tugas_i_konsep perancangan mesin penggiling dan pengayak cengkeh
TRANSCRIPT
TUGAS I
MATA KULIAH PERANCANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN
“KONSEP PERANCANGAN MESIN PENGGILING DAN PENGAYAK CENGKEH”
Oleh
Taufik A. Sidik
240110080035
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
1.1. Pendahuluan
Setiap aktivitas yang berkaitan dengan pengembangan teknologi pertanian diupayakan
untuk mendukung produktivitas pertanian itu sendiri. Berbagai aspek dan komponen pendukung
produktivitas pertanian perlu dikembangkan dan senantiasa diperbaharui secara berkelanjutan,
berkaitan dengan kebutuhan manusia sebagai pengguna dan penyelenggara produksi pertanian.
Proses produksi pertanian yang telah dikembangkan senantiasa membutuhkan berbagai
perlakuan lanjutan bersifat teknis yang berkaitan dengan modifikasi alat dan mesin pendukung
proses produksi. Dengan tujuan kemudahan dalam proses pengolahan bahan hasil pertanian,
proses pengolahan yang termekanisasi menjadi salah satu jawaban atas kebutuhan petani dan
pengembang dalam memajukan pertanian, khususnya di Indonesia.
Indonesia sendiri merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah yang
memiliki varietas tanaman yang beragam dan bermanfaat tinggi bagi kelangsungan hidup
masyarakatnya. Pembangunan di sektor pertanian telah menjadi bagian integral pembangunan
nasional yang telah mendapatkan tempat dan peranan strategis. Untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pembangunan sektor pertanian, pencarian potensi perkembangan di bidang
mekanisasi pertanian dapat dilakukan untuk membantu petani dan penyelenggara pengolahan
pertanian demi tercapainya stabilitas produksi pertanian di tingkat menengah dan bawah.
Efisiensi dan efektifitas yang terwujud dalam usaha pengolahan bahan hasil pertanian
selanjutnya dapat memberikan keuntungan yang berlipat, secara ekonomis, sosial, dan budaya.
Keuntungan finansial bagi petani dan pengolah menjadi prioritas utama yang menjadi dasar
dilakukannya berbagai pengembangan dan modifikasi alat dan mesin pertanian.
Berbasiskan kebutuhan efisiensi dan efektifitas finansial yang berhubungan dengan
produktivitas tenaga dan lahan usaha tani, analisis terhadap modifikasi alat dan mesin pertanian
perlu dilakukan untuk menekan ongkos produksi, memberi nilai tambah bagi bahan hasil
pertanian, mengurangi kejerihan petani dan pengolah bahan hasil pertanian, serta meningkatkan
pendapatan petani yang bersangkutan.
Berbagai tahap pengolahan dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah bagi bahan hasil
pertanian, seperti pada pemanfaatan cengkeh di wilayah Kalimantan Timur.
Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris
disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh
adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-
negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh ditanam terutama
di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri
Lanka.
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki
batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai
ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20 -30 meter, berdaun lonjong yang berbungan pada
pucuk-pucuknya serta memiliki cabang-cabang yang cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan
cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah
patah . Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut . Daun cengkeh
berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan panggkalnya
menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai
berkisar 7,5 -12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan
tangkai pendekserta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan ,
kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda
apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh keringakan berwarna coklat kehitaman dan berasa
pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7
tahun. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm.
Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar
matahari langsung. Di Indonesia , Cengkeh cocok ditanam baik di daerah daratan rendah dekat
pantai maupun di pegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut.
1.1.1. Sejarah Cengkeh
Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap
orang yang mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkeh, agar harumlah napasnya.
Cengkeh, pala dan merica sangatlah mahal di zaman Romawi. Cengkeh menjadi bahan tukar
menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada akhir abad ke-15, orang Portugis
mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan
cengkeh dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan
sultan dari Ternate. Orang Portugis membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari
kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas.
Perdagangan cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-17. Dengan
susah payah orang Prancis berhasil membudayakan pohon Cengkeh di Mauritius pada tahun
1770. Akhirnya cengkeh dibudayakan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar.
Pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris harga cengkeh sama dengan harga emas karena
tingginya biaya impor.
Gaya hidup masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan cengkeh dapat dilihat
dengan semakin banyaknya pengguna rokok. Dalam pengaplikasiannya cengkeh dapat
dimanfaatkan sebagai pemberi rasa pada rokok sehingga rokok dengan penambahan cengkeh
memiliki aroma dan rasa khas.
Pemanfaatan cengkeh pada industri rokok dilakukan dengan spesifikasi hasil
penggilingan dan pengayakan 1-3 mm untuk kemudian dipadukan dengan tembakau untuk
memberi aroma dan cita rasa bagi rokok hasil produksi.
Pada kenyataannya , petani cengkeh umumnya hanya menjual cengkeh kering yang
belum diolah sehingga belum memiliki nilai tambah yang tinggi. Pengolahan lanjutan secara
kecil-kecilan yang dapat dilakukan oleh petani cengkeh diharapkan dapat memberi nilai
ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan cengkeh kering yang belum diolah.
Spesifikasi penjualan yang berorientasi pada pengolahan bahan cengkeh kering untuk
industri rokok berupa penerapan metode penggilingan cengkeh kering berskala kecil bagi petani
cengkeh dapat menjadi salah satu upaya peningkatan nilai tambah cengkeh hasil panen bagi
petani di daerah Maluku Utara.
Berdasarkan analisis di atas, maka perlu dikemukakan suatu alternatif pendekatan konsep
perancangan dan penerapan alat mesin yang berfungsi sebagai penggiling dan pengayak cengkeh
dengan spesifikasi tujuan sebagai Mesin Penggiling dan Pengayak Cengkeh Untuk Usaha
Industri Rokok Kelas Menengah.
1.2. Pendekatan Masalah
1.2.1. Tahap pengembangan dan penerapan teknologi penggilingan dan pengayakan
Penggilingan cengkeh kering yang selama ini dilakukan dengan mesin
penggiling/perajang cengkeh umumnya tidak menghasilkan hasil penggilingan yang seragam
karena tidak melalui proses pengayakan sehingga kualitas rokok yang kemudian dipasarkannya
pun memiliki kualitas yang kurang baik.
Kualitas penggilingan yang kurang baik dapat dilihat pada hasil industri rokok itu sendiri.
Proses penggilingan yang kurang sempurna akan mengakibatkan rokok masih memiliki
kandungan bongkahan cengkeh yang berukuran besar.
Dengan pengaplikasian teknologi penggilingan dan pengayakan bagi bahan cengkeh
kering selanjutnya akan menghasilkan bahan baku industri rokok yang telah siap pakai dan siap
olah menjadi bahan baku campuran tembakau dengan hasil penggilingan yang relatif seragam
serta dapat dilakukan oleh petani ataupun industri kecil yang bertindak sebagai penyuplai
cengkeh sebagai bahan baku industri rokok.
Dengan pengaplikasian teknologi penggilingan dan pengayakan bagi penyuplai bahan
baku cengkeh untuk industri rokok, akan dihasilkan cengkeh hasil penggilingan yang berukuran
seragam yang selanjutnya dapat meningkatkan nilai tambah bagi bahan baku cengkeh yang akan
dijual.
a. Penggambaran masalah
Salah satu kendala kurang berkembangnya pertanian di Indonesia adalah ketika petani
yang bertindak selaku pihak penyedia bahan baku industri berbasiskan pertanian tidak memiliki
suatu keinginan dan motivasi untuk menjelajahi berbagai peluang yang mungkin muncul dengan
memanfaatkan potensi pertanian yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Umumnya petani cengkeh di Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Tengah dan
Timur sudah merasa puas hanya bertindak sebagai pengolah bahan mentah berupa cengkeh
kering yang kemudian dijual kepada tengkulak yang memanfaatkan keadaan tersebut.
Cengkeh, seperti halnya bahan baku hasil pertanian pada umumnya memiliki nilai jual
yang dapat berubah-ubah tergantung dari tahapan-tahapan yang telah dilaluinya sebelum bahan
baku tersebut sampai ke tangan industri pertanian.
Berbagai proses pengolahan dan perlakuan lanjutan terhadap bahan hasil pertanian
bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah yang dimiliki oleh bahan hasil pertanian itu sendiri,
salah satunya adalah dengan pengecilan ukuran seperti penggilingan/perajangan dan pengayakan
yang dapat diaplikasikan pada tanaman cengkeh.
Namun, kurangnya kesadaran dan pengetahuan petani cengkeh akan hal tersebut menjadi
salah satu alasan utama yang menghambat perkembangan dan kemandirian dari petani itu
sendiri. Selain itu, mahal dan kurang efisiennya proses pengolahan yang harus ditempuh
menyebabkan petani enggan untuk merintis upaya pengembangan potensi dan usahanya sebagai
penyedia bahan baku hasil pertanian.
Pengolahan lanjutan terhadap tanaman cengkeh yang selama ini telah dilakukan oleh
petani cengkeh adalah hanya sebatas pengeringan dengan menjemur bahan di bawah sinar
matahari. Kebutuhan industri rokok yang berbahan baku pertanian cengkeh terhadap cengkeh
kering yang telah digiling/dirajang yang bertujuan untuk menekan biaya produksinya selaiknya
dapat menjadi pertimbangan petani untuk mengembangkan usahanya sehingga bersifat spesifik
dengan cara melakukan proses penggilingan cengkeh kering yang telah mereka jemur.
Untuk itulah perlu dilakukan alternatif pengembangan usaha pertanian cengkeh di
Kalimantan Timur dengan teknologi yang termekanisasi berskala kecil yang diharapkan dapat
memberi hasil sebagai berikut:
1. Terciptanya suatu alat mesin pengolahan bahan hasil pertanian yang efisien dan
efektif, namun berskala kecil sehingga mudah digunakan dan murah.
2. Peningkatan nilai tambah bagi bahan hasil pertanian cengkeh yang akan dijual
oleh petani cengkeh kepada industri rokok.
3. Peningkatan taraf hidup petani sebagai dampak peningkatan pendapatan hasil
penjualan cengkeh.
4. Meningkatnya efisiensi kerja sekaligus menekan biaya produksi industri rokok.
5. Mendorong petani untuk meningkatkan kinerjanya dengan proses perjangan dan
pengayakan termekanisasi berskala kecil sebagai pemicu minatnya terhadap
proses yang termekanisasi pada pengolahan pertanian lain.
b. Pemilihan alternatif
Berbagai pertimbangan pendekatan perancangan terhadap alat mesin pertanian perajang
dan pengayak cengkeh perlu dilakukan untuk mendapatkan suatu rancangan alat mesin pertanian
yang efektif, efisien, dengan harga terjangkau, moveable, serta memenuhi syarat keamanan dan
kenyamanan kerja bagi petani. Pemilihan terhadap faktor-faktor penentu kinerja alat mesin yang
dilakukan didasarkan pada ketersediaan komponen-komponennya. Hal tersebut dilakukan
sehingga mesin perajang dan pengayak yang dirancang dapat dengan mudah dibuat dan
diproduksi secara massal.
Proses pengecilan ukuran secara umum terdiri atas tiga tingkatan (Brown dkk, 1958),
yaitu :
1. Pengecilan ukuran kasar, merupakan pengecilan ukuran dengan bahan yang ukuran
partikelnya lebih dari 5 cm.
2. Pengecilan ukuran sedang, merupakan pengecilan ukuran dengan bahan yang ukuran
partikelnya 2 – 5 cm.
3. Pengecilan ukuran halus, merupakan pengecilan ukuran dengan bahan yang ukuran
partikelnya lebih kecil dari 2 cm.
Adapun mesin perajang cengkeh yang umum beredar adalah :
1. Perajang cengkeh skala industri.
2. Perajang cengkeh skala menengah
3. Penggiling tradisional.
Sementara itu, secara umum alat yang digunakan dalam proses pengecilan menurut Hunt
(1978), terdiri atas:
1. Penggiling palu (Hammer mill), merupakan penggiling yang memperkecil ukuran bahan
dengan mempergunakan tumbuka palu. Putaran motor yang tinggi (2500 – 3500 rpm)
akan menghasilkan bubuk yang halus.
2. Penggiling silinder (roller mill), merupakan penggiling yang memperkecil ukuran bahan
dengan tekanan dan gesekan. Dua silinder ditempatkan sejajar dengan jarak yang sempit,
menghancurkan bahan yang melewati dua silinder tersebut. silinder yang dipergunakan
dapat berupa silinder halus maupun bergerigi.
3. Penggiling pisau (cutter mill), merupakan penggiling yang memperkecil ukuran dengan
proses pemotongan. Hasil yang didapat darii mesin ini tidak terlalu halus, tetapi
dipergunakan sebagai bahan untuk memperkecil ukuran yang lain.
4. Penggiling bergeri (Burr mill), merupakan penggiling yang memperkecil ukuran dengan
menggunakan tekanan putar piringan. Burr mill terdiri atas dua piringan yang keras dan
bergerak berputar. Bahan yang akan diperkecil ukurannya dimasukkan diantara dua
piringan.
Dalam proses pengayakan, pemilihan penggunaan mesh pengayak didasarkan pada
standar ayak Tyler pada tabel berikut:
Mesh, No. Diameter Ukuran
saringan inci Kawat, inci Aktual Perkiraan
…
…
…
…
3
4
6
8
10
14
20
28
35
48
65
100
150
200
0.148
0.135
0.105
0.092
0.070
0.065
0.036
0.032
0.035
0.025
0.0172
0.0125
0.0122
0.0092
0.0072
0.0042
0.0026
0.0021
1.050
0.742
0.525
0.371
0.263
0.185
0.131
0.093
0.065
0.046
0.0328
0.0232
0.0164
0.0116
0.0082
0.0058
0.0041
0.0029
1
¾
½
3/8
¼
3/16
1/8
3/32
1/16
3/64
1/32
…
1/64
…
…
…
…
…
Berdasarkan analisis kebutuhan seperti yang telah terpaparkan di atas, didapat bahwa
mesin yang digunakan dalam proses perajangan dan penggilingan cengkeh bagi petani untuk
proses pengolahan awal adalah mesin perajang dan pengayak cengkeh dengan karakteristik
sebagai berikut:
Merupakan mesin penggiling bahan hasil pertanian kering yang menghasilkan serpihan
cengkeh yang berskala menengah ke bawah.
Mesin penggiling dengan sumber daya berupa motor listrik dan transmisi yang
menyalurkan gaya dari motor untuk kemudian mampu mengolah cengkeh menjadi
serpihan, dengan tujuan meningkatkan produktivitas dan menekan penyebab kelelahan
pagi petani.
Pengayakan dengan mesh yang dsesuaikan dengan kebutuhan ukuran cengkeh yang akan
diproses menjadi rokok.
Diharapkan dengan mesin dwiguna perajang dan pengayak cengkeh ini didapatkan suatu
upaya pembangunan sektor pertanian yang mengarah pada sistem termekanisasi, namun tetap
memiliki kemudahan-kemudahan dalam pengoperasiannya.
c. Pengembangan desain
Langkah ini dilakukan untuk melihat persyaratan produk mesin perajang dan pengayak
cengkeh yang digunakan. Pada proses ini harus diintegrasikan antara persyaratan produk dan
persyaratan teknis peralatan sehingga dihasilkan mesin perajang dan pengayak cengkeh yang
sesuai bagi tanaman cengkeh, dan sesuai bagi petani baik secara teknis, sosial, dan ekonomi.
d. Perbaikan Desain
Perbaikan desain dilakukan setelah penilaian terhadap rancangan mesin perajang dan
pengayak cengkeh selesai, kemudin diadakan penilaian apakah rancangan tersebut memenuhi
syarat bagi tanaman dan petani atau tidak. Jika belum memenuhi syarat, maka perlu diadakan
perbaikan desain.
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk kembali memilih rancangan mesin perajang dan pengayak
cengkeh yang paling sesuai bagi produk dan lokasi yang bersangkutan, dengan biaya paling
murah, dapat digunakan di berbagai kondisi dan berbagai kalangan. Pada tahap ini alat dikritisi
agar diperoleh rancangan yang paling murah dan sederhana.
f. Pembuatan Gambar Desain (Blue Print)
Tahap ini membuat gambar desin (blue print) atau gambar teknik dari mesin dwiguna
perajang dan pengayak cengkeh.
g. Alternatif Cara Pembuatan
Adalah urutan pekerjaan dalam pembuatan prototipe yang paling cepat, tepat, dan murah
tetapi tetap memenuhi syarat teknis dari mesin perajang dan pengayak cengkeh.
h. Pembuatan Prototipe
Pembuatan prototipe mesin perajang dan pengayak cengkeh ini direncanakan dibuat di
bengkel lokal desa dengan komponen yang terdiri dari:
Komponen yang dibuat di bengkel
Komponen yang dibeli di pasaran umum
Bahan tersebut diharapkan diperoleh secara mudh di sekitar lingkungan bengkel lokal,
dan dapat dikerjakan dengan peralatan yang telah ada.
i. Evaluasi Terhadap Prototipe
Sebelum diadakan evaluasi atau pemilihan prototipe, terlebih dahulu diadakan standar
persyaratan teknis dari peralatan untuk mempertahankan reliabilitas dari mesin perajang dan
pengayak cengkeh yang meliputi analisa komponen dan komponen standar. Evaluasi terhadap
prototipe dilakukan untuk melihat kesesuaian dari segi teknis, ergonomis, serta reliabilitas dari
mesin yang akan dipakai.
1.3. Kesimpulan dan Saran
Dalam perancangan alat mesin pertanian, perlu diperhatikan setiap aspek-aspek yang
selanjutnya dijadikan parameter untuk menentukan berhasil tidaknya suatu teknologi diterapkan
di suatu daerah. Aspek-aspek penentu tersebut diantaranya adalah aspek teknis, aspek ekonomis,
dan aspek sosial budaya.
Perancangan mesin dwiguna perajang dan pengayak cengkeh untuk spesifikasi wilayah
Kalimantan Timur dengan komoditas hasil industri rokok didasari oleh kebutuhan petani akan
perubahan sistem penjualan bahan baku cengkeh yang biasanya berupa cengkeh kering yang
belum diolah menjadi cengkeh kering yang telah diberi perlakuan pengecilan ukuran untuk
mencegah kerusakan akibat penyimpanan, serta untuk memberi nilai tambah bagi bahan baku
cengkeh sekaligus menekan biaya produksi pada tahap lanjut industri rokok.
Aspek geografis Kalimantan Timur yang kaya akan cengkeh pun menjadi dasar
perancangan mesin perajang dan pengayak ini. Dengan potensi alam yang tinggi untuk menjadi
lahan investasi, Kalimantan Timur membuka peluang bagi berbagai teknologi yang belum
teraplikasikan dan masih berkembang.
Pengembangan dan penerapan teknologi penggilingan dan pengayakan harus dilakukan
secara cepat, tepat, serta didukung oleh pengawasan dan pengembangan lebih lanjut oleh instansi
terkait yang ada hubungannya dengan masalah peningkatan produksi hasil pertanian agar
pengembangan mesin dwiguna perajang dan pengayak cengkeh dapat berjalan secara kontinyu.
Daftar Pustaka
Anonim, 2011. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=jsti&id=257
Anonim, 2005. http://www.geocities.com/disbun_kaltim/cengkeh.htm
Anonim, 2006. http://www.conectique.com/tips_solution/health/herbs/
Anonim, 2006. http://www.disbun.jabar.go.id/index.php?mod=rekap_perkembangan_produksi
Herwanto, Totok. 2000. Modul Konsep Perancangan dan Penerapan Mesin dan Peralatan
Paskapanen Pada Industri Pedesaan. Universitas Padjadjaran: Bandung.
Rusendi, Dadi, dkk. 2005. Penuntun Praktikum Mata Kuliah Teknik Penanganan Hasil
Pertanian. Laboratorium Teknik Pasca Panen Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung
Zain, Sudaryanto., Ujang Suhadi, Sawitri dan Ulfi Ibrahim. 2005. Teknik Penanganan
Hasil Pertanian. Pustaka Giratuna, Bandung.