ppn - karakteristik

Upload: normansy

Post on 15-Jul-2015

1.152 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Karakteristik PPNAnang Mury KurniawanY = C + I Y = C + IPPhPPN PBBPajak atas Konsumsi Sales Tax / Pajak Penjualan (PPn) Value Added Tax (VAT) / Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pertambahan Nilai (PPN)Sejarah PajakTidak Langsung Pajak Pembangunan I (PPb I) Mulanya sukarela 1 Juni 1947 resmi dipungut atas rumah makan UU No 32 Tahun 1956 dilimpahkan ke Pemda Pajak Peredaran 1950 (Ppe 1950) Dikenakan atas penyerahan barang/jasa di Indonesia Dikenakan tiap jalur distribusiDikenakan tiap jalur distribusi Satu tarif (single rate) 2,5% Bersifat kumulatif Pajak Penjualan (PPn 1951) UU Darurat No 19 Tahun 1951, berlaku 1 Oktober 1951 Ditingkatkan jadi Undang-Undang dg UU No 35 tahun 1953 Single stage tax pada tingkat pabrikan (manufacturers sales tax) Mengalami perluasan objek 18 jenis jasa Mengalami perluasan objek umtuk impor Pajak Pertambahan Nilai (PPN 1984)Latar Belakang penggantian Pajak Penjualan dengan Pajak Pertambahan Nilai UU PPn 1951 Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1951, Pajak Penjualan berlaku di Indonesia sejak 1 Oktober 1951 Undang-undang ini dinamakan UU PPn 1951 1951 Undang-undang ini dinamakan UU PPn 1951 Dengan Undang Undang Nomor 35 Tahun 1953, UU Darurat tersebut ditetapkan menjadi Undang-undang UU PPN 1984 dalam Reformasi Sistem Perpajakan Nasional 1983 yang lebih dikenal dengan sebutan Tax Reform 1983, diganti dengan Pajak Pertambahan Nilai.Latar Belakang penggantian Pajak Penjualan dengan Pajak Pertambahan Nilai UU PPn 1951 telah berulang kali diubah sehingga sulit dipahami sehingga sulit dilaksanakan; dalam pelaksanaannya UU PPn 1951 menimbulkan pengenaan pajak berganda sehingga PPn menjadi tidak netralbaik dalam perdagangan di dalam negeri maupun internasional; internasional; mengandung dualisme sistem pemungutan, yaitu bagi wajib pajak yang mampu menyelenggarakan pembukuan menggunakan self assessment system sedangkan bagi yang tidak mampu menyelenggarakan pembukuan menggunakan official assessment system. variasi tarif yang cukup banyak, sampai 9 macam tarif, menyulitkan tindakan pengawasan terhadap kepatuhan wajib pajak. Tidak mendorong ekspor Tidak mengatasi penyelundupanKelebihan PPN Mencegah pengenaan pajak berganda Netral dalam perdagangan dalam dan luar negeri Membantu likuiditas pengusaha. PPN atas perolehan barang modal dapat diperoleh kembali pada bulanbarang modal dapat diperoleh kembali pada bulan perolehan, sesuai dengan consumption type VAT dan indirect subtraction method Dari sudut pandang negara mendapat predikat money maker karena konsumen selaku pemikul beban pajak tidak merasa dibebani oleh pajak tersebut sehingga memudahkan fiskus memungutnyaKelemahan PPN Biaya administrasi tinggi bila dibandingkan dengan pajak tidak langsung lainnya, baik dari administrasi fiskus maupun WP Menimbulkan dampak regresif, yaitu semakin tinggi tingkat kemampuan konsumen, semakin ringan bebantingkat kemampuan konsumen, semakin ringan beban pajakyang dipikul, sebaliknya semakin rendah tingkat kemampuan konsumen, semakin berat beban pajakyang dipikul. Dampak ini timbul dari konsekuensi karakteristik PPN sebagai pajak objektif PPN rawan penyelundupan. Akibat dari mekanisme pengkreditan pajak masukan yg merupakan upaya memperoleh kembali pajak yang sudah dibayar oleh pengusaha Menuntut pengawasan yang lebih tinggiKarakteristik PPN Pajak Tidak Langsung Pajak Objektif Pajak atas konsumsi umum dalam negeri Multi Stage TaxMulti Stage Tax Indirect Subtraction Method/Credit Method/Invoice Method Bersifat netral Tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda Menggunakan tarif tunggalPajak Tidak Langsung KarakterPPN sebagai pajak tidak langsung ini menimbulkan konsekuensiyuridisbahwa antara pemikul beban pajak (destinataris pajak) dengan penanggung jawab atas penyetoran pa-jak ke kas negara berada padapihak-pihak yang berbeda.Pemikul beban pajakini berada pada pembeli Barang Kena Pemikul beban pajakini berada pada pembeli Barang Kena Pajak (BKP) atau penerima Jasa Kena Pajak (JKP). Sedangkan penang-gung jawab atas pelaporan/penyetoran pajak ke kas negara adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP)yangbertindak selaku penjual BKP ataupengusahaJKP selaku pengusaha yang me-nyerahkan JKP. Oleh karena itu apabila terjadi penyimpangan pemungutan PPN, fiskus akan meminta pertanggungjawaban kepada Penjual BKP atau Pengusaha JKP tersebut, bukan kepada pembeli, walaupun pembeli kemungkinan juga berstatus sebagai PKP Pajak Tidak Langsung Sebagai Pajak Tidak Langsung, pengertian Pajak Pertambahan Nilai dapat dirumuskan berdasar dua sudut pandang sebagai berikut: Sudut pandang ilmu ekonomi, beban pajak dialihkan kepada pihak lain, yaitu pihak yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang menjadi obyek pajak.pihak lain, yaitu pihak yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang menjadi obyek pajak. Sudut pandang ilmu hukum, tanggung jawab pembayaran pajakkepada kas negara tidak berada ditangan pihak yang memikul beban pajak. Sudut pandang ilmu hukum ini membawa konsekuensi filosofis bahwa : apabila pembeli atau penerima jasa telah membayar pajak yang terutang kepada penjual atau pengusaha jasa, pada hakekatnya sama dengan telah membayar pajak tersebut ke kas negara. dalam hal (PKP) penjual tidak memungut pajak dari pembeli dengan alasan apapun, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penjual, bukan tanggungjawab pembeli. Pajak Objektif Timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut objek pajak. Kondisi subjektif subjek pajak tidak ikut menentukan. PPN tidak membedakan antara konsumen orang pribadi dengan konsumen berbentuk badan, antara konsumendengan konsumen berbentuk badan, antara konsumen yang berpenghasilan tinggi dengan yang berpenghasilan rendah. Sepanjang mereka mengonsumsi barang atau jasa dari jenis yang sama, mereka diperlakukan sama. Sebagai pajak objektifPPN menimbulkan dampak regresive yaitu semakin tinggi kemampuan konsumen semakin ringan beban pajak yang dipikul, semakin rendah kemampuan konsumen, semakin berat beban pajak yang dipikul. Untuk mengurangi dampak regresif ini, terhadap konsumen yang mengonsumsi BKP yang tergolong mewah dikenakan PPnBM di samping PPN. Pajak atas konsumsi umum dalam negeri Pajak atas konsumsi mengandung makna bahwa :PPN bukan pajak atas kegiatan bisnis. PPN bukan pajak atas kegiatan bisnis.Pemikul beban pajak adalah konsumen. Sebagai pajak atas konsumsi sebenarnya tujuan akhir PPN adalah mengenakan pajak atas pengeluaran untukkonsumsi(a tax on consumptionexpenditure)baik yangdilakukan oleh perseorangan maupun olehbadanbaik badan swasta maupun badan Pemerintah dalambaik badan swasta maupun badan Pemerintah dalam bentukbelanja barang atau jasa yang dibebankan pada APBN/APBD. Karena konsumen tidak semata-mata mengonsumsi barang tetapijuga mengonsumsi jasa, makaPPN selain dikenakan atas konsumsi barang juga dikenakan atas konsumsi jasa. Spesifikasi dalam negeri, merupakan refleksi dari prinsip destinasi (destination principle) yang diadopsi dalam UU PPN 1984. Sebagai pajak atas konsumsi umum dalamSebagai pajak atas konsumsi umum dalamnegeri, PPN hanya dikenakan atas konsumsi BKP dan/atau JKP yang dilakukan di dalam negeri. Olehkarena itu, komoditi impor dike-nakanPPN dengan persentase yang samadenganproduk domestik. Dalam kaitan dengan arus barang atau jasa yang melintas batas wilayah negara (cross border area), PPN mengenal dua(cross border area), PPN mengenal dua prinsip pemungutan, yaitu :Prinsip tempat asal (origin principle);Prinsip tempat tujuan (destination principle). Apabila dikehendaki ada sifat netral PPN dibidang perdagangan internasional, maka prinsip yang dianut adalah prinsip tempat tujuan (destination principle). Dalamprinsip ini, komoditi impor akan Dalamprinsip ini, komoditi impor akan menanggung beban pajak yang sama dengan barang produksi dalam negeri. Karena kedua jenis komoditi tersebut sama-sama dikonsumsi di dalam negeri, maka akandikenakan pajak dengan beban yang sama. Netral Karakteristik PPN sbg pajak konsumsi menempatkan PPN pada posisi netral yaitu netral baik atas pola konsumsi, pola produksi maupun pola distribusi.maupun pola distribusi. NetralitasPPNdibentuk olehduafaktor yaitu : PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa. Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan (destination principle). Singgle Rate (tarif tunggal)Pasal 7 (UU No. 42 Tahun 2009)

(1)Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen). (2)Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: a.ekspor Barang Kena Pajak Berwujud; b.ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan c.ekspor Jasa Kena Pajak.c.ekspor Jasa Kena Pajak. (3)Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% (limapersen)danpalingtinggi15%(limabelaspersen)yangperubahantarifnyadiatur dengan Peraturan Pemerintah. Tipe Konsumsi (Consumption Type VAT) Dalamconpsumtiontype value added tax semuapembelian yangdigunakan untuk produksi yaitu pembelianBKP termasuk barang modal dikurangkan dari penghitungan nilai tambah. Jadi dasar pengenaan pajaknya terbatas pada Jadi dasar pengenaan pajaknya terbatas pada pembelian untuk keperluan konsumsi. Tidak terjadi pengenaanpajaklebih dari satu kali terhadap barang modal, karenapembelian barang modal dikeluarkan dari dasarpengenaanpajak. Hal ini memberi sifat netral PPN terhadap pola produksi. Pengusaha bebas memilih apakah mau menggunakan sistem produksi padat modal atau padat karya, PPN tidak akan ikut menentukan. PPN tipe konsumsi ini memiliki beberapa nilai positif, yaitu: Membantu likuiditas perusahaan, karena seluruh Pajak Masukan atas pembelian BKP ternmasuk Barang Modal yang digunakan dalamproses produksisegera dapat dikreditkan.dalamproses produksisegera dapat dikreditkan. Menunjang iklim investasi yang sehat. Mendorong pengusaha secara berkala melakukan regenesari alat produksi barang modalkarena dikenakan pajak tidak lebih dari satu kali. Tidakmenimbulkan pengenaanpajakberganda (bersifat non kumulasi). indirect subtraction method Indirect Subtraction Method adalah metode penghitungan PPN yang akan disetor ke kas negaradengan caradisetor ke kas negaradengan cara mengurangkan pajak atas perolehan dengan pajak atas penyerahan barang atau jasa Untuk menghitung PPN atas nilai tambah dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu: Subtraction method(metode pengurangan secara langsung), yaitu dengan cara mengalikan tarifPPN dengan selisih antara harga jual dengan harga beli.Indirect subtraction method (metode pengurangan secara tidak Indirect subtraction method (metode pengurangan secara tidak langsung), yaitu dengan cara mengurangkan PPN yang dipungut oleh penjual atau pengusaha jasa atas penyerahan barang atau jasa, dengan PPN yang dibayar kepada penjual atau pengusaha jasa lain atas perolehan barang atau jasa. Addition method (metode penghitungan nilai tambah), yaitu mengalikan tarif PPN dengan hasil penjumlahan unsur-unsur nilai tambah.PPNSISTIM PEMUNGUTANPPNatasNilai TambahHARGA BELI BIAYAHARGA JUAL88 8k0 0088 FlN8810 J00$0k0 0086 0ll. Z00 l0Nl8 1000Fl8f0$01808086 1006lll0F8J00N8llNl8 10l8 0$8100l0Nl8 001700Nilai Tambah7005U1PAU1I0N 5U1PAU1I0N 5U1PAU1I0N 5U1PAU1I0N A00I1I0N A00I1I0N A00I1I0N A00I1I0Nl80l8l01 $081801l08l08l0l1ll80l0lMETODE PENGHITUNGAN{Calculation Method}HARGA JUAL = 1.700HARGA BELI = 1.000DPP = 700PPN 10% = 70HARGA JUAL = 1.700 FF8 107 K 1.00 10HARGA BELI = 1.000 FF8 107 K 1.000 100FF8 1l80186 0810k 0l$l108 kl k$ 8l68 0SUBTRACTION METHODINDIRECT SUBTRACTION/INVOICE/ CREDIT METHOD0l$l108 kl k$ 8l68 0PENYUSUTAN =50BUNGA =20SEWA=80GAJI/ UPAH =300MANAJEMEN=150LABA USAHA=100Juml ah =700 PPN 10% = 70 ADDITION METHOD Diantara tiga metode tersebut, UU PPN Indonesia menganut indirect subtraction method (metode pengurangan tidak langsung). Untuk mendeteksi atau menguji kebenaran jumlah pajak yang terutang atas perolehan dan jumlah pajak yangyang terutang atas perolehan dan jumlah pajak yang terutang atas penyerahan tersebut diperlu-kan suatu dokumen pendukung. Dokumen ini dinamakan tax invoice (Faktur Pajak), oleh karena itu metode ini dinamakan juga Invoice Method. Oleh karena itu Faktur Pajak merupa-kan persyaratan mutlak dalam indirect subtraction method. Dalam hukum pajak, kegiatan me-ngurangkan pajak dengan pajak dinamakan tax credit, oleh karena itu metode ini juga dina-makan credit method yaitu mengkreditkan pajak yang dibayar kepada penjual atau pengusaha jasa yang dinamakan Pajak Masukan (inputpengusaha jasa yang dinamakan Pajak Masukan (input tax) dengan pajak yang dipungut dari pembeli atau penerima jasa yang dinamakan Pajak Keluaran (output tax). Dalam kalimat yang lebih sederhana dan populer adalah mengreditkan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran. Multi Stage Levy namun Non Kumulatif Multistagetax adalah karakteristikPPN yang mempunyai makna PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produk-si maupun jalur distribusi. Setiap penyerahan barangyang menjadi obyek Setiap penyerahan barangyang menjadi obyek PPN mulai dari tingkatpabrikan (manufacturer) kemudian ditingkat pedagang besar (wholesaler) dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang pengecer (retailer) dikenakanPPN. m0LTI STAOB LBVY mmum NON H0m0LATIFPABBIHANPBDAOANO BBSABBKPHABOA j0AL =1.000.000PPN 10100.000PH = 100.000PPN = 30.000PPN = 100.000HNHNPH= 130.000Pm= 100.000PBDAOANO BBSABPBDAOANO BCBBANHONS0mBNBKPBKPHABOA BBLI=1.000.000NILAI TAmBAH = 300.000HABOA j0AL =1.300.000 HABOA BBLI = 1.300.000NILAI TAmBAH = 200.000HABOA j0AL= 1.S00.000 PPN 10130.000PPN 101S0.000Pm = 130.000BBBAN PAjAH30.000PPN = 20.000HNHNPH= 1S0.000PH= 130.000PERBANDINGAN PPn KUMULATIF& PPN NON KUMULATIFPABBIHANPBDAOANO BBSABB4RB4 1L4L1.000.000HABOA BBLI = 1.000.000PPN100.000PPNB4RB4 1L4L1.000.000HABOA BBLI = 1.100.000NILAI TAmBAH = 300.000PPm100.000PPmHAS NBOABAPPN30.000HAS NBOABA PerBmBImgm mtr PPm humuItIL Bg PPN mom humuItILPBDAOANO BCBBANHONS0mBNHABOA BBLI = 1.000.000NILAI TAmBAH= 300.000 HABOA j0AL = 1.300.000HABOA BBLI = 1.300.000NILAI TAmBAH = 200.000HABOA j0AL= 1. S00.000PPN130.000PPN1S0.000NILAI TAmBAH = 300.000HABOA j0AL=1.400.000HABOA BBLI = 1.S40.000NILAI TAmBAH = 160.000HABOA j0AL =1. 200.000PPm140.000PPm120.000PPN20.000H0m0LATIFNON H0m0LATIFMekanisme PPN Mekanisme umum Mekanisme khususMekanisme Umum PPN PKP yg melakukan penyerahan BKPJKP) wajibmemungut PPN daripembeli/penerima BKP/JKP dg membuat FP. PPN yg tercantum dlm FP merupakan PK (Out Put Tax) bagi PKP Penjual BKP/JKP, yg sifatnya sbg pjk yg harus dibayar (hutang pjk). Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yg dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan PM (Out Put Tax), ygyg dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan PM (Out Put Tax), yg sifatnya sbg pajak yg dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yg dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya. Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah PK lebih besar dari pada PM, maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara. Dan sebaliknya, apabila jumlah PM lebih besar dari pada PK, maka selisih tersebut dapat di kompensasi ke masa pajak berikutnya atau diminta kembali(restitusi) Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Laporan Perhitungan PPN setiap bulan (SPT Masa PPN) ke Kantor Pelayanan PajakMekanisme Khusus PPN Secara umum PPN yg terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh PKP Penjual. Dg demikian, pembeli BKP/JKP yg bersangkutan wajib membayar kpd PKP Penjual sbsr harga jual ditambah PPN yg terutang Namun demikian, apabila yg bertindak sebagai pembeli BKP/JKP tsb berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus), Namun demikian, apabila yg bertindak sebagai pembeli BKP/JKP tsb berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus), PPN yg terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, malainkan disetorlangsung ke kas negara oleh Pemungut PPN tsb. Dg demikian, PemungutPPN hanya membayar kpd PKP Penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN-nya (10%) disetor langsung ke kas negara. Pemungut PPN (Pembeli Khusus) terdiri dari ; Bendahara Pemerintah Kontraktor Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak dan Gas BumiUU Nomor S tahun 19S3dengan nama "UU PPN 19S4"Mulai berlaku 1April 19S5 D|uboh dengonUU Nomor 11 Tahun 1994Mulai berlaku 1 Januari 1995 D|uboh dengonDASAR HUKUMD|uboh dengonUU Nomor 1S Tahun 2000Mulai berlaku 1 Januari 2001 D|uboh dengonUU Nomor 42 Tahun 2009Mulai berlaku 1 April 2010 Pasal 20 UU No 8 Tahun 1983 "Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 Pasal ini sampai UU No 42 Tahun 2009 tidak diubah sehingga masih menggunakan istilah UU PPN 1984Sistematika UU PPN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Pasal 1A Ruang Lingkup Penyerahan Barang Kena Pajak Kena Pajak Pasal 2 Transaksi Hubungan Istimewa BAB II PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK Pasal 3 Pengukuhan Pengusaha Kena PajakSistematika UU PPN BAB IIA KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN KEWAJIBAN MEMUNGUT, MENYETOR DAN MELAPORKANMENYETOR DAN MELAPORKAN PAJAK YANG TERUTANGPasal 3A Pengusaha Kena Pajak, Pengusaha Kecil, BKP tida berwujud dan JKP dari Luar Daerah PabeanSistematika UU PPN BAB III OBJEK PAJAKPasal 4 Obyek Pajak Pertambahan NilaiPasal 4A Jenis Barang dan Jasa TidakPasal 4A Jenis Barang dan Jasa Tidak Kena PajakPasal 5 Obyek PPnBMPasal 5A Retur Penjualan/PembelianPasal 6 (dihapus)Sistematika UU PPN BAB IV TARIF PAJAK DAN CARA MENGHITUNG PAJAKPasal 7 Tarif Pajak Pertambahan Nilai Pasal 7 Tarif Pajak Pertambahan NilaiPasal 8 Tarif PPnBMPasal 8A Cara Menghitung PPNPasal 9 Pajak Masukan dan Pajak KeluaranPasal 10 Cara Menghitung PPnBMSistematika UU PPN BAB V SAAT DAN TEMPAT TERUTANG DAN LAPORAN PENGHITUNGAN PAJAK Pasal 11 Saat Terutang Pajak Pasal 12 Tempat Terutang Pajak Pasal 12 Tempat Terutang Pajak Pasal 13 Faktur Pajak Pasal 14 Larangan Membuat Faktur Pajak Pasal 15 ((dihapus) Pasal 15a Jangka Waktu Penyetoran Pajak dan Penyampaian SPT Masa Pasal 16 ((dihapus)Sistematika UU PPN BAB V A KETENTUAM KHUSUS Pasal 16A Pemungut PPN Pasal 16B Fasilitas Pajak Pasal 16C PPN Kegiatan Membangun SendiriPasal 16C PPN Kegiatan Membangun Sendiri Pasal 16D PPN atas Penyerahan Aktiva Yang Menurut Tujuan semula Tidak Untuk Diperjualbelikan Pasal 16E Permintaan Kembali PPN dan PPnBM Pasal 16F Tanggung Jawab Renteng Pembayaran PajakSistematika UU PPN BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 17Tata Cara Pemungutan (lex specialist) BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Ketentuan peralihanKetentuan peralihan BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Ketentuan tentang peraturan pelaksanaan Pasal 20 Nama UU PPN 1984 Pasal 21 Mulai Berlaku UU PPNDiskusikan Cari bukti di dalam pasal-pasa UU PPN yang mendukung bahwa PPN di Indonesia memiliki karakteristik : memiliki karakteristik :Pajak Tidak LangsungPajak ObjektifPajak atas konsumsi dalam negeri, menganut destination principleMulti stage taxIndirect subtraction methodPajak Tidak Langsung Pajak Tidak Langsung Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c Pasal 3 A Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang. Pajak Tidak Langsung Penyimpangan : Pasal 4 ayat (1) huruf b, huruf d, huruf e Pasal 3 A ayat (3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujudmemanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf d dan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang yang penghitungan dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.Pajak Objektif Pasal 4Faktor subjektif yang memikul beban pajak bukan dalam arti yang bertanggung jawabbukan dalam arti yang bertanggung jawab terhadap pembayaran ke negaradalam pasal 4 tidak menyebut konsumenPajak atas konsumsi dalam negeri Pasal 4 ayat 1 huruf a penyerahan dalam daerah pabeanhuruf c penyerahan dalam daerah pabean huruf c penyerahan dalam daerah pabeanMulti stage tax Pasal 4 ayat (1) huruf a, c, f, g,h Pasal 1 angka 15 Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukanPajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini.Indirect subtraction method Pasal 9 ayat 2 Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yangPajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama. Pasal 13