tugas seminar proposal .1

18
Tugas Penelahaan tesis Minimal Menelaah 1Judul tesis, deadline pengumpulan 1 minggu dari sekarang. Topik yang harus ditelaah : • Judul • Rumusan Masalah • Tujuan Penelitian • Sistematika Landasan Teori (Deskripsi Teoritik)/ judulnya • Sistematika Kerangka Berpikir (jika ada) / judulnya • Hipotesis Penelitian (jika ada) • Metode Penelitian & Disain Penelitian/Konstelasi Masalah / Paradigma Penelitian / Prosedur Penelitian • Sistematika Pembakuan / Pengembangan Instrumen Penelitian (jika ada)

Upload: nurhayati-fatimah

Post on 28-Jul-2015

159 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas seminar proposal .1

Tugas Penelahaan tesisMinimal Menelaah 1Judul tesis, deadline

pengumpulan 1 minggu dari sekarang.Topik yang harus ditelaah :

• Judul• Rumusan Masalah• Tujuan Penelitian• Sistematika Landasan Teori (Deskripsi

Teoritik)/ judulnya• Sistematika Kerangka Berpikir (jika ada) /

judulnya• Hipotesis Penelitian (jika ada)• Metode Penelitian & Disain

Penelitian/Konstelasi Masalah / Paradigma Penelitian / Prosedur Penelitian

• Sistematika Pembakuan / Pengembangan Instrumen Penelitian (jika ada)

• Teknik Analisis Data (Analisis Deskriptif, Uji Persyaratan dan Pengujian Hipotesis Penelitian) atau Analisis Data Utama.

• Simpulan• Daftar pertanyaan

Page 2: Tugas seminar proposal .1

• Judul :

• Rumusan Masalah:

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”apakah hasil belajar matematika dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dan rasa percaya diri pada siswa Kelas VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA ?”

• Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses pembelajaran di kelas dan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA khususnya pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Peubah.

• Sistematika Landasan Teori (Deskripsi Teoritik)/ judulnya

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktifitas manusia yang sangat penting bagi manusia. Pertanyaan yang sering muncul, mengapa manusia harus belajar? Didunia ini tidak ada manusia yang dilahirkan memiliki potensi ilmu pengetahuan yang tinggi. Jika bayi yang baru lahir tidak mendapatkan bantuan dari manusia lain melalui belajar niscaya ia tidak dapat berbuat apa-apa, ia tidak akan beranjak pada usia dewasa. Oleh karena itu, manusia selalu dan senantiasa kapan dan di manapun ia berada harus belajar.

Untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka proses belajar memegang peranan penting. Pada era globalisasi dan informasi sekarang ini dituntut untuk memperoleh hal-hal yang baru yang lebih baik. Kegiatan belajar yang terus menerus memberikan pengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, pemahaman, kecakapan, serta aspek lain yang dapat berkembang kearah yang lebih baik yakni memilki ilmu pengetahuan yang lebih luas. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian belajar, dapat dilihat dari beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

Chaplin (dalam Ilhamsyah, 2009) mendefinisikan belajar sebagai (1) perolehan dari sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku, sebagai hasil dari praktek atau hasil pengalaman, (2) proses mendapatkan reaksi-reaksi, sebagai hasil dari praktek dan latihan khusus. Hal yang sama dikemukakan oleh James O. Whittaker (dalam

Page 3: Tugas seminar proposal .1

Ahmadi, 2003:126) belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian bagaimana informasi itu diproses dalam pikiran siswa. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa sebagai hasil belajar. Gagne (Ardiansyah, 2008:9) menyatakan bahwa untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi external. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar yang terdahulu. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Ini bertujuan antara lain merangsang ingatan baru, memberikan kesempatan kepada siswa menghubungkan pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang baru.

Sedang Hamalik (Haling, 2004: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan secara keseluruhan dengan kesadaran untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman baru yang ditandai dengan perubahan tingkah laku. Karenanya dapat dikatakan bahwa jika setelah belajar tidak terjadi perubahan belajar pada diri yang bersangkutan, maka tidaklah dapat dikatakan padanya terjadi proses belajar.

2. Pengertian Matematika

Untuk mendefinisikan matematika sangatlah sulit,tidak ada definisi matematika yang diterima secara mutlak. Cabang-cabang matematika makin lama makin bertambah. Sampai saat ini, diantara para ahli matematika belum ada kesepakatan yang bulat tentang defenisi matematika. Namun demikian para ahli berusaha memberikan gambaran tentang hakekat matematika termasuk cara pencarian kebenaran dan cara berfikir matematika.

Menurut Dikmenum (dalam Tukiran, 2010: 66) matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika merupaka salah satu kekuatan utama pembentuk konsepsi tentang alam, serta hakekat dan tujuan manusia dalam kehidupan.

Matematika itu tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Matematika itu tidak hanya berkaitan dengan bilangan beserta operasi-operasinya tetapi berhubungan pula dengan unsur-unsur lainnya. Matematika tidak dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan

Page 4: Tugas seminar proposal .1

kuantitas karena dalam geometri kuantitas kurang mendapat penekanan dibandingkan dengan kedudukannya. Maka yang disepakati hanyalah karakteristiknya.

Hal ini menunjukkan bahwa sasaran matematika lebih dititik beratkan pada ide- ide atau konsep-konsep, teori-teori dan hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga menimbulkan keterkaitan dengan konsep- konsep abstrak. Matematika merupakan ilmu-yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, walaupun manfaatnya tidak nampak secara konkrit. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu akhirnya masyarakat sadar bahwa kehidupan sehari-hari tidak lepas dari matematika.

3. Prestasi Belajar Matematika

Poerwadarminta (1974: 769) mendefinisikan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha yang dilakukan atau dikerjakan. Defenisi di atas sejalan dengan pendapat Winkel (1986: 102) yang menyatakan bahwa prestasi adalah bukti usaha yang dicapai.

Istilah prestasi selalu digunakan dalam mengetahui keberhasilan belajar siswa di sekolah. Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukan hasil yang tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu. Prestasi belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu intern dan ekstren. Faktor intern merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor intern meliputi prasyarat belajar, yakni pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, keterampilan belajar yang dimiliki oleh siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian dan mencari sumber belajar, kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita, dan hubungannya dengan orang lain. Faktor ekstern antara lain meliputi proses belajar mengajar, sarana belajar yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi keluarga.

Berdasarkan pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan merupakan interaksi antara beberapa faktor.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari

Page 5: Tugas seminar proposal .1

materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman .Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (1993) dengan tiga langkah yaitu :

1. Pembentukan kelompok

2. Diskusi masalah

3. Tukar jawaban antar kelompok.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Page 6: Tugas seminar proposal .1

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang

Page 7: Tugas seminar proposal .1

6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

8. Hasil belajar lebih tinggi.

• Sistematika Kerangka Berpikir (jika ada) / judulnya

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika, guru mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan berbagai model pembelajaran.

Dalam pembelajaran matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, karena melihat kondisi siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya serap cepat dan ada pula siswa yang mempunyai daya tanggap yang lama.

Menyikapi kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT, yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa takut salah. Oleh karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul karena semuanya berbaur dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompoknya tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA khususnya pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah, guru perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan rasa percaya diri siswa dalam mengajarkan pokok bahasan tersebut karena daya serap siswa dalam menerima materi pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah tidak sama dan diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama terhadap materi sistem persamaan linear dua peubah dan pada akhirnya prestasi belajar siswa akan lebih baik.

• Hipotesis Penelitian (jika ada)

Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:

Page 8: Tugas seminar proposal .1

“Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dan rasa percaya diri siswa dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah siswa kelas VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA ”

• Metode Penelitian & Disain Penelitian/Konstelasi Masalah / Paradigma Penelitian / Prosedur Penelitian

A.       Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tindakan yang diberikan adalah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan

tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

B.        Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA

pada Semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 35 orang yang terdiri

dari semua perempuan, dengan kemampuan yang heterogen.

C.      Faktor yang Diselidiki

Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.      Faktor Input yaitu kehadiran siswa yang menjadi subjek penelitian

2.      Faktor proses yaitu aktifitas yang terjadi selama porses pembelajaran berlangsung,

meliputi;

a.       Siswa yang bertanya materi pelajaran yang belum dimengerti.

b.      Siswa yang menjawab pertanyaan lisan guru

c.       Siswa yang menyelesaikan soal di papan tulis

d.      Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah.

Page 9: Tugas seminar proposal .1

e.       Siswa yang aktif pada saat kerja kelompok

f.       Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat kerja kelompok.

g.      Siswa yang memberi tanggapan terhadap presentase dari kelompok lain

3.      Faktor output yaitu hasil belajar matematika siswa yang diperoleh pada setiap akhir

siklus setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).

D. Instrumen Penelitian

     Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a.       Lembar observasi, untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan  model pembelajaran

kooperatif tipe NHT di kelas.

b.      Tes hasil belajar, untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa setelah diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

c.       Jurnal refleksi diri, untuk memperoleh data tentang refleksi diri.

E. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian tindakan kelas ini, direncanakan terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain dalam

faktor yang diselidiki.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut :

1.    Tahap kegiatan awal, meliputi:

a.       Observasi awal

b.      Tes awal: untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami konsep P

ersamaan linear dua peubah sebelum diadakan tindakan, yang nantinya digunakan

sebagai nilai awal yang diperlukan dalam pembagian kelompok melalui pembelajaran

Page 10: Tugas seminar proposal .1

kooperatif tipe NHT. Di samping itu, diperlukan dalam pengolahan nilai peningkatan

prestasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2.    Perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:

a.       membuat skenario pembelajaran

b.      membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di   kelas ketika

model pembelajaran kooperatif tipe NHT diaplikasikan.

c.       mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi matematika telah dikuasai oleh

siswa.

d.      membuat jurnal refleksi diri.

3.    Pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah

melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat.

4.    Observasi/evaluasi, pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan

tindakan serta melakukan evaluasi.

5.    Refleksi hasil yang diperoleh dalam tahap observasi/evaluasi dikumpulkan serta

dianalisis dalam tahap ini. Kelemahan-kelemahan/ kekurangan-kekurangan yang terjadi

pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

F.  Teknik Pengumpulan Data

a.       Sumber data: sumber data dalam penelitian ini adalah personil penelitian yang terdiri

dari siswa dan guru.

b.      Jenis data: jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kualitatif diperoleh dengan alat evaluasi lembar observasi, jurnal refleksi diri dan

data kuantitatif diperoleh dengan alat evaluasi hasil belajar.

Page 11: Tugas seminar proposal .1

c.       Cara pengambilan data

Data tentang pelaksanaan pembelajaran serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas,

diambil berdasarkan pengamatan langsung dengan menggunakan lembar observasi dan

jurnal refleksi diri.  Data tentang hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar.

refleksi diri.  Data tentang hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar.

• Teknik Analisis Data (Analisis Deskriptif, Uji Persyaratan dan Pengujian Hipotesis Penelitian) atau Analisis Data Utama.

G.      Teknik Analisis Data

Data tentang hasil pengamatan mengenai perubahan sikap siswa dianalisis secara

kualitatif sedangkan data mengenai hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif. Data hasil

belajar yang diperoleh dikategorikan berdasarkan teknik kategori standar yang ditetapkan

oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Martini,2005:27). Kategorisasi tersebut

adalah:

1. Nilai    0   -  34        :           dikategorikan “sangat rendah”

2. Nilai   35 -  54         :           dikategorikan “rendah”

3. Nilai   55 -  64         :           dikategorikan “sedang”

4. Nilai   65 -  84         :           dikategorikan “tinggi”

5. Nilai   85 -  100       :           dikategorikan “sangat tinggi”

Page 12: Tugas seminar proposal .1

• Simpulan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan

hasil belajar siswa, yang ditinjau dari hasil tes setiap akhir siklus yakni bila skor rata-rata

kemampuan memecahkan masalah matematika siswa mengalami peningkatan.

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar siswa 

dari setiap siklus yang ditinjau dari hasil tes setiap akhir siklus mengalami peningkatan skor

rata-rata pada siswa kelas Kelas VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA setelah menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).