tugas uts etika profesi

Upload: ipunk-baik

Post on 04-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

PendahuluanKata arsitektur berasal dari kata Yunani arche yang berarti ketua dan tektoon berarti pembangun atau tukang kayu. Archetektoon bisa diartikan sebagai kepala tukang atau orang yang ahli dalam membangun. Kata arsitektur dalam bahasa Yunani berarti hasil karya seorang kepala tukang. Dalam kamus Oxford, arsitektur berarti seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam pengertian di atas, arsitektur hanya diartikan sebagai bangunan atau proses yang berkaitan dengan bangunan. Sedangkan jika dilihat lebih luas, arsitektur tidak hanya berhubungan dengan bangunan saja, namun mencakup keseluruhan kegiatan membangun sebuah lingkungan binaan, mulai dari skala makro seperti lansekap dan perancangan kota sampai pada skala mikro seperti desain produk dan perabot.Jika menilik dari pengertian arsitektur secara luas, ruang lingkup dan kajian dalam bidang arsitektur selalu berkaitan dengan multi disiplin keilmuan. Oleh karena itu, dalam melihat dunia arsitektur tidak bisa hanya dengan sebelah mata, atau dengan paradigma tertentu saja, karena kesemuanya terkait satu sama lain. Pada awal perkembangan metode penyampaian keilmuan arsitektur, Alexander (1964) menjelaskan bahwa praktisi arsitektur memiliki keterkaitan dengan para pendahulunya, apa yang dipelajari dan dipahami dalam keilmuan arsitektur diperoleh melalui immitation and correction , dengan demikian transfer pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman pragmatis. Demikian juga ketika kita ingin membangun sebuah rumah pada masa lalu, kita juga harus terlebih dahulu melihat secara langsung bagaimana rumah dibangun, sehingga kita bisa meniru hal yang sama. Perkembangan ilmu arsitektur telah merubah proses transfer keilmuan dari pemagangan murni menjadi kombinasi antara penyampaian materi dalam kelas dengan pemagangan atau pengamatan terhadap objek/ subjek yang beraktifitas dalam dunia arsitektur. Metode pengajaran teori yang diajarkan dalam kelas seperti sejarah arsitektur, metode perancangan, dan lainnya dikombinasikan dengan pengajaran keterampilan perancangan arsitektur yang disampaikan dalam studio yang merepresentasikan metode pemagangan. Perkembangan pendidikan arsitektur atau merancang arsitektur secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori, yang dimulai dari meniru dan mengoreksi yang dijelaskan oleh Alexander (1964) bahwa immitation and correction merupakan taktik untuk memahami proses intuisi yang dapat dipelajari melalaui sebuah karya seni. Selanjutnya disusul dengan sistem magang yang dilakukan oleh beberapa calon arsitek dalam menimba keilmuan arsitektur melalui pengalaman para pakar dalam dunia praksis arsitektur. Langkah ini pernah ditempuh oleh Frank Lloyd Wright ketika magang di kantor Sullivan & Adler, Chicago, Amerika (Handinoto, 2008). Selanjutnya berkembang menjadi sistem studio yang sampai saat ini masih dipandang sebagai sistem pembelajaran arsitektur yang terbaik

Hak dan Kewajiban Profesional ArsitekturSebelum dijelaskan lebih dalam mengenai keterkaitan antara dunia akademisi dan dunia kerja , Berkaitan dengan keprofesian arsitek, Hak dan Kewajiban merupakan sebuah jalur pembatas yang mesti diketahui pada keseharian seorang arsitek, karena itulah pengetahuan tentang hak dan kewajiban merupakan sebuah keharusan bgi seorang arsitek. Hak dan kewajiban ini sendiri berdiri diantara dunia akadamesi dan dunia kerja sebagai sebuah gerbang.

Hak ArsitekHak arsitek menurut Ikatan Arsitek Indonesia (2007)1. Mendapatkan imbalan jasa atas layanan jasa professional yang telah dikerjakan sesuai dengan ketentuan, termasuk jasa tambahan bila pengguna jasa melakukan sesuai penambahan tuga atau permintaan perubahaan rancangan2. Menolak penilaian estetika atas hasil karyanya oleh Pengawas / Pengguna jasa.3. Mengembalikan penugasan yang telah diberikan kepadanya karena alas an-alasan; a. Pertimbangan pribadib. Force majeure c. Akibat kelalaian pengguna jasa4. Mengajukan perubahan rancangan dan mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk memenuhi persyaratan konstruksi dan segera menginformasikan kepada pengguna jasa atas perubahan tersebut, temasuk perubahan waktu dan biaya5. Dalam pengawasan berkala arsitektur, arsitek punya hak dan wewenang:a. Memerintahkan pelaksana konstruksi secara tertulis melalui pengawas terpadu untuk melakukan pekerjaan tsb. Atas persetujuan pengguna jasa, dengan syarat biayanya tidak melebihi biaya yang dialokasikan untuk pekerjaan tak terdugab. Menilai pembayaran angsuran tahap pekerjaan yang telah disesuaikan dan menjadi hak pelaksana konstruksi, sesuai dengan penilaian besarnya bobot prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan sampai dengan waktu tertentu.

Kewajiban ArsitekKewajiban Arsitek menurut Ikatan Arsitek Indonesia (2007)1. Memberikan keahlian dan kemampuannya sesuai dengan standar kinerja keahlian arsitek bersertifikat2. Tunduk pada kode etik arsitek dan kaidah tata laku profesi arsitek IAI3. Memahami dan menjunjung tinggi hak kekayaan intelektual seseorang dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang hak cipta4. Memenuhi syarat-syarat kerangka acuankerja yang ditentukan pengguna jasa. Bila ada syarat yang tidak dapat dipenuhi secara teknis/peraturan, maka wajib memberi tahu dan menjelaskan kepada pengguna jasa sebelum pelaksanaan pekerjaan5. Mengindahkan, menguasai dan menerapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi terlaksananya penyelenggaraan konstruksi6. Melakukan tugas kordinasi pekerjaan perancangan dengan ahli, sekelompok ahli, atau konsultan lainnya baik yang ditunjuk oleh pengguna jasa ataupun oleh arsitek, agar proses peracangan dapat memenuhi sasaran mutu, waktu, dan biayaDalam hal penugasan penuh seluruh tahapan, wajib melakukan pengawasan berkala atau pemeriksaan agara konstruksi dilaksanakan sesuai dengan gambar-gambar rancangan, rencana kerja, dan syarat-syarat (RKS) atau ketentuan lainnya.

Keterkaitan Dunia Akademisi dan Dunia PraktekKeterkaitan antara dunia akademis dan dunia profesi adalah suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dapat dibilang bahwa source atau sumberdaya yang dibutuhkan oleh dunia kerja ada pada dunia akademisi, begitupun dunia akademisi lahir sebagai tuntutan dari kebutuhan dari dunia kerja. Kedua hal tersebut menjadi dua hal yang menyatu dan saling membantu. Jika berbicara mengenai dunia akademis dan dunia praktek dalam arsitektur, Vitruvius pernah berkata: "Praktek dan teori adalah akar arsitektur. Praktek dalam hal ini dapat diartikan sebagai Perbuatan menerapkan teori sedangkan teori sendiri adalah Pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi dari perkataan yang telah diucapkan Vitruvius beserta pengertian dari praktek dan teori maka dapat disimpulkan kedua hal tersbut adalah pegangan untuk seorang arsitek dalam berarsitektur. Kehilangan satu saja dari kedua hal tersebut akan membuat profesi arsiteknya menjadi pincang..Menurut Mangunwijaya (1992) dikatakan bahwa dalam ber-arsitektur hendaknya seorang arsitek dibekali dengan pemahaman tentang dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabkan, karena kegiatan ber-arsitektur bisa diartikan sebagai proses berbahasa, sehingga perlu bekal keilmuan dan tanggungjawab dalam penggunaannya. Disamping itu, Mangunwijaya (dalam Pangarsa, 2008) juga menjelaskan bagaimana cara belajar dan mengajarkan arsitektur, yaitu dengan pengamatan langsung objek arsitektur dengan cara pengamatan di hadapan atau di dalam arsitektur tersebut. Dari pernyataan diatas dapat diketahui seberapa pentingnya pembelajaran arsitektur yang berguna sebagai acuan dalam melakukan praktek di dunia kerja selain itu dijelaskan juga bahwa pembelajaran arsitektur mesti sedapat mungkin dilakukan dengan pengamatan langsung secara lapangan bukan hanya di kelas.Belakangan ini kecenderungan pada dunia arsitektur sendiri seolah mengikuti arus tren dari kebanyakan orang yang sepertinya dapat dikatakan hanya bersifat sementara. Seorang arsitek yang telah mengenyam pendidikan yang lumayan lama sehingga bisa sampai ke titiknya sekarang dibuat berpikiran mundur dan bukan menjadi pionir karena kualitas arsitektur kini yang hanya sekedarnya dan mengikuti popularitas masyarakat awa. Semua yang dipelajari selama dibangku perkuliahan seolah tidak berguna. Sistematika proses desain yang selama ini diajarkan di studio perancangan sekarang sudah tidak lagi diperlukan karena para owner yang menggunakan jasa arsitektur kini lebih berorientasi pada hasil dan bukan pada proses.Realita ini sebenarnya adalah sebuah boomerang bagi seorang arsitek yang seharusnya dapat menjadi pionir dalam proses merancang bukannya malah terbawa hanyut pada tren yang mengedepankan selera sementara tetapi pada sesuatu metode yang lebih memiliki dasar, acuan, serta argument yang kuat produk dari penelitian yang terus menerus di dunia akademisi. Selain dari hal diatas, kemajuan dalam bidang teknologi pun memberikan dampak yang luar biasa pada seorang arsitek dalam proses mendesain, teknologi dalam hal ini digital, memberikan ruang seluas-luasnya bagi seorang arsitek untuk bereksperimen dalam bentuk bangunan, namun hal tersebut juga memiliki kekurangan dikarenakan percepata arus telekomunikasi di dunia saat ini kebutuhan untuk mendapatkan produk desain pun semakin cepat. Hal tersebut menyebabkan banyak proses dalam desain yang terpotong karena mengejar waktu yang lumayan singkat dalam pengerjaan yang pada akhirnya menyebabkan desain yang tidak terlalu baik kualitasnya.Hal-hal tersebut terjadi bisa jadi karena tidak adanya jembatan yang baik antara dunia akademisi dan dunia kerja. Seolah antara dunia kerja dan dunia akademisi tidak tersambung dengan layak dan tidak ada koordinasi yang terjadi untuk mengurangi dampak tersebut. Mengambil istilah dari Eko Prawoto ( Pangarsa 2008:5) bahwa mengajar arsitektur tidak cukup hanya memperlihatkan gambar-gambar saja, seberapa pun jumlahnya. Hal ini dikarenakan arsitektur bukan sesuatu yang diam, melainkan dinamis dan bahkan berkembang seiring berjalannya waktu. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila dunia akademisi dapat mengejar berkembangnya dunia kerja sehingga dapat menjadi tendem serta pengingat yang baik maka akan terjalin kaitan yang kuat antar keduanya.Dalam proses perancangan sendiri, terdapat tiga pihak yang berperan dalam penyusunan konsep, yaitu Arsitek, Klien dan Tukang. Para klien suda sangat pasti akan terlibat pada saat penyusunan konsep sebuah bangunan dikarenakan didalam proyek tersebutlah tertuang berbagai macam keinginan klien. Seorang arsitek yg baik semestinya dapat menghasilkan rancangan yang didalamnya dapat mengakomodir keingian sang klien. Dari hal tersebut kita dapat mengetahui bahwa dunia akademisi dalam arsitektur tidak serta merta hanya mementingkan sisi egosentris seorang arsitek dalam merancang namun juga mesti mendalami dan mempelajari aspek sosial dan psikologis dari manusia karena yang akan dihadapi oleh arsitek bukan hanya produk bangunan, namun juga produk kepuasan hati dari klien.Kesimpulan dan SaranDari hasil pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa dunia akademisi seharusnya dapat menjadi source serta support sistem dalam cepatnya perkembangan di dunia kerja pada masa ini. Ketertinggalan yang terjadi pada dunia akademis dapat menyebabkan arah proses pembangunan menjadi tidak terkendali dan cenderung menjadi statis karena tidak dibarengi oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang mumpuni. Perkembangan teknologi yangi pesat pada dunia digital sebagai intstrumen untuk dapat mempercepat proses perancangan juga kemajuan teknologi material adalah sebuah perkembangan kearah yang lebih baik karena dari kemajuan ini lah dapat terciptanya karya-karya yang dahsyat dari seorang arsitek. Agar kelak dapat tercipta sebuah karya yang baik maka keharmonisan antara dunia akademisi dan dunia kerja harus tetap terjaga baik mulai dari percepatan penyebaran informasi dari dunia kerja hingga ke penelitian pada tren yang sedang berkembang sebagai reaksi dari dunia akademisi yang temuannya kelak dapat menjadi input yang dapat diterapkan kembali di dunia kerjaGambar I. Grafik Kaitan antara Dunia akademisi dan Dunia Kerja dalam bidang arsitekturDunia KerjaDunia AkademisiInformasi Terbaru

Hasil penelitianProduk ArsitekturAplikasi dan penerapanMasalah dan info terbaru

Daftar Pustaka Alexander, C (1964), Notes And the Synthesis of Form, Havard University Press, Cambridge, Massachusetts. Handinoto & Samuel Hartono. 2008. Pendidikan Sistem Studio dari Beaux-Arts ke Bauhauss, Sampai Abad 21 di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur. Denpasar, Bali, Jones, Mangunwijaya, 1992. Wastu Citra: Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk Arsitektur Sendi-sendi Filsafatnya Beserta Contoh-contoh Praktis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pangarsa, 2008. Arsitektur untuk Kemanusiaan (Teropong Visual Culture atas Karya-karya Eko Prwoto). Surabaya: PT. Wastu Lanas Grafika Pangarsa, Galih W. 2011. International conference SENVAR 12th Brawijaya University, Malang. Ridjal, Abraham M. 2012. Membangun Jembatan Antara Buku dan Praksis Arsitektur, Jurnal Ruas, Malang