tugas proposal skripsi - tugas sps

Download Tugas Proposal Skripsi - Tugas SPS

If you can't read please download the document

Upload: fikri-riswandi

Post on 28-Jun-2015

304 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

SEMINAR PERSIAPAN SKRIPSI Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan (Studi Kasus Masyarakat Pulo Gebang Indah - Cakung, Jakarta Timur) Oleh: Fikri Riswandi 4825072313 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, berbagai bentuk pembangunan semakin digalakkan, baik itu di pusat kota maupun di kota-kota atau daerah satelit. Pembangunan tersebut meliputi tiga hal, yakni pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial budaya. Namun dalam prakteknya, pembangunan lebih difokuskan pada bidang ekonomi dan sosial, sehingga pembangunan di bidang fisik khususnya dalam hal lingkungan menjadi termarjinalkan. Padahal dalam berjalannya suatu pembangunan perlu adanya keseimbangan antara pembangunan ekonomi, manusianya, dan juga lingkungan. Karena keberadaan lingkungan sendiri sangatlah berperan penting bagi kehidupan manusia, baik itu masyarakat di perkotaan maupun di pedesaaan. Kondisi tersebut mengakibatkan lahan Ruang Terbuka Hijau (selanjutnya disebut RTH)1, khususnya di kawasan perkotaan menjadi sangat kritis, sehingga menyebabkan semakin tingginya tingkat kerusakan lingkungan di perkotaan (seperti bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan lain sebagainya). Salah satu penyebab dari kritisnya lahan RTH di perkotaan adalah banyak dari lahan yang seharusnya menjadi area RTH menjadi lahan pembangunan gedung ataupun pemukiman yang berfokus pada ekonomi saja. Hal ini terlihat dari sangat padatnya gedung-gedung di perkotaan, baik itu gedung perkantoran maupun perindustrian. Selain itu, juga terlihat dari padatnya area pemukiman di perkotaan, baik pemukiman kumuh maupun pemukiman elit (seperti komplek,apartemen, dll.). Kondisi tersebut semakin parah ketika banyak pemilik lahan di Jakarta (swasta maupun pribadi) yang memberikan harga mahal untuk menjual lahannya, sehingga pembangunan RTH pun menjadi sulit dilakukan. Berdasarkan UU No. 41/1999, hutan dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu hutan produksi, hutan lindung, dan hutan konservasi. Dalam menghadapi kondisi hutan yang semakin kritis, Pemerintah melalui Departemen Kehutanan melaksanakan berbagai bentuk kegiatan yang terkait dengan pembangunan, konservasi, dan rehabilitas hutan. Keberhasilan dari pembangunan kehutanan tersebut memiliki tiga indikator, yaitu indikator ekonomi (peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar hutan), indikator ekologi (terjaganya sumber daya hutan beserta segala yang ada di dalamnya), dan indikator sosial budaya (terjalinnya interaksi yang harmonis antara masyarakat dengan lingkungan1 Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan sendiri adalah bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olah raga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan hijau jalur hijau, dan kawasan hijau pekarangan (dalam buku informasi kawasan hutan kota di DKI Jakarta tahun 2007, Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta), hlm. 2

ekosistemnya). Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia, merupakan salah satu kota yang padat penduduk dan padat kegiatan ekonomi. Dari waktu ke waktu, pembangunan kota Jakarta semakin pesat namun luas wilayahnya dari dulu hingga kini tetap saja sama, sehingga mendorong banyak area RTH yang dikorbankan untuk dijadikan lahan pembangunan fisik kota (seperti sarana prasarana, pemukiman, gedung perkantoran, dan fasilitas fisik lainnya). Akibatnya lahan untuk kawasan RTH di Jakarta semakin sempit, sehingga kondisi lingkungan Jakarta pun menjadi rusak dan tercemar oleh berbagai bentuk polusi (seperti polusi udara, polusi air, polusi suara, dsb.) yang disebabkan oleh perilaku dan aktivitas manusianya demi meningkatkan kualitas dan kenyaman hidup.2 Hingga saat ini, jumlah RTH di wilayah kota Jakarta sangat minim jumlahnya. Bila diukur dari segi standar yang telah ditetapkan pemerintah DKI Jakarta pun (minimal sekitar 30% dari luas wilayah atau disesuaikan dengan kondisi setempat) masih kurang dari yang diharapkan.3 Berdasarkan data RTH di Jakarta tahun 2010, diketahui bahwa dari 5 (lima) wilayah di Jakarta, lokasi RTH yang banyak terdapat di wilayah Jakarta Selatan, yakni 354,25 Ha. Hal ini dikarenakan 3 (tiga) hal, yakni wilayah hutan kota kampus UI (Universitas Indonesia) masih masuk dalam batasan wilayah Jakarta Selatan, terdapatnya tempat hiburan alam Ragunan, dan terakhir terdapat banyaknya hutan kota di wilayah Jakarta Selatan yang baru dibangun. Namun, luas RTH yang ada di Jakarta pusat paling sedikit, yakni sekitar 14,38 Ha. Ini dikarenakan Jakarta Pusat merupakan pusat dari kota Jakarta, sehingga segala bentuk dari kegiatan ekonomi maupun hiburan warganya berpusat di Jakarta Pusat. Akibatnya pembangunan di Jakarta Pusat lebih banyak berorientasi pada pembangunan ekonomi daripada lingkungannya. Kritisnya lahan RTH di perkotaaan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu sulitnya pembebasan lahan untuk pembangunan kawasan hijau, sulitnya mendapatkan lahan yang tanahnya baik untuk pembangunan kawasn hijau, dan minimnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan kawasan hijau. Maka karena itu, masalah yang akan dikaji penulis adalah tentang partisipasi masyarakat perkotaan terhadap pembangunan dan pengelolaan lingkungan. Dimana partisipasi masyarakatnya menjadi tolak ukur dari kualitas lingkungan di sekitar pemukimannya. Permasalahan Penelitian Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana partisipasi masyarakat terhadap pembangunan kawasan hijau dilingkungannya. Hal ini dikarenakan, partisipasi masyarakatnya sendiri merupakan poros utama dari pembangunan lingkungan hijau. masalah lain yang akan dibahas adalah bagaimana kontribusi pemerintah terhadap partisipasi masyarakat di lingkungannya. Dalam penelitian empiris di lapangan, peneliti akan memusatkan perhatian pada tiga2 Rachmad K. Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 32. 3 Buku informasi kawasan hutan kota di DKI Jakarta, opcit., hlm. 2.

hal, yaitu: pertama, partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan dan pemeliharaan kawasan hijau di Jakarta. kedua, peran pemerintah di lapangan terkait dengan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan dan pemeliharaan kawasan hijau. dan ketiga, kualitas lingkungan di wilayah tersebut. Berikut adalah isu isu penting yang menjadi pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah: Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap pembangunan dan pengelolaan kawasan hijau di lingkungannya? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut? Bagaimana peran pemerintah terkait terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan hijau? Bagaimana dampak dan hasil dari partisipasi masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana partisipasi masyarakat di perkotaan (khususnya masyarakat di Pulo Gebang Indah) dalam pembangunan dan peneglolaan kawasan hijau di lingkungan tempat tinggalnya. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat beserta kualitas dari partisipasi tersebut dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan hijau di lingkungannya. Selain itu, juga untuk menggali informasi tentang keterkaitan peran pemerintah terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan kawasan hijau di lingkungannya. Signifikansi Penelitian Secara teoritis, penelitian ini mengacu pada kajian sosiologis dengan menggunakan beberapa teori sebagai landasan dasar dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai partisipasi masyarakat. Penelitian ini juga untuk menambah pengetahuan tentang kondisi lingkungan sekarang dan metode pengelolaannya. Dan terakhir, mampu memberikan sumbangan untuk melengkapi studi studi sosiologi yang mungkin masih kurang lengkap dalam hal lingkungan. Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa, civitas akademika, dan juga Pemerintah DKI terkait partisipasi dan kesadaran masyarakat tehadap pembangunan dan pengelolaan kawasan hijau di Jakarta.

Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai tinjauan pustaka untuk menjadi pedoman untuk melakukan penelitian ini. Salah satu tinjauan pustaka yang digunakan adalah tesis yang disusun oleh Yulianti dalam rangka menyelesaikan Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota di Universitas Diponegoro, Semarang

pada tahun 2006. Penelitiannya tentang partisipasi masyarakat dalam perbaikan dan pemeliharaan lingkungan permukiman. Objek dari penelitian ini adalah masyarakat di kelurahan Batu Sembilan, kecamatan Tanjung Pinang Timur. Lokasi ini dipilihnya karena si peneliti berasumsi bahwa di sana masih terdapap adanya masalah, yaitu adanya fenomena lingkungan pemukiman yang tidak terpelihara (seperti sampah yang berserakan, bau tidak sedap, saluran air yang tersumbat, kurangnya pengetahuan masyarakat dan kuatnya keyakinan sebagian masyarakat dalam menggunakan sampah sebagai bahan pemupukan lahan pertanian), perilaku atau sikap masyarakat yang kurang memperhatikan arti pentingnya kesehatan lingkungan. Tujuan dari penelitiannya ini adalah untuk mengkaji penilaian partisipasi masyarakat dalam perbaikan dan pemeliharaan permukiman di Kelurahan Batu Sembilan, Kecamatan Tanjung Pinang Timur, Kota Tanjung Pinang. Ia melihatnya melalui 10 (sepuluh) variaabel, yaitu: bentuk organisasi, aktivitas organisasi, keanggotaan dalam organisasi/ kegiatan masyarakat, intensitas kehadiran dalam pertemuan, intensitas memberi sumbangan, perbaikan dan pemeliharaan rumah tinggal, perbaikan dan pemeliharaan sarana pemukiman, perbaikan prasarana permukiman, sikap sosial, dan program pemerintah.4 Teknik pengumpulan datanya dengan teknik pengumpulan data primer (pengamatan langsung, kuesioner, dan wawancara) dan data sekunder (data yang berasal dari dinas-dinas terkait, kantor kelurahan Batu Sembilan, dan juga literatur).5 Sedangkan, teknik analisisnya menggunakan analisis kualitatif deskriptif.6 Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan perbaikan lingkungan pemukiman di Kelurahan Batu Sembilan dipengaruhi oleh karakteristik masyarakatnya, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, mata pencaharian, penghasilan, dan suku/ etnis. Selain itu, masyarakatnya mau turut berperan jika kegiatannya tersebut berskala kecil. Kerangka Teori Kajian Partisipasi Masyarakat Partisipasi merupakan proses dimana pihak-pihak yang terlibat mempengaruhi dan mengendalikan inisiatif pembangunan, keputusan dan sumber-sumber yang mempengaruhi mereka.7 Jadi, dari pemberian informasi dan pendampingan/ konsultasi hingga mekanisme aplikasi pelaksaan di lapangan dengan memberi peluang kepada stakeholder (targetnya) untuk lebih memiliki pengaruh/ peran dan kendali dalam pelaksanaan suatu program/ kegiatan. Sehingga, partisipasi sebagai suatu bagian dalam strategi pembangunan dapat menciptakan suatu pembangunan yang akan berpusat pada masyarakat karena dalam berjalannya akan melibatkan peran serta masyarakat sebagai4 Yulianti, tesis: Partisipasi Masyarakat dalam Perbaikan dan Pemeliharaan Lingkungan Pemukiman, (Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro), hlm. 98. 5 Ibid., hlm. 32. 6 Ibid., hlm. 33. 7 Jennifer Rietbergen, Mc Cracken, Deepa Narayan, Participation And Sosial Assessment Tools And Techniques, (Washington DC: The World Bank, 1998), hlm. 126.

targetnya secara penuh. Jadi, masyarakat memiliki kesempatan untuk ikut ambil bagian, sejak dari awal, proses pelaksanaan, hingga perumusan hasilnya. Namun, setiap anggota masyarakat tidak harus seluruhnya mengambil semua peran yang ada. Untuk itu dibutuhkan pembagian tugas atau peran dimana warga turut aktif berdasarkan perannya masingmasing. Seperti pendapat Bryan dan White dalam Ndraha, partisipasi memiliki beberapa bentuk, yaitu: partisipasi buah pikiran, partisipasi harta dan uang, partisipasi tenaga atau gotong-royong, partisipasi sosial, partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten.8 Maka karena itu, prinsip partisipasi adalah melibatkan masyarakat secara langsung dan posisi masyarakatnya sebagai objek sekaligus subjeknya. Jadi, masyarakat sendiri ikut ambil bagian, sejak dari awal, proses pelaksanaan, hingga perumusan hasilnya. Untuk itu, program pembangunan yang partisipatif memiliki tiga unsur utama, yaitu: Peningkatan peran masyarakat dalam perencanaan, implementasi pembangunan, pemanfaatan hasil pembangunan, dan evaluasi proses pembangunan. Orientasi pemahaman masyarakat akan peran tersebut. Peran pemerintah sebagai fasilitator. Namun, pada kenyataannya partisipasi masyarakat perkotaan seperti Jakarta masih menim terhadap pembangunan dan pengelolaan lingkungan. Sehingga menyebabkan menjadi kritisnya kawasan hijau di Jakarta. Kritisnya kawasan hijau di Jakarta disebabkan oleh 3 (hal), yakni sulitnya pembebasan lahan untuk pembangunan kawasan hijau, sulitnya mendapatkan lahan yang tanahnya baik untuk pembangunan kawasn hijau, dan minimnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan kawasan hijau. untuk itu perlu suatu batas penilaian untuk menentukan kebenaran dari ketiga hal tersebut. Maka karena itu, digunakan pandangan antroposentrisme dari Sunyoto Usman untuk menilai hal tersebut. Menurutnya minimnya perhatian masyarakat perkotaan disebabkan oleh 4 (empat) watak manusia antroposentrisme, yaitu:9

Pandangan bahwa alam yang terbentang luas ini tak akan pernah habis. Keyakinan bahwa teknologi dapat menyelesaikan segalanya. Etika ingin terus maju. Materialisme. Habermas membagi tindakan menjadi dua bentuk, yakni tindakan (kerja) rasionalpurposif dan tindakan komunikatif (interaksi).10 Tindakan rasional-purposif merupakan8 Taliziduhu Ndraha, Partisipasi Dalam Pembangunan, (Jakarta: LP3ES), hlm. 23. 9 Rachmad K. Dwi Susilo, opcit., hlm. 63-67. 10 George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Cet. 6; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), hlm. 187.

tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yakni penguasaan instrumental. Sedangkan tindakan komunikatif adalah tindakan untuk mencapai pemahaman komunikatif. Manusia umumnya melakukan tindakan rasional-purposif, yakni mengejar tujuan mereka, yaitu memenuhi kebutuhan mereka yang selalu bertambah. Karena pada kenyataannya lingkungan (kawasan hijau) dikorbankan demi terwujudnya pembangunan ekonomi bangsa. Karena manusianya lebih mengedepankan kepentingan pribadi mereka untuk memenuhi kebutuhan pribadi daripada kebutuhan bersama. Sehingga mereka memandang remeh keberadaan kawasan hijau yang ada dan menjadi kurang berminat untuk berperan serta dalam pembangunan maupun pemeliharaan kawasan hijau. Meskipun begitu, masyarakat yang peduli terhadap lingkungan juga masih ada. Masyarakat ini turut berpartisipasi terhadap pembangunan dan pengelolaan lingkungan hijau. masyarakat seperti ini melakukan suatu kegiatan dengan mementingkan kepentingan bersama. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat termasuk ke dalam tindakan komunikatif, dimana tindakan yang mereka lakukan bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. Namun, untuk mencapai partisipasi masyarakat diperlukan suatu media untuk mengarahkan masyarakat. Untuk itu, diperlukan suatu program penyuluhan agar masyarakat mampu meningkatkan kapasitasnya dalam mengelola lingkungan, sehingga dapat turut serta berperan dalam membangun, mengelola, dan bahkan memanfaatkan kawasan hijau di lingkungannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa suatu program penyuluhan menjadi media perubahan dari tindakan rasional-purposif ke tindakan komunikatif. Metodologi Penelitian Subjek Penelitian Subjek dari penelitian yang akan penulis teliti adalah, masyarakat Pulo Gebang Indah Kel. Pulo Gebang, Kec. Cakung, Jakarta Timur. Dengan nara sumber, yakni ketua kelompok Tani Gebang Indah (bapak Jalal), 3 anggota kelompok Tani Gebang Indah, 3 anggota masyarakat Pulo Gebang Indah yang tidak ikut kelompok Tani Gebang Indah. Selain itu, juga akan berkoordinasi dengan Sudin dan Kasicam setempat. Lokasi Penelitian Lokasi penelitan adalah tempat dan populasi penelitian. Dalam penelitian ini, lokasi yang akan menjadi obyek penelitian Pulo Gebang Indah Kel. Pulo Gebang, Kec. Cakung, Jakarta Timur. Peran Peneliti Peran peneliti dalam pengambilan data yang bersifat wawancara mendalam, wawancara sambil lalu, observasi, dan penelusuran yang dilakukan adalah untuk mendapatkan informasi dan data secara jelas dan mendalam dari berbagai informan yang diwawancarai dan kejadian yang dialami dan diamati.

Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data primer, dengan mengunakan pola: Pertama, observasi (pengamatan), atau melakukan pengamatan langsung di lapangan dan kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut secara lengkap dan akurat. Tujuannya adalah untuk memahami pola, norma dan makna perilaku dari responden atau subjek penelitian. Kedua, wawancara dengan melakukan tanya jawab kepada pihak pihak yang berkaitam dengan subyek penelitian. Adapun yang perlu diperhatikan saat melakukan wawancara ialah adanya keterbukaan, adanya pedoman, serta persiapan (seperti perlengkapan, mental, dsb.). Pengumpulan data sekunder, yakni penulis akan menggunakan bahan dari laporan dan data data arsip yang dimiliki oleh Pemda DKI (Penyuluh Kehutanan), studi pustaka, diskusi terarah dan adanya sumber data yang relevan sebagai data sekunder. Prosedur Pengolahan Data Setelah terkumpulnya data primer dan sekunder yang diperlukan, kemudian akan diolah dengan metode deskriptif kualitatif (yakni, pengolahan data melalui wawancara langsung serta pemahaman mendalam yang telah diperoleh dengan menggambarkan karakteristik dan spesifikasi dari objek penelitian yang diangkat). Keterbatasan Penelitian Apabila data dan laporan kegiatan penyuluhan sulit didapati, maka akan sulit bagi peneliti untuk memiliki dasar dari objek penelitian yang akan dikaji. Dan jika informan sulit untuk diwawancarai lebih lanjut karena sibuknya kegiatan/ terbatas waktu/ adanya keberatan melakukan wawancara dari pihak informan, juga menjadi kesulitan bagi penulis untuk menggali lebih dalam keterangan dari informan.

Sistematika Penulisan Penulisan hasil laporan penelitian ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu: Bab 1 Pendahuluan (berisikan latar belakang, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan terakhir sistematika penulisan). Bab 2 kajian literatur tentang partisipasi masyarakat dan lingkungan kawasan hijau (RTH), yang berisi teori-teori relevan yang dipergunakan dalam ruang lingkup masalah penelitian. Bab 3 berisikan gambaran umum objek penelitian (yakni, Masyarakat Pulo Gebang Indah). Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kondisi fisik dan sosial lokasi penelitian.

Bab 4

Bab 5

Bab 6

berisikan bagaimana dinamika partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan kawasan hijau, sebelum maupun setelah adanya kegiatan penyuluhan di lingkungannya. berisikan analisis permasalahan penelitian dengan menggunakan teori teori dalam sosiologi untuk menjelaskan adanya relevansi antara partisipasi masyarakat dengan pembangunan dan pemeliharaan kawasan hijau. berisi penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dari analisis yang dilakukan disertakan juga dengan rekomendasi singkat guna memperbaiki ataupun melengkapi sistem/ program yang telah ada.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA Buku informasi kawasan Hutan Kota di DKI Jakarta tahun 2007. Jakarta: Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta Yulianti. 2006. Tesis: Partisipasi Masyarakat Dalam Perbaikan Dan Pemeliharaan Lingkungan Permukiman (Program Pascasarjana Magister Pembangunan Wilayah dan Kota). Semarang: Universitas Diponegoro. Ndraha, Taliziduhu. 1983. Partisipasi Dalam Pembangunan. Jakarta: LP3ES. Rietbergen, Jennifer, Mc Cracken, Deepa Narayan. 1998. Participation And Sosial Assessment Tools And Techniques. Washington DC: The World Bank. Kalsoem, Clara DM. 1988. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia. Soetrisno, Loekman.2004. Menuju Masyarakat Partisipatif. Jakarta: Kanisius.