tugas rumple leed dan tata laksana dhf

Upload: pemburugratis

Post on 02-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    1/13

    1.1 Tujuan

    Untuk mengetahui ketahanan /kerapuhan dinding pembuluh darah serta

    jumlah dan fungsi trombosit.

    2.1 Prinsip

    Vena dibendung sehingga tekanan darah di dalam kapiler meningkat. Dinding

    kapiler yang kurang kuat akan menyebabkan darah keluar dan merembes ke dalam

    jaringan sekitarnya sehingga tampak titik merah kecil pada permukaan kulit, titik

    tersebut dikenal dengan petechiae.

    3.1 Dasar Teori Hemostasis

    Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada

    lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif

    faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi trombosit

    dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah menjaga

    keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi

    dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada

    dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular injury).(Rafsan,2012)

    Hemostasis terdiri dari enam komponen utama, yaitu: trombosit, endotel

    vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant proteins, protein

    fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia dalam

    jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat

    menjalankan faal hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat memacu

    terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga

    menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik.

    Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor

    prothrombotik dan faktor antithrombotik.(Rafsan,2012)

    Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu hemostasis primer

    dan hemostasis sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen

    vaskuler dan komponen trombosit. Disini terbentuk sumbat trombosit (trombosit

    plug) yang berfungsi segera menutup kerusakan dinding pembuluh darah. Sedangkan

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    2/13

    pada hemostasis sekunder yang berperan adalah protein pembekuan darah, juga

    dibantu oleh trombosit. Disini terjadi deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga

    sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug. Proses

    koagulasi pada hemostasis sekunder merupakan suatu rangkaian reaksi dimana terjadi

    pengaktifan suatu prekursor protein (zymogen) menjadi bentuk aktif. Bentuk aktif ini

    sebagian besar merupakan serine protease yang memecah protein pada asam amino

    tertentu sehingga protein pembeku tersebut menjadi aktif. Sebagai hasil akhir adalah

    pemecahan fibrinogen menjadi fibrin yang akhirnya membentuk cross linked fibrin.

    Proses ini jika dilihat secara skematik tampak sebagai suatu air terjun (waterfall) atau

    sebagai suatu tangga(cascade).(Rafsan,2012)

    Jadi dalam proses hemosatasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa

    vasokontriksi pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat trombosit,

    dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang

    peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit, dan faktor

    pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi hemostasis adalah

    faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan keadaan

    otot.(Anonim,2012)

    Pendarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit,

    ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan

    bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut

    diatas kecuali penyakit Von Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan yang

    didapat, penyebabnya mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu pemeriksaan

    penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer, treombosit, dan

    koagulasi. (Anonim,2012)

    Proses koagulasi dapat dimulai melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik

    (extrinsic pathway) dan jalur intrinsik (intrinsic pathway). Jalur ekstrinsik dimulai

    jika terjadi kerusakan vaskuler sehingga faktor jaringan (tissue factor) mengalami

    pemaparan terhadap komponen darah dalam sirkulasi. Faktor jaringan dengan

    bantuan kalsium menyebabkan aktivasi faktor VII menjadi FVIIa. Kompleks FVIIa,

    tissue factor dan kalsium (disebut sebagai extrinsic tenase complex) mengaktifkan

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    3/13

    faktor X menjadi FXa dan faktor IX menjadi FIXa. Jalur ekstrinsik berlangsung

    pendek karena dihambat oleh tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Jadi jalur

    ekstrinsik hanya memulai proses koagulasi, begitu terbentuk sedikit thrombin, maka

    thrombin akan mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa lebih lanjut, sehingga proses

    koagulasi dilanjutkan oleh jalur intrinsik. Jalur intrinsik dimulai dengan adanya

    contact activation yang melibatkan faktor XII, prekalikrein dan high molecular

    weigth kinninogen (HMWK) yang kemudian mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa.

    Akhir-akhir ini peran faktor XII, HMWK dan prekalikrein dalam proses koagulasi

    dipertanyakan. Proses selanjutnya adalah pembentukan intrinsic tenase complex yang

    melibatkan FIXa, FVIIIa, posfolipid dari PF3 (trombosit factor 3) dan kalsium.

    Intrinsic tenase complex akan mengaktifkan faktor X menjadi FXa. Langkah

    berikutnya adalah pembentukan kompleks yang terdiri dari FXa, FVa, posfolipid dari

    PF3 serta kalsium yang disebut sebagai prothrombinase complex yang mengubah

    prothrombin menjadi thrombin yang selanjutnya memecah fibrinogen menjadi fibrin.

    (Rafsan,2012)

    Pemeriksaan faal hemostasis adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk

    mengetahui faal hemostatis serta kelainan yang terjadi. Pemeriksaan ini bertujuan

    untuk mencari riwayat perdarahan abnormal, mencari kelainan yang mengganggu faal

    hemostatis, riwayat pemakaian obat, riwayat perdarahan dalam keluarga.

    Pemeriksaan faal hemostatis sangat penting dalam mendiagnosis diatesis hemoragik.

    Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi. Beberapa klinisi

    membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre operasi, tetapi ada

    juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan hemostasis. Yang paling

    penting adalah anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun hasil pemeriksaan

    penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu dikerjakan jika ada

    riwayat perdarahan. (Anonim,2012)

    Pemeriksaan ini terdiri atas:

    A. Tes penyaring meliputi :

    Percobaan pembendungan

    Masa perdarahan

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    4/13

    Hitung trombosit

    Masa protombin plasma (Prothrombin Time, PT)

    Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated partial thromboplastin time,

    APTT)

    Masa trombin (Thrombin time, TT)

    B. Tes khusus meliputi :

    Tes faal trombosit

    Tes Ristocetin

    Pengukuran faktor spesifik (faktor pembekuan)

    Pengukuran alpha-2 antiplasmin

    3.1 Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

    Rumple leede test (percobaan pembendungan) dimaksudkan untuk menguji

    ketahanan kapiler darah menggunakan pembendungan pada vena sehingga darah akan

    menekan dinding kapiler. Jika dinding kapiler kurang kuat ,maka darah dari kapiler

    keluar dan merembes dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak bercak petechiae.

    (Gandosoebrata,1969)

    Petechiae adalah bintik-bintik merah akibat perdarahan didalam kulit,warna

    terkadang bervariasi dari merah menjadi biru/ungu. Petechiae umumnya muncul pada

    kaki bagian bawah tetapi bisa muncul diseluruh tubuh. Petechiae mungkin terlihat

    pada pasien-pasien dengan jumlah platelet yang sangat rendah. Petechiae terjadi

    kerena perdarahan keluar dan pembuluh pembuluh darah yang kecil sekali di bawah

    kulit atau selaput lendir,petechiae umumnya tidak jelas dan menyakitkan.

    (Arifin,2012)

    Pemeriksaan dilakukan dengan menahan tekanan manset atau tensi sebesar

    setengah dari jumlah tekanan sistol dan tekanan diastol. Sistole adalah bunyi yangpertama terdengar, diastole adalah bunyi yang menghilang diantara bunyi yang

    berdetak cepat, atau dapat pula dikatakan bunyi yang terakhir didengar. Kemudian

    tekanan manset tersebut dipertahankan selama sepuluh menit. (Anonim,2011)

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    5/13

    Pembendungan dilakukan pada lengan atas dengan memasang tensimeter pada

    pertengahan antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan itu dipertahankan

    selama 10 menit. Jika percobaan ini dilakukan sebagai lanjutan masa perdarahan,

    cukup dipertahankan selama 5 menit. Setelah waktunya tercapai bendungan

    dilepaskan dan ditunggu sampai tanda-tanda stasis darah lenyap. Kemudian diperiksa

    adanya petekia di kulit lengan bawah bagian voler, pada daerah garis tengah 5 cm

    kira-kira 4 cm dari lipat siku.(Anonim,2012)

    Pemeriksaan dinyatakan positif bila ditemukan perdarahan atau petechiae

    sebanyak 10 buah dalam waktu 10 menit. Pemeriksan dinyatakan negatif bila dalam

    waktu 10 menit tidak timbul petechiae pada area pembacaan, atau timbul petechiae

    kurang dari 10 buah.(Anonim,2012)

    Jika pada waktu dilakukan pemeriksaan masa perdarahan sudah terjadi

    petekie, berarti percobaan pembendungan sudah positif hasilnya dan tidak perlu

    dilakukan sendiri. Pada penderita yang telah terjadi purpura secara spontan,

    percobaan ini juga tidak perlu dilakukan. (Anonim,2012)

    Kesalahan sering terjadi saat pemeriksaan, kesalahan tersebut antara lain saat

    membuat daerah pengamatan. lingkaran ini harus dibuat, diukur dengan benar, sekian

    jari dari fossa cubiti, dengan diameter penampang sebesar 5 cm menggunakan

    penggaris. Selain itu, bila dalam waktu kurang dari 10 menit sudah tampak lebih dari

    10 buah petechiae, maka percobaan dihentikan. Bila setelah 10 menit tidak timbul

    peteciae, percobaan dihentikan dan tunggu selama 5 menit. Bila tak ada perubahan

    penilaiaannya negatif. Sebelum percobaan dihentikan apakah ada bekas gigitan

    nyamuk pada daerah pembacaan, yang mungkin menyebabkan hasil menjadi positif

    palsu. (Anonim,2011)

    Bila hasil pemeriksaan dinyatakan positif, orang yang diperiksa kemungkinan

    terjadi gangguan vaskuler maupun trombolik. Adanya gangguan ini dapat

    menimbulkan penyakit atau keluhan tertentu, antara lain penyakit arteri koroner yang

    berat, gumpalan kecil dari trombosit bisa menyumbat arteri yang sebelumnya telah

    menyempit dan memutuskan aliran darah ke jantung, sehingga terjadi serangan

    jantung. Keluhan lain yaitu, mudahnya timbul memar pada kulit. Seseorang bisa

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    6/13

    mudah memar karena kapiler yang rapuh di dalam kulit. Setiap pembuluh darah kecil

    ini robek maka sejumlah kecil darah akan merembes dan menimbulkan bintik-bintik

    merah di kulit (peteki) atau cemar ungu kebiruan (purpura). (Anonim,2011)

    Faktor yang mempengaruhi Rumple leede test (Arifin,2012) :

    1. Perempuan yang menstruasi

    2. Post menstrual dengan sedikit hormone

    3. Kulit rusak karena akan meningkatkan kerapuhan kapiler.

    Walaupun percobaan pembendungan ini dimaksudkan untuk mengukur

    ketahanan kapiler, hasil tes ini ikut dipengaruhi juga oleh jumlah dan fungsi

    trombosit. Trombositopenia sendiri dapat menyebabkan percobaan ini berhasil

    positif.

    I. Alat dan Bahan

    a. Sfigmomanometer

    b.Stopwatch

    c. Alat tulis

    II. Langkah Kerja

    1. Alat dan bahan disiapkan

    2. Ikatan sfigmomanometer dipasang pada lengan atas dan dipompa sampai

    tekanan 100 mmHg (jika tekanan sistolok kurang dari 100 mmHg,

    pompalah sampai tekanan di tengah tengah nilai sistolik dan diastolik).

    3. Tekanan itu dipertahankan selama 10 menit (jika percobaan ini dilakukan

    sebagai lanjutan percobaan Ivy, cukup dilakukan selama 5 menit)

    4. Ikatan dilepas dan ditunggu sampai tanda tanda stasis darah lenyap lagi.

    Stasis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung tadi

    warnanya telah kembali lagi seperti warna lengan sebelum dibendung.

    5. Banyaknya petechiae yang timbul dicari dan dihitung dalam lingkaran

    bergaris tengah 5 cm, kirakira 4 cm distal dari fossa cubiti.

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    7/13

    III. Interpretasi Hasil

    a. Hasil negatif bila dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira kira 4 cm

    distal dari fossa cubiti terdapat < 10 petechiae.

    b.

    Hasil positif bila dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira

    kira 4 cm

    distal dari fossa cubiti terdapat > 10 petechiae.

    3.2 Penatalaksanaan

    Pada prinsipnya terapi DHF adalah bersifat suportif dan simtomatis.

    Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran

    plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan.

    Dalam pemberian terapicairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah

    pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran plasma dan

    terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga 6 sejak

    demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang dan

    cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular.3

    Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DHF

    dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO. Protokol ini terbagi

    dalam 5 kategori, sebagai berikut:3,8,10

    1. Penanganan tersangka DHF tanpa syok2. Pemberian cairan pada tersangka DHF dewasa di ruang rawat

    3. Penatalaksanaan DHF dengan peningkatan hematokrit >20%

    4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DHF dewasa

    5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa

    Protokol 1. Penanganan Tersangka DHF dewasa tanpa syok.

    Seorang yang tersangka menderita DHF dilakukan pemeriksaan haemoglobin,

    hematokrit, dan trombosit, bila :

    Hb, Ht, dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien

    dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke poliklinik

    dalam waktu 24 jam berikutnya ( dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, lekosit dan

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    8/13

    trombosit tiap 24 jam ) atau bila keadaan penderita memburuk segera kembali

    ke instalansi gawat darurat.

    Hb, Ht normal dengan trombosit 20% dan trombosit 20%.

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    9/13

    Gambar 5. Pemberian cairan pada tersangka DHF dewasa di ruang rawat

    Protokol 3. Penatalaksanaan DHF dengan peningkatan Ht>20%.

    Gambar 6. Penatalaksanaan DHF dengan peningkatan hematokrit >20%5

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    10/13

    Protokol 4. Penatalaksanaan Perdarahan spontan pada DHF dewasa.

    Perdarahan spontan dan masif pada penderita DHF dewasa adalah :

    perdarahan hidung/epistaksis yang tidak terkendali, perdarahan saluran cerna

    (henatemesis dan melena atau hematokesia), perdarahan saluran kencing (hematuria),

    perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4-

    5 ml/kgBB/jam.1,3

    Protokol 5. Tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa.

    Bila kita berhadapan dengan sindroma syok dengue pada dewasa (SSD) maka

    hal pertama yang harus diingat adalah bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh

    karena itu penggantian cairan intravaskular yang hilang harus segera dilakukan.

    Angka kematian pada sindrom syok dengue sepilih kali lipat dibandingkan dengan

    penderita DHF tanpa renjatan, dan renjatan dapat terjadi karena keterlambatan

    penderita DHF mendapatkan pertolongan/pengobatan, penatalaksanaan tidak tepat

    termasuk kurangnya kewaspadaan terhadap tanda-tanda renjatan dini, dan

    penatalaksanaan renjatan yang tidak adekuat.1,3

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    11/13

    Gambar 7. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    12/13

    Kriteria memulangkan pasien, apabila memenuhi semua keadaan dibawah ini :1

    1. Tampak perbaikan secara klinis

    2. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

    3.

    Tidak dijumpai distress pernafasan (efusi pleura atau asidosis)

    4. Hematokrit stabil

    5. Jumlah trombosit cendrung naik > 50.000/nl

    6. Tiga hari setelah syok teratasi

    7. Nafsu makan membaik

  • 8/10/2019 Tugas Rumple Leed Dan Tata Laksana Dhf

    13/13

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Buku ajar Ilmu

    penyakit dalam, Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FK-UI,jakarta, 2006, ed.4, (III) 1709-1713

    2. Anonim. 2011. Laporan Praktikum Pemeriksaan Koagulasi. Tersedia pada :

    http://dicerahkan.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-pemeriksaan-

    koagulasi.html

    3. Rejeki S, Adinegoro S (DHF) Demam Berdarah Dengue, Tatalaksana Demam

    Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta.2004

    4. Anonim. 2012. Hemostasis. Tersedia pada:

    http://rockapolka.blogspot.com/2012/03/bab-i-pendahuluan-

    hemostasisadalah.html

    5. Arifin,Fury. 2012. Pemeriksaan Rumple Leede Test. Tersedia pada :

    http://nonasandha.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-rumple-leede-test.html

    6. Gandosoebrata. 1969.Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat : Jakarta

    7. Rafsan. 2012. Homeostasis. Tersedia pada : http://laboratorium-analisys-

    rafsan.blogspot. com/2012/07/homeostatis.html.

    8. Rejeki S, Adinegoro S (DHF) Demam Berdarah Dengue, Tatalaksana Demam

    Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta.2004

    9. Hagop Isnar,MD, Dengue dalam :http://www.emedicine.com

    10. BHJ, Dengue, Dengue Haemorragic Fever, Dengue Shock Syndrome dalam:

    http://www.bhj.org/journal/2001_4303_july01/review_380.html

    http://dicerahkan.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-pemeriksaan-koagulasi.htmlhttp://dicerahkan.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-pemeriksaan-koagulasi.htmlhttp://rockapolka.blogspot.com/2012/03/bab-i-pendahuluan-hemostasisadalah.htmlhttp://rockapolka.blogspot.com/2012/03/bab-i-pendahuluan-hemostasisadalah.htmlhttp://nonasandha.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-rumple-leede-test.htmlhttp://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://nonasandha.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-rumple-leede-test.htmlhttp://rockapolka.blogspot.com/2012/03/bab-i-pendahuluan-hemostasisadalah.htmlhttp://rockapolka.blogspot.com/2012/03/bab-i-pendahuluan-hemostasisadalah.htmlhttp://dicerahkan.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-pemeriksaan-koagulasi.htmlhttp://dicerahkan.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-pemeriksaan-koagulasi.html