ptk seni rupa

Upload: tati-hartati

Post on 06-Jul-2015

2.869 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

http://enury.blogspot.com/2011/02/bab-2-proposal-ptk.html www.draw23.com PROPOSAL PTK SENI RUPA

ABSTRAKStrategi Pembelajaran Seni Rupa Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Cirebon Dengan Pendekatan Kontekstual Dan Pencapaian Hasil Belajarnya

Penelitian Tindakan Kelas

Kata Kunci

: Strategi Pembelajaran Seni Rupa Dengan Pendekatan Kontekstual

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini secara umum untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Seni Rupa di SMP Negeri 2 Cirebon. Sedangkan secara khusus penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperoleh data tentang strategi pembelajaran seni rupa di SMP Negeri 2 Cirbeon dengan menggunakan pendekatan kontektual serta tingkat keberhasilannya. Pendekatan Kontekstual merupakan strategi belajar mengajar yang tujuannya untuk mendapatkan hasil guna dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran seni rupa. Penggunaan strategi ini diharapkan dapat merangsang kreatifitas siswa dalam berkarya seni rupa, juga dapat mendorong siswa belajar secara sistematis, berencana dan mantap serta konsisten. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Cirebon dengan populasi seluruh kelas VIII dengan jumlah kelas 5 kelas serta jumlah siswa 206 orang. Metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif empirik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Tanpa menggunakan strategi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual Kegiatan Belajar Mengajar kurang memberikan keberhasilan. (2) Dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual Kegiatan Belajar Mengajar dapat dicapai dengan baik.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini, telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada : Kepala SMP Negeri 2 Cirebon dan segenap Guru pengajar serta Staf Tata Usaha, yang telah banyak membantu, semoga segala amal baik dan keikhlasannya mendapat balasan dari Allah SWT. Amiin. Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan kurangnya pengalaman, keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Akhirnya semoga Penelitian Tindakan Kelas ini ada manfaatnya bagi pembaca.

Cirebon, Maret 2008 Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ABSTRAK .................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................ DAFTAR ISI ................................................................................................ i ii iii iv v

BAB A. B. C. D. E. F.

I

PENDAHULUAN .................................................................... 1 3 3 4 4 4

Latar Belakang Masalah ....................................................... Identifikasi Masalah ............................................................. Batasan Masalah .................................................................... Rumusan Masalah .................................................................. Tujuan Penelitian ................................................................... Manfaat Hasil Penelitian .......................................................

BAB

II LANDASAN TEORI ................................................................5 20

A. Deskripsi Teori ...................................................................... B. Kajian Hasil Penelitian .........................................................

BABA. B. C. D. E.

III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................23 23 24 25 26

Objek Tindakan ..................................................................... Seting/Lokasi/Subjek Penelitian ............................................ Metode Pengumpilan Data .................................................... Metode Analisa Data ............................................................. Cara Pengambilan Kesimpulan ..............................................

BABA. B. C. D. E.

IV HASIL PENELITIAN .............................................................27 27 28 33 33

Gambaran Selintas Tentang Seting......................................... Uraian Penelitian Secara Umum/Keseluruhan ....................... Penjelasan Per Siklus .. Proses Menganalisis Data .. Pembahasan Dan Pengambilan Kesimpulan .

BAB

V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................

A. Kesimpulan ........................................................................... B. Saran Untuk Tindakan Lebih Lanjut......................................

36 37

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahPendidikan seni rupa di sekolah umum, pada dasarnya diarahkan untuk menumbuhkembangkan kepekaan rasa, serta memiliki daya cipta, sehingga terbentuk kesadaran terhadap nilai-nilai seni budaya. Kemampuan ini dapat tumbuh kembang, bila dilakukan serangkaian kegiatan pengamatan, penilaian, analisis dan penghargaan terhadap karya seni, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kurikulum Pendidikan Nasional (1993 1994 : 86) pada mata pelajaran pendidikan seni, bertujuan untuk : Menanamkan dan mengembangkan cita rasa keindahan dan keterampilan berolah seni, serta rasa cinta dan bangga terhadap seni budaya bangsa Indonesia. Selain itu mata pelajaran pendidikan seni bertujuan untuk menyeimbangkan kemampuan rasional dan emosional. Sedangkan tujuan pembelajaran seni adalah : Memahami arti seni, mengembangkan kepekaan terhadap seni, mengembangkan estetika, mengembangkan kemampuan berapresiasi, berkarya kreatif (Pendidikan Nasional, 1993 : 1994 : 87) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 : Pendidika seni budaya dan keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan. terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman secara estetik, dalam bentuk kegiatan berekspresi dan berkreasi serta berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, dan belajar melalui seni. Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. Guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas, banyak menghadapi kesulitan dalam menyampaikan materi terhadap siswa. Karena tidak semua siswa menyukai mata pelajaran seni rupa dengan berbagai alasan, kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran seni rupa berakibat

siswa kurang kreatif. Rendahnya kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, mengakibatkan kurang kreativitas serta tingkat keberhasilan siswa dalam pendidikan seni rupa. Guru dalam pemilihan metode mengajar, kadang kurang relevan dengan tujuan dan materi pembelajaran, demikian pula dengan keterampilan menggunakan metode. Proses kegiatan belajar mengajar pendidikan seni rupa, yang mempunyai peranan penting adalah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan. Pendekatan dan metode ini menjadi penghubung antara pengajar dengan siswa, dan merupakan sarana pengarah secara timbal balik. Menggunakan pendekatan dan metode mengajar yang tepat, akan sangat menentukan pencapaian hasil belajar siswa. salah memilih metode, maka kegagalanlah yang akan didapat. Metode merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam menetapkan metode dan alat bantu hendaknya tidak menggunakan satu metode mengajar, tetapi kombinasi dari beberapa metode mengajar dengan bantuan alat peraga (Sudjana, 1989 : 66). Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran seni rupa, belum terlaksana kegiatan pemberian pengalaman estetik, ekspresif, dan kreatif. Dilain pihak peserta didik banyak membuang waktu percuma, suasana kelas dengan tingkat gangguan tinggi, keadaan suasana menjemukan, materi pelajaran sulit disampaikan, dan tidak mudah dipahami. Siswa bersikap sinis, apatis, dan karya yang dihasilkan bernilai rendah. Kejadian seperti itu yang mendorong penulis untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas, dan bagaimana penggunaan strategi pembelajaran seni rupa.dengan pendekatan kontekstual di SMP Negeri 2 Cirebon.

B. Identifikasi MasalahDari uraian tersebut diatas terdapat beberapa permasalahan di antaranya :

1.

Pemilihan strategi, pendekatan dan metode mengajar, yang kurang relevan dengan tujuan

materi pembelajaran. 2. Kurang terampilnya guru dalam menggunakan strategi, pendekatan dan metode, pada

pelaksanaan pembelajaran seni rupa. 3. 4. 5. 6. 7. Kurangnya kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Keterikatan guru pada satu jenis metode mengajar. Masih rendahnya tingkat keberhasilan pendidikan seni rupa di SMP Negeri 2 Cirebon. Kurangnya kreatifitas siswa SMP Negeri 2 Cirebon dalam berkarya seni rupa. Belum terbiasanya guru dalam menggunakan Pendekatan kontekstual, serta peraga dalam

pembelajaran seni rupa.

C. Batasan MasalahAgar pembahasan masalah menjadi fokus, maka permasalahan di batasi pada : 1. Strategi pembelajaran seni rupa dengan pendekatan kontekstual di SMP Negeri 2 Kota

Cirebon. 2. Tingkat keberhasilan strategi pembelajaran seni rupa dengan pendekatan kontekstual di

SMP Negeri 2 Kota Cirebon.

D.

Rumusan MasalahPembahasan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.

Bagaimana strategi pembelajaran seni rupa di SMP Negeri 2 Kota Cirebon dengan

menggunakan pendekatan Kontekstual ? 2. Bagaimana tingkat keberhasilan strategi pembelajaran seni rupa di SMP Negeri 2 Kota

Cirebon dengan menggunakan pendekatan Kontekstual ?

E. Tujuan PenelitianPenelitian Tindakan Kelas ini, secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran seni rupa di SMP Negeri 2 Cirebon. Sedangkan secara khusus penelitian ini : 1. 2. Dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul di kelas Untuk memperoleh data tentang proses penggunaan pendekatan Kontekstual pada

pengajaran seni rupa. 3. 4. rupa. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pendidikan seni rupa. Dapat melaksanakan perencanaan, peningkatan, dan berdaya guna pada pembelajaran seni

F. Manfaat Hasil PenelitianHasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi Sekolah : Sebagai masukan pada SMP Negeri 2 Kota Cirebon untuk acuan dalam mengembangkan pendidikan seni rupa. 2. Untuk Guru a. Meningkatkan prestasi kerja penulis dalam melaksanakan tugas sehari hari di sekolah sebagai guru seni rupa. b. Bahan referensi bacaan bagi teman teman Guru pendidikan seni rupa.

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Strategi a. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Strategi adalah : Rencana yang cermat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Tim Penyusun Pengembangan Bahasa, 1995 : 964). b.

Pusat Pembinaan dan

Strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa

sedemikian

rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu (Pupuh 2007:3) c.

Fathurohman dan Sobry Sutikno,

Strategi pembelajaran pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan

kegiatan

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. (Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, 2005:11). d. Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan dengan mengintegrasikan komponen urutan kegiatan, cara dan pembelajaran, peralatan dan bahan, pembelajaran, untuk mencapai tujuan efisien. (Atwi Suparman, 97:157). pembelajaran,

mengorganisasikan materi pelajaran

serta waktu yang digunakan dalam proses

pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan

2. Strategi Pembelajaran Mengajar pada hakekatnya menciptakan proses belajar pada siswa, guru mengkondisikan serta mengatur lingkungan kelas, sehingga terjadi proses interaksi antara siswa dengan

lingkungan, guru, alat pelajaran, dan alat peraga. Melalui proses interaksi, diharapkan pada diri siswa terjadi proses yang dikenal dengan nama proses belajar (Nasution, 1982). Peran seorang guru adalah pemimpin dan fasilitator belajar, mengajar bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran, tetapi suatu proses dalam upaya membelajarkan siswa (Nana Sudjana, 1987). Komponen-komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran menurut Nana Sudjana ( 1987) adalah tujuan, materi atau bahan ajar, metode dan alat, serta penilaian. Komponen-komponen tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dan mempengaruhi. Oleh karena itu, harus diupayakan hubungan yang sinergi antara ke empat komponen tersebut. Tugas ini dibebankan kepada guru, yang merupakan pengendali dalam proses pembelajaran tersebut. Sasaran utama dalam proses pembelajaran adalah terjadinya proses belajar pada diri pembelajar, empat komponen seperti dijelaskan di atas, diatur dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal ini akan berkaitan dengan metode pembelajaran dan media yang harus digunakan, untuk menimbulkan proses belajar pada siswa dapat terwujud. model pembelajaran yang akan dilaksanakan agar efektif, dapat dilihat dari karakteristik seperti: prilaku pengajar, karakteristik pengajar, perilaku peserta didik, dan karakteristik kelas (Woolfolk, 1982) yang dituntut dari seorang pengajar dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah kemampuan dalam memotivasi siswa, menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang sesuai dengan tujuan, mempersiapkan dan menggunakan media pemelajaran, dan menilai hasil belajar. Tugas dan tanggung jawab seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengatur suasana kelas, agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. karena suasana

kelas merupakan utama psikologis yang mempengaruhi hasil belajar, guru dalam mengelola suasana kelas sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar Suasana itu akan terwujud apabila dalam proses pembelajaran terjadi interaksi yang harmonis antara komponen komponen yang terlibat (pengajar, peserta didik, dan lingkungan sekitar). Selain itu, guru dituntut untuk mampu mengetahui karakteristik emosional peserta didik, dengan mengetahui karakteristik emosional peserta didik, dapat membantu mereka dalam mempercepat proses belajar, mampu memotivasi siswa,

mengetahui serta menghargai dan mengakui kemampuan yang dimiliki siswa. Memberi penghargaan terhadap setiap upaya yang telah dilakukan oleh siswa. Guru memberi teladan yaitu kesesuian antara ucapan dengan tindakan, agar para siswa lebih tertarik terhadap apa yang diajarkan. Setelah menciptakan suasana yang dapat mendorong peserta didik untuk belajar, selanjutnya menciptakan landasan yang kukuh, dimulai dari penetapan tujuan. dalam komunitas belajar antara guru dan siswa memiliki tujuan yang sama. Tujuan peserta didik mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai anggota komunitas dari masyarakat belajar, dan mengembangkan kemampuan lain yang dianggap penting (DePorter, 2002). Tujuan dari pengajar menjadikan peserta didiknya cakap dalam mata pelajaran yang disampaikan, dan mampu berinteraksi dalam masyarakat belajar. Dengan adanya kesamaan tujuan, maka upaya yang akan ditempuh dan dilakukanpun akan ada kesamaan. Jadi dalam proses pemelajaran tersebut terdapat kesesuaian antara apa yang harus dillakukan dan dinginkan peserta didik dengan apa yang harus dilakukan dan diinginkan

pengajar. Kedua hal ini selanjutnya akan menjadi prinsip yang dikembangkan dalam komunitas belajar. Keyakinan diri mempengaruhi tindakan dan perilaku siswa dalam pembelajaran, sehingga membantu kelancaran pelaksanakan tugas seorang guru. Memanfaatkan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih cepat. Keadaan ligkungan sekitar dapat dijadikan media dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk membantu daya ingat Rancangan pengajaran ini sebagai jembatan yang digunakan guru untuk dapat masuk ke dunia peserta didik. Oleh karena itu, rancangan pengajaran tersebut harus dapat memuaskan gaya belajar siswa, sehingga dunia siswa dapat dibawa ke kedunia guru. Guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberi struktur uraian menjadi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/penutup dan mengisi serta melaksanakannya; menggunakan alat peraga;

menggunakan metode mengajar; menutup pelajaran; dan mengevaluasi pembelajaran.

3. Seni Rupa Seni(Kecil, halus, elok, indah) rupa (bentuk) adalah bentuk seni yang mempunyai nilai keindahan pada suatu benda. Seni lukis adalan seni tentang gambar-menggambar dan lukis melukis. Seni pahat seni memahat (membuat patung dsb.) Seni rupa terdiri dari seni dua dimensi dan tiga dimensi. 4. Kurikulum Seni Budaya Kurikulum mata pelajaran seni budaya memuat aspek konsepsi, apresiasi, dan kreasi yang disusun sebagai suatu kesatuan. Ketiga aspek kegiatan tersebut harus merupakan rangkaian aktivitas seni yang harus dialami siswa dalam aktivitas berapresiasi dan berkreasi seni. Dalam

menggambar hanya ada dua cara belajar yakni : belajar melihat, dan secara terusmenerus menggunakan pena, pensil, krayon serta berbagai media gambar lainnya. Gambar merupakan sesuatu yang alami dengan salah satu keinginan manusia, dalam mengekspresikan diri, pola pikir, dan emosi-emosinya. Dalam menggambar perlu melatih mata dan tangan, untuk mewujudkan bentuk-bentuk benda yang kita lihat. Melihat benda-benda seperti apa adanya, dan bukan seperti yang kita bayangkan, atau yang kita ingat, guna melatih dan kemauan belajar. Zezane berpendapat ; bila anda bisa menggambar silinder, lingkaran dan kubus, maka anda bisa menggambar apa saja. Saya juga selalu berusaha untuk menyadari, memahami bentuk benda dan memberinya dimensi ruang, sehingga realitas bentuk tadi bisa dirasakan. Untuk menyatakan ekpresi atau mengungkapkan perasaan kita, diwujudkan dengan memberi terang dan gelap terhadap obyek gambar. a. Rasional Pendidikan seni budaya sebagai mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama diberikan atas dasar pertimbangan sebagai berikut: Pendidikan Seni budaya memiliki sifat : 1. Multilingual berbagai cara

Multilingual adalah mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri dengan dan media, seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai 2. Multidimensional yaitu mengembangkan kompetensi meliputi persepsi, perpaduannya.

Multidimensional

pengetahuan,

pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan produktivitas dalam menyeimbangkan fungsi otak sebelah kanan dan kiri, dengan cara memadukan secara harmonis unsur-unsur logika, kinestetik etika, dan estetika.

3.

Multikultural

Multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap keragaman budaya Nusantara dan Mancanegara sebagai wujud pembentukan sikap menghargai, bertoleransi, demokratis, beradab, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Pendidikan seni budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis dalam logika (jalan pikiran yang masuk akal), rasa estetis (mempunyai penilaian terhadap keindahan) dan artistiknya (mempunyai nilai seni), serta etikanya (baik dan buruk tentang hak dan kewajiban moral serta akhlak) dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai kecerdasan emosional (menyentuh Perasaan)/(EQ), kecerdasan intelektual (cerdas, berakal, dan berfikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan) (IQ), kecerdasan adversitas (AQ) dan kreativitas (CQ), serta kecerdasan spiritual dan moral (SQ) dengan cara mempelajari elemen-elemen, prinsip-prinsip, proses dan teknik berkarya, sesuai dengan nilai-nilai budaya dan keindahan, serta sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat sebagai sarana untuk menumbuhkan sikap saling memahami, menghargai, dan menghormati. Pendidikan seni memiliki peranan dalam pengembangan kreativitas, kepekaan rasa dan inderawi, serta kemampuan berkesenian melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni. Bidang-bidang seni seperti musik, tari, teater, rupa, dan media memiliki kekhasan tersendiri berdasarkan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam pembelajaran mata pelajaran pendidikan seni budaya, aktivitas berkesenian harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam gagasan gagasan keterampilan/keahlian proses kreasi seni serta mengapresiasikan seni dengan cara mengilustrasikan pengalaman pribadi, mengeksplorasi (menggali) rasa, melakukan pengamatan dan penelitian (mempelajari) atas elemen, prinsip,

proses dan teknik berkarya yang dikaitkan dengan nilai-nilai budaya serta keindahan dalam masyarakat yang beragam. b. Pengertian Pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan cita rasa keindahan. Aktivitas fisik dan cita rasa keindahan, tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran, yang masing-masing mencakup materi sesuai dengan bidang seni dan aktivitas dalam gagasan-gagasan seni, keterampilan berkarya serta apresiasi dengan memperhatikan konteks sosial budaya masyarakat. c. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Mata pelajaran pendidikan seni memiliki fungsi dan tujuan menumbuhkembangkan sikap toleransi, demokrasi, beradab, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, mengembangkan kemampuan imajinatif intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, keterampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi dan memamerkan dan mempergelarkan karya seni. d. Ruang Lingkup Lingkup materi mata pelajaran Pendidikan Seni meliputi seni rupa, musik, tari, dan teater. Pendekatan pengorganisasian materi pada mata pelajaran Pendidikan Seni menggunakan pendekatan terpadu, yang penyusunan kompetensi dasarnya dirancang secara sistemik berdasarkan keseimbangan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjabarkan dalam konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Hal-hal itu dijabarkan sebagai berikut: x Kemampuan perseptual yang meliputi kepekaan inderawi terhadap rupa, bunyi, gerak perpaduannya; x Pengetahuan yang meliputi pemahaman, penganalisisan, dan pengevaluasian; dan

x Apresiasi yang meliputi kepekaan rasa etestika dan artistik serta sikap menghargai dan menghayati karya seni x Kreasi memcakup segala bentuk dalam proses produksi berkarya seni dan berimajinasi. Materi disusun berdasarkan pengorganisasian keilmuan yang didasarkan pada prinsip dari hal konkret ke hal abstrak, dari yang dekat ke yang jauh, dari yang sederhana ke yang kompleks, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa e. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum Standar Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi: - Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya - Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain. - Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola, struktur, dan hubungan. - Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber. - Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.

Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan historis.

Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab. Berpikir logis, kritis, dan lateral (di sebelah sisi, di sisi, ke sisi, ke pinggir) dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerja sama dengan orang lain. f. Standar Kompetensi Bahan Kajian Seni Rupa x Mampu menggunakan kepekaan inderawi dan intelektual dalam memahami, mempresentasi tentang keragaman gagasan, teknik,materi dan keahlian berkarya seni rupa Nusantara dan mancanegara dalam dua dan tiga dimensi. x Mampu menggunakan rasa estetika dalam mempersepsi, memahami, menanggapi, merefleksi menganalisis, dan mengevaluasi karya seni rupa Nusantara dan mancanegara sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat x Mampu berekspresi dalam dua dan tiga dimensi dengan beragam teknik dan medium seni rupa Nusantara dan mancanegara. x Mampu mengkomunikasikan gagasan, teknik, materi, dan keahlian berkarya seni rupa Nusantara dan mancanegara melalui kegiatan pameran. g. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kompetensi mata pelajaran pendidikan seni budaya pada jenjang SMP adalah sebagai berikut: 1. Siswa mampu menganalisis, menilai keunikan, berkreasi dan memamerkan atau mempergelarkan karya seni berdasarkan keragaman gagasan, bahan, alat/medium dan teknik dalam berkreasi seni Nusantara (daerah setempat).

Siswa mampu mempresentasikan tanggapan, menunjukkan sikap empati dan menghargai, berkreasi dan memamerkan atau mempergelarkan karya seni berdasarkan keragaman gagasan, bahan, alat/medium dan teknik dalam berkreasi seni Nusantara. Siswa mampu mempresentasikan tanggapan, menunjukkan sikap empati dan menghargai, berkreasi dan memamerkan atau mempergelarkan karya seni berdasarkan keragaman gagasan, bahan, alat/medium dan teknik dalam berkreasi seni Nusantara dan mancanegara h. Rambu-Rambu Standar kompetensi dan materi pembelajaran pendidikan seni disusun secara terpadu antar bidang seni meliputi seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater berdasarkan keseimbangan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pencantuman subkompetensi dasar dilakukan untuk mempermudah pemahaman guru dalam penyusunan silabus. Pemilihan bidang seni disesuaikan dengan minat dan bakat siswa. Sekolah seyogyanya memberikan pengalaman belajar seni secara menyeluruh meliputi seni rupa, musik, tari dan teater. Sekolah yang belum mampu dapat melaksanakan minimal salah satu bidang seni. Pembelajaran mata pelajaran pendidikan seni menekankan pada pengembangan kepekaan estetik yang diimplementasikan dalam ketiga kompetensi dasar pendidikan seni yang meliputi konsepsi, apresiasi dan kreasi. Keseluruhan kompetensi dasar (konsepsi, apresiasi dan kreasi) dikembangkan melalui pengalaman eksplorasi dan berkreasi, sedangkan kegiatan teori diberikan secara integratif di dalamnya. Urutan kompetensi dasar dan materi pokok dalam satu tahun bukan merupakan urutan hirarkhis, tetapi diberikan secara utuh dan berulang sampai pada tingkat yang lebih tinggi. Kreasi meliputi segala proses berkarya dan penyajian seni dari tingkat yang paling sederhana hingga yang paling kompleks dan meliputi semua usaha berkarya yang diawali

dengan kebebasan dalam memilih gagasan, bentuk, teknik dan bahan yang digunakan sesuai dengan kondisii daerah setempat. Penilaian meliputi proses dan hasil pembelajaran serta pengembangannya mencakup kompetensi dasar konsepsi, apresiasi dan kreasi. Penilaian proses dan produk dilakukan dengan menerapkan berbagai bentuk metode penilaian, seperti portofolio, pengamatan dan evaluasi diri. Setiap aktivitas berapresiasi seni dan berkreasi seni dikaitkan dengan konteks seni dalam kehidupan sosial budaya masyarakat. Kegiatan pameran dan pergelaran karya seni dapat diberikan minimal setahun sekali. Dalam seni rupa, materi gambar teknik sudah terintegrasi dalam kompetensi merancang karya seni rupa dua dan tiga dimensi. 3. Pengertian Pembelajaran a. Pembelajaran adalah : Proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Tim

Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995 : 14). b. Pembelajaran adalah proses terjadinya interaksi atau hubungan timbal balik antara kondisi yang

siswa dengan guru, dan antara sesama siswa dalam satu situasi dan mendorong siswa untuk secara aktif belajar. c. Pembelajaran adalah upaya seseorang (guru), untuk menciptakan kondisi

orang

lain

(siswa), mau melakukan proses belajar dengan memberikan ilmu dan keterampilan (Affandi, 1998). d.

pengetahuan, kecakapan

Pembelajaran seni rupa melatih siswa setahap demi setahap agar mampu

berekspresi

dalam seni rupa sehingga pada akhirnya dia memiliki kepekaan 1990 : 28). 4. Pembelajaran seni rupa

rasa seni (Suhardjo, 1989 /

Pembelajaran seni rupa adalah suatu bentuk kegiatan pembelajaran sebagai upaya untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam mengembangkan dirinya menuju ke tingkat kematangan pribadi secara harmonis (Affandi, 1998 : 3). Upaya yang dilakukan melalui pemberian kesempatan kepada siswa untuk secara aktif mengalami berolah seni rupa. 5. Pendekatan Kontekstual Pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metodemetode tertentu secara efektif. Pendekatan pembelajaran sebagai proses penyajian isi pemelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu metode atau beberapa metode pilihan.Dengan demikian pendekatan dapat dikatakan lebih luas dari metode, dan lebih komprehensif dalam kajian, akan tetapi lebih aplikasi dalam praktik baik disadari maupun tidak (http://www.pembelajaran.com) Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengatahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. (CTL DEPDIKNAS:2002:5) 6. Pembelajaran kontekstual Pembelajaran kontekstual mempunyai tujuh komponen utama pembelajaran yaitu Kontuktivisme, , menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian.

a) Kontruktivisme Kontruktivisme sebagai landasan berfikir pendekatan kentekstual, pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit. Dalam pembelajaran seni rupa praktik menggambar atau melukis. dimana

aplikasinya pada

b) Menemukan Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Bentuk pelaksanaannya mengamati dan dari obyek yang diamati untuk di gambar c) Bertanya Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu diawali dari bertanya. atau di lukis. berbasis

mengumpulkan data-data

Penerapannya pada semua aktivitas belajar bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa atau orang ahli yang d) Masyarakat Belajar Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Penerapannya belajar dalam kelompok kecil maupun kelompok e) Pemodelan Dalam sebuah pembelajaran hendaknya ada model yang bisa ditiru. Dalam pembelajaran seni rupa, model membantu kelancaran belajar f) Refleksi Refleksi cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari, atau berfikir belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. pembelajaran seni rupa berupa hasil karya. g) Penilaian yang Sebenarnya Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. hanya hasil. data Pada ke Pada siswa. besar. didatangkan ke kelas

pembelajaran seni rupa penilaian dinlai dari proses, bukan

7. Pengertian Belajar a) Belajar mempunyai arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. b) Berlatih. c) Berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Morgan mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Hendroyuwono, 1982 / 1983 : 3). Surya (1981 : 32) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Mahmud (1989 : 121 122) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu perolehan tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman. Dari pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atas pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. 8. Keberhasilan Belajar a) Soeitoe (1982 : 83) perubahan mental pada diri pelajar atau modifikasi ada 3 jenis perubahan : (1) Perubahan kognitif, terdiri dari pengetahuan atau cara melihat atau mengerti sesuatu. (2) Perubahan motivasi yakni perubahan tujuan dan minat. kecenderungannya,

(3) Perubahan tingkah laku yang berbeda dengan 2 perubahan yang terdahulu karena perubahan tingkah laku dapat dilihat oleh orang lain. b) Arifin (1990 : 23) keberhasilan mempunyai beberapa kunci antara lain : (1) Keberhasilan belajar sebagai indiaktor kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. (2) Keberhasilan belajar lambang pemuasan hasrat ingin tahu. (3) Keberhasilan belajar sebagai bahan informasi dalam moral pendidikan. (4) Keberhasilan belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. (5) Keberhasilan belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Keberhasilan belajar merupakan pencapaian hasil usaha siswa setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan. B. Kajian Hasil Penelitian Landasan filosofi Kontekstual adalah kontruktivisme, untuk memahami

kontruktivisme, berikut adalah kajian teori yang dikembangkan Jhon Dewey.

Teori Konstruktivisme Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh langsung oleh siswa berdasarkan pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam proses pembelajarannya lebih ditekankan pada model belajar kolaboratif. Siswa belajar dalam kelompok tidak seperti pada pembelajaran konvensional, bahwa siswa belajar secara individu. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa seorang siswa tidak hanya belajar dari dirinya sendiri, melainkan juga belajar dari yang lain. Dengan demikian, model pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah model pemelajaran yang terpusat pada masalah dan model belajar kolaboratif. Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia.,dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik

dalam bentuk yang serba sempurna, pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk peserta didik. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Pikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri. Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka. Untuk membantu peserta didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagai pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.Proses ini dinamakan konstruktivisme, pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman yang ada pada peserta didik. Siswa mempunyai pemikiran mereka sendiri tentang hampir semua hal, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kefahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik, maka semua ide awal yang dimliki mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam tes, mungkin mereka memberi jawaban seperti yang dikehendaki oleh guru. John Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa, pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun, atau membina pengalaman secara berkesinambungan keikutsertakan peserta didik di dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Melalui teori konstruktivisme ini,

diharapkan pengajaran guru itu dapat memberi peluang kepada peserta didik untuk meramalkan secara bebas dan terbuka segala pengetahuan setelah proses pembelajaran berlangsung. Pengajaran secara tidak langsung itu nanti dapat memberi satu pengalaman baru kepada peserta didik. Pengalaman itu akan dikaitkan pula dengan teori kognitif di mana ia akan disimpan dalam ingatan atau memori peserta didik baik pada jangka pendek atau ingatan jangka panjang.Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan, bahwa dilihat dari perspektif estimologi yang disarankan oleh konstruktivisme, maka peran guru akan berubah, perubahan tersebut meliputi teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, dan pelaksanaan kurikulum pada umumnya. Sebagai contoh, guru harus mengubah kaidah mengajar dari tuntutan agar peserta didik dapat meniru dengan tepat apa yang disampaikan oleh guru, menjadi kaidah pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan peserta didik dalam membina skema pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya. Dengan demikian, pembelajaran harus diubah dari kaca mata guru menjadi pemelajaran berdasarkan kacamata peserta didik. Artinya, bukan bagaimana guru mengajar, melainkan bagaimana agar peserta didik dapat belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa: 1) murid tidak hanya dibekali dengan fakta-fakta, melainkan diarahkan pada kemampuan penguasaan dalam proses berfikir dan berkomunikasi, 2) Guru hanya merupakan salah satu sumber pengetahuan, bukan orang yang segala-galanya. Jadi guru hanya berperan sebagai fasilitator dan peserta didik. 3) sebagai implikasinya, dalam penilaian pun harus mencakup cara-cara masalah dengan berpatokan pada aturan yang berlaku. penyelesaian tahu

pembimbing belajar

Teknik-teknik tersebut dapat berbentuk peta konsep, diagram ven, portopolio, uji kompetensi, dan ujian komprehensip. Implikasi konstrukstivisme terhadap pembelajaran adalah: 1) Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika siswa tidak diberi untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan 2) yang dimilikinya. kesempatan

Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat

pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya. 3) Untuk menilai keputusannya, peserta didik harus bekerja sama dengan didik yang lain. peserta

MODEL BELAJAR Konstruktivisme

KARAKTERISTIK - Belajar sebagai proses mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan Pengalaman dan Interaksi dengan lingkungan - Siswa aktif - Siswa bekerja dalam kelompok - Guru berperan Sebagai fasilitator dalam menyiapkan Kondisi yang kolaboratif

MODEL PEMELAJARAN Berpusat pada masalah

PENDEKATAN Inquiry

STRATEGI Free Inquiry Structured laboratory inquiry Model inquiry Suchman Penciptaan Pengetahuan Theme-based model: pupil centered, "multi-disciplinary free inquiry" Jigsaw STAD TGT TAI Group Investigation Learning Together Heuristik Algoritma Subgoals Gagnon and Collays Lima fase/Five Es Empat Fase

Discovery Kooperatif

Pemecahan Masalah/ problem solving

BAB III METODOLOGI/METODE PENELITIAN A. Objek Tindakan Penelitian Tindakan Kelas ini tentang : Strategi Pembelajaran Seni Rupa Bagi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Cirebon Dengan Pendekatan Kontekstual Dan Pencapaian Hasil Belajarnya. Objek Tindakan tertuju kepada : 1. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran seni rupa 2. Kreativitas siswa dalam mata pelajaran seni rupa rendah 3. Tingkat gangguan kelas tinggi

B. Seting/Lokasi/ Subjek PenelitianPenelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kota Cirebon, yang beralamat di Jl. Siliwangi No. 94 Telp./Fax (0231) 203075 Kota Cirebon. Propinsi Jawa Barat dengan jumlah siswa seluruhnya 647 orang, terdiri dari 445 Perempuan dan 302 Laki laki. Sedangkan jumlah kelas 16 ruang, terdiri dari kelas VII = 5 kelas, kelas VIII = 5 kelas dan kelas IX = 6 kelas. Tabel 1 Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Cirebon Tahun Pelajaran 2007 / 2008 Kelas VII VIII IX A L P L B P L C P L D P L E P L F P Jumlah 206 204 237 647

22 20 23 18 22 20 20 20 24 17 20 20 20 20 20 20 20 22 20 22 14 26 15 26 20 20 15 22 19 20 17 23 Jumlah

Mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 2 Kota Cirebon, selain mendapat kemudahan dalam pengumpulan data, menghemat biaya, ketersediaan waktu yang cukup, dan berkaitan dengan masalah pembelajaran. 1. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian pada semester II Tahun pelajaran 2007/2008, dimulai bulan Januari Tahun 2008, dan diperkirakan berakhir pada Bulan Maret Tahun 2008.

2. Subyek Penelitiana). Populasi Populasi adalah Kelompok subyek, baik manusia, gejala nilai tes, benda benda atau peristiwa peristiwa (Surahmad 1983 : 93). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Cirbeon, dengan jumlah siswa sebanyak 206 orang dengan jumlah kelas 5 ruang. b). Sampel Sampel adalah penarikan atau pembatasan sebagian populasi untuk mewakili populasi (Surahmad 1983 : 93). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini Kelas VII A, dengan jumlah siswa 42 orang, 20 % dari populasi. Dipilih kelas VII A, karena kelas ini memberi respon yang baik terhadap mata pelajaran seni rupa. Pengambilan sampel secara khusus dianggap mewakili populasi maka jenis sampel ini termasuk purposive sampel.

C. Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan : 1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala gejala yang diteliti (Usman dan Akbar, 1995 : 54). Subyek penelitian adalah proses pembelajaran seni rupa, obyek yang diamati adalah hasil karya siswa.

2. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung (Usman dan Akbar, 1995 : 57). Wawancara berguna untuk : a) b) Mendapatkan data ditangan pertama

Pelengkap teknik pengumpulan data

c) Menguji hasil pengumpulan data lainnya. 3. Dokumentasi a) Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh

melalui dokumen dokumen (Usman dan Akbar, 1995 : 75) b) Dokumentasi adalah suatu metode pencarian data mengenai hal hal atau variabel berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalan dan lainnya. Aspek aspek untuk menambah kelengkapan data dalam dokumentasi meliputi catatan catatan, foto foto (Arikunto, 1982 : 187). c) Teknik dokumentasi untuk mendapatkan latar belakang yang luas, tentang pokok-pokok

penelitian, dan dapat dijadikan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data (Nasution,1996). d) Dokumen lama dapat digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, dan

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 1989). D. Metode Analisa Data Dalam menganalisis data langkah langkah yang ditempuh : 1. Menghimpun data Mengumpulkan data data yang diperlukan dalam penelitian ini, melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. 2. Mereduksi data

Data yang terkumpul dipilih sesuai dengan keperluan yang akan diteliti. 3. Mengklasifikasi data Data yang dipilih dikelompokkan agar mudah dalam penyusunannya. 4. Menyusun hasil penelitian yang telah dilakukan. E. Cara Pengambilan Kesimpulan Kesimpulan di ambil sejak data-data awal diperoleh, dilanjutkan dengan analisis, dan verifikasi menurut kebutuhan. Kesimpulan dalam penelitian ini awalnya belum pasti, masih kabur, diragukan, akan tetapi semakin bertambahnya data, maka kesimpulan semakin lebih jelas.