tugas sosiologi analisa artikel

Upload: wrwnnvnt

Post on 16-Oct-2015

75 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fenomena geng motor ditinjau berdasarkan differential association theory

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    1/15

    1

    FENOMENA GENG MOTOR DITINJAU BERDASARKAN TEORI PERGAULAN

    BERBEDA (DIFFERENTIAL ASSOCIATION THEORY)

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Akhir-akhir ini pemberitaan berkaitan dengan aksi-aksi geng motor

    melakukan tindakan brutal dijalanan sering kita simak baik dari televisi, radio,

    ataupun koran. Maraknya kehadiran Geng Motor, yakni sekelompok remaja

    bersepeda motor yang identik dengan kekerasan telah menjadi gejala sosial yang

    sangat meresahkan masyarakat di beberapa kota besar di Indonesia antara lain

    kota Pekanbaru, Makassar dan Bandung. Geng motor berbeda dengan komunitas

    pecinta sepeda motor pada umumnya. Istilah Geng motor muncul didalam

    masyarakat saat melihat sekumpulan orang yang berjumlah lebih dari satu orang

    mengendarai sepeda motor secara ugal-ugalan sekaligus melakukan aksi-aksi

    anarkis.

    Pada umumnya masyarakat tidak mengetahui dengan pasti apa

    sebenarnya kegiatan yang dilakukan geng motor selain melakukan aksi-aksi brutal

    dan apa motivasinya melakukan aksi-aksi tersebut. Ironisnya bahwa anggota geng

    motor sebagian besar berasal dari kalangan remaja yang berstatus pelajar dimana

    kegiatan-kegiatan mereka seharusnya adalah belajar dan menuntut ilmu

    pengetahuan, namun justru sebaliknya kegiatan-kegiatan mereka dalam kelompok

    geng motor hampir seluruhnya merupakan kegiatan yang cenderung mengarah

    kepada perbuatan melanggar hukum. Terkadang hanya kebut-kebutan (berkendara

    dengan cepat) saja, tetapi tidak jarang merampas barang, menjarah toko swalayan,merusak fasilitas umum dan bahkan melukai atau mencederai orang lain. Tindakan

    atau aksinya tidak dapat ditebak kapan, dimana dan apa yang akan dilakukannya.

    Hal ini yang menimbulkan dampak-dampak atau pengaruh tertentu terhadap

    masyarakat, seperti takut bepergian di malam hari, merasa tidak aman tatkala

    berada di perjalanan, dan pengaruh negatif lainnya.

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    2/15

    2

    Tindakan atau aksi geng motor tersebut sudah sangat jelas melanggar nilai

    dan norma yang berlaku dimasyarakat, sehingga perilaku geng motor yang anarkis

    dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang secara

    sosiologis diartikan sebagai setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma

    yang ada di dalam masyarakat atau disebut deviasi (deviation). Perilaku seperti ini

    terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku

    dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif.

    Sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan ini disebut dengan

    devian (deviant).

    Terdapat banyak perilaku menyimpang dalam masyarakat seperti yang

    diuraikan Edwin M. Lemert, penyimpangan terbagi menjadi dua bentuk yaitu

    Penyimpangan Primer (Primary deviation) dan Penyimpangan Sekunder

    (Secondary Deviation). Penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok termasuk

    kedalam penyimpangan sekunder. Sehingga geng motor dapat dikategorikan

    sebagai perilaku menyimpang yang termasuk dalam perilaku penyimpangan

    sekunder dan merupakan penyimpangan kelompok.

    Dalam sosiologi dikenal berbagai teori yang membahas perilaku

    menyimpang, salah satunya yaitu Teori Pergaulan Berbeda (Teori differential

    association), Teori ini dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland . Menurut teori ini,penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah

    menyimpang. Penyimpangan diperoleh melalui proses alih budaya (cultural

    transmission). Melalui proses ini seseorang mempelajari suatu sub-kebudayaan

    menyimpang (deviant subculture).

    Seperti yang sudah dijelaskan diatas, masih banyak masyarakat bertanya-

    tanya apa sebenarnya yang menjadi motivasi geng motor dalam melakukan aksi-

    aksi anarkisnya. Melalui tulisan ini penulis mencoba membahas bagaimana

    fenomena geng motor ditinjau secara sosiologis menurut Teori penyimpangan, lebih

    spesifiknya Teori Pergaulan Berbeda (Teori differential association).

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    3/15

    3

    B. Perumusan Masalah

    Penyimpangan perilaku didalam kelompok secara sosiologis dapat dianalisa

    melalui pendekatan Teori Penyimpangan Perilaku. Mengingat cukup banyaknya

    teori yang membahas mengenai perilaku penyimpangan, maka untuk perilaku

    menyimpang yang dilakukan oleh geng motor penulis akan lebih fokus dalam

    melakukan analisa melalui pendekatan Teori Pergaulan Berbeda (Teori differential

    association). Sehingga perumusan masalahnya sebagai berikut :

    Bagaimana perilaku menyimpang yang dilakukan oleh geng motor ditinjau

    dari Teori Pergaulan Berbeda (Teori differential association) ?

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    4/15

    4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Tinjauan Teori

    Untuk pertama kalinya, seorang ahli sosiologi AS bernama Edwin H.

    Sutherland, tahun 1934, dalam bukunya Principles of Criminologymengemukakan

    teori Differential Association. Teori Differential Association terbagi dua versi.

    Dimana versi pertama dikemukakan tahun 1939, versi kedua tahun 1947. Versi

    pertama terdapat dalam buku Principle of Criminology edisi ketiga yang

    menegaskan beberapa aspek. Pertama, setiap orang akan menerima dan

    mengikuti pola-pola prilaku yang dapat dilaksanakan. Kedua, kegagalan untuk

    mengikuti pola tingkah laku menimbulkan inkonsistensi dan ketidakharmonisan.

    Ketiga, konflik budaya merupakan prinsip dasar dalam menjelaskan kejahatan.Selanjutnya, Edwin H. Sutherland mengartikan Differential Association

    sebagai the contens of the patterns presented in association. Ini tidak berarti

    bahwa hanya pergaulan dengan penjahat yang akan menyebabkan perilaku

    kriminal, akan tetapi yang terpenting adalah isi dari proses komunikasi dari orang

    lain. Kemudian, pada tahun 1947 Edwin H. Sutherland menyajikan versi kedua dari

    teori Differential Association yang menekankan bahwa semua tingkah laku itudipelajari, tidak ada yang diturunkan berdasarkan pewarisan orang tua. Tegasnya,

    pola perilaku jahat tidak diwariskan tapi dipelajari melalui suatu pergaulan yang

    akrab. Untuk itu, Edwin H. Sutherland kemudian menjelaskan proses terjadinya

    kejahatan melalui 9 (sembilan) proposisi sebagai berikut :(1) Perilaku kejahatan adalah perilaku yang dipelajari. Secara negatif berarti

    perilaku itu tidak diwariskan.(2) Perilaku kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dalam suatu

    proses komunikasi. Komunikasi tersebut terutama dapat bersifat lisan ataupun

    menggunakan bahasa tubuh.(3) Bagian terpenting dalam proses mempelajari perilaku kejahatan terjadi dalam

    kelompok personal yang intim. Secara negatif ini berarti bahwa komunikasi

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    5/15

    5

    interpersonal seperti melalui bioskop, surat kabar, secara relatif tidak

    mempunyai peranan penting dalam terjadinya kejahatan.(4) Ketika perilaku kejahatan dipelajari, maka yang dipelajari termasuk : (a) teknik

    melakukan kejahatan, (b) motif-motif, dorongan-dorongan, alasan-alasan

    pembenar dan sikap-sikap tertentu.(5) Arah dan motif dorongan itu dipelajari melalui definisi-definisi dari peraturan

    hukum. Dalam suatu masyarakat, kadang seseorang dikelilingi orang-orang

    yang secara bersamaan melihat apa yang diatur dalam peraturan hukum

    sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan dan dipatuhi, namun kadang ia

    dikelilingi orang-orang yang melihat aturan hukum sebagai sesuatu yang

    memberikan peluang dilakukannya kejahatan.(6) Seseorang menjadi delinkuen karena ekses pola-pola pikir yang lebih melihat

    aturan hukum sebagai pemberi peluang melakukan kejahatan daripada melihat

    hukum sebagai sesuatu yang harus diperhatikan dan dipatuhi.(7) Asosiasi Diferensial bervariasi dalam frekuensi, durasi, prioritas serta

    intensitasnya.(8) Proses mempelajari perilaku jahat diperoleh melalui hubungan dengan pola-

    pola kejahatan dan mekanisme yang lazim terjadi dalam setiap proses belajar

    secara umum.

    (9) Sementara perilaku jahat merupakan ekspresi dari kebutuhan nilai umum,

    namun tidak dijelaskan bahwa perilaku yang bukan jahat pun merupakan

    ekspresi dari kebutuhan dan nilai-nilai umum yang sama.

    Dengan diajukannya teori ini, Sutherland ingin menjadikan pandangannya

    sebagai teori yang dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya kejahatan. Dalam

    rangka usaha tersebut, Edwin H. Sutherland kemudian melakukan studi tentang

    kejahatan White-Collar agar teorinya dapat menjelaskan sebab-sebab kejahatan,

    baik kejahatan konvensial maupun kejahatan White-Collar. Jadi dapat diuraikanbahwa kejahatan ini disebabkan ketika seseorang belajar mengenai suatu hal

    tertentu dari orang lain dalam kelompok sosial mereka dan tumbuh untuk

    mempertimbangkan tindak pidana yang menguntungkan dibandingkan dengan

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    6/15

    6

    yang tindak pidana yang lebih berat. Dapat disimpulkan menurut Edwin Sutherland

    teori asosiasi diferensial adalah bahwa semua kejahatan yang dipelajari,

    selanjutnya orang tidak hanya belajar bagaimana untuk melakukan kejahatan,

    mereka juga belajar mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya dari tindakan

    mereka. Jadi, bukan hanya perilaku kriminal yang dipelajari, tetapi resiko di

    belakang akibat penyimpangan yang dilakukan, dan pembelajaran ini hanya terjadi

    dalam kelompok sosial yang sangat dekat.

    B. Analisa Permasalahan

    Apabila dilihat dari uraian mengenai fenomena geng motor seperti yang

    diceritakan dalam tajuk rencana dapat dikatakan bahwa lingkungan didalam

    pergaulan anak-anak remaja saat inilah yang sangat mempengaruhi segala perilaku

    mereka sehari-harinya. Mereka-mereka yang memutuskan untuk bergabung dalam

    kelompok geng motor tidak sepenuhnya berawal dari inisiatif atau keinginan pribadi

    mereka secara tulus, namun ajakan dan pengaruh lingkungan diantara mereka dan

    kawan-kawannya yang justru mendorong mereka sehingga tergabung dalam

    kelompok geng motor. Begitu juga dengan perilaku-perilaku menyimpang yang

    sering kali dilakukan oleh para anggota geng motor tersebut biasanya hanya

    sebagai ungkapan kekompakan bukti soliditas mereka dan upaya menunjukkan jatidiri mereka didalam kehidupan publik.

    Untuk lebih jelasnya Fenomena geng motor dapat ditinjau dengan teori

    differential association sebagaimana yang diuraikan oleh Edwin Sutherland melalui

    9 (sembilan) proposisi sebagai berikut :

    (1) Perilaku kejahatan adalah perilaku yang dipelajari. Secara negatif berarti

    perilaku itu tidak diwariskan.Ini dapat dilihat bahwa aksi anarkis anggota geng motor sebagai bentuk

    penyimpangan perilaku. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anggota

    geng motor bukan diwariskan atau diturunkan oleh kedua orang tuanya atau

    sebagai turunan dari gen (seperti teori Lambroso). Perilaku tersebut dipelajari

    (Learning Theory) seperti halnya dikatakan oleh Robert Havighurt bahwa

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    7/15

    7

    kehidupan adalah belajar begitu pula dengan kejahatan. Belajar tidak hanyasebatas akademis, perilaku merupakan hal yang dipelajari juga baik secara

    sengaja maupun secara alami. Kalangan remaja yang secara usia merupakan

    masa pencarian jati diri akan mempelajari semua informasi yang masuk

    kedalam pikirannya. Apabila pada lingkungannya melekat suatu tradisi yang

    sudah biasa dilakukan oleh kelompoknya seperti tawuran antar geng, kebut-

    kebutan dijalan, merusak fasilitas umum, merampas kendaraan bermotor orang

    lain, hingga melukai orang lain maka hal ini juga merupakan sesuatu yang

    dapat dipelajari baik secara sengaja maupun alamiah karena ia berada pada

    lingkungan tersebut. Pada lingkungan tersebut, anggota geng motor akan

    belajar hidup dalam kebersamaan, setia kawan, maupun secara keorganisasian

    nonformal. Para anggota geng motor secara langsung maupun tidak langsung

    akan mempelajari pengetahuan dan ketrampilan yang cukup tentang tradisi

    tersebut.

    (2) Perilaku kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dalam suatu

    proses komunikasi. Komunikasi tersebut terutama dapat bersifat lisan ataupun

    menggunakan bahasa tubuh.Seluruh pengetahuan mengenai tradisi-tradisi yang ada dalam keanggotaan

    geng motor dipelajari melalui proses komunikasi dalam interaksinya dengan

    teman-teman seanggota dan senior-senior yang telah memiliki pengalaman,

    pengetahuan dan ketrampilan. Dalam proses komunikasi tersebut terjadi

    transfer informasi dari anggota senior atau yang sudah berpengalaman kepada

    anggota yunior atau yang belum berpengalaman. Komunikasi mereka terjadi

    dengan intensif ditempat-tempat yang dijadikan sarana berkumpul. Jadi,

    tingginya frekuensi pertemuan mereka mendorong komunikasi mereka menjadi

    semakin intensif.

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    8/15

    8

    (3) Bagian terpenting dalam proses mempelajari perilaku kejahatan terjadi dalam

    kelompok personal yang intim. Secara negatif ini berarti bahwa komunikasi

    interpersonal seperti melalui bioskop, surat kabar, secara relatif tidak

    mempunyai peranan penting dalam terjadinya kejahatan.Tingginya frekuensi pertemuan, intensifnya komunikasi dan tumbuhnya rasa

    kekeluargaan mendorong timbulnya hubungan personal yang intim diantara

    para anggota geng motor tersebut. Hubungan pertemanan berkembang menjadi

    solidaritas kelompok yang kuat dimana mereka merasa senasib

    sepenanggungan. Mereka akan semakin dekat seperti keluarga dan siap

    melakukan apa saja untuk membela kelompoknya. Berbagai cara dilakukan

    untuk mendukung ke-eksistensian geng-nya tersebut seperti melakukan

    perampasan motor, menjarah toko, mencuri, dan berbagai perilaku negatif

    lainnya yang semata-mata dilakukan hanya untuk kepuasan mendapatkan

    pengakuan publik atas keberadaan dan jati-diri kelompoknya

    tersebut. Hubungan personal yang intim tersebut mempercepat proses transferinformasi di antara para anggota dalam kelompok tersebut. Transfer informasi

    berjalan dengan lancar dan berkembang dengan cepat seiring dengan semakin

    intimnya hubungan personal mereka sehingga mempercepat dan memperkuat

    proses pembelajaran yang terjadi dalam kelompok tersebut. Hal ini sangatmendukung terpeliharanya tradisi tradisi negatif yang biasa dilakukan oleh

    geng motor tersebut.

    (4)Ketika perilaku kejahatan dipelajari, maka yang dipelajari termasuk : (a) teknik

    melakukan kejahatan, (b) motif-motif, dorongan-dorongan, alasan-alasan

    pembenar dan sikap-sikap tertentu.Apabila kita melihat siaran televisi yang menyiarkan pemberitaan atas aksi

    anarkis yang dilakukan oleh kelompok geng motor XTC di Bandung, terlihat

    bahwa perbuatan yang terjadi bukan secara spontan. Jelas terlihat bahwa aksi

    mereka terjadi secara terencana dengan menggunakan strategi, teknik dan

    pola-pola yang sudah disusun sebelumnya. Dalam setiap aksinya tersebutberbagai peralatan yang biasa dibawa untuk melakukan kejahatan dan

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    9/15

    9

    menunjukkan simbol-simbol identitas kelompoknya sudah dipersiapkan

    sebelumnya. Disamping sepeda motor, beberapa peralatan yang biasa

    digunakan dalam setiap aksinya antara lain balok kayu, stick baseball, senjata

    tajam berupa pedang, rantai, dan bendera simbol geng-nya. Kemudian terlihat

    susunan yang tertata dimana konvoi anggota yang paling depan biasanya

    anggota senior diikuti oleh anggota-anggota yunior dibelakangnya, sedangkan

    pada posisi paling belakang beberapa anggota mengibarkan bendera

    simbol. Untuk menunjukkan keberaniannya kepada anggota senior dan jugakeinginan untuk dihargai, biasanya sudah menjadi tradisi bahwa aksi-aksi

    anarkis dilakukan oleh anggota yunior sebagai uapaya penunjukan jati diri dan

    agar dapat diterima dalam kelompoknya tersebut. Pemahaman atas tradisi

    tersebut diperoleh melalui proses komunikasi yang intensif dalam hubungan

    personal yang intim antara anggota kelompok. Keberanian dan sikap nekat para

    anggota geng motor tersebut menunjukan bahwa terdapat suatu motivasi dan

    dorongan yang tinggi mengalahkan logika yang ada. Motivasi dan dorongan

    yang ada dalam suatu kelompok terjadi melalui doktrin-doktrin harga diri

    menjaga wibawa kelompok, setia kawan antar antar anggota kelompok dan

    kebersamaan dalam lingkungan kelompok.

    (5)Arah dan motif dorongan itu dipelajari melalui definisi-definisi dari peraturan

    hukum. Dalam suatu masyarakat, kadang seseorang dikelilingi orang-orang

    yang secara bersamaan melihat apa yang diatur dalam peraturan hukum

    sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan dan dipatuhi, namun kadang ia

    dikelilingi orang-orang yang melihat aturan hukum sebagai sesuatu yang

    memberikan peluang dilakukannya kejahatan.Tindakan melanggar hukum yang sering kali dilakukan oleh anggota geng

    motor antara lain perampasan barang, penjarahan toko, pengerusakan fasilitas

    umum, kebut-kebutan dijalan, dan beberapa tindakan melanggar hukum

    lainnya. Kesemua tindakan tersebut sudah jelas melanggar ketentuan yang

    diatur dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). Walaupun pada

    dasarnya para anggota geng motor mengetahui bahwa tindakan melanggar

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    10/15

    10

    hukum dan merupakan tindakan yang sangat beresiko, namun justru ada

    pemikiran lain di kalangan mereka bahwa melakukan tindakan melanggar

    hukum di area publik kemudian ditambah dengan kemampuan menghindar dari

    kejaran aparat penegak hukum yang berusaha menangkap mereka merupakan

    sarana untuk menunjukkan keberanian diantara mereka agar menjadi pribadi

    yang ditakuti, disegani dan dihormati oleh kelompoknya. Motivasi tersebut

    semakin menambah semangat dan rasa percaya diri mereka untuk melakukan

    aksi yang lebih brutal. Selain itu mereka juga berfikir bahwa dengan jumlah

    banyak mereka merasa akan sulit teridentifikasi oleh aparat, kemudian doktrin-

    doktrin dari para anggota senior kepada anggota yunior yang menjanjikan

    bahwa pimpinan mereka akan secara total melindungi mereka-mereka yang

    terkena permasalahan hukum semakin menambah semangat mereka. Para

    anggota geng motor yang hampir rata-rata berstatus pelajar dan berada dalam

    rentang usia dibawah 17 tahun yang tergolong ke dalam kategori anak

    sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan Undang-

    Undang Pengadilan Anak mengakibatkan perlakukan yuridis terhadap mereka

    berbeda dengan perlakukan yuridis terhadap orang dewasa. Hal ini

    mengakibatkan aparat penegak hukum lebih mengedepankan pendekatan

    persuasif dibanding pendekatan yuridis dalam menyelesaikan perkara-perkarayang melibatkan anak dibawah umur. Peluang ini yang dimanfaatkan olehpara anggota untuk lebih membesarkan motivasi dan semangat rekan-

    rekannya. Mereka cenderung tetap menjaga dan mempertahankan tradisi

    dalam lingkungannya tersebut karena mereka beranggapan bahwa tindakan

    mereka merupakan tindakan yang dilakukan secara kompak, bersama-sama

    dan saling melindungi satu-sama lain sehingga rasa ketakutan terhadap sanksi

    hukum yang akan diterima akibat tindakan-tindakan mereka ini dianggap tidak

    ada atau lemah.

    (6)Seseorang menjadi delinkuen karena ekses pola-pola pikir yang lebih melihat

    aturan hukum sebagai pemberi peluang melakukan kejahatan daripada melihat

    hukum sebagai sesuatu yang harus diperhatikan dan dipatuhi.

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    11/15

    11

    Toleransi yuridis terhadap para anggota geng motor yang sebagian besar

    dari kalangan remaja menganggap bahwa hukum tidak mudah menyentuh

    mereka. Selain itu aksi anarkis mereka yang biasa dilakukan dengan melibatkan

    anggota dengan jumlah banyak meningkatkan rasa percaya diri masing-masing

    anggota dan menganggap bahwa aparat penegak hukum akan sulit melacak

    maupun menangkap mereka secara keseluruhan. Besarnya dampak yangdiperoleh saat melakukan pelanggaran hukum, kecenderungannya justru

    semakin meningkatkan rasa ingin terlibat dalam melakukan tindakan-tindakan

    yang melanggar hukum ( lebih dipandang jagoan, disegani, dihormati dan

    berwibawa oleh rekan-rekannya) agar semakin diakui dalam kelompok tersebut.

    Hukum dan sanksinya akan semakin dipandang sebagai sesuatu yang harus

    dilanggar dibanding harus ditaati karena akan berakibat positif terhadap dirinya

    dalam komunitas dimana ia berada.

    (7)Asosiasi Diferensial bervariasi dalam frekuensi, durasi, prioritas serta

    intensitasnya.Proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelompok geng motor bukan

    merupakan proses yang sederhana, namun merupakan proses yang bervariasi

    dalam frekuensi, durasi, prioritas dan intensitas. Frekuensi, durasi, prioritas danintensitas dalam komunikasi antarpersonal dalam hubungan yang intim antar

    anggota tersebut mempengaruhi berapa banyak transfer informasi yang terjadi

    dan berapa cepat proses belajar dilakukan. Semakin besar frekuensi, semakinlama durasi, semakin fokus prioritas (melakukan tindakan melanggar hukum)

    yang dituju, dan semakin besar intensitas (kepentingan untuk membela harga

    diri kelompok) komunikasi, maka semakin intensif komunikasi dan semakin

    banyak informasi yang dapat ditranfer dan semakin cepat proses belajar terjadi,

    demikian pula sebaliknya.

    (8)Proses mempelajari perilaku jahat diperoleh melalui hubungan dengan pola-

    pola kejahatan dan mekanisme yang lazim terjadi dalam setiap proses belajar

    secara umum.

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    12/15

    12

    Proses belajar dalam keanggotaan geng motor berlangsung selama

    masing-masing anggota berhubungan dan berkomunikasi langsung dengan

    anggota senior atau yang telah memiliki pengalaman, pengetahuan dan

    ketrampilan dalam meelakukan tindakan-tindakan melanggar hukum maupun

    cara menghindar dari jeratan hukum (contohnya saat geng motor ingin

    menjarah tokoh swalayan yang harus pertama dirusak adalah kamera cctv,

    kemudian harus menggunakan cadar, harus berkelompok, dan sebagainya).

    Proses tersebut berlangsung secara terus-menerus secara intensif sehingga

    anggota tersebut dapat belajar dengan baik, serta informasi yang dapat

    diperoleh, diterima dan dimengerti dengan baik.

    (9) Sementara perilaku jahat merupakan ekspresi dari kebutuhan nilai umum,

    namun tidak dijelaskan bahwa perilaku yang bukan jahatpun merupakan

    ekspresi dari kebutuhan dan nilai-nilai umum yang sama.

    Selama proses belajar, beberapa kalangan remaja menemukan bahwa

    menjadi anggota geng motor merupakan cara yang tepat untuk memperoleh

    apa yang dikehendakinya. Ia menghendaki suatu kondisi dimana teman-

    temannya dapat menghargai, menghormati, segan dan tunduk kepadanya.

    Dengan menjadi anggota geng motor, ia dapat memperoleh penghargaan,penghormatan, disegani dan ditakuti oleh teman-temannya tersebut. Dorongan

    itu menimbulkan hasrat yang besar dari anggota tersebut untuk memilih menjadi

    anggota geng motor sehingga angan-angannya tercapai. Ia tidak melihat caralain untuk mencapai keinginannya, terutama cara-cara yang legal atau tidak

    melanggar hukum, misalnya berprestasi dalam belajar atau olah raga.

    Interaksinya dengan masing-masing anggota menyebabkan tindakan-tindakan

    melawan hukum merupakan hal biasa dan menjadi pilihan yang lebih

    menjanjikan dan menggiurkan daripada cara-cara lain tersebut karena merasa

    terlindungi oleh kelompoknya tersebut. Oleh karena itu, ia lebih memilih

    bergabung menjadi anggota geng motor sebagai sarana mencapai tujuan

    meskipun resiko dan konsekuensi yang mungkin diterimanya cukup besar dan

    dapat membahayakan dirinya.

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    13/15

    13

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

    fenomena geng motor dilihat dari perspektif Differential Association Theory terjadi

    melalui proses belajar dalam interaksi dengan lingkungan di mana kelompok geng

    motor tersebut berada. Selama terjadinya proses belajar dalam interaksi antara

    anggota geng motor senior dengan anggota yunior telah terjadi suatu transfer

    budaya dari generasi ke generasi di kalangan mereka. Budaya yang ditransfer

    adalah budaya dalam menjalin kekompakan, rasa senasib sepenanggungan, saling

    melindungi antar sesama anggota yang keseluruhannya cenderung dituangkan

    dalam bentuk aksi atau tindakan melanggaran hukum yang merupakan budaya

    yang berlaku secara umum di lingkungan kelompok geng motor tersebut. Dapat

    dikatakan bahwa ada korelasi antara tingkat kejahatan di suatu area dengan

    kecenderungan orang yang tinggal di area tersebut untuk ikut melakukan kejahatan

    yang dikenal dengan istilah Cultural Transmission. Semakin tinggi tingkat kejahatan

    di suatu area, maka semakin besar kecenderungan orang yang tinggal di

    lingkungan tersebut untuk melakukan kejahatan. Dan sebaliknya, semakin rendahtingkat kejahatan di suatu area, semakin kecil kecenderungan orang yang tinggal di

    lingkungan tersebut untuk melakukan kejahatan. Cultural transmission ini berlakupula dalam kelompok geng motor. Para remaja yang berada dalam lingkungan

    kelompok geng motor akan cenderung ikut melakukan tindakan-tindakan yang

    dianggap lumrah oleh kelompoknya tersebut sekalipun tindakannya tersebut

    melanggar hukum. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain:a. Mudahnya mereka mengakses informasi-informasi dan pengetahuan atas

    segala hal yang biasa dilakukan oleh geng motor melalui hubungan

    antarpersonal dengan para anggota geng motor;

    b. Mereka langsung disajikan suatu fakta bahwa dampak dari keberanian untuk

    melakukan tindakan yang melanggar hukum dirasakan ada juga manfaatnya.

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    14/15

    14

    Mereka dapat lebih dihargai, ditakuti dan disegani oleh teman-teman yang lain

    sebagaimana teman-teman yang telah melakukan sebelumnya;c. Mereka dapat mengetahui bahwa resiko melakukan perbuatan melanggar

    hukum lebih kecil karena banyaknya anggota geng motor yang terlibat dalam

    setiap aksinya akan sulit untuk teridentifikasi oleh aparat;

    d. Mereka lebih memilih menjadi anggota kelompok geng motor karena terdapat

    keuntungan yang diterimanya (penghargaan, penghormatan dan pengakuan

    dari kawan-kawannya) melebihi keuntungan apabila ia menempuh cara lain

    (berprestasi dalam belajar atau olah raga).

  • 5/26/2018 Tugas Sosiologi Analisa Artikel

    15/15

    15

    DAFTAR PUSTAKA

    Wofgang, Marvin, Savitz, Leonard and Johnston, Norman, The Sociology Of Crime

    And Delinquency, John Wiley and SMS Inc, New York, 1970.

    http://www.shnews.co/detile-19835-geng-motor-dan-keprihatinan-kita.html

    http://tawvic.wordpress.com/2009/01/07/perbedaan-geng-motor-club-motor-dan-

    motorcommunity/

    http://www.shnews.co/detile-19835-geng-motor-dan-keprihatinan-kita.htmlhttp://www.shnews.co/detile-19835-geng-motor-dan-keprihatinan-kita.html