tugas paper mekanisme kimia anorganik fix
TRANSCRIPT
TUGAS PAPER MEKANISME REAKSI ANORGANIK
REAKSI SENYAWA KOMPLEKS KOORDINASI
MEKANISME ASSOSIATIF DAN DISSOSIATIF
Dibuat oleh
Andhika Supono (0906530365)
David Chandra (0906530491)
Krisna Dwi Wardhana (0906530693)
Lucky Arifandi (0906530705)
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2012
KATA PENGANTAR
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 1
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper
mekanisme reaksi anorganik
Paper dengan judul Reaksi Senyawa Kompleks Koordinasi Mekanisme
Asosiatif dan Dissosiatif ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
mekanisme reaksi anorganik, selain itu juga untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai mekanisme reksi senyawa kompleks. Hal-hal yang
terdapat dalam paper ini meliputi definisi, mekanisme, dan penentuan tipe
mekanisme assosiatif dan dissosiatif
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr.rer.nat
Agustino Zulys, M.Sc yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada
kami, sehingga kami memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai
mekanisme reaksi anorganik
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan, seperti peribahasa mengatakan “Tak Ada Gading yang Tak
Retak” yang artinya tidak ada sesuatu pun yang sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar lebih baik untuk masa
yang akan datang.
Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai mekanisme reaksi anorganik.
. Tim Penulis,
Juni, 2012
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................ 1
Daftar Isi.................................................................................................... 2
1. Klasifikasi Mekanisme Susbtitusi...................................................... 3
1.1 Mekanisme Assosiatif................................................................ 3
1.2 Mekanisme Interchange............................................................. 4
1.3 Mekanisme Dissosiatif............................................................... 5
2. Substitusi Pada Kompleks Oktahedral............................................. 6
2.1 Mekanisme D............................................................................. 6
2.2 Mekanisme Interchange............................................................. 8
Interchange dissosiatif............................................................... 8
Interchange assosiatif................................................................. 8
2.3 Mekanisme A............................................................................. 9
3. Substitusi Pada Kompleks Square-Planar....................................... 10
4. Menentukan Tipe Mekanisme........................................................... 11
4.1 Efek Gugus Masuk dan Gugus Pergi......................................... 11
4.2 Efek Ligand Spektator................................................................ 13
Efek Sterik................................................................................... 13
Efek Elektronik........................................................................... 13
4.3 Efek Muatan............................................................................... 14
4.4 Parameter Aktivasi..................................................................... 14
4.5 Efek Logam................................................................................ 15
KESIMPULAN......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 17
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 3
1. Klasifikasi Mekanisme Substitusi
Penggunaan reaksi substitusi merujuk pada istilah SN1 dan SN2 dalam
kimia organik. Mekanisme reaksi substitusi nukleofilik adalah urutan langkah-
langkah dasar bagaimana reaksi berlangsung dan diklasifikasikan sebagai
assosiatif, dissosiatif, dan interchange. Mekanisme assosiatif dibedakan dari
mekanisme pertukaran dengan menunjukkan bahwa intermediate memiliki waktu
yg relatif lama. Dalam mekanisme reaksi substitusi ligand pada kompleks
koordinasi, berdasarkan mekanisme stoikiometrik, dapat dibagi menjadi tiga
kelompok
1.1 Mekanisme Asosiatif
Bila laju substitusi ligand kompleks bergantung pada ligand, Y, yang
berkoordinasi dengan logam pusat dan tidak sensitif pada ligand yang keluar, X,
reaksinya mengikuti mekanisme asosiatif yang meningkatkan bilangan koordinasi.
Reaksi substitusi semacam ini sering diamati pada kompleks Pt(II) planar tetra-
koordinat, dan spesi senyawa antaranya adalah kompleks penta-koordinat
bipiramidal segitiga. Reaksinya akan berorde satu pada baik kompleks tetra-
koordinatnya maupun pada Y, dan secara keseluruhan orde kedua. Karena reaksi
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 4
ini disertai dengan reduksi spesi molekular dalam tahap antara, pengukuran
termodinamik reaksi mengindikasikan entropi aktivasi, ∆S, -nya bernilai negatif.
Spesi senyawa antara dalam kasus mekanisme asosiatif heksa-koordinat adalah
kompleks hepta-koordinat.
Gugus masuk berikatan dengan M sebelum terjadi pelemahan ikatan M-X terjadi.
Jika terjadi perubahan laju reaksi dan terbentuk kompleks baru, maka reaksi merupakan susbtitusi assosiatif
Keadaan Transisi: Bilangan koordinasi M bertambah 1
Notasi Mekanisme: A.
Sebuah contoh yang spesifik adalah pertukaran 14 CN- dengan ligand dalam
kompleks square planar [Ni(CN)4]2-
Langkah pertama adalah koordinasi ligand 14 CN- ke kompleks
[Ni(CN)4]2- + 14 CN- [Ni(CN)4(14 CN)3-
Kemudian terjadi pelepasan ligand CN-
[Ni(CN)4(14 CN)3- [Ni(CN)4(14 CN)2- + CN-
1.2 Mekanisme Interchange
Dalam kasus mekanisme Ia, dapat dikatakan bahwa ikatan dari ligand
datang mulai terbentuk sebelum gugus pergi mulai putus. Dalam mekanisme Id,
dapat dikatakan bahwa eksistensi ikatan logam-ligand mulai memanjang atau
melemah sebelum ligand datang tiba. Pertukaran (interchange) "murni" sudah
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 5
akan melemahkan ikatan ligand pergi-logam pada saat yang sama pembentukan
ikatan ligand datang-logam. Pada mekanisme interchange ini tidak
memungkinkan untuk mengisolasi intermediatenya, selain itu juga memiliki nilai
∆S = 0
1.3 Mekanisme Dissosiatif
Reaksi substitusi yang sangat sensitif pada identitas ligand yang keluar, X,
dan praktis tidak sensitif pada identitas ligand yang masuk, mengikuti mekanisme
dissosiatif dengan penurunan bilangan koordinasi di spesi senyawa antaranya.
Mekanisme ini sering dijumpai dalam kompleks heksa-koordinat, dan senyawa
antaranya adalah kompleks penta-koordinat yang terbentuk dengan eliminasi X.
Karena eliminasi diikuti dengan peningkatan spesi molecular dalam tahap
senyawa antaranya, aktivasi entropinya, ∆S, bernilai positif.
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 6
Ikatan M-X putus sebelum gugus yang datang Y berikatan.
Bilangan koordinasi M berkurang satu
Notasi mekanisme : D yang berhubungan notasi SN1 pada pusat karbon.
Misalnya, penggantian heksakarboniltungsten oleh phospine terjadi oleh
disosiasi CO dari kompleks
W(CO)6 W(CO)5 + CO
W(CO)5 + PPh3 W(CO)5 + CO
2. Substitusi Pada Kompleks Oktahedral
Energi stabilisasi untuk oktahedral akan berbeda dengan yang lainnya. Jika
CFSE lebih rendah daripada CFSE bentuk yang lain, maka molekul tersebut
berbentuk inert/stabil, sulit untuk mengalami dissosiatif ataupun assosiatif.
2.1 Mekanisme D
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 7
Dalam mekanisme dissosiatif terdapat dua tahap elementer yaitu:
Dalam step (1), kompleks LnMX menerima cukup energi untuk memutuskan sempurna ikatan M-X :
‘
Intermediate koordinasi-5 L5M berada cukup lama untuk dapat dideteksi
Step (2), intermediate L5M bereaksi dengan Y (note : Y sering berupa pelarut bila dapat mengkoordinasi dalam keadaan berlebih)
Variabel kinetika yang berpengaruh terhadap laju kinetikanya
d [ ML5]dt
=k1 [ ML5 X ]−k1 ' ¿
Dalam keadaan steady state: d [ ML5]
dt=0
Sehingga [ ML5 ]=k1 [ ML5 X ]
k 1' [ X ]+k 2 [ Y ]
d [ ML5]dt
=k2 ¿
k2 > k1 sehingga reaksi 2 lebih cepat
Karena k2 [Y] >> k1’ [X] maka k1
’ [X] dapat diabaikan sehingga
d [ ML5]dt
=k1 [ ML5 X ]
Reaksi dissosiatif hanya bergantung pada [ML5X], bila ligandnya diganti
maka kecepatan substitusi dissosiatif berbeda-beda, tergantung ikatan antara
ligand X atom pusat. Jika ligandnya ligand medan kuat, kecepatan reaksi akan
meningkat
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 8
2.2 Mekanisme Interchange
Interchange dissosiatif
Saat ikatan M-X mulai putus, M mulai membentuk ikatan dengan Y.
Gugus masuk Y harus berada dalam daerah disekitar kompleks L5MX bila ikatan
M-X mulai putus. Jadi, sebelum terjadi substitusi, Y harus masuk 'outer sphere'
L5MX,
Ligands X dan Y bertukar dalam langkah penentu laju reaksi (rds)
Sebelum X meninggalkan secara sempurna outer sphere dari L5MY,
Catatan: tidak seperti pada mekanisme D, intermediate koordinasi-5 dapat diramalkan.
Interchange assosiatif
Mekanisme Ia sangat mirip dengan mekanisme Id diatas . Perbedaan
keduanya adalah dalam letak/kedudukan keadaan transisi koordinat-7 dalam
langkah penentu laju reaksi (rds):
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 9
Dalam kasus Id, ikatan M-X sangat sensitif terhadap pendekatan Y dan mulai
melemah bila Y relatif cukup jauh. Karena pemutusan ikatan lebih penting dari
pembentukan ikatan, maka energi aktifasi ditentukan oleh tingkat besarnya
kekuatan ikatan M-X. Limitnya, ikatan M-X putus bila Y absen intermediate
koordinat-5 yang asli dibentuk dan mekanismenya menjadi D.
Dalam kasus Ia, M-X tidak dipengaruhi hingga Y mendekat ke M. Karena
pembentukan ikatan lebih penting dibandingkan pemutusan ikatan, maka ini
menentukan energy aktifasi Limitnya, ikatan M-Y dibentuk sebelum ikatan M-X
melemah. Intermediate koordinat-7 dibentuk dan mekanisme menjadi A
2.3 Mekanisme A
Step (1) melibatkan pembentukan intermediate koordinasi-7 yang ada
cukup lama untuk dideteksi.Laju penentu reaksi dan energi aktivasi ditentukan
oleh pembentukan ikatan gugus masuk dan menuruti steric crowding sekitar M.
‘
Step (2), Produk kemudian dibentuk dengan memutus ikatan intermediate M-X
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 10
d [ ML5 XY ]dt
=k1 [ ML5 X ] [Y ]−k1 ' [ ML5 XY ]−k2 [ML5 XY ]
Dalam keadaan steady state: d [ ML5 XY ]
dt=0
[ ML5 XY ]=k1 [ ML5 X ] [Y ]
k1' +k 2
d [ ML5 XY ]dt
=k2 [ ML5 XY ]
¿k2 k1 [ML5 X ] [ Y ]
k1' +k2
3. Substitusi Pada Kompleks Square-Planar
Bagi kompleks square-planar, masalah mekanisme ternyata lebih langsung
dan karena itu dapat dipahami lebih baik. Dalam kompleks tetra koordinasi lebih
memungkinkan mekanisme yang terjadi adalah asosiatif. Umumnya logam-logam:
Ni2+, Pd2+, Pt2+, Rh (I), In (I)
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 11
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan substitusi antara lain,
gugus datang, gugus pergi, sifat ligand lain dalam kompleks, dan efek logam
pusat. Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian
ligan melalui efek trans. Reaksi pergantian ligan ini terjadi dalam kompleks
oktahedral dan square-planar. Ligan-ligan yang menyebabkan gugus yang
letaknya trans terhadapnya bersifat labil, dikatakan mempunyai efek trans yang
kuat.
Dalam kompleks tetrakoordinat bujur sangkar khususnya platina (II), ligan
yang berorientasi trans pada ligan yang keluar (X) menentukan laju substitusi
(efek trans). Laju substitusi meningkat dengan peningkatan kemampuan akseptor
π atau donor σ ligan trans.
4. Menentukan Tipe Mekanisme
4.1 Efek gugus masuk dan pergi
Laju reaksi berproses melalui mekanisme dissosiatif sensitif terhadap
kuat ikatan M-X. Reaksi substitusi:
Adalah reaksi aquasi atau hydrolysis asam dimana ligand disubstitusi oleh air.
Dengan melakukan variasi ligand X-, efeknya terhadap konstanta laju dapat
ditentukan. Tabel berikut menunjukkan beberapa hasil eksperimen.
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 12
X- Konstanta laju/s-1 pada 298 K
NO3- 2,4 .10
-5
I- 8,3 . 10
-6
Cl- 1,8 . 10
-6
F- 8,6 . 10
-8
N3- 2,1 . 10
-9
NCS-
3,7 .10-10
(sunber: M.L. Tobe, Adv. Inorg. Bioinorg. Mech, 1984, 2, 1)
Laju reaksi bervariasi dengan besaran 5 order yang menunjukkan bahwa kuat
ikatan Co-X adalah hal yang sangat menentukan dalam besarnya energi
aktivasi dalam rds.
Kontrasnya, laju substitusi dissosiatif diharapkan menjadi insensitif
dengan prilaku/pembawaaan gugus masuk Y.
Reaksi substitusi:
Reaksi di atas merupakan contoh reaksi anasi (anation) dimana air digantikan
oleh anion. Dengan melakukan variasi ligand Y-, efeknya terhadap konstanta
laju dapat ditentukan. Tabel berikut ini menunjukkan hasil eksperimen;
Y- Konstanta Laju / s-1 pd 318 K
N3-
1,0 .10-4
Cl-
2,1 . 10-5
NCS-
1,6 . 10-5
(sumber: R.G.Wilkins, 'The Study of Kinetics and Mechanism of Reactions of
Transition Metal Complexes',Allyn and Bacon, Boston, 1974)
Sensitifitas terhadap gugus pergi jauh lebih kecil dibandingkan
dengan gugus masuk. Dua set data tersebut memperkuat pendapat bahwa
reaksi substitusi pada octahedral Co 3+ berproses melalui jejak dissosiatif.
Kemungkinan juga steric crowding yang ada dalam keadaan transisi
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 13
koordinasi–7 terlalu besar untuk kation Co3+ yang relatif kecil. Nampaknya
ini menjadi kasus pada hampir semua kation logam transisi 3d.
4.2 Efek Ligand Spektator
Efek Sterik
Mekanisme dissosiatif, dalam keadaan transisi bilangan koordinasi
akan berkurang. Bila ligand L dalam Kompleks L5MX besar, maka steric
crowding berkurang dan laju reaksinya meningkat. Mekanisme assosiatif,
dalam keadaan transisi bilangan koordinasi bertambah, sehingga ligand L
yang besar akan memperlambat laju reaksi.
Data berikut ini menunjukkan efek ukuran Ligand spectator pada aquasi
[Co(N—N)2Cl2]+ (N—N adalah ligand bidentate):
N—N Konstanta laju / s-1 pada 298 K
NH2CH2CH2NH2 3.2 ´ 10-5
NH2CH2CH(CH3)NH2 6.2 ´ 10-5
NH2CH(CH3)CH(CH3)NH2 1.5 ´ 10-4
NH2CH2C(CH3)2NH2 2.2 ´ 10-4
NH2 C(CH3)2C(CH3)2NH2 Reaksi segera/immediate reaction
(sumber: R.G. Pearson, C.R. Boston and F. Basolo, J. Am. Chem. Soc., 1953,
75, 3089)
Efek Elektronik
Keadaan Transisi koordinasi-5 dalam mekanisme dissosiatif dapat
distabilkan bila ligand yang teringgal/sisa dapat lebih menyumbangkan
density elektron nya ke logam.
Pada Gambar berikut ini: keadaan ini memungkinkan bila terdapat gugus
donor- p cis terhadap gugus pergi, tetapi tidak mungkin bila berada pada
posisi trans:
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 14
Berikut ini data experimen aquasi [Co(en)2LCl]2+, yang jelas menunjukkan
adanya peningkatan laju yang besar bila L adalah donor-p yang berlokasi cis
terhadap gugus pergi Cl- :
L- Konstanta laju / s-1 pada 298 K
OH- 1.2 ´ 10-2 (cis), 1.6 ´ 10-3 (trans)Cl- 2.4 ´ 10-4 (cis), 3.5 ´ 10-5 (trans)
CN- 6.2 ´ 10-7 (cis), 8.2 ´ 10-5 (trans)
Note: Ligand CN- adalah p-acceptor sehingga memberikan efek kebalikannya.
Data konsisten dengan jejak dissosiatif
4.3 Efek Muatan
Karena gugus masuk adalah nukleofil, maka muatan positif yang
lebih besar atau muatan negatif yang lebih rendah pada kompleks akan
meningkatkan substitusi assosiatif. Muatan positif yang lebih tinggi pada
logam akan memperkuat ikatan M-X dan tidak menyukai dissosiasi.
4.4 Parameter Aktivasi
Pengukuran laju pada berbagai tekanan, memungkinkan volume
acitivation, DV‡, dapat ditentukan. Volume acitivation, DV‡, adalah perubahan
volume antara reaktan dan keadaan transisi.
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 15
Bila gugus datang dan gugus pergi tak-bermuatan, secara sederhana dapat
dihubungkan dengan tipe mekanisme rute dissosiatif. Dalam keadaan
transisi, kompleks reaktan pecah menjadi dua fragmen sehingga
volumenya bertambah: DV‡ > 0.
Dalam rute assosiatif, kompleks reaktan dan gugus masuk menyatu dalam
keadaan transisi, sehingga volumenya berkurang, DV‡ < 0.
Bila spesinya bermuatan, perubahan volume karena adanya solvasi harus
dipertimbangkan dan hasilnya lebih rumit/complicated untuk diinterpretasi.
4.5 Efek Logam
Tingginya muatan Logam akan mengurangi laju mekanisme
dissosiatif.
Logam yang kecil mengurangi laju mekanisme assosiatif.
Tabel berikut adalah ringkasan hasil percobaan untuk kompleks oktahedral :
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 16
A atau Ia keduanya D atau Id
TI3+,V2+,V3+,
Mo3+, Cd2+
Cr3+, Mn2+, Fe3+, Co2+,
Ru2+, Ru3+, Rh3+, Ir3+
Mg2+, Al3+, Fe2+, Co3+,
Ni2+, Ni3+, Cu2+, Zn2+
KESIMPULAN
1. Mekanisme reaksi substitusi nukleofilik adalah urutan langkah-langkah dasar
bagaimana reaksi berlangsung dan diklasifikasikan sebagai assosiatif,
dissosiatif, dan interchange.
2. Pada mekanisme assosiatif, gugus masuk berikatan dengan M sebelum terjadi
pelemahan ikatan M-X terjadi, bilangan koordinasi, bertambah terjadi
perubahan laju reaksi dan terbentuk kompleks baru, ∆S-nya bernilai negatif.
3. Pada mekanisme interchange memungkinkan untuk mengisolasi
intermediatenya, selain itu juga memiliki nilai ∆S = 0.
4. Pada mekanisme dissosiatif ikatan M-X putus sebelum gugus yang datang Y
berikatan, bilangan koordinasi M berkurang satu, ∆S-nya bernilai positif.
5. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan substitusi antara lain,
gugus datang, gugus pergi, sifat ligand lain dalam kompleks, dan efek logam
pusat.
6. Penentuan tipe mekanisme dapat dilihat dari beberapa orientasi, yaitu: Efek
gugus datang dan gugus pergi, efek ligand spektator, efek muatan, parameter
aktivasi, dan efek logam pusat.
7.
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 17
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, Peter et.al. 2006. Shriver & Atkins Inorganic Chemistry. Oxford: Oxford
University Press.
Housecroft, Catherine. 2007. Inorganic Chemistry 3rd ed. Prentice Hall
KBI Anorganik. Reaksi Senyawa Kompleks Koordinasi. Depok: Departemen
Kimia FMIPA-UI
Pilkington, M. Lecture 12 Octahedral Substitution Reaction
www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia.../reaksi-kompleks/ diakses pada
tanggal 03 Juni 2012 pukul 20:45
Mekanisme Assosiatif dan Dissosiatif Page 18