tugas pneumonia

18
MAKALAH STUDI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PNEUMONIA BERDASARKAN JURNAL TENTANG Faktor Risiko Dominan Kejadian Pneumonia Pada BalitaDosen Pembimbing : A.T. Diana Nerawati, SKM., M.Kes. Disusun oleh : Ucik Lathifatul Lailiyah (P27833113075) KELAS B / KELOMPOK A / SEMESTER IV Kementrian Kesehatan R.I Politeknik Kesehatan Jurusan Kesehatan Lingkungan

Upload: sari

Post on 15-Feb-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ISPA BAWAH

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pneumonia

MAKALAH STUDI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PNEUMONIA

BERDASARKAN JURNAL TENTANG

“Faktor Risiko Dominan Kejadian Pneumonia Pada Balita”

Dosen Pembimbing :A.T. Diana Nerawati, SKM., M.Kes.

Disusun oleh :

Ucik Lathifatul Lailiyah (P27833113075)

KELAS B / KELOMPOK A / SEMESTER IV

Kementrian Kesehatan R.I

Politeknik Kesehatan Jurusan Kesehatan Lingkungan

Prodi Kesehatan Lingkungan Surabaya

Page 2: Tugas Pneumonia

Tahun 2015 – 2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) atau penyakit saluran napas telah

menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia.

Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi

saluran napas yang terjadi di masyarakat (Pneumonia Komunitas) atau di dalam

rumah sakit/pusat perawatan (Pneumonia nosokomial/Pneumonia dipusat perawatan).

Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut di parenkim

paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%. Pneumonia dapat terjadi pada orang

normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa

yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang

mengganggu daya tahan tubuh. Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang

lanjut usia (lansia) dan sering terjadi pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

(Dahlan 2006).

Hampir semua kematian ISPA pada anak – anak umumnya adalah infeksi saluran

pernafasan bagian bawah (pneumonia). Oleh karena itu infeksi saluran pernafasan

bagian bawah (pneumonia) memerlukan perhatian yang besar oleh karena Case

Fatality Rate nya tinggi dan pneumonia merupakan infeksi yang mempunyai andil

besar dalam morbiditas maupun mortalitas di Negara berkembang. Pneumonia dan

TBC sangat berpotensi menular di dalam rumah dengan kondisi yang tidak memenuhi

syarat kesehatan. Penyebab pneumonia yang sebagian besar menyerang balita adalah

Streptococcus pneumonia, Hemophilus influenzae, Staphylococcus aureus dimana

bakteri ini secara alami hidup di rongga hidung dan tenggorok manusia ditularkan

lewat lendir hidung misalnya melalui percikan ludah saat bicara, batuk, atau bersin

dan masuk ke dalam tubuh melalui udara.

Page 3: Tugas Pneumonia

Di Jawa Tengah pada tahun 2005, penyakit ISPA pada pola penyakit rawat jalan

di Puskesmas menduduki peringkat pertama, pada golongan umur 0 - <28 hari

sebesar 32,15%, golongan umur 28 hari - <1 tahun sebesar 42,28%, golongan umur 1

– 4 tahun sebesar 42,89%. Pneumonia pada golongan umur 0 – 28 hari berada di

posisi ke delapan (1,02%), golongan umur 28 hari- <1 tahun berada pada posisi

keenam (1,96%), golongan umur 1 – 4 tahun berada pada posisi ke tujuh (1,56%).

Pola 3 kematian menurut penyakit penyebab kematian penderita rawat inap di rumah

sakit, pneumonia menjadi penyebab pada urutan yang ke dua belas (1,98%).

Berdasarkan laporan tahunan kegiatan P2 ISPA Dinas Kesehatan Kabupaten

Kebumen tahun 2005 terjadi peningkatan cakupan penemuan pneumonia (77,5%)

dibandingkan dengan tahun sebelumnya (14,34%). Selain itu, distribusi kejadian

tersebut hampir merata di seluruh wilayah Puskesmas. Sedang berdasarkan Profil

Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun 2006, pada 10 besar pola penyakit rawat jalan

puskesmas ternyata pneumonia menduduki peringkat ketiga dengan 5.263 kasus.

Sedangkan pada 10 besar pola penyebab kematian balita tahun 2006, pneumonia

menduduki peringkat ke enam dengan 20 kematian dari 232 kematian.

Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia terbagi atas dua

kelompok besar yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi

umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian

ASI, dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal,

polusi udara, tipe rumah, ventilasi, kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar,

penggunaan obat nyamuk, asap rokok, penghasilan keluarga serta faktor ibu baik

pendidikan, umur ibu, maupun pengetahuan ibu. Salah satu sumber media penularan

penyakit pneumonia adalah kondisi fisik rumah serta lingkungannya yang merupakan

tempat hunian dan langsung berinteraksi dengan penghuninya. Berdasarkan latar

belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko

dominan dari lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia

pada balita di Kecamatan Kebumen.

1.2 Rumusan Masalah

Page 4: Tugas Pneumonia

Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian pneumonia di

kecamatan Kebumen kabupaten Kebumen ?

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian

kejadian pneumonia di kecamatan Kebumen kabupaten Kebumen

b. Tujuan Khusus

1. Menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian

pneumonia di kabupaten Kebumen berdasarkan kondisi umur, jenis

kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian

ASI, dan pemberian vitamin A, kepadatan tempat tinggal, polusi udara,

tipe rumah, ventilasi, kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar,

penggunaan obat nyamuk, asap rokok, penghasilan keluarga serta faktor

ibu baik pendidikan, umur ibu, maupun pengetahuan ibu.

2. Menganalisa faktor resiko kejadian pneumonia berdasarkan 4W+1H

3. Mengidentifikasi faktor resiko kejadian pneumonia berdasarkan Host,

Agent, dan Environment

4. Mengidentifikasi faktor resiko kejadian pneumonia berdasarkan Orang,

Tempat dan waktu

Page 5: Tugas Pneumonia

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pneumonia

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemui pada

paru yang disebabkan oleh mikro-organisme (bakteri, virus, jamur, atau

parasit). Peradangan paru yang disebabkan oleh non-mikroorganisme (bahan kimia,

radiasi, toksin, obat-obatan) disebut pneumonitis. Peradangan ini terjadi pada bagian

paru yang khusus berfungsi sebagai pertukaran udara sehingga penderita pneumonia

mengalami gangguan pertukaran udara di paru.

2.2 Etiologi Pneumonia

Secara klinis, pneumonia dibagi menjadi pneumonia komuniti (didapat di

komunitas/di luar rumah sakit) dan pneumonia nosokomial (didapat di rumah sakit),

dimana mikro-organisme penyebab kedua jenis pneumonia tersebut berbeda.

Berdasarkan penyebab, pneumonia dibagi menjadi: pneumonia khas (disebabkan

bakteri tertentu), pneumonia tidak khas (bukan disebabkan bakteri tertentu),

pneumonia virus, pneumonia jamur, dan pneumonia parasit.

Dalam keadaan sehat, tidak terdapat mikro-organisme pada jaringan paru

karena adanya mekanisme pertahanan jalan napas dan paru-paru. Apabila terdapat

ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikro-organisme dan lingkungan, maka

organisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit.

Pneumonia nosokomial (didapat di rumah sakit) dapat disebabkan berbagai

macam mikro-organisme, namun sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Bakteri

tipikal / khas penyebab pneumonia yang paling sering

adalah Streptococcus pneumonia (50%), Haemophilus influenza, Klebsiella, dan

Staphylococcus. Disebut tipikal karena beberapa bakteri ini mempunyai

kecenderungan menyerang orang yang peka dan menimbulkan gejala yang khas,

seperti Klebsiella pada penderita alkoholik atau Staphylococcus pada penderita pasca

infeksi influenza. Bakteri atipikal/tidak khas yang sering ditemui adalah Mycoplasma

Page 6: Tugas Pneumonia

pneumonia, Legionella, dan Chlamydia. Selanjutnya, virus merupakan penyebab 15%

kasus pneumonia anak dan 30% pneumonia dewasa. Untuk kasus pneumonia yang

disebabkan jamur lebih relatif jarang ditemui, namun umumnya terjadi pada individu

dengan sistem pertahanan tubuh yang lemah seperti penderita AIDS, pengguna obat-

obat penekan sistem imun, dan penyakit berat lainnya. Yang terakhir, parasit

penyebab pneumonia adalah Toxoplasma gondii, Strongyloides stercoralis, Ascaris

lumbricoides, dan Plasmodium malariae yang umumnya menginfeksi paru secara

sekunder dari organ lain.

Penyebab pneumonia yang sebagian besar menyerang balita adalah

Streptococcus pneumonia, Hemophilus influenzae, Staphylococcus aureus dimana

bakteri ini secara alami hidup di rongga hidung dan tenggorok manusia ditularkan

lewat lendir hidung misalnya melalui percikan ludah saat bicara, batuk, atau bersin

dan masuk ke dalam tubuh melalui udara.

Metode penularan pneumonia yang paling sering adalah terhirupnya

kelompok bakteri di permukaan lapisan lendir saluran napas atas dan terhirupnya

aerosol. Jika terdapat kelompok bakteri di saluran napas atas (hidung, tenggorok atas)

dan kemudian terhirup ke saluran napas bawah, bakteri dapat menginfeksi jaringan

paru – paru dan akhirnya menyebabkan peradangan. Terhirupnya sebagian kecil

lendir tenggorok dapat terjadi pada orang normal pada waktu tidur, penderita dengan

penurunan kesadaran, peminum alkohol, dan pemakai obat-obatan terlarang.

Terhirupnya aerosol yang mengandung virus atau jamur juga dapat menyebabkan

peradangan pada paru. Selain itu, metode penularan lain yang lebih jarang adalah

melalui produk darah atau kontak langsung. Pada pneumonia parasit, parasit masuk

ke dalam tubuh melalui kontak langsung dengan kulit, tertelan, atau via vektor

serangga.

Page 7: Tugas Pneumonia

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Yang Diperoleh Berdasarkan Jurnal

1. Kabupaten Kebumen tahun 2005 terjadi peningkatan cakupan penemuan

pneumonia (77,5%) dibandingkan dengan tahun sebelumnya (14,34%). Selain

itu, distribusi kejadian tersebut hampir merata di seluruh wilayah Puskesmas.

Sedang berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun 2006, pada 10

besar pola penyakit rawat jalan puskesmas ternyata pneumonia menduduki

peringkat ketiga dengan 5.263 kasus. Sedangkan pada 10 besar pola penyebab

kematian balita tahun 2006, pneumonia menduduki peringkat ke enam dengan 20

kematian dari 232 kematian.

2. Proporsi balita sebagai subyek penelitian menurut jenis kelamin hampir sama

antara laki-laki dan perempuan.

3. Ada tiga variabel yang menjadi faktor risiko dominan terhadap kejadian

pneumonia pada balita, yaitu luas ventilasi, pengetahuan ibu, dan jenis rumah,

dengan besar risiko (OR) masing-masing adalah 33,008; 31,295; dan 13,530.

3.2 Analisis penyakit Kusta berdasarkan 4W+1H

1. What

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemui pada

paru yang disebabkan oleh mikro-organisme (bakteri, virus, jamur, atau

parasit). Peradangan paru yang disebabkan oleh non-mikroorganisme (bahan

kimia, radiasi, toksin, obat-obatan) disebut pneumonitis. Peradangan ini

terjadi pada bagian paru yang khusus berfungsi sebagai pertukaran udara

sehingga penderita pneumonia mengalami gangguan pertukaran udara di

paru.

Page 8: Tugas Pneumonia

2. When

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2005

3. Where

Lokasi penelitian berada di kecamatan Kebumen kabupaten Kebumen

4. Who

Subyek penelitian terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok kasus dan

kelompok kontrol dengan sampel masing-masing kelompok sebanyak 60.

Data kasus pneumonia balita diambil dari register penyakit wilayah kerja

puskesmas Sedang kontrol diambil balita tetangga kasus.

5. How

Faktor risiko terjadinya pneumonia pada balita yang paling dominan terhadap

kejadian pneumonia adalah luas ventilasi, pengetahuan ibu, dan jenis rumah

3.3 Analisa penyakit kusta berdasarkan Host, Agent, dan Environment

a. Host

Host dari penyakit pneumonia ini adalah balita. Penderita pneumonia di

kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen adalah 120 balita yang terdiri dari

60 balita mengalami kasus dan 60 balita tidak mengalami kasus. Beberapa

faktot host yang mempengaruhi terjadinya filariasis adalah sebagai berikut :

1. Keberadaan balita saat ibu memasak di dapur

Responden kasus (penderita pneumonia) diketahui bahwa sebagian besar

responden kelompok kasus membawa balita ke dapur saat memasak yaitu

sebanyak 43 orang (63,2%). Sedang pada kelompok kontrol (bukan penderita

pneumonia), sebagian besar dari mereka tidak membawa balita ke dapur saat

memasak yaitu sebanyak 30 orang (44,1%).

2. Pengetahuan ibu / pengasuh

Tingkat pengetahuan tentang pneumonia dengan kejadian pneumonia di kecamatan Kebumen kabupaten Kebumen sebagian

Page 9: Tugas Pneumonia

besar tingkat pengetahuannya rendah pada kelompok responden kasus dengan jumlah 59 orang ( 86,8 % ) sedangkan pada kelompok kontrol tingkat pengetahuannya juga rendah yaitu sebanyak 6 orang ( 8,6 % ).

3. Penggunaan jenis bahan bakar

Responden kasus (penderita pneumonia) diketahui bahwa sebagian besar

responden kelompok kasus menggunakan jenis bahan bakar kayu/minyak

yaitu sebanyak 65 orang (95,6%). Sedang pada kelompok kontrol (bukan

penderita pneumonia), sebagian besar dari mereka menggunakan jenis bahan

bakar gas/elpiji yaitu sebanyak 40 orang (58,8%).

4. Kebiasaan merokok anggota keluarga

Responden kasus (penderita pneumonia) diketahui bahwa sebagian besar

responden kelompok kasus mempunyai anggota keluarga yang merokok yaitu

sebanyak 56 orang (82,4%). Sedang pada kelompok kontrol (bukan penderita

pneumonia), sebagian besar dari mereka tidak mempunyai anggota keluarga

yang merokok yaitu sebanyak 20 orang (29,4%).

5. Kebiasaan anggota keluarga membuka jendela

Faktor ini penting karena akan berpengaruh terhadap kondisi suhu maupun

kelembahan dalam rumah. Responden kasus (penderita pneumonia) diketahui

bahwa sebagian besar responden kelompok kasus tidak mempuyai kebiasaan

membuka jendela yaitu sebanyak 64 orang (94,1%). Sedang pada kelompok

kontrol (bukan penderita pneumonia), sebagian besar dari mereka mempunyai

kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang hari sebanyak 66 orang

(97,1%).

b. Agent

Page 10: Tugas Pneumonia

Penyebab pneumonia yang sebagian besar menyerang balita adalah

Streptococcus pneumonia, Hemophilus influenzae, Staphylococcus aureus.

c. Environment

Faktor lingkungan yang menimbulkan Pneumonia di kecamatan Kebumen

kabupaten Kebumen adalah sebagian besar balita yaitu sebanyak 59 balita

(86,8%) tinggal pada jenis rumah tidak permanen. Jenis lantai yang

digunakan oleh sebagian besar responden kasus (penderita pneumonia)

adalah sebagian tanah yaitu sebanyak 53 balita (77,9%). Untuk jenis

dinding yang digunakan oleh sebagian besar responden kasus (penderita

pneumonia) adalah tembok/pasangan yaitu sebanyak 56 (82,4%).

Sedangkan keberadaan letak dapur dengan rumah induk yaitu sebagian

besar responden kasus (penderita) mempunyai dapur yang jadi satu tanpa

pembatas . Dan untuk pengeluaran asap dapur

3.4 Identifikasi penyakit kusta berdasarkan Orang, Tempat, dan Waktu

a. Faktor Orang

1. Umur

Pneumonia pada golongan umur 0 – 28 hari berada di posisi ke

delapan (1,02%), golongan umur 28 hari - <1 tahun berada pada

posisi keenam (1,96%), golongan umur 1 – 4 tahun berada pada

posisi ke tujuh (1,56%).

2. Jumlah Kasus

Tahun 2005 terjadi peningkatan cakupan penemuan pneumonia

yaitu sebanyak 77,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2004 kasus pneumonia sebanyak 14,34%. Sedangkan

tahun 2006 pada 10 besar pola penyebab kematian balita tahun

2006, pneumonia menduduki peringkat ke enam dengan 20

kematian dari 232 kematian.

b. Faktor Tempat

Page 11: Tugas Pneumonia

Kejadian penyakit pneumonia yang menyerang balita terjadi di

Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen.

c. Faktor waktu

2004 2005

14.3

77.5

Grafik kasus Peneumoniapeningkatan kasus peneumonia (%)

Dari kurva diatas dapat dketahui bahwa pada tahun 2005 terjadi

peningkatan cakupan penemuan pneumonia 77,5% dibandingkan dengan

tahun 2004 yaitu sebesar 14,34%.

Page 12: Tugas Pneumonia

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Balita kasus penumonia menunjukkan bahwa lebih banyak tinggal di rumah

dengan kondisi fisik lebih buruk (jenis rumah, lantai rumah, dinding rumah,

volume udara ruang, keberadaan sekat dapur dan kepadatan hunian) dibanding

balita kelompok kontrol.

2. Sebagain besar ibu balita pada kelompok kasus mempunyai pengetahuan

kurang baik yaitu sebesar 86,8%. Sedang ibu balita pada kelompok kontrol

sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebesar (91,2%).

3. Ada tiga variabel yang menjadi faktor risiko dominan terhadap kejadian

penumonia pada balita, yaitu luas ventilasi dengan nilai OR = 33,008,

pengetahuan ibu dengan nilai OR = 31,295, dan jenis rumah dengan besar

risiko (OR) adalah 13,530.

4. Balita yang tinggal tinggal di rumah tidak permanen, ventilasi tidak

memenuhi syarat, dan ibunya mempunyai pegetahuan kurang baik memiliki

probabilitas menderita pneumonia sebesar 97,18%.

4.2 Saran

1. Perlu perbaikan komponen rumah yang mengarah pada peningkatan kualitas

kondisi rumah, dengan perbaikan jenis lantai (plester/keramik) dan dinding

yang terbuat dari pasangan batu bata sehingga menjadi rumah yang permanen.

2. Perlu peningkatan pengetahuan ibu-ibu yang mempunyai balita tentang

pengenalan tanda-tanda pneumonia, sehingga balita suspek pneumonia dapat

segera dicarikan pengobatan yang tepat.