tugas ta

7
1.1. Penguraian Definisi 1.1.1. Mata Uang Fungsional Lingkungan ekonomi utama dimana sebuah entitas beroperasi adalah lingkungan dimana entitas tersebut uta manya menghasilkan dan mengeluarkan kas. Suatu entitas mempertimbangkan factor factor berikut dalam menentukan mata uang fungsionalnya: a. mata uang: i. yang paling mempengaruhi harga jual untuk barang dan jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang dimana harga jual untuk barang dan jasa didenominasikan dan diselesaikan); dan ii. dari suatu negara yang kekuatan persaingan dan perundang- undangannya sebagian besar menentukan harga jual dari barang dan jasanya. b. mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, material dan biaya-biaya lain dari pengadaan barang atau jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang dimana biaya-biaya tersebut didenominasikan dan diselesaikan). Faktor-faktor berikut juga dapat memberikan bukti dari mata uang fungsional suatu entitas: a. mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan (antara lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas) dihasilkan. b. mata uang dalam mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan. Faktor-faktor berikut ini dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional dari suatu kegiatan usaha luar negeri, dan apakah mata uang fungsionalnya sama seperti mata uang entitas pelapor (entitas pelapor, dalam konteks ini, merupakan entitas yang memiliki kegiatan usaha luar negeri sebagai entitas anak, cabang, entitas asosiasi atau ventura bersama): a. apakah aktivitas-aktivitas dari kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan sebagai suatu perpanjangan dari entitas pelapor, bukan dilaksanakan dengan otonomi yang signifikan.

Upload: widie-mutz-djahroni

Post on 09-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

contoh

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS TA

1.1. Penguraian Definisi

1.1.1. Mata Uang Fungsional

Lingkungan ekonomi utama dimana sebuah entitas beroperasi adalah lingkungan dimana entitas

tersebut uta manya menghasilkan dan mengeluarkan kas. Suatu entitas mempertimbangkan factor factor berikut

dalam menentukan mata uang fungsionalnya:

a. mata uang:

i. yang paling mempengaruhi harga jual untuk barang dan jasa (mata uang ini seringkali menjadi

mata uang dimana harga jual untuk barang dan jasa didenominasikan dan diselesaikan); dan

ii. dari suatu negara yang kekuatan persaingan dan perundang-undangannya sebagian besar

menentukan harga jual dari barang dan jasanya.

b. mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, material dan biaya-biaya lain dari pengadaan

barang atau jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang dimana biaya-biaya tersebut

didenominasikan dan diselesaikan).

Faktor-faktor berikut juga dapat memberikan bukti dari mata uang fungsional suatu entitas:

a. mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan (antara lain penerbitan instrumen utang dan

instrumen ekuitas) dihasilkan.

b. mata uang dalam mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan.

Faktor-faktor berikut ini dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional dari suatu kegiatan

usaha luar negeri, dan apakah mata uang fungsionalnya sama seperti mata uang entitas pelapor (entitas pelapor,

dalam konteks ini, merupakan entitas yang memiliki kegiatan usaha luar negeri sebagai entitas anak, cabang,

entitas asosiasi atau ventura bersama):

a. apakah aktivitas-aktivitas dari kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan sebagai suatu perpanjangan dari

entitas pelapor, bukan dilaksanakan dengan otonomi yang signifikan.

b. tinggi rendahnya proporsi kegiatan usaha luar negeri terhadap transaksi dengan entitas pelapor.

c. apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung mempengaruhi arus kas entitas pelapor dan

apakah arus kas tersebut siap tersedia untuk dikirimkan ke entitas pelapor.

apakah arus kas dari aktivitas-aktivitas kegiatan usaha luar negeri cukup untuk membayar kewajiban instrumen utang yang ada ataupun yang diperkirakan dapat terjadi tanpa adanya dana yang disediakan oleh entitas pelapor.

1.1. Penggunaan Mata Uang Pelaporan Selain Mata Uang Fungsional

1.1.1. Penjabaran dalam mata uang pelaporan

Entitas dapat menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang (atau beberapa mata uang) apapun.

Jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional entitas, entitas menjabarkan hasil dan posisi

keuangannya ke dalam mata uang penyajian.

Page 2: TUGAS TA

PSAK 16

Pertukaran aset tetap tidak mempertimbangkan apakah pertukaran aset tersebut sejenis atau tidak sejenis, semua pertukaran aset menggunakan dasar nilai wajar (nilai pasar). Penggunaan nilai buku hanya diperkenankan untuk pertukaran yang tidak memiliki substansi komersial atau nilai wajarnya tidak dapat ditentukan dengan andal.

Tanah dan bangunan merupakan aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat terpisah meskipun keduanya diperoleh sekaligus. Pada umumnya tanah memiliki umur manfaat tidak terbatas sehingga tidak disusutkan, kecuali entitas meyakini umur manfaat tanah terbatas misalnya tanah yangditambang dan tanah digunakan untuk tempat pembuangan akhir*. Bangunan memiliki umur manfaat terbatas sehingga merupakan aset yang disusutkan. Peningkatan nilai tanah denganbangunan diatasnya tidak memengaruhi penentuan jumlah yang dapat disusutkan dari bangunan tersebut.

Penghapusan Aktiva Tetap Suatu aktiva tetap dihapus dari neraca jika tidak dapat digunakan

lagi atau secara permanen berhenti beroperasi dan tidak memiliki nilai ekonomis di masa yang akan datang. Penghapusan aktiva tetap dapat disebabkan oleh aktiva yang hilang, rusak atau tidak digunakan lagi, dll. 

Penghapusan dapat juga dilakukan jika aktiva tetap tidak sesuai untuk digunakan atau tidak dapat digunakan meskipun masih tersisa umur ekonomisnya.Untuk kasus seperti ini, penggantian aktiva tetap tersebut dapat dilakukan melalui proses persetujuan yang layak.

Rekomendasi berdasarkan penghitungan fisik aktiva tetap dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengajukan penghapusan aktiva tetap.

Penghapusan aktiva tetap dapat dilakukan melalui penjualan, lelang, atau aktiva tidak dapat digunakan lagi. Pada saat aktiva tersebut dihapus, nilai yang tercatat dan akumulasi penyusutan harus dihilangkan dari laporan keuangan, dan keuntungan atau kerugian dari transaksi tersebut harus diakui.

Transaksi penghapusan aktiva tetap harus disetujui oleh Pejabat yang berwenang sebagaimana yang tercantum dalam “Manual of authority’ dan harus sesuai dengan peraturan pemerintah. Penghapusan aktiva tetap harus dikomunikasikan dan dikoordinasikan dengan Bagian Pajak untuk hal-hal yang berkaitan dengan pajak.

Laporan sebagai bukti bahwa aktivitas penghapusan telah dilakukan (misalnya ; laporan lelang, laporan bahwa aktiva tidak dapat digunakan lagi, dll) harus dibuat sebagai dasar untuk melakukan penghapusan aktiva dari neraca keuangan perusahaan.

Sehubungan dengan penghapusan aktiva tetap, Daftar Aktiva Tetap harus di-update secara akurat dan tepat waktu (untuk

Page 3: TUGAS TA

aktiva tetap yang dihapus) pada akhir bulan penghapusan setelah dilakukan penghitungan penyusutan.

Aturan Menurut PMK 79 tahun 2008 Aturan Menurut PSAK 16

Penilaian kembali aset tetap Perusahaan dilakukan

terhadap :

a.  Seluruh aset tetap berwujud, termasuk tanah

yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan;

atau

b. seluruh aset tetap berwujud tidak termasuk tanah,

yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan

dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan yang merupakan Objek

Pajak (Pasal 3 ayat 1);

Revaluasi yang dilakukan pada sekelompok aset

dengan kegunaan yang serupa dilaksanakan secara

bersamaan (paragraf 36)

Penilaian kembali aset tetap perusahaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat

dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5

(lima) tahun terhitung sejak penilaian kembali aset

tetap perusahaan terakhir yang dilakukan

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini (Pasal

3 ayat 2);

Frekuensi pelaksanaan revaluasi sendiri tergantung

pada perubahan niali wajar suatu aset. Jika nilai wajar

yang tercatat berbeda secara material dengan nilai

revaluasi, maka revaluasi lanjutan perlu dilaksanakan.

Untuk aset tetap yang mempunyai perubahan nilai

wajar secara fluktuatif dan sifatnya signifikan,

revaluasi dapat dilaksanakan tiap tahun. Sedangkan

untuk beberapa aset lain yang tidak mengalami

perubahan secara fluktuatif dan signifikan, revaluasi

tidak perlu dilaksanakan setiap tahun. Untuk aset

seperti itu revaluasi dapat dilakukan setiap tiga tahun

atau lima tahun. (Paragraf 34)

Selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan

di atas nilai sisa buku komersial semula setelah

dikurangi dengan Pajak Penghasilan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 harus dibukukan dalam

neraca komersial pada perkiraan modal dengan

nama “Selisih Lebih Penilaian Kembali Aset Tetap

Perusahaan Tanggal ……………… “ (Pasal 9 ayat 1);

Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi,

kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada

bagian surplus revaluasi. Namun, jika revaluasi

tersebut merupakan revaluasi lanjutan setelah

revaluasi pertama maka kenaikan atas revaluasi harus

diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah

penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah

diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi.

Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi,

penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi.

Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut

langsung didebit ke ekuitas pada bagian surplus

revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi

saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.

PSAK 24

PSAK 24 Imbalan kerja Revisi 2013 akan efektif berlaku pada 1 Januari 2015. Terdapat tiga perubahan besar dalam PSAK tersebut yaitu:

1. cara perhitungan beban imbalan kerja dengan menggunakan bunga neto2. pengakuan laba rugi akturial sebagai penghasilan komprehensif lain3. tambahan pengaturan mengenai pengungkapan

Page 4: TUGAS TA

Untuk lebih jelasnya dapat membaca artikel berikut dan juga mempelajari sendiri PSAK atau Slide PSAK 24 berikut ini:

penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;Sebagaimana telah diuraikan dalam penjelasan Pasal 4 ayat (3) huruf d, penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak.Selaras dengan hal tersebut, dalam ketentuan ini penggantian atau imbalan dimaksud dianggap bukan merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja. Namun, dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, pemberian natura dan kenikmatan berikut ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan pegawai yang menerimanya:

penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tersebut dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah terpencil;

pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), antar jemput karyawan, serta penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya; dan

pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Saling Hapus131. Entitas melakukan saling hapus antara aset terkait dengan satu program dan liabilitas terkait dengan program lain jika, dan hanya jika, entitas:(a) mempunyai hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk menggunakan surplus pada satu program untuk menyelesaikan kewajiban program lain; dan(b) bermaksud untuk: menyelesaikan kewajiban dengan dasar neto, atau merealisasi surplus pada satu program dan menyelesaikan kewajiban program lain secara simultan.

PSAK 26Perjanjian pembiayaan untuk aset kualifikasian dapat mengakibatkan entitas memperoleh dana pinjaman dan biaya pinjaman terkait terjadi sebelum sebagian atau seluruh dana tersebut digunakan untuk pengeluaran atas aset kualifikasian. Dalam kondisi demikian, dana tersebut seringkali diinvestasikan sementaramenunggu pengeluaran atas aset kualifikasian. Dalam menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi selama suatu periode, maka setiap penghasilan investasi yang diterima atas dana tersebut dikurangkan dari biaya pinjaman yang terjadi. 14. Jika entitas meminjam dana secara umum lalu

PSAK 34Biaya yang tidak dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak atau tidak dapat dialokasikan pada suatu kontrak dikeluarkan dari biaya kontrak konstruksi. Biaya-biaya tersebut termasuk: (a) biaya administrasi umum yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak; (b) biaya pemasaran umum; (c) biaya riset dan pengembangan yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak; dan (d) penyusutan sarana dan peralatan menganggur yang tidak digunakan pada kontrak tertentu.

Page 5: TUGAS TA

PSAK 34 revisi 2010 selain mengatur tentang atribusi dan alokasi biaya ke kontrak dan pembebanan biaya kepada pelanggan juga mengatur tentang dalam pengakuan fiscal dan komersialnyaberbeda, PSAK 34 tahun 1994 tidak ada pemisahahan antara fiscal dan komersial jadi jika penyelesaiannya baru 80% maka dalam laporan keuangan komersial maupun fiscal bisa di akui 100%, tetapi di PSAK 34 revisi 2010 sudah di atur jika penyelesaiannya baru 80% di komersial bisa di akui 100% tetapi di dalam laporan fiscal yang hanya di akui adalah yang 80% saja.

Dari sisi perpajakan, organisasi nirlaba yang berbadan hokum merupakan wajib pajak. Sebagai wajib pajak, tidak ada

pengecualian bagi organisasi nirlaba dari kewajiban perpajakkan yang berlaku di Indonesia. Organisasi nirlaba dan staf

organisasi merupakan ‘subjek pajak penghasilan’. Subjek pajak penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi

untuk memperoleh penghasilan, dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan. Sedangkan, definisi ‘objek pajak

penghasilan’ adalah tambahan kemampuan ekonomis, dalam bentuk apa pun, termasuk (a) imbalan jasa yang diterima –gaji,

upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi uang pensiunan, atau imbalan dalam bentuk lainnya-; (b) laba usaha;

(c) sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta. Disamping jenis objek pajak penghasilan, beberapa bentuk

penerimaan yang dikategorikan sebagai ‘bukan objek pajak penghasilan’ adalah (a) bantuan, sumbangan, zakat yang diterima

oleh BAZIS; dan (b) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah satu sederajat, badan keagamaan, pendidikan, social,

pengusaha kecil, koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa organisasi nirlaba merupakan wajib pajak dan oleh karenanya wajib tunduk

pada peraturan perpajakkan yang berlaku. Organisasi nirlaba juga juga merupakn subjek pajak penghasilan. Namun, bantuan

ataupun sumbangan yang diterima oleh organisasi nirlaba merupakan bentuk penerimaan yang dikecualikan dari objek pajak

penghasilan.

Lantas, apakah kemudian organisasi nirlaba sama sekali terbebas dari kewajiban perpajakkan? Jawabannya adalah tidak.

Beberapa kewajiban terkait pajak penghasilan yang terkait dengan organisasi nirlaba adalah PPH (Pajak Penghasilan) pasal

21/26, PPh pasal 23/26, PPh pasal 4 ayat (2) dan PPh Pasal Badan (Pasal 25 dan Pasal 29). PPh pasal 21 adalah pajak atas

penghasilan bagi subjek pajak orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan, PPh Pasal 23

adalah pajak atas penghasilan bagi subjek pajak badan yang berupa fee jasa (jasa teknik, jasa manajement, jasa kontruksi,

jasa konsultan, dan jasa lain) dan sewa selain tanah dan/atau bangunan. PPh pasal 26 adalah pajak bagi subjek pajak luar

negri, baik orang pribadi maupun badan. PPh pasal 4 ayat (2) yang terkait adalah pajak atas penghasilan persewaan tanah

dan/atau bangunan.

Sebagai contoh, pembayaran gaji bulanan staf WNI akan mengikuti aturan PPh pasal 21; pembayaran fee jasa keuangan

kepada sebuah perusahaan konsultan tertentu dalam negeri akan mengikuti aturan PPh pasal 23; dan pembayaran sewa

kantor kepada pemilik rumah akan mengikuti aturan PPh Pasal 4 ayat (2). Kewajiban perpajakkan organisasi nirlaba terkait

dengan tiga pasal di atas adalah melakukan penghitungan, pemotongan (pada saat melakukan pembayaran), penyetoran ke

kas Negara dan pelaporan secara periodic.

Sedangakan Pajak PPh Badan adalah pajak penghasilan organisasi nirlaba sendiri sebagai subjek pajak berbentuk badan.

Walau penerimaan atas bantuan atau sumbangan memang dikecualikan dari objek pajak penghasilan, hal ini tidak serta merta

menyebabkan organisasi nirlaba memiliki pajak badan nihil. Penerimaan organisasi dari sumber lain, kemungkinan besar

merupakan objek pajak penghasilan, misalnay penerimaan dari peserta pelatihan, penjualan buku, dll. Kewajiban organisasi

nirlaba terkait pajak penghasilan badan adalah untuk menghitung, membayarkan pajak ke kas Negara dan melapor secara

periodic sesuai aturan yang berlaku

Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkah, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.