tugas seni rupa nekon

10
Tugas seni rupa seni kriya Nama : Intan setia kartika sari Kelas : XI-IPA 3 No : 24 Tas Noken Papua Perempuan Papua, khususnya Papua Barat memiliki tas tradisional bernama Noken. Yang menjadi simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan. Tas noken yang terbuat dari serat kayu merupakan tas anyaman khas budaya Papua yang akan diajukan Pemerintah Republik Indonesia kepada UNESCO untuk menjadi warisan dunia pada tahun 2012 mendatang.

Upload: putricinthya

Post on 05-Sep-2015

246 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kertakes

TRANSCRIPT

Tugas seni rupa seni kriyaNama: Intan setia kartika sariKelas: XI-IPA 3No: 24Tas Noken Papua

Perempuan Papua, khususnya Papua Barat memiliki tas tradisional bernama Noken. Yang menjadi simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan. Tas noken yang terbuat dari serat kayu merupakan tas anyaman khas budaya Papua yang akan diajukan Pemerintah Republik Indonesia kepada UNESCO untuk menjadi warisan dunia pada tahun 2012 mendatang.Hal lain yang menarik dari tas tradisional ini adalah bahwa hanyak perempuan Papua yang boleh membuat noken. Perempuan Papua yang belum bisa menjalin noken bahkan sering dianggap belum dewasa dan belum layak menikah. laki-laki tidak boleh membuat noken, Karena noken adalah simbol sumber kesuburan kandungan seorang perempuan.

Fugsi Noken dalam kehidupan Noken adalah kantong atau tas yang dijalin dari kulit kayu. Biasanya tas ini digantung di kepala atau leher perempuan Papua untuk membawa hasil bumi, membawa ipere, daun ipere atau perbekalan ke kebun , . Tapi noken juga sering digunakan untuk menggendong anak bayi atau menggendong anak babi. Dahulu masih banyak dijumpai para wanita yang menyusui bayi babi.Selain banyaknya bawaan yang bisa dikalungkan, beberapa perempuan bahkan menggantungkan lebih dari satu noken di lehernya. Biasanya noken ini disusun bertingkat di atas punggung supaya tidak saling tumpuk dan berat.Noken memiliki beberapa ukuran yang bervariasi, sesuai dengan kegunaannya. Mulai dari tas noken yang berfungsi menyimpan rokok dan pinang, mengisi sayur-sayuran, sampai noken yang berfungsi untuk menggendong anak. Namun noken juga biasa digunakan dalam acara pesta adat.Dengan Dipilihnya tas noken sebagai warisan dunia karena memiliki berbagai keunikan, seperti digunakan untuk menggendong anak. Juga dipakai untuk menjual sayur atau menyimpan barang-barang ukuran besar maupun kecil. Pada intinya dapat digunakan sebagai tas serbaguna ke mana pun dan di mana pun, khususnya hasil kerajinan masyarakat asli Papua.Jadi, noken adalah tas serbaguna dan dapat dipakai untuk apa saja. Maka Papua harus bangga memiliki noken karena bakal dijadikan sebagai warisan dunia yang tidak bisa diklaim negara mana pun di dunia. Karena, Saat ini noken tidak hanya digunakan oleh orang Papua saja, tapi masyarakat non-Papua pun menggunakannya. Ini merupakan bukti kecintaan masyarakat terhadap warisan bangsa Indonesia.Sehingga Untuk mengatasi permasalahan tersebut sudah seharusnya kita sebagai generasi muda mulai bertindak, untuk dapat melestarikan budaya Papua. apalagi setelahNoken diusulkan menjadi salah satu warisan dunia asli Indonesia pada tahun 2012 Tekhnik pembuatan Nokencara pembuatannya juga cukup rumit di karenakan tidak menggunakan mesin, melainkan menggunakan tangan. Uniknya pada saat proses penganyaman berlangsung diiringi dengan nyanyian-nyanyian dari sang penganyam, yang biasanya adalah kaum perempuan.Lama dari pembuatan noken juga tergantung dari ukuran tas noken tersebut, yang berukuran kecil dan sedang biasanya membutuhkan waktu 1-2 minggu, sedangkan yang berukuran besar mencapai 3 minggu dalam proses pembuatannya.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan noken

Tas Noken ini terbuat dari bahan bahan dari alam misalnya benang dari tas noken tersebut terbuat dari kulit kayu Genemo (melinjo) yang dikeringkan dan kemudian di pintal menjadi benang, sedangkan warna warna yang di berikan untuk menghiasi noken juga menggunakan pewarna yang berasal dari alam Berbagai suku di Papua dan Papua Barat menyebut noken dengan berbagai nama. Kayu yang digunakan sebagai bahan baku juga berbeda-beda. Ada kulit kayu pohon Manduam, pohon Nawa bahkan anggrek hutan. Noken dari bahan anggrek ini terkenal di Paniai dan nilainya sangat tinggi. Harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah.Di kampung wisata Sauwadarek, Papua Barat, kamu bisa menjumpai beberapa perempuan setempat yang membuat noken. Harga noken di Sauwadarek relatif murah antara Rp.25.000-Rp.50.000 per buah tergantung jenis dan ukurannya. Namun belakangan ini sudah mulai jarang kita temui bahkan sulit untuk mendapatkan tas noken yang dibuat menggunakan bahan asli ( Kulit Kayu Genemo (melinjo)) karena kebanyakan pengrajin yang mulai menggunakan bahan-bahan hasil produksi pabrik, padahal dengan menggunakan kulit kayu asli mempunyai nilai budaya yang sangat kuat. Daerah yang memakai dan menghasilkan Noken

Noken, mungkin belum pernah mendengar nama inisebelumnya dan akan merasa aneh bahkan asing, tapi tidak untuk masyarakat Papua. Noken merupakan kerajinan tangan asli dari Kabupaten Wamena, salah Satu Kabupaten yang terletak di deretan pegunungan Papua, di Lembah Balliem ini baru kita dapat memahami Kota Wamena dan sekitarnya di kabupaten Jayawijaya berada di Kelilingi Gunung daerah pegunungan Jayawijaya yang merupakan Kawasan tujuan wisata di propinsi Papua dikarenakan keadaan alam yang indah dan masyarakat yang unik yang jarang dijumpai di Daerah lain di Nusantara.Keadaan Topografi Lembah Baliem cukup rata sehingga di Kota Wamena banyak di jumpai becak seperti di Jawa. Jika dilihat dari pesawat udara akan terlihat Jayawijaya ibarat suatu kuali besar (lembah) diatas dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1550 meter diatas permukaan laut. Suhu cukup sejuk atau dingin, suhu rata-rata harian dalam satu tahun berkisar 190C. Lembah ini dinamakan lembah baliem karena terdapat Sungai Baliem yang berliku-liku seperti ular. Anugrah sungai baliem ini meyebabkan derah ini cukup subur dan potensial dikembangkan menjadi areal persawahan dan perkebunan.Masyarakat di lembah baliem ini merupakan masyarakat agraris dengan bercocok tanam secara tradisional dan berpindah-pindah untuk memperoleh tanah subur atau humus pada lahan baru. Makanan pokok bagi masyarakat lokal yaitu Ubi jalar atau biasa disebut "ipere". Mereka menjadikan "ipere" sebagai makanan pokok sejak nenek moyang mereka karena mudah di budidaya dan tidak memerlukan biaya perawatan. Selain ipere mereka juga menanam singkong, kacang panjang, jagung, dan padi. Padi banyak di jumpai di Daerah irigai elagaima (Muoai), Tulem, Muliama dan Holkima. Mereka menggunakan alat pertanian dengan kayu cangkang (kayu bengkok), parang dan sekop. Mereka tidak pernah menggunakan cangkul untuk mengolah tanah. Kampak digunakan untuk menebang pohon dan membelah kayu untuk kayu bakar dan pagar.Areal ladang atau sawah sebelum ditanam dipagar keliling terlebih dahulu untuk menghindari gangguan hama dan babi ternak, dengan pagar yang cukup rapat dan unik. Pagar ini biasa disebut "Geler". Geler ini merupakan pagar yang khas di wamena. Geler terbuat dari kayu kasuari (sejenis cemara) yang kayunya amat keras. Kayu kasuari dibelah-belah dan ditancapkan ketanah kemudian di ikat satu sama lain dengan tali Kelokop (jagat) sejenis bambu tapi berukuran kecil. Pagar yang sudah jadi kemudian bagian atasnya ditutup dengan rumput kering dan akar-akaran agar kayu dan tali tidak mudah rapuh akibat perubahan cuaca atau hujan. Pagar ini dapat bertahan lama hingga mencapai 3 tahun.Rumah adat masyarakat wamena yaitu berbentuk lingkaran dengan penutup alang alang yang cukup tebal (> 10 cm). Rumah ini disebut "HONAI", Honai ini sering dijadikan simbol rumah adat khas Papua. Jika anda masuk kedalam Honai ini maka didalam cukup hangat dan gelap karena tidak terdapat jendela dan hanya ada satu pintu. Dimalam hari mereka menggunakan penerangan kayu bakar di dalam honai dengan menggali tanah didalammnya sebagai tungku, selain menerangi bara api juga bermanfaat untuk menghangatkan tubuh. Jika tidur mereka tidak mengunakan dipan atau kasur, mereka beralas rerumputan kering yang dibawa dari kebun atau ladang. Umumnya mereka mengganti jika sudah terlalu lama karena banyak terdapat kutu babi.Dalam satu komplek perumahan dihuni satu keluarga dan terdapat beberapa Honai. Jumlah Honai menandakan jumlah istri yang ada, di sini banyak dijumpai laki-laki lebih dari satu istri terutama kepala suku atauOndoafi. Babi ternak banyak dijumpai di Wamena, babi seolah sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat. Acara pernikahan umumnya maskawin dengan minimal 5 (lima) ekor babi dan satu buah Noken.Suku asal masyarakat Wamena adalah suku Dhani yang amat terkenal di seluruh papua karena kebiasaan berperang, yang konon katanya Suku Dhani dan Suku Asmat merupakan suku asli bumi Cendrawasih Papua. Mereka sangat lihai menggunakan panah dan ketapel. Selain panah dan ketapel dahulu kala mereka menggunakan parang yang terbuat dari batu dan pisau tusuk yang terbuat dari tulangbelulang. Tulang yang biasa digunakan adalah tulang kaki burung Kasuari. Namun perang suku saat ini sudah jarang terjadi, yang ada adalah Perang-perangan di dataran luas yang telah disediakan. Acara tarian tradisional dan perang-perangan dilaksanakan setahun sekali atau untuk menyambut tamu kehormatan. Acara ini sekarang dikemas semacam festival perang-perangan di ikuti oleh suku-suku di Wamena, untuk menggenang peristiwa perang suku yang biasa dilakukan nenek moyang mereka waktu dulu, sejaligus unjuk kehebatan yang dilihat para penonton. Acara ini "Perang-perangan" ini digelar setiap menyambut 17 Agustus untuk memperingati HUT Proklamasi dan dibiayai oleh pemerintah daerah dalam rangka menjaga tradisi dan budaya serta menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan mancanegara. Acara ini sangat unik dan menarik, banyak sekali di hadiri wisatawan asing dan mengabadikan dalam bentuk film, umumnya arus turis meningkat hingga hotel-hotel penuh dan harus memesan terlebih dahulu.Selain alam, seni budaya, dan cara budidaya yang menarik di wamena adalah bahasa. Anda akan merasa asing dengan bahasa mereka. Namun saat ini mereka umumnya sudah dapat berbahasa Indonesia, bahkan sampai di daerah terpencil. Umumnnya mereka belajar bahasa Indonesia dari sekolahan dan gereja. Banyak dijumpai gereja disini, meskipun di Wilayah kota juga terdapat beberapa Masjid yang dibuat oleh para pendatang dan Tentara. Perbedaan agama dan adat tidak menjadi masalah bagi masyarakat Kota wamena atau Papua secara umum, mereka dapat membaur menjadi satu.Jika berjalan-jalan di pelosok adapantanganatau hal yang jangan anda lakukan yakni memanjat pagar geler tanpa permisi atau ijin, kencing atau berak di sungai, dan memotret tanpa ijin. Karena Mereka bisa marah. Sedangkan Kalauhandy camptidak apa-apa , mereka malah senang dikira bakalan masuk TV atau KoranCepos. Kebiasaan mereka memanfaatkan air sungai secara langsung untuk minum dan mandi menyebabkan mereka amat menjaga kebersihan sumber air baku. Jika ada yang melanggar pantangan tersebut bisa kena denda dengan jumlah yang besar. Apalagi kalau ada mobil menabrak babi sampai mati pasti diminta pertanggung jawaban dg membayar uang dalam jumlah besar karena babi disini harganya lebih dari nyawa manusia.Banyak obyek wisata menarik. Ada Sungai dan Muara baliem yang membentang luas bagaikan bengawan Solo yang banyak terdapat ikan dan udang bercapit besar(Udang selingkuh dengan kepiting), terdapat Orang ber"koteka", RumahHonaidan pagar gelernya, ada Mummi yang berusia lebih dari 350 tahun lalu, pasar tradisional yang menjual hasil perkebunan rakyat". Fasilitas bagai wisatawan di kota Wamena cukup memadai. Disini transportasi cukup lancar baik angkutan umum dan becak dengan tarif yang murah.

Lampiran :Gambar : Noken adalah pakaian wajib saat pergi ke pasar Jibama, pasar sentral di Wamena.Gambar : Bisa untuk bawa anak dan berbagai macam barang

Gambar : dipakai dalam upacara bakar babi.

Gambar : Banyak dijual di desa-desa suku Dani, di pinggiran Wamena