perancangan museum teknologi telekomunikasi dengan
TRANSCRIPT
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur No.14 | Vol. V
ISSN: Oktober 2020
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 1
Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan
Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota
Baru Parahyangan
Muhammad Aldi Maulana
Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa
Barat yang sering dijadikan sebagai kota destinasi masyarakat Indonesia untuk melakukan berbagai
kegiatan. Dalam kegiatan itu sendiri Kota Bandung termasuk kota yang banyak akan peninggalan-
peninggalan sejarah, baik itu dalam pembentukan suatu kota maupun benda – benda peninggalan yang
fungsi bangunannya museum. Peran di Kota Bandung ini kurang diminati oleh masyarakat, karena
masyarakat untuk saat ini berfikir museum adalah tempat destinasi dengan pilihan terakhir. Dengan
melihat fenomena yang terjadi pada saat ini tidak sedikit masyarakat Indonesia yang kurang akan
kesadaran dan kepedulian terhadap museum karena museum pada saat ini belum memiliki daya tarik
yang menjadikan museum sebagai destinasi utama untuk dikunjungi dalam waktu senggang atau masa
libur. Mengusung konsep “Semiotika” diharapkan dapat mempresentasikan bangunan museum sebagai
tempat peninggalan sejarah khususnya Telekomunikasi, dengan merancang dengan sebuah makna yang
menggandung unsur-unsur telekomunikasi, kemudian diaplikasikan kedalam sebuah bangunan. Dilihat
dari gaya bangunan dan fungsi bangunan keduanya sama-sama patut dilestarikan dan diperkenalkan
pada masyarakat agar bisa mengenal dan memahami bahwa Indonesia memiliki banyak peninggalan
sejarah yang menarik khususnya pada telekomunikasi.
Kata kunci : Arsitektur Postmodern, Museum Telekomunikasi, Semiotika.
ABSTRACT
Bandung is one of the cities in Indonesia which has the status of the capital city of West Java Province
which is often used as a destination city for Indonesians to carry out various activities. In the activity
itself, the city of Bandung is one of the cities with many historical heritages, both in the formation of a
city and heritage objects whose function is a museum building. The role of the city of Bandung is less
attractive to the public, because people currently think that museums are the last choice destination. By
looking at the current phenomenon, there are many Indonesians who lack awareness and concern for
museums because museums do not currently have the charm that makes museums the main destination
to visit in their spare time or on holidays. Carrying the concept of "Semiotics" is expected to present the
museum building as a place of historical heritage, especially telecommunications, by designing with a
meaning that contains elements of telecommunications, then applied to a building. Judging from the
style of the building and the function of the building, both of them should be preserved and introduced
to the public in order to know and understand that Indonesia has many interesting historical heritages,
especially in telecommunications.
Keywords: Postmodern Architecture, Museum of Telecommunication, Semiotic.
Muhammad Aldi Maulana
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 2
1. PENDAHULUAN
Melihat dari pergerakan era suatu berkembangnya zaman, kebiasaan dalam pola hidup ikut berubah.
Yang dimana perkembangan ini meliputi berbagai bidang aktivitas, banyak orang lebih berpikir untuk
menghabiskan pengeluarannya dan aktivitas berupa produk gaya hidup, rekreasi, kesehatan, dan
kebugaran. Salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan berpengetahuan dalam asal usul dan sejarah
dalam bidang teknologi diharapkan dapat mempertunjukkan dan melakukan perlindungan yang baik
terhadap ‘benda-benda’ peninggalan yang bersifat berkembangnya suatu teknologi terutama dalam
Telekomunikasi, sehingga benda dan alat-alat teknologi yang muncul memiliki suatu identitas asal
mulanya hingga perkembangan selanjutnya.
Dilihat dalam area Kota Bandung, sebuah kota yang negaranya di Indonesia memiliki status sebagai
Kota yang berada di posisi Provinsi Jawa Barat, terutama sebuah proyek yang bersekala yang berada di
Kota Baru Prahyanagn akan menjadikan penampung dari segala fasilitas dan fungsi perkotaan, dengan
luas 1.250 Ha yang dimana pembangunan secara fisik dimulai pada tahun 2000.
Museum dapat menjadi sarana pengetahuan umum yang berfungsi sebagai pusat konservasi, sekaligus
informasi yang dapat membantu mengenai bentuk bentuk hasil asal usul perkembangan suatu teknologi.
Museum juga mempunyai sifat universal, sehingga dapat diakses oleh berbagai kalangan ditinjau dari
berbagai aspek baik usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
Bangunan Sarana yang bersifat Edukatif berbasis Teknologi yang akan dibangun ini memiliki aspek-
aspek yang sangat mempengaruhi proses perencanaan bangunan, yaitu aspek dari arsitektur, dengan
mengikuti perkembangan jaman namun tetap seirama dengan bangunan lokal diharapkan gaya arsitektur
dapat diterima oleh masyarakat masa kini dan menjadi tempat yang berhasil menarik pengunjung untuk
datang [1]. Aspek yang kedua adalah iklim lokasi tempat bangunan didirikan, bangunan yang akan
dirancang harus memperhatikan iklim setempat agar dapat beradaptasi dengan lingkungan dan dapat
meminimalisir penggunaan energi yang berlebihan. Penggunaan identitas lokal sangat dianjurkan untuk
bangunan baru agar melestarikan kebudayaan lokal dan sekaligus sebagai identitas bangunan yang kuat
terhadap daerah tempat bangunan ini dibangun [1]. Lokasi pembangunan berada di Jalan Raya
Parahyangan. Seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Tapak Sumber : http://www.earth.google.com/ diakses; 22 juni 2019, diolah
Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota
Baru Parahyangan
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 3
2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN
2.1 Metode Pendekatan Perancangan
Metode pendekatan perancangan yang digunakan dalam perancangan Tec-Communicatedv atau
museum teknologi telekomunikasi ini adalah metode five steps design process yakni tahap identifikasi
masalah tentang museum yang mencakup tujuan, lingkup proyek, dan penentuan permasalahan, tahap
persiapan dengan mengumpulkan data, tahap pengajuan proposal tentang cara pemecahan sederhana
terhadap desain dari hasil analisis kedalam suatu konsep rancangan, tahap evaluasi berupa diskusi dari
hasil pengajuan konsep rancangan dan pengajuan alternatif desain, dan tahap pengembangan konsep
rancangan yang dituangkan kedalam desain bangunan museum telekomunikasi.
2.2 Identifikasi Lokasi
Lokasi site pembangunan berada di kawasan Bandung Barat, Jalan Parahyangan Raya, dimana lokasi
memiliki lingkungan yang cukup padat kendaraan, yang mana memiliki akses masuk dan keluarnya kota
Baru Parahyangan dengan melewati jalan tol Padalarang, dan juga area pada tapak tidak padat akan
lingkungan penduduk melaikan area pada tapak berdekatan dengan Museum Puspa IPTEK Sundial.
Dengan lokasi yang memiliki potensi sebagai peruntukan lahan, sudah sesuai dengan ketentuan regulasi
yang sudah di tetapkan oleh pemerintah daerah. Hal ini dapat memberikan keuntungan dalam aspek
aksesibilitas dan aspek komersil pada bangunan Museum.
Praturan mentri pekerjaan umum Nomor : 29/PRT/M/2006, Tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam pedoman peraturan persyaratan,
di antaranya KDB, KLB, KDH dan GSB. Pembangunan yang berada di Jalan Raya Parahyangan ini
memiliki maksimal 40 % dengan posisi jalan Arteri, Kolektor mapun local, maksimal KLB pada lokasi
tapak yaitu 1 dengan KDH minimum sebesar 30 %, yang diamana memiliki garis sepadan bangunan
(GSB) setengah dari Jalan Raya Parahyangan yaitu 12 m². Dalam tapak pembangunan juga ada beberapa
titik yang fungsi bangunannya sebagai komersil dan hunian [2]. Seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Tata Guna Lahan Disekitar Sumber : http://www.earth.google.com/; diakses 22 juni 2019, diolah
Lokasi tapak pada pembangunan museum telekomunikasi ini berada pada Jalan Panyawangan, yang
dimana lokasi jalur keluar masuknya Kota Baru Parahyangan. Area tersebut berada dipusat komersial
dan fasilitas penunjang lainnya, yang dimana berada di pusat Kota Baru Parahyangan. Dengan proses
perkembangan dan kenaikan pertumbuhan penduduk, area komersial di Kota Baru Parahyanagan akan
menjadikan pusat prekonomian untuk memajukan kota mandiri. Fasilitas yang berada di Kota Baru
Parahyangan Memiliki fasilitas pendidikan, hotel, rekreasi, perbelanjaan, fasilitas umum dan sosial [3].
KOMERSIL
Muhammad Aldi Maulana
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 4
2.1 Elaborasi Tema
Tema yang diterapkan dalam perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi ini adalah Semiotika
Arsitektur Postmodern. Prinsip yang diterapkan oleh Charles Jenck bahwa dalam arsitektur postmodern
memiliki suatu metode pengembangan semiotika yaitu dengan menjadikan suatu petanda dan makna
dari fungsi Museum Telekomunikasi [4].
Arsitektur postmodern ini, dikembangkan oleh tokoh yang bernama Charles Jencks, dimana bentuk
semiotik yang berkaitan langsung dengan suatu makna dan maksud dari berbagai hal baik itu dalam
bentukan dan gaya dari sebuah desain. Sehingga pengaplikasiannya bahwa makna tersebut diungkapkan
berupa bentuk, ritme, warna tekstur, dan sebagainya yang dinamakan suprasegmen arsitektural dari
berbagai komponen arsitektural [5]. Dengan menerapkan suatu desain Semiotika Arsitektur Postmodern
dapat mengemukakan suatu bangunan yang bersifat fungsional dalam halnya fungsi dari suatu identitas
bangunan, dan menggambarkan bangunan yang modern dapat membuat suatu bangunan memiliki umur
yang panjang (bentukan dan material yang bersifat modern) [5]. Seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Elaborasi Tema
Elaborasi
Teama
Museum Semiotika Arsitektur Postmodern
Mean
Museum adalah lembaga, tempat
penyimpanan, perawatan,
pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil budaya
manusia serta alam dan
lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian
kekayaan budaya bangsa.
Secara visual arsitektur ini dilihat
bagaikan atau seperti bercerita
makna dan maksud baik dari segi harmoni, karakter, dan kesatuan,
atau karena wujud dan strukturnya
berasal dari pembentukan pertanda dan berpadu dengan
fungsi bangunan.
Adalah prinsip desain dengan menekankan seni dalam
arsitektur yang modern dimana
termasuk interpretasi skeptic terhadap budaya, sejarah,
ekonomi dengan dekonstruksi
dan pasca-struktualisme.
Problem
Perawatan benda – benda koleksi
yang bersejarah dengan baik dengan
menjadikan suatu bangunan yang
edukasi terhadap masyarakat.
Suatu ruang dalam yang menjadi
objek untuk di olah, mengikuti
bentukan dari pola bentuk
bangunan ruang luar dmana desain
fisik bangunan harus memiliki suatu makna atau cerita dari
sejarah museum itu sendiri.
Dalam pembangunan suatu zona
tidak adanya mengembangkan
suatu ide dalam bentukan desain
yang modern secara iconic terhadap postmodern.
Fact
Tidak adanya barang lama yang di produksi kembali dan pencarian akan
barang-barang langka sangat sulit,
sehingga pengguna atau suatu organisasi berkaitan dengan
prasejarah tidak dapat menikmati.
Semiotika ini salah satu yang dikembangkan oleh Charles
Jhenks yang dimana sebagai
Postmodern. Konsep ini merupakan pendekatan desain
yang bermaksud aliran
Historicism dengan suatu cerita dan iconic yang diterapkan pada
bangunan.
Semakin meningkatkan potensi
perkembangan era modern
desain bangunan dikawasan sekitar.
Need
Semakin berkembangnya zaman,
suatu benda selalu berkembang
dengan pesat sehingga adanya tempat
menyimpan dan memamerkan benda
yang sudah dahulu digunakan. Untuk digunakan edukasi baik itu dalam
bentuk benda maupun sejarah.
Membutuhkan desain sarana
rekreasi yang memiliki desain
ruang dalam yang efektif & edukasi serta memiliki desain
fasad yang memberikan kesan
arsitektur masa kini .
Desain bangunan yang mampu
meminimalisir dampak kerugian
yang besar terhadap alam dan
lingkuangan / ciri khas kawasan sekitar.
Goal
Menciptakan sarana edukasi berupa
museum yang baik dengan fasilitas –
fasilitas yang mendukung akan peminat dari pengguna museum. Dan
dijadikan suatu bangunan edukasi
yang dapat memperluas ilmu pengetahuan umum.
Menerapkan Semiotika Arsitektur
dengan menghadirkan suatu makna dari pola pengembangan
yang memiliki makna dari fungsi
bangunan bersejarah, dan menerapkan rancangan bangunan
baik itu dalam atau luar bangunan secara berkesinambungan
Memberikan pemahaman pada
masyarakat tentang perkembangan zaman yang
makin cangggih dengan
bentukan dan desain efektif terhadap lingkungan sekitar,
sehingga bangunan masih layak untuk yang akan datang.
Concept MENERAPKAN SEMIOTIKA ARSITEKTUR POSTMODERN PADA MUSEUM TELEKOMUNIKASI
Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota
Baru Parahyangan
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 5
3. HASIL RANCANGAN
3.1 Konsep Zoning Pada Sirkulasi Tapak
Secara garis besar, tapak dibagi menjadi 3 zona utama yaitu zona publik, zona private, dan zona servis.
Ketiga zona ini ditempatkan berdasarkan kondisi dan situasi yang ada di sekitar tapak. Zona publik
merupakan zona lantai dasar bangunan utama yang dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya, zona
private merupakan area ruang kerja bagi pengelola, yang dimana dapat diakses dari pintu samping
bangunan Museum Telekomunikasi, sedangkan zona servis ditempatkan berada di bagian belakang
tapak agar tidak menggangu lingkungan pada bangunan utama dan sekitarnya. Seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Pembagian Zona dan Sirkulasi Dalam Tapak
3.2 Konsep Zoning Dalam Bangunan
Konsep zoning tapak yang bersifat makro, ada juga zoning mikro yang meliputi setiap lantai
bangunan yang dijadikan sebagai ruangan. Terdapat tiga zona bangunan yang di bagi
berdasarkan jenis pelaku dengan kegiatan, yaitu zona pengguna publik, Service dan Privat.
Pengelompokan zona ini dibedakan dengan keterangan warna yang berbeda – beda tiap jenis
zonanya. Zona publik ditandai dengan warna biru, zona service di tandai dengan wana kuning
dan zona privat di tandai dengan warna merah.
Pada bangunan museum teknologi telekomunikasi ini di rancangan memiliki dua lantai dan satu
semi basement. Lantai dasar dan lantai satu di peruntukan sebagai area public sebagai mana
berfungsi sebagai museum telekomunikasi, kemudia pada lantai dasar terdapat ruang privat area
pengelola serta pada lantai semi basement terdapat ruang utilitas dan parkir mobil dan motor. Seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Pembagian Zona Dalam Bangunan
PUBLIC
SERVICE
Muhammad Aldi Maulana
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 6
Pada bangunan Museum Telekomunikasi terdapat dua massa bangunan, dimana bangunan massa
pertama didominasi dengan ruang pamer berbagai macam jenis teknologi telekomunikasi baik itu berupa
bendanya, papan sejarah dan dilengkapi miniatur yang berhubungan dengan telekomunikasi, studio
replica siaran, serta dilengkapi dengan ruang perpustakaan. Kemudian pada bangunan massa kedua
dijadikan area edukasi terbuka yang dilengkapi dengan Studio 2D, dilengkapi dengan coffe shop dan
kantin serta ruang pengelola Museum Telekomunikasi.
3.3 Konsep Gubahan Masa
Berdasarkan penjelasan per-bentukan masa bangunan memiliki suatu makna dan petanda dari ketiga
bentuk tersebut, bangunan yang fungsinya telepon genggam yang memiliki dua fungsi dimna fungsi
pertama sebagai suatu pendengar dari penyampaian pesan atau informasi sedang kan fungsi keduanya
penyampaikan suatu pesan atau informasi dengan pengaplikasian pada bangunan bahwa fungsi pertama
sebagai ruang pamer dan fungsi ke dua sebagai tempat diskusi bagi pengguna museum. Seperti pada
Gambar 5.
Massa awal memiliki bentuk
kubus dengan peletakan kiri dan
kanan, dan di tengah berbentuk
lingkaran.
Awal bentukan kubus
bertransformasi sebagai respon
terhadap akhir dari bentukan
bangunan.
Dari awal bentukan
memposisikan dengn arah
yang dapat menyesuaikan
bentuk dan kontur lahan.
Transformasi pada bangunan di
mulai pada lantai semi basement.
Transformasi pada lantai dasar
dengan memiliki bentuk dasar
yang memiliki ruang lebih
besar.
Transformasi pada lantai
kedua dengan memiliki
bentuk dasar sama. Dan
memiliki penghubung.
Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota
Baru Parahyangan
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 7
Gambar 5. Gubahan Masa
3.4 Fasad Bangunan
Desain fasad pada bangunan museum telekomunikasi juga berkaitan dengan analisa tapak, dimana fasad
bangunan mengarah Utara sebagaiman hasil dari analisa tapak terkait orientasi matahari terhadap lokasi
tapak. Dengan menyesuaikan tema “Semiotika Arsitektur Postmodern” yang memiliki makna dari suatu
fasad yaitu sepeti adanya suara yang memiliki gelombang. Seperti pada Gambar 6.
Gambar 6. Desain dan Fasad Bangunan
Mengarah pada Tenggara lebih dominan dengan dinding Metal Cladding dan fasad bergelombang,
dengan meminimalkan kaca pada bangunan, dikarenakan pada siang hari dan sore hari pada lokasi tapak
tidak adanya terdapat bangunan tinggi dan pepohonan tinggi yang dimana lokasi tapak secara langsung
terpapar sinar matahari secara langsung, dengan menambahkan Shadding Device dan Dinding Cladding
matahari pada siang dan sore hari dapat di tahan oleh fasad bangunan. Seperti pada Gambar 7.
Gambar 7. Desain Fasad Bangunan
Penambahan atap bangunan
dengan bentang lebar berbentuk
lingkaran pada massa bangunan
satu.
Pada lingkaran di tengah
diantara 2 bentukan
transformasi, membentuk
lubang yang melebar
penglihatan
Merancang dalam pemilihan
warna dan shading device
pada fasad bangunan juga
dapat memaksimalkan cahaya
alami dari bukaan.
TAMAPAK BARAT LAUT TAMAPAK TENGGARA
Muhammad Aldi Maulana
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 8
Kemudian pada fasad bangunan tampak samping barat daya, masih konsisten dengan penambahan pada
dinding bangunan dengan Metal Cladding¸ fasad yang bergelombang, dan penambahan fasad seperti
garis yang menghubungkan jaringan dengan secara tidak stabil dengan menambahkan lampu led pada
garisan tersebut. Sehingga hubungan pada bangunan massa satu dan massa dua, memiliki tingkat
perbedaan baik itu secara fungsi maupun secara bentukan bangunan.
3.5 Interior Bangunan
Pada massa pintu masuk utama bangunan musem teknologi telekomunikasi, terdapat pintu putar yang
mengarahkan pengunjung masuk ke dalam bangunan setealah membeli tiket. Dengan bermaterial
alumunium dan kaca pengguna dapat melihat dari luar ke dalam bangunan dengan pemandangan patung
tokoh penemu telekomunikasi.
Kemudian pada pintu masuk utama bangunan museum teknologi telekomunikasi disambut dengan
berbagai tokoh penemuan telekomunikasi dengan bentuk pantung, kemudian dilengkapi dengan sejarah
awal mulanya penemuan pada tokoh tersebut. Seperti pada Gambar 8.
Gambar 8. Interior Bangunan Pintu Masuk dan Hall/Ruang Penerima
Ada beberapa benda yang disediakan pada bangunan museum teknologi telekomunikasi yang berada
pada tengah bangunan, dimana benda tersebut terdapat tower, parabola serta alat – alat atau perangkat
dari telekomunikasi yang disajikan dengan bentuk miniatur. Dengan suasana yang menampilkan barang
yang memiliki identitas sebagai telekomunikasi, pengguna dapat menambah wawasan bahwa ada urutan
alat – alat yang digunakan dalam proses menyajiakan suatu telekomunikasi. Seperti pada Gambar 9.
Gambar 9. Interior Bangunan Museum Telekomunikasi
Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota
Baru Parahyangan
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 9
Penyajian material interior yang di gunakan pada bangunan museum teknologi telekomunikasi ini
menggabungkan antara materil batu, materil kayu, dan material karpet. Dimana pada material batu ini
digunakan pada dinding dan tiang pondasi bangunan, material kayu ini digunakan sebagai panggung
yang dijadikan pajangan alat – alat telekomunikasi, serta pada bagian material karpet disajikan sebagai
lantai bangunan agar adanya perbedaan antara setiap ruangan yang berfungsi sebagai ruang pamer
berbeda.
3.6 Exterior Bangunan
Pada exterior bangunan museum teknologi telekomunikasi memiliki dua massa bangunan yang
dihubungkan dengan jalan yang berbentuk bundaran, dimana pada bundaran ini dijadikan sebagai area
plaza atau titik kumpul. Dengan bangunan yang menghadap ke arah tenggara yang berhadapan dengan
Jalan Parahyangan Raya. Dengan dilengkapi beberapa vegetasi yang dipilih dapat mereduksi
kebisingan, debu dan asap yang bertebaran, dikarenakan pada jalan Prahyangan Raya cukup pada akan
kendaraan. Seperti pada Gambar 10.
Gambar 10. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi
Pada samping bangunan museum teknologi telekomunikasi juga terdapat beberapa view yang
menyegarkan mata, seperti air pancuran dan beberapa jenis tanaman perdu yang memiliki beberapa
warna, serta pengguna bangunan dapat melihat area sekitar dengan segar dan nyaman, dengan
pemandangan area yang terbuka. Rancangan pada tapak merancang area dengan terbuka agar aktivitas
bagi pengguna dapat terasa lebih leluasa sehingga pengguna tidak adanya rasa tekanan jika
menggunakan fasilitas museum teknologi telekomunikasi ini. Seperti pada Gambar 11.
Gambar 11. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi
Muhammad Aldi Maulana
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 10
Bangunan museum ini juga merancang pejalan kaki dengan beberapa area yang membuat pengguna
dapat memiliki semangat untuk mengitari bangunan sekitar, pada site terdapat beberapa lorong yang
mengarahkan pengguna ke pintu masuk museum teknologi telekomunikasi. Dengan material kombinasi
besi dan polycarbonat pengguna museum dapat leluasa meilihat pemandangan di sekitar. Seperti pada
Gambar 12.
Gambar 12. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi
Pada bangunan museum telekomunikasi ini juga di manjakan dengan peneduh yang bermaterialkan
polycarbonate, sehingga pengunjung dapat berteduh jika terjadinya hujan dan juga dapat melihat secara
leluasa. Pada area site pembangunan museum telekomunikasi terdapat kontur yang curam, sehingga
perancangan pada tapak merancangan beberapa taman area sekitar dengan dilengkapi tangga yang
menurun. Pada area ini juga memiliki fungsi yang dimana sebagai penampung air hujan, air hujan yang
turun akan di tamping kemudian di salurkan ke resorvoar bawah, sehingga adanya penambahan air
bersih yang digunakan sebgai penyiraman tanaman. Seperti pada Gambar 13.
Gambar 13. Exterior Bangunan Museum Telekomunikasi
.
Perancangan Museum Teknologi Telekomunikasi dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Postmodern di Kota
Baru Parahyangan
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 11
3.7 Rancangan Struktur
Sistem struktur yang digunakan dalam rancangan bangunan museum telekomunikasi yaitu rangka kaku
(rigit frame system). Dimana struktur kerangka kaku yang terdiri atas komposisi antara kolom-kolom
dan balok-balok. Kolom sebagai unsur vertical berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju ke
tanah, sedangkan balok adalah unsur horizontal yang berfungsi sebagai pemegang media pembagian
beban dan gaya kolom. Kedua unsur ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.
Pada pemilihan struktur pondasi, bangunan telekomunikasi ini menggunakan pondasi tiang pancang,
yang dimana pile cape memiliki diameter 150 cm x 150 cm, kemudian tiang-tiang pile cape memiliki
empat sisi yang satu tiangnya memiliki dimensi jari-jari 30 cm, dimana tiang pancang ini di pasang
hingga kedalaman tanah keras.
Struktur rangka pada bangunan museum telekomunikasi ini memiliki strktur kolom 45 cm x 80 cm dan
kolom strktur lingkaran yang memiliki jari-jari 50 cm, dengan hitungan yang memiliki bentang lebar
terpanjang dan tinggi bangunan. Pada balok induk bangunan ini memiliki dimensi 45 cm x 80 cm,
sedangkan untuk balok anak memiliki dimensi 35 cm x 50 cm, dengan plat lantai beton yang memiliki
ketebalan 12 cm dan 15 cm.
Kemudian pada struktur atap bangunan ini menggunakan cruved truss system, dimana material yang
digunakan sebagai kuda-kuda atap ini yaitu bei hollow 10 inc sedangkan untuk rangka pada sistem ini
menggunakan material besi pipa yang memiliki dimensi 5 inc, dan dibantu dengan besi reng 3 ø. Seperti
pada Gambar 14.
Gambar 14. Aksonometri Struktur
4. KESIMPULAN
Museum Tec-Communicated atau teknologi telekomunikasi yang berlokasi pada jalan Raya
Parahyangan di Kota Baru Prahyangan ini, mengangkat tema dengan suatu makna atau petanda
(Semiotic) dari fungsi bangunan telekomunikasi lewat prinsip desain Postmodern yang di kembangkan
Muhammad Aldi Maulana
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 12
oleh Charles Jenks. Area kawasan Jalan Raya Parahyangan yang dimana memiliki jalur akses pintu
masuk tol dikenal area yang cukup padat dengan kendaraan, tidak hanya itu kawasan Jalan Raya
Parahyangan ini juga dijadikan area aktivitas masyarakat sebagai tempat berolahraga dan meningkatan
kebugaran sehingga dapat membangun ruang terbuka yang bias di akses, serta Jalan Raya Parahyangan
ini juga berdekatan dengan Museum Puspa IPTEK Sundial yang dimana punya kesamaan fungsi yang
akan di bangun sebagai Museum teknologi telekomunikasi, dengan itu juga membuka fasilitas yang
menjadikan warga sekitar menambah wawasan dengan menghadirkan beberapa jenis teknologi yang
mampu berkembang dari zaman dahulu hingga sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Zoest, Aart van., (1978). “Semiotika, Pemakaiannya, Isinya, dan Apa Yang Dikerjakan Denganya
(terjemah)”. Bandung, Unpad.
[2] Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor : 29/PRT/M/2006, Tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung.[Diakses 22 juni 2020].
[3] Draft Rancangan Peraturan Pasal 11 Undang – Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
[Diakses 26 juni 2020]
[4] Dharma, Agus., (2010). “Semiotika Dalam Arsitektur”. Yogyakarta, Gunadarma.
[5] Broadbent, Geoffrey., (1980). “Sign, Symbols, and Architecture”. New York, John willey & sons.