tugas pak barda 10 soal

9
1. SOAL NO 1 Apakah “pembaharuan hk. pidana” identik dengan “pembaharuan KUHP”? Pembaharuan hukum pidana tidak identik dengan pembaharuan KUHP, karena pembaharuan hukum pidana lebih bersifat komprehensif/menyeluruh, bukan sekedar mengganti KUHP atau mengganti pasal-pasal yang ada dalam KUHP. Pembaharuan hukum pidana mencakup pembaharuan dalam bidang struktur, kultur dan materi hukum. Sedangkan pembaharuan KUHP hanya berorientasi pada pokok pembaharuan materi hukum pidana saja. Jika ditinjau dari segi ilmu hukum pidana, pembaharuan KUHP dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, pembaharuan dengan cara parsial, yakni dengan cara mengganti bagian demi bagian dari kodifikasi hukum pidana. Kedua, pembaharuan dengan cara universal yaitu total atau menyeluruh, yaitu pembaharuan dengan mengganti total kodifikasi hukum pidana. 2. SOAL NO 4 Upaya melakukan pembaharuan KUHP secara total pada hakikatnya termasuk bagian dari suatu kebijakan (“policy”). Bagian dari kebijakan apa saja? Makna pembaharuan KUHP secara hakikatnya berkaitan erat dengan latar belakang dan urgensi diadakannya pembaharuan hukum pidana itu sendiri. Latar belakang dan urgensi diadakannya pembaharuan hukum pidana dapat

Upload: happy-muthia

Post on 02-Jan-2016

184 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

kejaksaan

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pak Barda 10 Soal

1. SOAL NO 1

Apakah “pembaharuan hk. pidana” identik dengan “pembaharuan KUHP”?

Pembaharuan hukum pidana tidak identik dengan pembaharuan KUHP, karena

pembaharuan hukum pidana lebih bersifat komprehensif/menyeluruh, bukan

sekedar mengganti KUHP atau mengganti pasal-pasal yang ada dalam KUHP.

Pembaharuan hukum pidana mencakup pembaharuan dalam bidang struktur,

kultur dan materi hukum. Sedangkan pembaharuan KUHP hanya berorientasi

pada pokok pembaharuan materi hukum pidana saja. Jika ditinjau dari segi ilmu

hukum pidana, pembaharuan KUHP dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,

pembaharuan dengan cara parsial, yakni dengan cara mengganti bagian demi

bagian dari kodifikasi hukum pidana. Kedua, pembaharuan dengan cara universal

yaitu total atau menyeluruh, yaitu pembaharuan dengan mengganti total kodifikasi

hukum pidana.

2. SOAL NO 4

Upaya melakukan pembaharuan KUHP secara total pada hakikatnya

termasuk bagian dari suatu kebijakan (“policy”). Bagian dari kebijakan apa

saja?

Makna pembaharuan KUHP secara hakikatnya berkaitan erat dengan latar

belakang dan urgensi diadakannya pembaharuan hukum pidana itu sendiri. Latar

belakang dan urgensi diadakannya pembaharuan hukum pidana dapat dilihat dari

aspek sosiopolitik, sosiofilosofis, sosiokultural dan menjadi bagian dari aspek

kebijakan sosial, kebijakan kriminal dan kebijakan penegakan hukum.

3. SOAL NO 10

Jelaskan beberapa sistem/pendekatan dalam perumusan lamanya sanksi

pidana atau penentuan “bobot delik”?

a. Sistem atau pendekatan absolut atau indefinite

b. Sistem atau pendekatan Relati. Dalam sistem ini, bahwa setiap tinda pidana

tidak ditetapkan bobot atau kualitasnya (maksimum pidana) secara sendiri-

sendiri. Akaan tetapi kualitasnya direlatifkan, yaitu dengan menggunakan

penggolongan tindak pidana dalam beberapa tingkatan dan sekaigus

Page 2: Tugas Pak Barda 10 Soal

menetapkan maksimum pidana untuk tiap kelompok tindak pidana itu.

Pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan Imaginatif. Sistem ini menurut

Howard terlihat dalam Model Penal Code yang dirancang oleh The America

Law Institute dan disarankan pula oleh The Canada Law Reform Commission.

Walaupun dengan idenya yang berbeda, sistem dapat mengatasi, kesulitan,

sebagaimana yang telah diketahui diatas, sistem ini juga memiliki beberapa

kelemahan

1) Dengan dianutnya sistem maksimum, akan membawa konsekuensi

yang cukup sulit dalam menetapkan maksimum khusus untuk tiap-

tiap tindak pidana.

2) Dalam setiap proses kriminalisasi setiap pembentuk Undang-undang

selalu dihadapkan pada masalah pemberian bobot dengan menetapkan

kualifikasi ancaman pidana maksimumnya.

3) Dalam menetapkan maksimum pidana untuk menunjukan tingkat

keseriusan atau kualitas dari tindak pidana, bukanlah pekerjaan yang

mudah dan sederhana

4) Maka, untuk mengatasi semua itu, diperlukan pengetahuan yang cukup

mengenai urutan tingkat atau gradasi nilai dari norma-norma sentral

masyarakat dan kepentingan hukum yang akan dilindungi.

4. SOAL N0 18

Kapankah dikatakan ada “penal reform” menurut S. Rupert Cross?

Bagaimana implementasi pendapat S. Rupert Cross itu dalam kebijakan

legislatif?

Sirr Rupert Cross menyatakan;

“A change in the penal systemm can properly be described as an endevour to

achieve penal reform if it is aimed direcly or indirecly at the rehabilitation of

the offender, or if its subject is to avoid suspend or reduce punisment on

humanitarian grounds”, maksudnya adalah “ Perubahan dalam sistem hukum

pidana sebagaimana digambarkan sebagai usaha untuk mencapai pembaharuan

hukum pidana, jika bertujuan secara langsung atau tidak langsung memulihkan

terpidana atau jika bertujuan menghindarkan hukuman atau mengurangi hukuman

Page 3: Tugas Pak Barda 10 Soal

atas dasar kemanusiaan”. Jadi, menurut Sirr Rupert Cross, dikatakan ada penal

reform jika hukum pidana bertujuan untuk memulihkan terpidana, atau jika

bertujuan menghindarkan hukuman atau mengurangi hukuman, maka disitulah

dikatakan ada penal reform.

Dalam hal ini kebijakan legislatif dalam implementasi pendapat S.R Cross adalah

dengan adanya lembaga pemasyarakatan, yakni yang bertujuan memulikan

terpidana secara langsung ataupun secara tidak langsun. Dengan kata lain,

masyarakat kembali terpidana sebelum keluar dari lembaga pemasyarakatan agar

dapat diterima lagi dalam lingkungan masyarakat yang kompleks.

5. SOAL NO 22

Apa beda “pedoman pemidanaan” dengan “pola pemidanaan”?

Pedoman pemidanaan merupakan pedoman bagi hakim untuk menjatuhkan atau

menerapkan pemidanaan atau merupakan pedoman yudikatif/aplikatif, sehingga

dapat dikatakan pedoman pemidanaan merupakan pedoman penjatuhan/penerapan

pidana. Sedangkan Pola pemidanaan adalah acuan atau pedoman bagi pembuat

undang-undang dalam membuat atau menyusun perundang-undangan yang

mengandung sanksi pidana sehingga dapat dikatakan bahwa pola pemidanaan

merupakan pedoman pembuatan atau penyusunan.

6. SOAL NO 23

Jelaskan beberapa perbedaan “pola pemidanaan” menurut Wvs dan

menurut Konsep?

a. Dalam konsep pola pemidanaan, mempertimbangkan beberapa faktor antara

lain motif, sikap batin, dan kesalahan si pelaku tindak pidana melakukan

kejahatan, riwayat hidup sipelaku tindak pidana dan status sosial, ekonomi

serta bagaimana pengaruh pemidanaan terhadap masa depan si pelaku tindak

pidan tersebut.

b. Dalam konsep adapidana kerja sosial, dan pidana denda sebagai pidana pokok.

Menurutkonsep dengan Wvs masih mempertahankan pidana mati dan pidana

penjara.

Page 4: Tugas Pak Barda 10 Soal

c. Pidana dalam Wvs terdiri dari Pidana mati, Pidan penjara, pidana kurungan,

PidanaDenda, Pidana Tutupan, terus ditambah lagi dengan pencabutan hak-

hak tertentu dan perampasan barang-barang tertentu.

d. Konsep pidana terdiri dari : Pidana pokok yang terdiri dari Pidana penjara,

pidana Tutupan, Pidana pengawasan, Pidana Denda, Pidana kerja sosial.

Pidana tambahan Pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu

dan tagihan, Pengumuman putusan hakim, Pembayaran Ganti kerugian,

Pemenuhan kewjiban pidana khusus, Tindakan untuk orang yang tidak atau

kurang mampu ertanggung jawab(tindakan dijatuhkan tanpa pidana/perbuatan

tetap dikatakan atau dikategorikan kejahatan tetapi si pelaku kejahatan tidak

dijatuhi sanksi) :Perawatan di rumah sakit jiwa, penyerahan kepada pemerintah,

Penyerahan kepada seseorang, tetapi untuk orang yang mampu untuk bertanggung

jawab perbuatan dinyatakan tindak pidana serta dijatuhi sanksi pidana serta

dijatuhi sanksi sesuai tindak pidana yang dilakukannya : Pencabutan surat ijin

mengemudi, Perampasan keuntungan yang diperolehdari tindak pidan, perbaikan

akibat-akibat pidana.

7. SOAL NO 25

Jelaskan pedoman penerapan sistem tunggal dan alternatif menurut konsep?

a) Pasal 49 konsep merumuskan suatu pedoman yang dapat dilihat

sebagai klep atau katup pengaman bagi sistem pidana tunggal,yaitu dengan :

1) kewenangan hakim untuk tidak menjatuhkan pidana penjara yang

dirumuskan secara tunggal ;

2) keadaan atau syarat-syarat untuk dapat tidak menjatuhkan pidana

penjara;

3) jenis alternatif sanksi yang dapat dijatuhkan hakim sebagai

pengganti dari pidana penjara yang dijatuhkan itu.

b) Pedoman dalam merumuskan sistem alternatif adalah

1) Menjatuhkan pidana penjara saja (yang dapat diganti dengan

pidana pengawasan)

2) menjatuhkan pidana denda saja; Oleh undang-undang

diperberat ancaman pidananya, hanya dikenakan kepada terdakwa

Page 5: Tugas Pak Barda 10 Soal

apabila ia sepatutnya sudah dapat menduga kemungkinan terjadinya

akibat itu atau apabila sekuang-kurangnya ada kealpaan. Jadi, konsep

tidak menganut doktrin Erfolgshaftung ( doktrin menanggung akibat )

secara murni, akan tetapi diorientasikan pada asas kesalahan.

8. SOAL NO 27

Apakah kebaikan “sistem indefinite”menurut Collin Howard ?

Menurut Collin Howard segi kebaikan /positif dari sistem indefinite atau sistem

maksimum, yakni adanya tiga keuntungan yang menyolok yaitu:

1. dapat menunjukan tingkat keseriusan masing-masing tindak pidana

2. memberikan flueksibilitas dan diskresi kyepada kekuasaan pemidanaan

3. melindungi epentingan si pelanggar itu sendiri dengan menetapkan batas-batas

dari kekuasaan pemidanaan.

Yang secara teoritis mengandung aspek perlindungan terhadap masyarakat dan

aspek perlindungan terhadap individu. Aspek perlindungan masyarakat ditetapkan

ukuran obyektif berupa maksimum pidana sebagai simbol kualitas norma-norma

sentral masyarakat yang ingin dilindungi dalam perumusan delik yang

bersangkutan dan aspek perlindungan individu terlihat dengan ditentukannya

batas-batas kewenangan dari aparat kekuasaan dalam menjatuhkan pidana.

9. SOAL NO 36

Bagaimana Konsep mengatur masalah “percobaan”?

Konsekuensi dari sistemika yang tidak membagi tindak pidana dalam kejahatan

maupun pelanggaran, maka dalam konsep tidak dicantumkan mengenai percobaan

terhadap masalah perrcobaan, pada intinya antara W.v.S dengan konsep KUHP

tidak ada perbedaan, tetapi dalam konsep ada penambahan bahwa percobaan

untuk tindak pidana yang diancam dengan pidana denda kategori I, Sebagai

pelanggaran.

Page 6: Tugas Pak Barda 10 Soal

10. SOAL NO 37

Jelaskan perbedaan WvS dengan konsep mengenai kedudukdn dan

pengaturan pidanaa mati dan pidan penjara seumur hidup?

Dalam konsep KUHP pidana mati tidak dimasukan dalam kelompok pidana pokok

sebagaimana WvS mengelompokan dalam pasal 10. Pidana mati dalam konsep

KUHP diterapkan sendiri sebagai jenis pidana yang bersifat khusus atau

eksepsional.