tugas perancangan elektronika telekomunikasi
TRANSCRIPT
Tugas Perbaikan
PERANCANGAN ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI
Diajukan untuk memenuhi tugas perbaikan mata kuliah Perancangan Elektronika Telekomunikasi
Nama : Arfan Wiguna
NIM : 2211081027
PROGRAM STUDI S-1
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ELEKTRONIKA
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
TAHUN 2010/2011
OSILATOR
I. Pendahuluan
1. Pengertian Osilator
Osilator adalah suatu device yang dapat menghasilkan keluaran gelombang
sinusoidal. Osilator merupakan suatu rangkaian loop tertutup yang sinyal inputnya didapat
dari rangkaian itu sendiri dengan memanfaatkan umpan balik positif.
2. Cara kerja Oscilator
Seperti yang telah dituliskan di atas bahwa osilator itu dapat menghasilkan keluaran
gelombang sinusoidal yang inputnya merupakan suatu sinyal yang kecil kemudian diperkuat
oleh komponen aktif sehingga sinyal ini merupakan sinyal keluaran yang nanti digunakan,
sebagian dari sinyal ini kemudian diumpan balikkan ke input sehingga sinyal akan terus
kontinyu dan dapat menghasilkan keluaran gelombang sinusoidal yang dikehendaki. Salah
satu syarat yang harus dipenuhi agar osilator dapat bergetar sendiri adalah fasa yang tepat
antara sinyal keluaran dengan sinyal yang dumpan balikkan, juga penguatan yang tepat untuk
diumpan balikkan. Satu yang danggap penting bahwa osilator tidak menciptakan energi kaena
alasan demikian itu, tetapi osilator dapat bekerja karena adanya sumber tegangan, dan sumber
tegangan inilah yang digunakan untuk menghasilkan sinyal dengan mengubahnya dari catu
searah (DC) menjadi keluaran sinusoidal (AC).
3. Simpal dan Fasa
Seperti yang telah disebutkan bahwa syarat osilator dapat bergetar sendiri adalah
dengan memperhatikan penguatan umpanbalik dan fasa umpan balik yang tepat. Disini akan
dijelaskan secara umum.
Tegangan yang diperkuat adalah:
Vout = AVin
Tegangan ini menggerakkan rangkain umpan balik yang biasanya rangkaian resonansi,
rangkaian resonansi ini hanya akan memperkuat maksimum pada satu frekuensi resonansiya
saja. Lihat pada gambar 1, A merupakan penguatan rangkaian utama, sedangkan B
merupakan penguatan rangkaian umpan balik.
Syarat lain agar osilator dapat bergetar:
Vf = ABVin = 1
Sinyal yang akan diumpan balikkan harus sefasa dengan sinyal keluaran.
4. Tegangan Awal
Tegangan awal dari osilator adalah tegangan mula-mula bagi input dari osilator agar
dapat mulai diperkuat, diumpanbalikkan sehingga mulai bergetar, seperti dituliskan di atas
bahwa tidak ada input bagi osilator, lalu darimana tegangan ini muncul?
Setiap tahanan mengandung elektron bebas karena faktor suhu lingkungan, elektron
bebas ini bergerak secara acak dan menghasilkan sinyal derau pada tahanan, karena
keacakannya sinyal ini mempunyai frekuensi sampai 1000 GHz. Pada saat pertama kali
menyalakan osilator satu-satunya sinyal input bagi osilator adalah sinyal derau tadi yang
kemudian diperkuat dan diumpan balikkan berkali-kali. Penguatan dari AB ini akan melewati
satu untuk beberapa saat, tetapi otomatis akan menjadi turun menjadi satu.
5. AB turun menjadi Satu
Bati penguatan AB dapat turun menjadi menjadi satu dengan beberapa cara
diantaranya :
a. A yang turun, dalam hal ini sinyal diperbolehkan membesar sampai terjadi
pemotongan, ini dapat menurunkan bati penguatan di A sampai bati penguatan AB
dapat turun menjadi satu
b. B yang turun, dalam hal ini penguatan B turun sebelum terjadi pemotongan snyal,
B turun sampai AB menjadi satu
Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Mula-mula penguatan AB harus lebih besar dari satu pada frekuensi
resonansinya
- Setelah tingkat keluaran yang diinginkan dicapai, AB harus turun menjadi satu
dengan menurunkan A atau B sehingga penguatan AB menjadi satu.
6. Frekuensi resonansi
Frekuensi resonansi dari rangkaian umpan balik yang berupa resonantor LC dapat
dituliskan sebagai berikut:
ƒr≅1
2 π √ LC
II. Jenis-jenis Osilator
1. Osilator Jembatan-Wien
Osilator Jembatan-Wien adalah jenis osilator yang umum digunakan pada frekuensi
rendah sampai menengah antara 5 Hz sampai sekitar 1 MHz, osilator ini juga sering
digunakan pada pembangkit sinyal audio komersial.
Lead-Lag Network
osilator Jembatan-Wien menggunakan rangkaian umpan balik yang disebut jaringan
ketinggalan-mendahului (lead-lag network). Pada frekuensi yang amat rendah, kapasitor seri
dianggap terbuka bagi sinyal masuk dan tak ada sinyal keluar, pada saat frekuensi amat
tinggi, kapasitor paralel dianggap terhubung singkat, tak ada sinyal keluaran. Berdasarkan itu
maka osilator ini bertindak sebagai osilator pass-band, dimana sinyal keluaran mencapai
maksimum pada nilai tegangan keluaran tertentu, frekuensi ini disebut dengan frekuensi
resonansi (fr). Pada frekuensi resonansi ini pergesaran fasa mencapai nol, pada gambar dapat
dijelaskan karakteristik dari osilator Jembatan-Wien ini. Saat frekuensi amat rendah, sudut
fasa berharga positif dan rangkaian berlaku sebagai jaringan lead, sedangkan saat frekuensi
amat tinggi sudut fasa berharga negatif dan rangkaian berlaku sebagai jaringan lag. Frekuensi
resonansi dapat dituliskan sebagai:
ƒr≅1
2 π ƒr C
Cara Kerja Osilator Jembatan-Wien
Pada saat tegangan pertama kali di nyalakan, Noise Resistor pada jaringan Lead-Lag
merupakan input dari umpan balik positif yang kemudian diperkuat berulang kali sampai AB
lebih dari satu. Pada tahap ini jika tidak dilakukan penurunan AB menjadi satu, Osilator tidak
bekerja seperti diharapkan, fungsi lampu tungsten disini adalah untuk menurunkan AB
menjadi satu jika sinyal keluaran telah sampai pada level yang diharapkan. Lampu tungsten
merupakan lampu dengan filamen dari tugsten yang mempunyai resistansi R’ pada saat
dingin (suhu ruangan), pada saat lampu menerima tegangan oscilator yang levelnya
membengkak dengan AB lebih dari satu, lampu tungsten akan menjadi sedikit panas, dan ini
menaikkan resistansinya, sehingga umpan balik negatif menjadi besar dan menurunkan AB
menjadi = 1.
2. Osilator Twin-T
Dinamakan osilator Twin-T karena filter yang digunakan berbentuk huruf T. Osilator
Twin-T ini mempunyai karakteristik kebalikan dari Osilator Jembatan-Wien. Pada saat
frekuensi resonansinya tegangan jatuh menjadi nol.
Cara Kerja Osilator Twin-Twin-T
Umpan balik positif diambil dari pembagi tegangan R1 (lampu) dan R2 pada
masukan tak membalik (+), sedangkan umpan balik negatif diambil dari jaringan Twin-T.
Bila daya mula-mula dinyalakan, resistansi R1 masih berharga rendah sehingga umpan balik
positif berharga maksimum, pada saat osilasi membesar resistansi R1 naik sehingga
mengurangi umpan balik positif, pada saat umpan balik turun dan AB menjadi sama dengan 1
maka osilasi tetap konstan, tidak naik atau turun.
3. Osilator Pergeseran Fasa
Jaringan umpan balik dari Osilator ini dibuat dari tiga buah jaringan lead yang
masing-masing dapat menggeser fasa sebanyak 60o sehingga pergeseran fasa total mencapai
180o. Pergeseran fasa yang melalui loop rangkaian akan sama dengan 3600, ekuivalen dengan
00, bila pada frekuensi ini AB lebih besar dari satu, osilasi mulai terjadi. Rangkaian osilator
Pergeseran fasa yang lain menggunakan jaringan umpan balik yang lain yaitu jaringan lag.
Cara kerjanya sama dengan jaringan lead, hanya pada jaringan lag disini jaringan
menyumbangkan 1800 pada umpan balik, sehingga fasa total pada loop rangkaian juga tetap
sama dengan 3600 atau 00.
Cara kerja Osilator Pergeseran Fasa
Pada osilator pergeseran fasa tidak ditemuinya adanya penurun AB menjadi satu, hal
ini disebabkan oleh adanya rangkaian penggeser fasa menjadi 180o, bila fasa yang tergeser
180o itu dimasukkan ke umpan membalik (umpan balik negatif), maka ia akan mengunci
osilator untuk bekerja pada daerah penguatan AB=1, dengan demikian osilator akan bekerja
secara normal.
4. Osilator Colpitts
Osilator Colpitts digunakan untuk mengatasi kekurangan yang ada pada Osilator
Jembatan-Wien, dimana pada Osilator Jembatan-Wien frekuensi tiggi di atas 1 MHz tidak
dapat dihasilkan dengan sempurna karena pergeseran fasa yang melalui penguat. Osilator
Colpitts dapat mengatasi kekurangan ini dengan rangkaian jaringan LC, sehingga dapat
digunakan pada frekuensi dari 1 MHz sampai 500 MHz.
Disini digunakan komponen aktif transistor bipolar (atau dapat juga FET), karena Op-
Amp tidak dapat digunakan untuk frekuensi 500 MHz yang diluar jangkauan Op-Amp.
Dengan menggunakan rangkaian penguat dan jaringan LC, kita dapat mengumpan balikkan
suatu sinyal dengan amplitudo dan fasa yang tepat agar dapat mempertahankan osilasi.
Frekuensi resonansi dari rangkaian osilator Colpitts ini dapat dituliskan sebagai fungsi dari L
dan Colpitts sebagai:
ƒr≅1
2 π √ LC
Kondisi awal AB > 1
Atau
A > 1/B
Cara kerja Osilator Colpitts
Pada umpan balik yang ringan (harga B kecil), harga A hanya sedikit lebih besar dari
1/B, operasi transistor lebih mirip dengan operasi kelas A, jika mula-mula menghidupkan
daya maka osilasi mulai membesar dan sinyal akan semakin besar pada garis beban AC.
Dengan ayunan sinyal yang semakin besar ini, operasi transistor akan bergeser ke penguat
sinyal besar, jika demikian, bati tegangan akan sedikit menurun. Dengan demikian umpan
balik menjadi ringan dan AB dapat turun menjadi satu tanpa pemotongan sinyal yang
berlebihan. Pada umpan balik yang berat (Harga B besar), sinyal umpan balik yang besar
menggerakkan basis ke arah jenuh dan putus. Proses ini akan mengisi kapasitor C3, yang
mengakibatkan pemotongan DC negatif pada basis dan mengubah operasi transistor dari
kelas A ke kelas C. Pemotongan negatif ini otomasti menurunkan AB menjadi 1, bila umpan
balik terlalu berat kita dapat kehilangan sebagian daya akibat kehilangan daya-daya liar.
5. Osilator Amstrong
Sinyal umpan balik diambil dari belitan sekunder kecil ke basis. Pada transformator
terjadi pergeseran fasa sebesar 180o itu artinya fasa yang melingkari loop rangkaian itu sama
dengan nol, dengan kata lain umpan balik yang terjadi adalah positif. Bila efek pembebanan
diabaikan, bagian umpan balik adalah:
B ≈ M / L
dimana M adalah induktansi bersama dan L induktansi primer. Agar osilator Amstrong
bekerja, bati tegangan harus lebih besar dari 1/B.
Cara kerja Osilator Amstrong
Rangkaian Osilator Amstrong tak beda jauh dengan rangkaian Osilator Colpitts, satu-
satunya perbedaan osilator Amstrong ini terdapatnya transformator pembalik fasa 1800 dan
juga bertugas mempertahankan osilasi bekerja pada keadaan normal. Cara kerjanya sama
dengan cara kerja osilator Colpitts,
6. Osilator Hartley
Bila resonator LC mengalami resonansi, arus yang melingkar akan melalui L1 yang
dipasang seri dengan L2. Jadi harga L ekivalennya adalah L1+L2.
Pada osilator Hartley, tegangan umpan balik dikembangkan oleh pembagi tegangan
induktansi L1 dan L2. Karena tegangan yang muncul melintasi L1 dan tegangan umpan balik
melintas L2, maka bagian umpan baliknya adalah:
B ≈ L2 / L1
Osilasi dapat terjadi dengan bati tegangan lebih besar dari 1/B dengan mengabaikan
pembebanan oleh basis.
7. Osilator Clapp
Pembagi tegangan kapasitif menghasilkan sinyal umpan balik seperti sebelumnya.
Sebuah kapasitor tambahan C3 dipasang seri dengan induktor. Karena arus resonator
melingkar mengalir melalui C1, C2 dan C3 maka kapasitansi total untuk perhitungan frekuensi
resonansi adalah:
Pada Osilator Clapp, C3 jauh lebih kecil dari harga C1 dan C2. Akibatnya C hampir
sama dengan C3, frekuensi resonansi diberikan oleh:
ƒr≅1
2 π √ LC 3
Keunggulan dari osilator Clapp dibanding dengan Osilator Colpitts adaalah tidak
tergantunganya frekuensi osilator Clapp terhadap kapasitansi luar dan kapasitansi transistor,
dengan demikian frekuensi menjadi lebih stabil.
8. Osilator Crystal
Osilator kristal digunakan apabila membutuhkan osilator dengan frekuensi yang
sangat stabil dan kritis. Umumnya digunakan osilator kristal kuarsa. Kristal ekiuvalen dengan
suatu induktor besar yang paralel dengan sebuah kapasitor kecil, nilai induktansi Kristal
sedemikian besarnya, sehingga nilai-nilai kapasitansi liar dan kapasitansi transistor hampir
sama sekali tidak mempengaruhi frekuensi diri kristal.
Karakteristik kristal yang khas yang adalah adanya sifat Piezzo Electric, artinya
suatau kristal dapat bergetar dengan frekuensi tertentu apabila dilintasi tegangan ac padanya,
dan sebaliknya, bila dipaksa untuk bergetar maka ia akan mengeluarkan tegangan ac yang
sama. Sifat yang terakhir ini digunakan pada osilator. Pada penerapannya, kristal didapat dari
garam Rochelle atau Tourmaline. Garam tersebut diiris sedemikian rupa dengan amat sangat
tipis, tebal atau tipisnya irisan disesuaikan dengan kebutuhan frekuensi yang ingin
dihasilkannya, semakin tipis suatu irisan kristal, semakin besar frekuensi yang didapat. Irisan
ini kemudian di tempelkan diantara dua lempeng logam.
Cara kerja Osilator Kristal
Pembagi tegangan kapasitif menghasilkan tegangan umpan balik untuk basis
transistor. Kristal berlaku sebagai sebuah induktor yang beresonansi dengan C1 dan C2.
Frekuensi resonansi ini ada diantara harga-harga resonansi seri dan paralel.
Kristal dapat digambarkan sebagai rangkaian ekivalen berikut:
Resonansi yang terjadi pada kristal dapat dituliskan dengan dua keadaan yait
resonansi paralel dan resonansi seri.
Resonansi Paralel diberikan oleh:
ƒr≅1
2 π √ LC
Resonansi seri diberikan oleh:
ƒr≅1
2 π √ LC
Rangkaian yang disimulasikan yaitu rangkaian osilator colpitts
ANTENA
Pendahuluan
Antena adalah suatu piranti yang digunakan untuk merambatkan
dan menerima gelombang radio atau elektromagnetik. Pemancaran
merupakan satu proses perpindahan gelombang radio atau
elektromagnetik dari saluran transmisi ke ruang bebas melalui antena
pemancar. Sedangkan penerimaan adalah satu proses penerimaan
gelombang radio atau elektromagnetik dari ruang bebas melalui antena
penerima. Karena merupakan perangkat perantara antara saluran
transmisi dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai
(match) dengan saluran pencatunya.
Secara umum, antena dibedakan menjadi antenna isotropis,
antenna omnidirectional, antena directional, antena phase array,
antena optimal dan antena adaptif.
Antena isotropis (isotropic) merupakan sumber titik yang
memancarkan daya ke segala arah dengan intensitas yang sama, seperti
permukaan bola. Antena ini tidak ada dalam kenyataan dan hanya
digunakan sebagai dasar untuk merancang dan menganalisa struktur
antena yang lebih kompleks.
Antena omnidirectional adalah antena yang memancarkan daya
ke segala arah, dan bentuk pola radiasinya digambarkan seperti bentuk
donat (doughnut) dengan pusat berimpit. Antena ini ada dalam
kenyataan, dan dalam pengukuran sering digunakan sebagai pembanding
terhadap antena yang lebih kompleks. Contoh antena ini adalah antena
dipole setengah panjang gelombang.
Antena directional merupakan antena yang memancarkan daya
ke arah tertentu. Gain antena ini relatif lebih besar dari antena
omnidirectional. Contoh, suatu antena dengan gain 10 dBi (kadang-
kadang dinyatakan dengan “dBic” atau disingkat “dB” saja). Artinya
antena ini pada arah tertentu memancarkan daya 10 dB lebih besar
dibanding dengan antena isotropis. Ketiga jenis antena di atas merupakan
antena tunggal, dan bentuk pola radiasinya tidak dapat berubah tanpa
merubah fisik antena atau memutar secara mekanik dari fisik antena.
Selanjutnya adalah antena phase array, yang merupakan
gabungan atau konfigurasi array dari beberapa antana sederhana dan
menggabungkan sinyal yang menginduksi masing-masing antena tersebut
untuk membentuk pola radiasi tertentu pada keluaran array. Setiap
antena yang menyusun konfigurasi array disebut dengan elemen array.
Arah gain maksimum dari antena phase array dapat ditentukan dengan
pengaturan fase antar elemen-elemen array. Antena optimal merupakan
suatu antena dimana penguatan (gain) dan fase relatif setiap elemennya
diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan kinerja (performance) pada
keluaran yang seoptimal mungkin. Kinerja yang dimaksud kinerja antara
lain signal to interference ratio, SIR atau signal to interference plus noise
ratio, SINR. Optimasi kinerja dapat dilakukan dengan menghilangkan atau
meminimalkan penerimaan sinyal-sinyal tak dikehendaki (interferensi)
dan mengoptimalkan penerimaan sinyal yang dikehendaki. Antena adaptif
merupakan pengembangan dari antena antena phase array maupun
antena optimal, dimana arah gain maksimum dapat diatur sesuai dengan
gerakan dinamis (dinamic fashion) obyek yang dituju. Antena dilengkapi
dengan Digital Signal Proccessor (DSP), sehingga secara dinamis mampu
mendeteksi dan melecak berbagai macam tipe sinyal, meminimalkan
interferensi serta memaksimalkan penerimaan sinyal yang diinginkan.
Besaran-besaran Penting Pada Antena
Ada beberapa besaran penting sebagai karakteristik dari setiap
antena. Besaran ini menentukan dimana antena tersebut akan
diaplikasikan. Besaran-besaran penting dari setiap antena biasanya
ditentukan pada pengamatan medan jauh (far- field).
Teknik pengukuran besaran antena adalah proses mengukur
besaran besaran karakteristik dari antenna, seperti
Diagram Radiasi : sebagai besaran yang menentukan ke arah sudut
mana sebuah antena memancarkan energinya.
Direktivitas D : besaran yang menyatakan perbandingan antara
kerapatan daya maksimal dengan kerapatan rata-rata
Gain G : direktivitas dikurangi dengan kerugian pada antena. Pada
antena yang tak memiliki kerugian, G = D.
Polarisasi : menyatakan arah dan orientasi dari medan listrik dalam
perambatannya dari antenna pemancar.
Impedansi : impedansi masukan antena dilihat dari rangkaian
elektronika, penting untuk menghindari mismatching.
Bandwidth : lebar pita frekuensi, di interval ini performance antena
masih dianggap baik
RF AMPLIFIER
RF amplifier adalah jenis penguat elektronik digunakan untuk mengkonversi berdaya
rendah frekuensi radio sinyal menjadi sinyal yang lebih besar kekuatan yang penting,
biasanya untuk mengemudi sebuah antena pemancar . Hal ini biasanya dioptimalkan untuk
memiliki efisiensi tinggi, tinggi output Power (P1dB) kompresi , rugi laba atas input dan
output, baik keuntungan , dan pembuangan panas yang optimal.
Untuk membuat amplifier kita bisa mengunakan transistor atau juga IC OP Amp. Di
dalam op amp sebenarnya juga transistor yang sudah dalam bentuk rangkaian sehingga lebih
mudah digunakan.
Misal IC yang digunakan di penguat Op Amp 741 adalah sebuah komponen
elektronika monolitik penampilan tinggi yang menggunakan proses epitaksial fairchild
(Herman, 1992: 346). IC Op Amp 741 merupakan sebuah IC yang di dalamnya terkemas
sebuah rangkaian diferensial. Data sheet dari IC Op Amp 741 dapat dilihat di halaman
lampiran.
Suatu penguat dapat dipandang dari beberapa segi, yaitu menurut jangkauan
frekuensinya, cara operasinya, kegunaan dalam tujuan akhirnya, tipe bebannya, cara
menggandeng antar tahanan dan lain–lain. Klasisfikasi frekuensi mencakup penguat–penguat
dc (dari frekuensi nol), frekuensi audio (20 Hz sampai dengan 20 KHz), video atau pulsa
(setinggi beberapa Mega Hertz), frekuensi radio (beberapa Kilo Hertz sampai dengan ratusan
Kilo Hertz), dan frekuensi–ultra tinggi (ratusan atau ribuan Mega Hertz). Kedudukan operasi
tenang (quiescent point) serta luas daerah karakteristik yang digunakan bersama-sama
menetukan cara operasinya. Apakah transistor itu dioperasikan sebagai penguat kelas A,
kelas AB, kelas B atau kelas C ditentukan menurut definisi berikut ini.
Penguat kelas A adalah penguat yang bekerja dengan titik operasi dan sinyal masuk
yang sedemikian rupa hingga arus dalam rangkaian keluaran (dalam kolektor atau elektroda
kuras) mengalir terus menerus. Penguat kelas A pada pokoknya beroperasi dalam daerah
linier dari kurva karakteristiknya..
Penguat kelas B adalah penguat yang bekerja dengan titik operasinya terletak pada
ujung kurva karakteristik, sehingga daya operasi tenang (quescent power)-nya sangat kecil.
Jadi, dalam keadaan tersebut, arus atau tegangan operasi tenang hampir sama dengan nol.
Apabila tegangan sinyal merupakan bentuk sinus, maka penguatan yang terjadi hanya
berlangsung selama setengah siklus.
Penguat kelas AB adalah penguat yang beroperasi dalam daerah antara kedua keadaan
operasi pada daerah A dan B. Jadi sinyal keluarannya sama dengan nol selama waktu yang
tidak sampai setengah siklus dari sinyal masuk sinusida.
Penguat kelas C adalah penguat dengan titik operasinya dipilih sedemikian rupa
sehingga (tegangan) keluarannya sama dengan nol selama waktu yang lebih panjang dari
setengah siklus sinyal sinusida yang masuk. Pada penguat kelas B, transistor bekerja hanya
dalam daerah aktif selama setengah periode. Selama setengah periode lainnya transistor
tersebut tersumbat (cut off). Arus kolektor mengalir untuk 1800 dalam tiap transistor dari
rangkaian kelas B. Dengan operasi ini, titik Q terletak di titik putus pada garis beban ac.
Keuntungan dari operasi B adalah lebih kecilnya kehilangan daya transistor, daya beban dan
efisiensi tahapan yang lebih besar.
CONTOH BLOK DIAGRAM
input merupakan sumber suara yang masuk melui micropone. Sinyal suara akan di ubah oleh
mikrophone menjadil sinyal listrik. Sinyal listrik ini selanjutnya di proses (diperkuat sampai
200 x) oleh IC op amp.
Hasil penguatan selanjutny dimasukkan ke speaker dan kemudian oleh speaker di
ubah menjadi suara. Volume suara yang dikeluarkan speaker jauh lebih keras dibanding suara
yg dimasukkan pada microphone.
RF amplifier 144 MHz 30 Watt adalah penguat frekuensi tinggi, yang beroperasi pada
spektrum VHF. Tujuan laporan akhir ini adalah untuk meningkatkan jarak jangkau
komunikasi radio amatir FM dua meteran (HT). Rangkaian RF amplifier 144 MHz 30 Watt
dibentuk oleh dua blok rangkaian utama yaitu blok penguat dan blok matching impedansi.
Blok penguat berfungsi untuk menguatkan sinyal sedangkan untuk blok matching impedansi
berfungsi untuk menyesuaikan impedansi penguat dengan sistem lainnya untuk mendapatkan
penyaluran daya maksimum. Rangkaian RF amplifier144 MHz 30 Watt dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu driver dan final. Rangkaian driver merupakan rangkaian penguat
tingkat dua dari penguat RF. Penguat driver adalah salah satu Penguat yang mentransfer daya
input yang masuk dan menyalurkan ketingkat selanjutnya. Transistor yang digunakan pada
pada tingkat ini yaitu menggunakan transistor 2SC1971. Sedangkan rangkaian tingkat akhir
dari penguat yaitu rangkaian final dengan menggunakan transistor 2SC1946 dan
direncanakan mempunyai daya keluaran sebesar 30 Watt. Berdasarkan hasil pengukuran,
daya input yang dihasilkan oleh penguat RF sebesar 1 Watt sedangkan untuk daya output
yang dihasilkan sebesar 25,12 Watt serta mempunyai gain atau penguatan secara keseluruhan
sebesar 14 dB.
CONTOH KOMPONEN DALAM RANGKAIAN
GAMBAR RANGKAIAN
Keterangan;
IC1 = LM386
R1 = 5.6 K
R2 = 10 K (potensio)
R3 = 10 ohm
C1 = 0.1 uF (keramik)
C2,C3 = 10 uF
C4 = 100 uF
C5 = 0.047 uF (keramik)
FUNGSI
Fungsi amplifier adalah untuk memperkuat arus dan tegangan, sehingga dihasilkan arus
dantegangan output yang jauh lebih besar
Gunanya adalah untuk menguatkan signal yang sangat lemah dan untuk memudahkan
tuning receiver maka disini digunakan system front end Band Pass Filter serta menaikkan
amplitude dari sebuah sinyal RF.
IF AMPLIFIER
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal output yang dihasilkanTuner hingga
1.000 kali. Karena output tuner merupakan sinyal yang lemah dan sangat tergantung pada
jarak pemancar, posisi penerima, dan bentang alam. Rangkaian ini juga berguna untuk
membuang gelombang lain yang tidak dibutuhkan dan meredam interferensi pelayangan
gelombang pembawa suara yang mengganggu gambar.
Dalam penguat IF gambar, untuk mencegah sinyal-sinyal pengganggu yang tidak diperlukan,
dipergunakan dua buah penjebak(trap), yaitu penjebak pembawa suara kanal rendah yang
berdekatan,dan perangkap bembawa gambar kanal tinggi yang berdekatan, dan juga
pelayangan (beat) antar pembawa-pembawa itu, dihilangkan. Pada waktu menerima
gelombang TV warna interfrensi pelayangan dari pembawa suara dengan sub pembawa
warna merusak gambaryag dihasilkan. Untuk menghilangkan interfrensi pelayangan
pembawa suara, maka pembawa suara diredam sekitar 54dB dalam
Gambar 6-10 Hubungan antara karaktristik respon frekuensipenguat IF gambar dengan sinyal output
video detector.
Penguat IF gambar dan pula dalam detector video berikutnya. Maka penerima TV
warna berbeda dengan penerima TV hitam putih. Pembawa suara pada TV warna dikeluarkan
sebelum tingkat detektorvideo dan diberikan ke detektor IF suara yang dipasang terpisah
dengan detector video.
MIXER
Salah satu pemodifikasi frekuensi yang sering digunakan adalah mixer. Mixer banyak
digunakan dalam modulasi amplitudo. Suatu mixer ideal ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Rangkain Mixer
Jika inputnya adalah sinyal sinusoida, output mixer adalah penjumlahan dan
perbedaan frekuensi seperti di bawah ini:
Kalau frekuensi yang diinginkan hanya salah satu dari kedua frekuensi tersebut, sinyal
frekuensi yang tidak diinginkan dibuang dengan menggunakan filter.
Walaupun mixer ideal tidak bisa diwujudkan, tapi ada beberapa rangkaian yang bisa
digunakan sebagai pendekatan dari mixer ideal. Ada rangkaian mixer yang menghasilkan
penguatan dan disebut dengan aktif mixer. Sebaliknya mixer pasif menghasilkan rugi-rugi.
Mixer tipe switching
Dalam mixer tipe switching, satu atau lebih diode atau transistor digunakan sebagai
switch. Ketidak-linearan atau karakteristik switching diode sering digunakan untuk
pencampur (mix) frekuensi, terutama pada frekuensi tinggi.
Gambar 2 menggambarkan suatu contoh mixer tipe switching dengan menggunakan
diode. Jika center tap (CT) transformator adalah ideal, tegangan yang dihasilkan ditunjukkan
pada gambar 3.
Gambar 2. Mixer tipe switching dengan dua diode
Oscilator local (VL) mempunyai amplituda tegangan konstan. Fungsi switch (dioda)
dikendalikan oleh VL dengan VL >> Vi, sehingga:
Vo = Vi + VL VL > 0
Vo = Vi + VL VL < 0
Gambar 3. Rangkaian penyederhanaan mixer
Output terdiri atas sinyal osilator ditambah Vi dengan beda fasa 180o pada frekuensi osilator
local.
Tegangan keluaran Vo dapat ditulis sebagai:
Vo = VL + Vi*
Dimana Vi* = Vi P(t)
P(t) adalah fungsi gelombang persegi dengan frekuensi sama dengan frekuensi
osilator lokal ωL.
Gambar 4. Bentuk gelombang persegi
Gelombang persegi P(t) dapat dinyatakan sebagai sebuah deret fourier:
(2)
Sehingga
(3)
Jika VI adalah sinusoida
Vi = V sin ωit
Maka:
(4)
Karena Vo=VL+Vi*, maka keluaran mixer terdiri dari sinyal osilator ditambah
dengan sejumlah tak hingga sinyal yang dihasilkan oleh mixer. Frekuensi yang diinginkan
bisa dipisahkan dengan menggunakan filter.
Syarat yang harus dipenuhi adalah bahwa amplituda osilator jauh lebih besar dari
amplituda sinyal input dan tegangannya cukup besar untuk menswitch dioda. Jika hal ini
tidak terpenuhi akan muncul distorsi.
Kelemahan rangkaian mixer tersebut adalah bahwa pada keluaran muncul frekuensi
osilator yang banyak menimbulkan kesulitan jika frekuensi osilator lokal ωL jauh lebih besar
dari frekuensi input ωi. Sinyal yang diinginkan pada keluaran, ωL + ωi atau ωL - ωi akan
sulit dipisahkan karena mendekati ωL.
Untuk menghilangkan sinyal osilator lokal pada output mixer, maka digunakan rangkaian :
Gambar 5. Mixer 2 diode dengan sinyal osilator tidak muncul pada output
Yang ekivalen dengan:
Gambar 6. Penyederhanaan rangkaian gambar 5
Jika VL positif dan jauh lebih besar dibandingkan dengan Vi maka kedua dioda akan
terhubung/on, dan V0 = Vi . Jika sinyal osilator menjadi negatif maka dioda terbuka (off) dan
sinyal output V0 menjadi nol.
Secara umum persamaan untuk tegangan output adalah :
Vo=ViP(t)
Dimana :
P(t) = 1 VL > 0
P(t)= 0 VL ≤ 0
Dalam hal ini, P(t) adalah fungsi gelombang persegi dengan frekuensi sama dengan frekuensi
osilator lokal. Perbedaan dengan rangkaian sebelumnya adalah bahwa gelombang persegi
disini mempunyai nilai dc yang tidak nol.
Gambar 7. Gelombang output mixer pada gambar 5
Ekspresi dalam deret fourier untuk P(t) :
(5)
Jika Vi adalah gelombang sinus
Vi = V sin ωit
maka tegangan keluarannya:
(6)
Output mixer berbeda dengan dengan output mixer sebelumnya. Pada model ini,
output tidak mengandung sinyal osilator lokal, tapi mengandung komponen sinyal input ωi.
Rangkaian mixer double-balanced yang bisa digunakan dengan beban seimbang
ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 8. Mixer double-balanced
Prinsip kerja mixer adalah serupa dengan mixer pada gambar 5 dengan output adalah sama
persamaan (6).
FILTER AUDIO
Pengertian Filter
Filter adalah sebuah rangkaian yang dirancang agar mengalirkan suatu pita frekuensi
tertentu dan menghilangkan frekuensi yang berbeda dengan pita ini, atau
Filter adalah rangkaian yang dapat memilih frekuensi agar dapat mengalirkan frekuensi yang
diinginkan dan menahan (couple), atau membuang (by pass) frekuensI yang lain.
2. Macam-Macam Filter
2.a. Berdasarkan sifatnya, filter ada dua macam
a. Jaringan Filter Pasif
Jaringan Filter pasif hanyalah berisi tahanan, induktor, dan kapasitor saja.
b. Jaringan filter Aktif
Jaringan Filter aktif terdiri dari transistor atau op-amp ditambah tahanan,
induktor, atau kapasitor.
2. b. Berdasarkan jenisnya, filter ada 4 macam
a. Filter Low Pass
Filter Low Pass adalah sebuah rangkaian yang tegangan keluarannya tetap dari dc
naik sampai ke suatu frekuensi cut-off fc. Bersama naiknya frekuensi di atas fc, tegangan
keluarannya diperlemah (turun).
Filter Low Pass adalah jenis filter yang melewatkan frekuensi rendah serta
meredam/menahan frekuensi tinggi. Bentuk respon LPF seperti ditunjukkan gambar di bawah
ini.
Gambar respon LPF
Pita Lewat : Jangkauan frekuensi yang dipancarkan
Pita Stop : Jangkauan frekuensi yang diperlemah.
Frekuensi cutoff (fc) : disebut frekuensi 0.707, frekuensi 3-dB, frekuensi pojok, atau
frekuensi putus.
b.Filter High Pass
Filter High Pass memperlemah tegangan keluaran untuk semua frekuensi di bawah
frekuensi cutoff fc. Di atas fc, besarnya tegangan keluaran tetap. Garis penuh adalah kurva
idealnya, sedangkan kurva putus-putus menunjukkan bagaimana filter-filter high pass yang
praktis menyimpang dari ideal.
Pengertian lain dari High Pass Filter yaitu jenis filter yang melewatkan frekuensi tinggi serta
meredam/menahan frekuensi rendah. Bentuk respon HPF seperti ditunjukkan gambar di
bawah ini.
c. Filter Band Pass
Filter Band Pass hanya melewatkan sebuah pita frekuensi saja seraya memperlemah
semua frekuensi di luar pita itu. Pengertian lain dari Band Pass Filter adalah filter yang
melewatkan suatu range frekuensi. Dalam perancangannya diperhitungkan nilai Q(faktor
mutu).
Dengan Q = faktor mutu fo = frekuensi cutoff
B = lebar pita frekuensi
Gambar Band Pass Filter seperti berikut ini :
d. Filter Band Elimination
Filter Band Elimination yaitu filter band elimination menolak pita frekuensi tertentu
seraya melewatkan semua frekuensi diluar pita itu.Bisa juga disebut Band Reject merupakan
kebalikan dari Band Pass, yaitu merupakan filter yang menolak suatu range frekuensi. Sama
seperti bandpass filter, band reject juga memperhitungkan faktor mutu.
PLL (Phase Locked Loop).
Suatu sistem yang memungkinkan suatu sinyal tertentu mengendalikan frekuensi
sebuah osilator dalam sebuah Lingkar yang terkunci. Frekuensi osilator dapat sama besar atau
kelipatannya dari frekuensi sinyal tersebut (selanjutnya disebut frekuensi-referensi). Kalau
frekuensi sinyal berasal dari sebuah osilator kristal maka frekuensi yang lainnya dapat
dijabarkan mempunyai stabilitas yang sama dengan frekuensi kristal. Inilah yang dijadikan
dasar dari pesintesis frekuensi atau Frequency Synthesizer.
Kalau frekuensi-referensi mempunyai nilai yang berubah-ubah maka frekuensi
“osilator lingkar” akan mengikuti perubahan tersebut. Prinsip ini digunakan dalam
demodulator FM (Frequency Modulation), FSK (Frequency Shift Keying) dan Tracking
Filter.
Prinsip diatas lebih dikenal dengan istilah PLL (Phase Locked Loop) dan telah diketahui
sejak tahun 1923 tetapi sedikit sekali digunakan sampai akhir 1960. Bagian-bagian dari PLL
terdiri dari :
Fixed Osilator sebagai frekuensi-referensi yang biasanya dibangun menggunakan
kristal kuarsa untuk menjamin kestabilannya
VCO (Voltage Control Oscillator) merupakan osilator yang frekuensi keluarannya
terkendali tegangan
LPF (Low Pass Filter). Pada dasarnya bagian ini mengubah ayunan tegangan yang
begitu cepat dari Phase Detektor menjadi tegangan dc terkendali fasa
LPF-Amplifier. Bagian ini memperkuat keluaran LPF yang masih sangat lemah
sampai ke taraf beberapa volt dc hingga mampu mengendalikan VCO
n-Devider atau “pembagi n kali”. Bagian ini yang membagi frekuensi keluaran yang
dikehendaki dari VCO supaya sama dengan frekuensi-referensi
Phase Detector. Bagian ini bekerja dengan membandingkan nilai frekuensi referensi
dengan frekuensi dari n-Devider. Keluaran akan 0 volt jika terjadi kedua frekuensi
sama dan bernilai taraf dc tertentu jika kedua frekuensi tersebut tidak sama
Berikut contoh Blok Diagram Aplikatif sebuah PLL Klasik yang bekerja pada FM-II 100-
MHz :
Bila dilihat dari fungsi masing-masing bagian diatas dapat digambarkan bahwa
frekuensi yang berada dalam “lingkar” tersebut sangatlah stabil menyamai kestabilan
frekuensi referensi dari osilator kristal. Yang paling menentukan dari kualitas sebuah PLL
adalah Respone Time dari LPF dan Devider dan lebar bidang kerja dari VCO pada taraf
tegangan yang mengendalikannya.
Perancangan dari nilai komponen pembangun LPF sangat menentukan terhadap
keluaran PLL (VCO) secara langsung. Ketidak tepatan akan menyebabkan Locking Time
berlangsung cukup lama dan ini merupakan indikasi unjuk kerja PLL yang kurang baik.
Disamping juga bisa menyebabkan terjadinya side-tone yang cukup mengganggu karena akan
ikut terbawa bersama gelombang pemodulasi pada penerapan FM.
Devider biasanya diawali dengan sebuah pre-scaller karena kebanyakan n-devider
tidak mampu bekerja pada pita FM-II. Dengan demikian akan ada beberapa tahap devider
sebelum sampai pada Phase Detector dan ini dapat diatasi dengan pemakaian IC TTL karena
kecepatan kerjanya tidak diragukan lagi.
Pada jenis PLL tertentu penentuan frekuensi keluaran yang dikehendaki digunakan
dua cara yaitu melalui n-devider dan perubahan pada frekuensi referensi. Perubahan pada
frekuensi referensi tidak bisa sebebas n-devider mengingat Q-factory yang sangat tinggi dari
kristal kuarsa yang hanya memungkinkan pergeseran selebar 2% dari frekuensi fundamental-
nya. Cara ini biasa dan umum diterapkan pada AM-SSB Transceiver dengan memasang
Variable Capasitor secara serial dengan kristal untuk melakukan Fine-Tuning.
Pemakaian kristal kuarsa sebagai osilator sudah sejak lama dipakai mengingat Q-
factory yang mencapai lebih dari 3000 dan kestabilannya yang mengagumkan. Sebagai
gambaran apabila digunakan jam/arloji yang sumber detaknya terbuat dari kristal kuarsa
maka untuk terlambat atau lebih cepat 1 detik dibutuhkan waktu 300 tahun
KESIMPULAN
a. Osilator merupakan suatu rangkaian loop tertutup yang sinyal inputnya didapat dari
rangkaian itu sendiri dengan memanfaatkan umpan balik positif.
b. Antena adalah suatu piranti yang digunakan untuk merambatkan
dan menerima gelombang radio atau elektromagnetik.
c. RF amplifier adalah jenis penguat elektronik digunakan untuk mengkonversi berdaya
rendah frekuensi radio sinyal menjadi sinyal yang lebih besar kekuatan yang penting,
biasanya untuk mengemudi sebuah antena pemancar .
d. Rangkaian IF frequency berfungsi sebagai penguat sinyal output yang
dihasilkanTuner hingga 1.000 kali. Karena output tuner merupakan sinyal yang lemah
dan sangat tergantung pada jarak pemancar, posisi penerima, dan bentang alam.
e. Mixer salah satu pemodifikasi frekuensi yang banyak digunakan dalam modulasi
amplitudo.
f. Filter adalah rangkaian yang dapat memilih frekuensi agar dapat mengalirkan
frekuensi yang diinginkan dan menahan (couple), atau membuang (by pass) frekuensi
yang lain.
g. PLL adalah jika frekuensi-referensi mempunyai nilai yang berubah-ubah maka
frekuensi “osilator lingkar” akan mengikuti perubahan tersebut.