tugas ppn

6
Nama : Yogy Wira Utama Kelas : 2-E DIII Pajak No.Absen : 34 NPM : 133020008461 Pajak Pertambahan Nilai : “Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” Apabila dilihat dari sejarahnya, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pajak. Pajak Penjualan mempunyai beberapa kelemahan, yaitu antara lain: 1. Adanya pajak berganda. 2. Bermacam-macam tarif (ada 9 macam tarif), sehingga menimbulkan kesulitan pelaksanaannya. 3. Tidak mendorong ekspor. 4. Belum dapat mengatasi penyelundupan. Sedangkan di lain sisi Pajak Pertambahan Nilai mempunyai kelebihan, antara lain: 1. Menghilangkan pajak berganda. 2. Menggunakan tarif tunggal, sehingga memudahkan pelaksanaan. 3. Netral dalam persaingan dalam negeri. 4. Netral dalam perdagangan internasional. 5. Netral dalam pola konsumsi. 6. Dapat mendorong ekspor.

Upload: yogy-wira-utama

Post on 27-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas yang disusun untuk mempermudah pembelajaran terkait PPN

TRANSCRIPT

Nama: Yogy Wira UtamaKelas: 2-E DIII PajakNo.Absen: 34NPM: 133020008461

Pajak Pertambahan Nilai : Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

Apabila dilihat dari sejarahnya, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pajak.Pajak Penjualan mempunyai beberapa kelemahan, yaitu antara lain:1.Adanya pajak berganda.2.Bermacam-macam tarif (ada 9 macam tarif), sehingga menimbulkan kesulitan pelaksanaannya.3.Tidak mendorong ekspor.4.Belum dapat mengatasi penyelundupan.Sedangkan di lain sisi Pajak Pertambahan Nilai mempunyai kelebihan, antara lain:1.Menghilangkan pajak berganda.2.Menggunakan tarif tunggal, sehingga memudahkan pelaksanaan.3.Netral dalam persaingan dalam negeri.4.Netral dalam perdagangan internasional.5.Netral dalam pola konsumsi.6.Dapat mendorong ekspor.

Selain itu, perubahan dalam UU PPN juga diperlukan untuk menyesuaikan pada kebutuhan dan keadilan usaha di Indonesia. Adapun perubahan yang dilakukan terkait substansi dari UU PPN itu sendiri,seperti perubahan dalam pasal-pasal baik penambahan, pengurangan, maupun penghapusan pasal serta peristilahan - peristilahan baru yang bertujuan untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat di tengah perkembangan ekonomi, transaksi bisnis, maupun pola konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa.Dalam bagian peristilahan di Pasal 1 UU ini, hal yang paling penting adalah diperkenalkannya istilah baru yaitu istilah Ekspor Barang Kena Pajak Tidak BerwujuddanEkspor Jasa Kena Pajak. Penambahan istilah ini merupakan konsekuensi logis dari penambahan penyerahan yang dikenakan pajak berupa ekspor BKP tidak berwujud dan ekspor jasa kena pajak yang pada UU sebelumnya tidak diatur sama sekali. Ekspor BKP Tidak Berwujud sendiri didefinisikan dalam Pasal 1 angka 28 sebagai setiap kegiatan pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dalam Daerah Pabean di luar Daerah Pabean. Sementara Ekspor Jasa Kena Pajak didefiniskan dalam Pasal 1 angka 29 sebagai setiap kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak ke luar Daerah Pabean.Pengertian barang menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (UU PPN) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Berdasarkan ketentuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Barang berwujud (Tangible products) merupakan transaksi yang melibatkan barang-barang berwujud. Barang tidak berwujud (Intangible products) yaitu transaksi yang melibatkan barang-barang tidak berwujud.Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah :1)Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia,merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/ industrial atau hak serupa lainnya.2)Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/ perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah.3)Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial.4)Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada huruf a, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/ perlengkapan tersebut pada huruf b, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada huruf c, berupa: penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyaraka tmelalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/ dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;5)Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio.6)Pelepasan seluruhnya atau sebagaian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/ industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.Saat terjadinya Penyerahan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalah sebagai berikut :1.harga atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten; atau2.kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak diketahui.

Saat Terutang PPN dan Saat dimulainya Pemanfaatan1. Saat BKP Tidak Berwujud atau JKP secara nyata dimanfaatkan, meskipun belum didukung bukti-bukti formal seperti kontrak atau perjanjian tertulis. Pengertian pemanfaatan secara nyata dapat diartikan antara lain telah digunakannya BKP Tidak Berwujud atau JKP sesuai dengan tujuannya. Misalnya, apabila pemanfaatan merek dagang, telah dibuat label dan dijahit atau ditempel pada BKP yang diproduksi.2. Saat harga perolehan BKP Tidak Berwujud atau JKP dinyatakan sebagai utang, yang didukung antara lain dengan adanya surat pengakuan utang atau telah dicatat dalam pembukuan sebagai utang, maupun berdasarkan bukti-bukti lain.3. Saat Harga Jual BKP Tidak Berwujud atau Penggantian JKP ditagih oleh pihak yang menyerahkan, yaitu antara lain didukung dengan bukti penagihan, baik tertulis maupun tidak tertulis, dari pihak yang menyerahkan kepada pihak yang memanfaatkan.4. Saat harga perolehan BKP Tidak Berwujud atau JKP dibayar, baik sebagian atau seluruhnya, oleh pihak yang memanfaatkan.Apabila saat dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean tidak diketahui, maka saat dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP tersebut adalah tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian.Penghitungan PPN yang Terutang

PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean dihitung dengan cara sebagai berikut:1. 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP, jika dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan tidak termasuk PPN; atau2. 10/110 (sepuluh per seratus sepuluh) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP, jika dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan sudah termasuk PPN.Apabila tidak ditemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis untuk jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan atau ditemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis akan tetapi tidak dengan tegas dinyatakan bahwa dalam jumlah kontrak atau perjanjian sudah termasuk PPN, PPN yang terutang dihitung sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean.Sumber :http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=32(diakses tanggal 6 April 2015 Pukul 15.45)