasal 59

Transmisi roda gigi dan rantai harus tertutup sama sekali, kecuali telah diamankan oleh

lokasinya.

Pasal 60

Transmisi cakra dan sabuk serta bagian-bagiannya yang berada 2,6 m atau kurang di atas lantai dan dapat tersentuh harus diberi alat perlindungan yang menutup seluruhnya atau dengan bagian menutup pada bagian bawah.

Pasal 61

(1) Sabuk, tali atau rantai yang berada 2,6 m atau kurang di atas lantai kerja harus diberi alat perlindungan yang memenuhi syarat kecuali:a. sabuk, tali atau rantai yang lokasinya atau letaknya cukup aman;

b. sabuk rata yang lebarnya 25,4 mm atau kurang dan sabuk yang diameternya 10 mm atau kurang.(2) Gerak putaran sabuk horizontal bagian bawah yang terletak 2,6 m atau kurang di atas lantai kerja, alat perlindungan harus mencapai paling sedikit 38 cm di atas gerak putaran bagian atas dari sabuk horizontal, ketentuan ini tidak berlaku apabila ketinggian alat perlindungan bagian atas mempunyai ketinggian kurang dari 1,06 m kecuali sabuk tersebut tertutup seluruhnya.(3) Sabuk horizontal, tali atau rantai dengan lebar 13 cm atau lebih berada di atas lantai kerja dengan kecepatan 9 m/det atau lebih dan mempunyai gerak antara titik-titik pusat cakra 3 m atau lebih harus diberi alat perlindungan dibagian bawah pada keseluruhan panjangnya.(4) Perlindungan sabuk tali atau rantai yang terletak di atas harus paling sedikit 1 kali dari lebar sabuk dan tidak lebih dari 15 cm pada tiap sisinya dan harus cukup kuat untuk menahan sabuk apabila sabuk itu putus.

Pasal 62

Peregang keseimbangan atau pengatur tegangan pada transmisi cakra dan sabuk yang menggantung harus dikonstruksi dengan kuat dan terikat dengan aman.

Pasal 63

(1) Penyambungan sabuk harus dengan kulit mentah atau bahan lainnya yang bukan metal.

(2) Penyambungan dari metal atau paku keling tidak boleh digunakan bagi sabuk konis yang harus dipindahkan dengan tangan.

Pasal 64

(1) Setiap pemasangan sabuk cakra tetap atau lepas harus dilengkapi dengan pengungkit atau pelepas sabuk permanen.(2) Pengungkit atau pelepas sabuk mekanik harus dilengkapi dengan alat pengunci dan dalam keadaan normal harus dalam posisi mati.

BAB VI

MESIN PERKAKAS KERJA

Pasal 65

Mesin asah, poles dan pelicin harus dilengkapi dengan tutup atau kap perlindungan atau penghisap kecuali cairan pada permukaan pengasahan, pemolesan atau pelicinan.

Pasal 66

Roda-roda pengasah harus dilengkapi dengan alat perlindungan yang memenuhi syarat kecuali roda-roda pengasah dalam atau roda-roda yang diameternya 50 mm atau kurang.

Pasal 67

Roda pengasah yang dipasang di atas meja kerja atau lantai, celah tutup atau kap per- lindungan harus menunjukan permukaan roda maximum 90o dihitung pada proyeksi

bidang tegak lurusan horizontal 65o ke atas dan maximum 25o ke bawah dari permukaan bidang horizontal.

Pasal 68

Mesin asah yang menggunakan cairan pendingin, tutup atau kap perlindungan harus dirancang sedemikian rupa agar pembuangan cairan pendingin tetap baik.

Pasal 69

(1) Roda asah harus dipasang diantara dua flensa.

(2) Tebal dan diameter kedua plendes untuk roda asah harus sama dan permukaan flensa tidak menyentuh roda gerinda apabila diikat.(3) Diameter flensa tidak boleh kurang dari sepertiga diameter roda.

Pasal 70

(1) Poros roda asah harus dibuat dari baja dengan diameter yang memenuhi syarat.

(2) Ukuran minimum diameter poros roda-roda asah dengan kecepatan sampai 35 m/det (7.000 feet/menit) harus sesuai dengan angka dari daftar diameter poros yang bersangkutan tercantum dalam lampiran 1 dan 2 Peraturan Menteri ini.(3) Untuk kecepatan lebih dari 35 m/det (7.000 feet/menit) diameter poros harus disesuaikan dengan memperhatikan, bentuk mesin, jenis bantalan dan kualitas bahan serta cara kerjanya yang memenuhi syarat.

Pasal 71

(1) Penahan benda kerja roda asah harus:

a. dikonstruksi dengan kuat;

b. dibentuk agar cocok dengan bentuk roda, dan

c. dipasang dengan aman dalam posisi sedekat mungkin pada roda dengan jarak cela tidak boleh lebih dari 3 mm dari roda.

K3LPage 125(2) Penyesuaian penahan benda kerja pada mesin roda asah tidak boleh dilakukan ketika roda sedang berjalan.

Pasal 72

(1) Roda asah dapat dioperasikan dan diuji kecepatannya sesuai dengan daftar kecepatan roda yang bersangkutan tercantum dalam lampiran 3 dan 4 Peraturan Menteri ini.(2) Roda asah tidak boleh dijalankan dengan kecepatan yang melebihi dari kecepatan yang diijinkan dan harus ditulis dengan jelas pada roda atau pelat nama pesawat tersebut.

(3) Alat penyetel atau pengatur yang digunakan untuk mengatur kecepatan motor harus dilengkapi dengan alat pengunci atau alat pengontrol.

Pasal 73

(1) Sendok penuang cairan logam yang berkapasitas tidak melebihi 900 kg, yang digerakan dengan suatu alat antara lain, truk, kran angkut, atau trolleys dan digunakan untuk membagi-bagi cairan besi harus menggunakan tuas-tuas atau roda gigi penghantar.

(2) Penuang cairan logam dengan kapasitas 900 kg atau lebih harus menggunakan roda gigi penghantar.(3) Tangkai sendok penuang tangan harus dilengkapi dengan kunci pengaman yang dapat disetel dengan tangan.(4) Sendok penuang yang digerakan dengan penghantar roda gigi dan semua sendok yang dioperasikan secara mekanis atau elektris harus dilengkapi dengan kunci atau rempengaman otomatis, untuk menghindarkan terbaliknya sendok ataupun goyangan yang tidak terkendali.(5) Pengatur kecepatan angkat mekanis pada sendok penuang harus diberi alat pelindung dari bahan yang kuat dan memenuhi syarat.(6) Apabila sendok penuang tidak digunakan harus dikeringkan dengan baik dan di-simpan di tempat kering.

Pasal 74

Peralatan mekanisme tuang, alur miring atau platform angkat dari mesin-mesin centrifugal

horizontal untuk penuangan berbentuk pipa atau bentuk lain yang berlubang silindris harus ditutup dengan pengaman yang memenuhi syarat.

Pasal 75

Di atas pedal kemudi atau perpanjangannya dari semua mesin tempa yang digerakan dengan kaki, harus dilengkapi dengan alat perlindungan.Pasal 76

(1) Apabila mesin tempa tidak digunakan, palu tempa harus terletak pada bantalan pengganjal.(2) Pada penggantian, penyetelan ataupun perbaikan kepala palu tempa pada mesin tempa, palu harus dapat diganjal sehingga mampu menerima beban sebesar berat palu ditambah gaya dorong yang terjadi.(3) Pengganjalan seperti tersebut pada ayat (2) dapat dilaksanakan antara lain dengan:

a. sebuah balok dari kayu yang keras dimana tiap ujungnya dibalut dengan logam dan pada sisinya dilengkapi dengan sebuah pemegang;b. sebuah pipa logam dimana setiap ujungnya dilengkapi dengan flensa;

c. konstruksi lain dimana kedua ujungnya mempunyai permukaan datar.

Pasal 77

Alat pembersih kerak dan alat pelumas pada mesin tempa harus dilengkapi dengan tuas- tuas pengaman yang cukup panjang.

Pasal 78

(1) Pipa-pipa pemasukan uap ataupun udara pada mesin tempa harus dilengkapi dengan keran penutup.(2) Apabila tekanan uap yang tersedia untuk palu tempa lebih tinggi dari tekanan operasi, maka pipa pemasukan uap ataupun udara harus dilengkapi kran pengatur otomatis dan tingkap p