tugas wawancara

16
Laporan Praktikum PTHPT Wawancara Petani Pada Tanaman Kubis di Tanjungsari Kelompok 5: 1.Lovian ndriani !inambela 15"51"1#"1$" #. $. %. Program !tudi groteknologi &akultas Pertanian 'niversitas Padjadjaran (atinangor ) (awa *arat

Upload: lovian-andriani-sinambela

Post on 07-Oct-2015

256 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mm

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum PTHPT Wawancara Petani Pada Tanaman Kubis di TanjungsariKelompok 5:1.Lovian Andriani Sinambela1505101201302.3. 4.

Program Studi AgroteknologiFakultas PertanianUniversitas PadjadjaranJatinangor Jawa Barat

Bab IPendahuluan

1.1. Latar BelakangDalam proses budidaya tanaman yang masalah yang sering ditemukan adalah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)terhadap tanaman budidaya.Organisme Pengganggu Tanaman terdiri dari hama, penyakit dan gulma.Pada suatu lahan pertanian sangat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan, ini dikarenakan antara tanaman yang dibudidayakan dengan OPT ini bersaing untuk mendapatkan makanan, serat dan tempat perlindungan, maka dari itu untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan upaya pengendalian yang terpadu demi menjaga kualitas tanaman tersebut.Kegiatan wawancara di daerahTanjungsariuntuk mengobservasi lahan pertanian. Dalam suatu areal pertanaman, kemunduran produksi merupakan hal yang sering terjadi. Di lahan tersebut kita menemukan berbagai macam tanaman budidaya dan tanaman yang terserang penyakit dan hama yang merupakan masalah bagi para petani. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemunduran produksi adalah karena adanya gangguan hama dan patogen penyebab penyakit.Kehadiran tanaman yang tidak diinginkan seperti gulma ataupun yang lain yang berperan sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) pada lahan pertanian dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan unsur-unsur hara, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang lingkup, mengotori kualitas produksi pertanian, dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun) serta sebagai tempat hidup atau inang tempat berlindungnya hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembangbiak dengan baik, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian. Dengan demikian kita dapat langsung terjun ke lapangan dan wawancara dengan mengunakan kusioner atau data yang dipertanyakan kepada petani mengenai areal pertanaman.

1.2TujuanMeningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui penguatan studi PHPT sehingga mampu melaksanakan dan mengevaluasi tanaman di suatu lahan.Sekaligus mengamati Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang ada di lahan tanamn kubis daerah Tanjung Sari dan menganalisis cara pengendalian yang tepat.

1.3Manfaat1.Mahasiswadapat mengenali jenis-jenis OPT yang ada pada tanaman Kubis2.Mahasiswadapat mengetahui ciri-ciriyang ditimbulkan setiapOrganisme Pengganggu Tanaman(OPT) agar dapat mengendalikan secara tepat

Bab IIPembahasan

I. Deskripisi LokasiDalam Wawancara ini melakukan kepada 2 Desa di Tanjungsari yang bertujuan sebgai pebanding. Adapun desa tersebut adalah:Desa Sukasari Kabupaten Sumedang, yang memiliki luas wilayah 141 hektar atau 1,41 km2.

1. Desa SukasariAdapun batas-batas wilayah Desa Sukasari, antara lain : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kutamandiri Kecamatan tanjungsari Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cilayung Kecamatan Jatinangor Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jatisari Kecamatan Tanjungsari

Karakteristik LahanKeadaan topografi Desa Sukasari pada umumnya merupakan wilayah datar dengan kemiringan tanah< 25%. Adapun data karakteristik tanah dan iklim di wilayah Desa Sukarapih tersaji pada beberapa tabel berikut ini.

Tabel 1. Data Karakteristik Lahan Berdasarkan TopografiNoTopografiPersentase (%)Penggunaan lahan

1Datar100Pemukiman, kebun, sawah

Sumber : Data Potensi Desa Sukasari, 2011

Luas Lahan Menurut PenggunaannyaLahan yang terdapat di Desa Sukasari terdapat dua jenis, yaitu lahan darat dan lahan sawah yang mana pada umumnya dimanfatkan untuk kegiatan di sektor pertanian.

Tabel 2. Data Penggunaan Lahan Sawah Di Desa Sukasari Tahun 2011NoJenis lahan sawahLuas (ha)%Komoditi tanaman

1Teknis---

2 teknis---

3Pedesaan64100Padi sawah, Hortikultura & Palawija

4Tadah Hujan--

Jumlah64100

Sumber : Data Potensi Desa Sukasari, 2011

Tabel 3. Data Penggunaan Lahan Darat Di Desa Sukasari Tahun 2011NoJenis PenggunaanLuas (ha)%Komoditi Tanaman

1Pekarangan3950,65Bawang daun, Lele, Cabe rawit

2Kebun/tegalan2532,47Kubis, tomat, cabe, tembakau, jagung, Bambu

3Hutan Rakyat---

4Hutan Negara---

5Kolam33,90Ikan mas, lele, nila,

6Lain-lain1012,98Hutan Bambu

Jumlah77100,00

Sumber : Data Potensi Desa Sukasari, 2011

2. Desa Genteng Wilayah binaanGentengsecara administratif termasukkedalamwilayah KabupatenSumedang,dengan luas wilayah1371hektar yang terdiri dari lahan darat dan lahan sawah.Lahan darat sebagian besar berupa hutan negara. Desa Gentengmerupakan desa yang letaknya paling utara di Tanjung sari yangberbatasan dengan :-Sebelah Utara berbatasan denganLahanKehutanan-Sebelah Timur berbatasan dengan DesaKadakajaya Kecamatan Tanjungsari-Sebelah Selatan berbatasan dengan DesaSukasari Kecamatan Sukasari-Sebelah Barat berbatasan denganBanyuresmi Kecamatan Sukasaria. KeadaanTopografi Tofografi/bentuk wilayahDesa Gentengmerupakan daerah pegunungan dan perbukitan,termasuk kedalam kategori dataran tinggidengan ketinggian tempat 800 1200m dpl.b. Iklim Wilayah Desa Genteng termasuk kedalam iklim tropis, dengan suhu udara rata-rata harian 24oC,dimanasuhuudaraterendah 18oC dan suhuudaratertinggi26oC.Curah hujan rata-rata 3560 mm per tahun, dengan jumlah bulan hujan(BH)5 bulan.Sedangkan kelembaban udara dapat mencapai 80 %.c. Jenis TanahJenis tanah di wilayah Genteng di pada umumnya dominasi oleh jenistanahlatosol,andosol dan podsolik merah kuning(PMK), dengan pH rata-rata 5,5 6,5.Struktur tanah lempung berpasir dan sebagian liat.Keadaan Potensi LahanKeadaan potensi lahan baik lahan sawah maupun daratdi Desa Gentengselengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.Tabel 1.Potensi Lahan Sawah Desa GentengNoJenis SawahLuas (ha)Keterangan

1Teknis--

2 Teknis16Subur

3Pedesaan118Subur

4Tadah Hujan4Subur

Jumlah134-

Sumber :Balai Penyuluhan Pertanian Tanjungsari, 2010

Tabel 2.Potensi Lahan Darat Desa GentengNoJenis lahanLuas (ha)Keterangan

1Pekarangan94-

2Kolam3Kolam air tenang

3Tegal/kebun155-

4Hutan Negara929-

5Hutan Rakyat48Hutan bambu

6Lain-lain8Lapangan, kuburan

Jumlah1237

II. Pelaksanaan PHT (dilokasi Surevey)

Pada lokasi survey kedua desa tersebut, tampak para petani tidak menerapkan Pengendalian Terpadu dilihat dari hasil wawancara.Petani masih mengandalkan obat-obat zat kimia secara langsung. walaupun dari salah satu petani mengatakan masih tetap ada hamanya setelah di berikan pestisida.

III. Rekomendasi

Kubis merupakan tanaman sayuran yang sangat mudah terserang hama dan penyakit, karena sangat peka terhadap iklim. Belajar dari pengalaman dari sejumlah petani kubis di daerah sentra produksi, upaya pengendalian hama dan penyakit berdasarkan konsep PHT merupakan cara dan langkah yang terbaik. Untuk melaksanakan PHT secara baik, ada 4 prinsip dasar yang perlu dipahami, yaitu:

1. Tanaman Budidaya SehatCukup pupuk, pengairan, penyiangan gulma, dan pengolahan tanah pratanam yang baik merupakan dasar untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi. Selain itu, faktor yang teramat penting adalah pemilihan varietas yang tahan akan penyakit dan hama serta mudah beradaptasi dengan jenis tanah dan iklim.Ketahanan tanaman akan penyakit bergantung pada ketahanan tanaman terhadap infeksi dan perkembangan penyakit. Saat mengalami infeksi, tanaman yang kuat dapat mengatasi kerusakan yang terjadi. Bila kerusakan ditimbulkan oleh serangga, tanaman yang sehat dapat mengatasi kerusakan daun atau anakan dengan membentuk daun atau anakan yang baru, atau dengan pertumbuhan yang lebih kokoh pada anakan yang tidak rusak.

2. Melestarikan dan Mendayagunakan Fungsi Musuh AlamiUnsur alami merupakan kekuatan dahsyat yang mampu mengendalikan lebih dari 99% hama di kebanyakan lahan kubis adar berada pada jumlah yang tidak merugikan. Tanpa disadari sebenarnya hampir semua petani sangat bergantung pada kekuatan alami yang sudah tersedia pada lahannya sendiri. Kita mengetahui bahwa PHT berfungsi untuk mendayagunakan dan memperkuat peranan musuh alami yang menjadi jaminan pengendalian saat terjadi serangan hama. Pengurangan penggunaan pestisida berarti mendatangkan keuntungan ekonomis, kesehatan, dan lingkungan.

3. Pengamatan Lahan MingguanKondisi ekosistem amat berkaitan dengan timbulnya masalah hama. PHT menganjurkan pengamatan lahan kubis secara mingguan oleh petanio sendiri untuk mengkaji masalah hama yang mungkin timbul dari keadaan ekosistem lahan yang cenderung berubah dan terus berkembang.

4. Petani Ahli di Lahannya SendiriUntuk mengelola lahan kubis secara baik, petani perlu memiliki keterampilan memantau lahan, menganalisis kondisinya, membuat keputusan, dan mengambil tindakan pengendalian hama secara tepat, praktis, dan menguntungkan.Pengendalian Hama Terpadu membantu petani untuk mempelajari dan mempraktikkan keterampilan teknologi pengendalian hama. Hal ini sangat penting untuk mencapai sasaran pengelolaan agroekosistem yaitu hasil produk yang tetap stabil dan bebas residu.

Penerapan PHT Untuk Tanaman Kubis

1. Sebelum TanamA. Varietas- Pemilihan varietas dan perlakuan benih untuk pertanaman merupakan langkah awal dalam pelaksanaan budidaya tanaman Kubis sehingga mutu benih berkualitas.Waktu Tanam- Setiap saat, tetapi untuk musim kemarau, serangan hama akan lebih banyak.- Bibit sudah berumur kira-kira 3 mingguB. Persiapan lahan- 2 hari sebelum tanam, tanah yang sudah diolah mulai di bedeng-bedeng dengan ukuran bedengan 1 m. Bagian yang akan dibuat timbunan ini berguna untuk menutup pupuk kandang yang ditaburkan diatas bedengan.- Tanah di atas bedengan harus benar-benar gembur. Untuk itu tanah olah harus dicangkul kembali sehingga bongkahan (lungko) menjadi lebih kecil.- Tabur pupuk kandang di atas tanah, kemudian tutup dengan lapisan tanah setebal 10 cm.C. Persemaian- Dibuat petakan dengan ukuran 1 x 3 m, setinggi 30 cm.- Campurkan pupuk kandang yang benar-benar matang kedalam petakan tersebut.- Biarkan 3-4 hari supaya tanah terkena sinar matahari langsung. Bersihkan gulma yang mulai tumbuh.- Pasang naungan dari daun pisang atau daun kelapa supaya tanaman tidak terkena sinar matahari atau hujan secara langsung.- Pemeliharaan persemaian yang terpenting adalah penyiraman. Siramlah persemaian setiap pagi dan sore dengan menggunakan gembor yang halus. Atau alirkan air kedalam parit yang mengelilingi petakan. Jika terlihat ada serangan jamur, yaitu busuk pangkal batang, segera buang tanaman yan terserang.D. Waktu Tanam- Tanamlah bibit kubis yang sudah siap dari persemaian (setelah berumur 3-4 minggu) dengan jarak tanam 60 x 70 cm, dengan cara memasukkan benih kubis ke dalam lubang yang sudah dibuat, kemudian tutuplah dengan tanah.- Berikan pupuk dasar 5 gram TSP/SP 36 dan 5 gram KCL per tanaman dengan cara ditugalkan di sebelah lubang tanam.

2. Setelah TanamA. Awal Pertumbuhan (0 15 hari)- Setelah bibit ditanam di lapang, segera disiram dan diberi naungan, bisa dengan batang pisang, bisa juga dengan daun-daunan yang lain supaya tanaman tidak layu.- Penyiraman dilakukan setiap sore sampai tanaman benar-benar hidup.- Tanaman yang mati disulam.- Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, 1 gram Urea pertanaman, dengan cara ditunggalkan 5 cm dari tanaman.- Pengendalian hama secara mekanis pithesan, yaitu mengambil hama yang ada kemudian dipencet dngan jari.

B. Fase Pembentukan daun (15 35 hari)- Penyiangan pada saat tanaman berumur 34 hari- Penambahan 5 g urea/tanaman saat umur 35 hari.- Pertumbuhan tanaman pada fase ini sangat penting karena akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya.- Pengendalian hama dengan cara pithesanFase Pembentukan telur/krop (35 panen)- Peka terhadap serangan penyakit dan ulat jantung kubis- Pengendalian hama dengan cara pithesan , yaitu dengan mengambil hama yang ada kemudian dibunuh.- Jika telur/krop kubis sudah keras dan masif, siap untuk dipanen.Pengamatan

Hama Tanaman Kubis

a. Ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella)Ulat tritip memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida. Pengendalian dapat dilakukan dengn cara pithesan yaitu mengambili ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian dipencet sampai mati.

b. Ulat krop/jantung kubis (Crocidoomia binotalis)Sering menyerang titik tumbuh sehingga disebut sebagai ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau lebih besar dari ulat tritip, jika sudah besar garis-garis coklat. Jika diganggu agak malas untuk bergerak. Berbeda dengan ulat tritip yang telurnya dietakkan secara menyebar, ulat jantung kubis meletakkan telurnya dalam satu kelompok. Pengendalian sama dengan ulat tritip.

c. Ulat Grayak (Spodoptera Litura)Ulat grayak juga mau menyerang kubis. Pengendaliannya sama dengan ulat tritip.

Berbagai cara dapat dilakukan dalam pengendalian hama kubis. Namun secara hukum berdasarkan Undang Undang budidaya tanaman No. XII tahun 1992 pengendalian hama harus dilakukan secara terpadu (PHT), yakni mengurangi atau bahkan meniadakan pengendalian secara kimiawi kecuali pengendalian secara kultur teknis telah dilakukan terlebih dahulu dan penggunaan bahan kimia selalu berdasarkan ambang ekonomi setiap jenis hama. Cara cara pengendalian kultur tehnis yang dapat dilakukan antara lain:

1. Tumpang sari tomat dengan kubis. Dengan menanam tomat terlebih dahulu, diharapkan aroma tanaman tomat tidak disenangi oleh ngengat Plutella xylostella. Cara dan jarak tanam dapat diatur berselang seling dengan populasi kubis sebagai tanaman pokok harus lebih banyak dibanding tomat.2. Pengaturan waktu tanam, perlu disesuaikan pada setiap daerah berdasarkan pada musim kemarau dan musim penghujan karena didaerah tertentu pada musim hujan umumnya serangan P. xylostella dan C. binotalis tidak terlalu berat, bahkan bisa terhindar.3. Pengendalian secara mekanik, dengan mengumpulkan kelompok telur kemudian dimusnahkan, dan penggunaan mulsa.4. Penanaman tanaman perangkap dan musuh alami, yaitu dengan menanam famili kubis kubisan seperti sawi atau kenikir untuk pengembangan parasitoid Diadegma sp sebagai musuh alami yang dapat memparasit larva. Setelah melakukan pengendalian dengan teknis budidaya tersebut diatas dan masih ditemukan populasi dan serangan hama yang merugikan maka penggunaan insektisida dapat dilakukan dengan berdasarkan Ambang Kendali ( AK) dari hasil pengamatan pada 10 sampel tanaman tiap 0,2 Ha tanaman atau 50 sampel per hektar tanaman yang diambil secara diagonal ataupun bentuk U pada hamparan pertanaman dengan nilai AK sementara sebagai berikut: Ulat daun 5 ekor larva per 10 sampel. Ulat krop 3 kelompok telur per 10 sampel. Bila setelah melakukan pengamatan ditemukan populasi seperti tersebut diatas maka pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan, tetapi untuk menjaga kelestarian musuh alami khususnya Diadegma semiclausum dianjurkan menggunakan insektisida selektif yang berbahan aktif bakteri ( insektisida mikroba ) antara lain Dipel, Thuricide, Bactospeine, Turex dan sebagainya atau insektisida kimia dengan bahan aktif Sipermetrin ( Cymbush 50 EC, Fenom 50 EC) , Klorfuazuron ( Atabron 50 EC ), Kartap Hidroklorida ( Padan 50 SP ), Imidakloprid ( Winder 25 WP ) dan sebagainya. Untuk menghindari terjadinya resistensi atau kekebalan pada hama ulat daun dan ulat krop perlu dilakukan pergiliran penggunaan kelompok bahan atau jenis insektisida.

Adapun cara pengendalian beberapa hama dan penyakit kubis dengan konsep PHT dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Untuk pengendalian hama ulat krop kubis yang disebabkan (Crocidolomia binotalis Zell) dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan (memusnahkan) telur, larva atau imago yang ditemukan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan bila ditemukan 3 paket telur pada 10 tanaman dan 5 % tanaman terserang hama tersebut. Pengendalian kimia cara tersebut dapat menghemat/menekan penggunaan pestisida 7 11 kali penyemprotan. Pemilihan bahan aktif insektisida dilakukan dengan selektif dan yang efektif diantaranya Bacillus thuringiensis (Turex, Thuricide), sipermetrin (Cymbush), Klorfluazuron (Atabron), lufenuron (Match), Lamda sihalotrin (Matador), Protiofos (Tokuthion) dan lain-lain. Selain itu dapat juga digunakan pestisida nabati atau biologi dengan dosis anjuran adalah : Bacillus thurigiensis, biji sirsak atau dengan menggunakan biji nimba 30 gr/liter.

2. Untuk pengendalian hama ulat kubis Plutella xytostella dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimia. Cara mekanis yaitu dengan memusnahkan dan mengumpulkan semua larva imago yang ditemukan, sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan penggunaan pestisida selektif bila ditemukan 5 larva setiap 10 tanaman dan 5% dari jumlah tanaman telah terserang hama tersebut. Dengan melakukan pengamatan, maka akan menghemat penggunaan pestisida 7 11 kali penyemprotan dengan dosis 0,5 1cc/liter tiap penyemprotan.

Pengendalian penyakit bengkak akarDisebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae yang ditandai daun-daun kubis layu, bila tanaman tersebut dicabut pada akarnya akan terlihat ada pembengkakkan. Untuk mengendalikannya dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :(1) penggunaan varietas tahan P. brassicae seperti 72754, G6-voloqod shajas, Zimjaja dan Winter.(2) perlakuan benih dengan pestisida nabati berupa ekstrak daun/umbi bawang putih (8%) selama 2 jam(3) tanah untuk persemaian menggunakan tanah dari luar daerah endemis atau tanah lapisan bawah (min. 40 cm) yang dikukus atau diberi fungisida,(4) melakukan pengapuran dengan dolomit 2 ton/hektar dilakukan 15 hari sebelum tanam(5) tanah diinokulasi dengan Gliogladium (Bio GL) dosis 11 cc/liter atau Glio kompos 1 kg/4 meter2 sehari sebelum tanam atau Dazomet 30-40 gram/m2 (200-267 gram/ha) 2 minggu sebelum tanam,.(6) mencabut tanaman muda yang terserang dan memusnahkannya (7) memusnahkan segera sisa panen

Lampiran

Desa Genteng

Desa Sukasari

DAFTAR PUSTAKA

Pracaya. 2001. Kol alias Kubis. Penebar Swadaya, Jakarta.Oka, I. N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Agus Suyanto, 1994. Hama sayurr dan buah. Seri PHT. Penebar Swadaya Purwokerto.Ida Nyoman OKA, 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada University Press. Jogyakarta Pimentel, D. 1982. Perspectives of integrated Pest Management. Crop Protection.Volume 7, No.7. 1982. Robert L. Matcalf and William H. Lukmann, 1982. Introduction to Insect Pest Management. Second edition. A Willy & Sons. New York, Chichester, Semeru Ashari, 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia UI Press, Jakarta. Untung. K, 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Website : http://posluhdesdesagenteng.blogspot.com/p/keadaan-wilayah.html Pos Penyuluhan Desa Gentenghttp://posluhsukasari.blogspot.com/p/monografi.html Pos Penyuluhan Desa Sukasari