tugas mkia

25
TUGAS MANAJEMEN KIA (KESEHATAN IBU DAN ANAK) “Program KIA Di Puskesmas Marunggi Kec.Pariaman Selatan Kota Pariaman” Oleh : ANNISA NOVITA SARY No. BP. 1420322022

Upload: erin-rahmi-putri

Post on 11-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

mengenai bahan kuliah kia

TRANSCRIPT

TUGASMANAJEMEN KIA (KESEHATAN IBU DAN ANAK)Program KIA Di Puskesmas Marunggi Kec.Pariaman Selatan Kota PariamanOleh :

ANNISA NOVITA SARYNo. BP. 1420322022

PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2014KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang senantiasa memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menelaah objek kajian ini dan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas yang diberikan dosen mata kuliah Manajemen KIA. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui pembahasan tentang Program Manajemen KIA di Puskesmas. Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini hingga selesai.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa mendatang.

Padang, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

iKATA PENGANTAR

iiDAFTAR ISI

1BAB 1 : PENDAHULUAN

11.1 Latar Belakang

11.2 Perumusan Masalah

11.3 Tujuan Penulisan

11.3.1 Tujuan Umum

11.3.2 Tujuan Khusus

11.4 Manfaat Penulisan

3BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

32.1 Pengertian Puskesmas

4BAB 3 : PEMBAHASAN

43.1 Gambaran Umum

43.1.1 Geografis

43.1.2 Demografi

43.1.3 Tenaga Kesehatan

53.2 Program Kesehatan Puskesmas Marunggi

63.3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

63.4 Cakupan PWS KIA Di Puskesmas Marunggi

73.5 Permasalahan

73.6 Rencana Tindak Lanjut

9BAB 4 : PENUTUP

94.1 KESIMPULAN

94.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKABAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hingga saat inisudah banyak program pembangunan kesehatan di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalaha kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya, program-program tersebut lebih menitikberatkan pada upaya-upaya penurunn angka kematian bayi dan anak, kelahiran kasar, dan angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil survey yang menujukkan penurunan angka kematian bayi dan anak juga angka kelahiran kasar. Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Jika ibu sehat, maka akan menghasilkan bayi sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang sehata juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia. Tiga indicator yang dipakai dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu adalah angka kematian ibu(AKI), proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan angka pemakian kontrasepsi (Depkes RI, 2001)

Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu, maka salah satu indicator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetric dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat AKI dan angka kematian balita (AKB) di wilayah tersebut.

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu target pencapaian MDGs yaitu menurunkan angka kematian bayi dan peningkatan kesehatan ibu. Dengan pemikiran bahwa ibu hamil yang sehat akan melahirkan generasi bangsa yang sehat dan berkualitas. Generasi yang sehat serta berkualitas berguna bagi bangsa dan agama untuk mendukung pembangunan Indonesia di masa yang akan datang.

Manajemen Development Goals adalah target yang kini sedang dikejar oleh Indonesia, target pencapaian MDGs pada tahun 2015 adalah menanggulangi kemiskinan, pemenuhan pendidikan dasar, kesetaraan gender, penurunan angka kematian bayi, peningkatan kesehatan ibu,menekan penyakit menular HIV dan AIDS, menjamin kelestarian lingkungan dan pengembangan kemitraan global. Keberhasilan pencapaian MDGs inilah yang akan menghasilkan sebuah indeks perkembangan suatu bangsa.Di Indonesia, berdasarkan BPS diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 (102 per 100.000 kelahiran hidup) sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut. Tetapi jika melihat AKI berdasarkan data yang dikirimkan oleh puskesmas, maka target MDGs tersebut sedikit sekali akan tercapai. Berdasarkan laporan dari puskesmas pada tahun 2005 diperoleh AKI sebesar 151 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2006 sebesar 127 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 sebesar 119 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data-data tersebut, terlihat adanya penurunan yang sangat bermakna. Menurut statistik , Indonesia berhasil menurunkan angka kematian bayi,namun di bandingkan dengan negara di Asia Tenggara versi WHO (18 negara Asia Tenggara lainnya ) angka kematian bayi di Indonesia menduduki peringkat 10. Angka kematian balita pada tahun 2006 adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, masih jauh lebih tinggi dari pada negara Singapura yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam 9 per 1000 kelahiran hidup,Malaysia 12 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 17 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian ibu menduduki peringkat 12 se Asia Tenggara dari 18 negara versi WHO.http://pkmriasbasel.wordpress.com/program/program-pokok/kia-kb/Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Marunggi angka kematian ibu pada tahun 2011 berjumlah nol kasus.

Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui dan memahami strategi promosi kesehatan mengenai program manajemen KIA yang dilakukan di Puskesmas Marunggi.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut, diantaranya adalah:

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah mengetahui manajemen program KIA di Puskesmas Marunggi Kota Pariaman.1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Kasus Kematian Ibu di Puskesmas Marunggi Pariaman2. Mengetahui Program KIA di Puskesmas Marunggi Pariaman3. Mengetahui Pencapaian program KIA di Puskesmas Marunggi Pariaman1.4 Manfaat Penulisan1. Bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam menyusun kegiatan program KIA di Puskesmas Marunggi.

2. Bahan masukan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kesehatan terutama tentang program KIA.

3. Bahan pelajaran bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dalam mengembangkan sendiri konsep yang didapatkan tentang program KIA di Puskesmas.BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu.http://anindaaprillia.blogspot.com/2013/04/jurnal-kesehatan-program-kesehatan-ibu_5231.htmlPada pelaksanaan proram KIA, sejak tahun 1985, di Indonesia telah diaplikasikan alat pemantauan program dengan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Pemantauan Wilayah Setempat dapat digunakan sebagai alat manajemen untuk melakukan pemantauan program di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program PWS KIA dapat memantau program KIA yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Adapun kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut.2.2 Program KIA

Beberapa indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan dalam program pokok KIA sebagai, antara lain :1. Akses pelayanan antenatal (K1)Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.2. Cakupan pelayanan ibu hamil (K4)Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

Alur Pencatatan Manual Pelayanan KIA oleh Bidan,

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN)Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.

4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam 3 hari, 8 14 har dan 36 42 har setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan menggunakan indikator tersebut, dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.

6. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 har ke 7 dan 1 kal pada hari ke 8 har ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.

7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh MasyarakatAdalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.

8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.

9. Neonatus dengan komplikasi yang ditanganiAdalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati. Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus kasus kegawatdaruratan neonatal, yan kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

http://www.indonesian-publichealth.com/2013/03/indikator-sistem-informasi-manajemen-kia.html2.3 Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Angka Kematian IbuAngka kematian yang ada saat ini tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya terjadi karena SDKI menggambarkan data lima tahun yang lalu. Namun, secara garis besar terdapat beberapa factor diantaranya sebagia berikut:

1. Terbatasnya pelayanan kesehatan ibu; tenaga, sarana, serta belum optimalnya keterlibatan swasta.

2. Terbatasnya kualitas tenaga kesehatan untuk pelaksana kegiatan responsive gender: antenatal yang terintegrasi, pertolongan persalinan, penanganan komplikasi bidan, serta Keluarga Berencana.

3. Belum adanya system pelayanan kesehatan yang sesuai untuk daerah terpencil: belum ada regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih untuk tindakan medis khusus, terbatasnya insentif untuk tenaga kesehatan, terbatasnya sarana (dana) untuk transportasi (kunjungan dan rujukan).

4. Kurangnya dana operasional untuk pelayanan kesehatan ibu, terutama untuk daerah terpencil.

5. Kurang optimalnya pemberdayaan masyarakat: ketidaksetaraan gender, persiapan, persalinan, dan dalam menghadapi kondisi gawat darurat (mandiri) di tingkatan desa.

6. Belum optimalnya perencanaan terpadu lintas sektor dan lintas program untuk percepatan penurunan angka kematian ibu.

2.4 Strategi Peningkatan Derajat Kesehatan Ibu

Sejak tahun 2000, Departemen Kesehatan RI telah menerapkan Making Pregnancy Safer (MPS) untuk percepat penurunan AKI dengan tiga pesan kuncinya sebagai berikut:

1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil.

2. Setiap komplikasi kehamilan dan persalinan mendapat penanganan yang adekuat.

3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penangann komplikasi yang adekuat.

Pesan kunci tersebut dilaksanakan melalui empat strategi dan sudah sejalan dengan visi Departemen Kesehatan RI yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dan misinya yaitu membuat rakyat sehat. Empat strategi untuk melaksanakan pesan kunci yang sesuai dengan visi dan misi Depkes RI adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, meningkatkan sistem surveilans, monitoring, dan informasi kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan.BAB 3 : PEMBAHASAN3.1 Gambaran Umum3.1.1 Geografis

Puskesmas Marunggi diresmikan oleh Bapak Walikota Pariaman H. Mahyudin pada hari Rabu tanggal 28 Mei Tahun 2008. Puskesmas Marunggi merupakan salah satu dari 6 puskesmas yang ada di Kota Pariaman, terdiri dari 7 desa (desa Marunggi, desa Padang Cakur, desa Kampung Apar, desa Sikabu, desa Pasir Sunur, desa Palak Aneh, dan desa Taluk) dengan 24 dusun. Puskesmas Marunggi dibangun diatas tanah yang luasnya 3400 m2 yang merupakan tanah hibah dari warga Dusun Pasar Ganting Desa Marunggi Kecamatan Pariaman Selatan. Dilihat dari peta Kota Pariaman, maka Puskesmas Marunggi terletak di Kecamatan Pariaman Selatan, Dusun Pasar Ganting Desa Marunggi.

Wilayah kerja Puskesmas Marunggi berada dipinggir pantai, dimana semua wilayah dapat dilalui dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Marunggi yaitu :

Sebelah Utara:berbatas dengan wilayah kerja Puskesmas Pariaman

Sebelah Selatan:berbatas dengan Kec. Nan Sabaris Kab. Padang Pariaman

Sebelah Barat:berbatas dengan Samudera Indonesia

Sebelah Timur:berbatas dengan wilayah kerja Puskesmas Kurai Taji

3.1.2 Demografi

Berdasarkan data dari Puskesmas Marunggi Tahun 2011 tercatat jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Marunggi sebanyak 7,569 jiwa yang terdiri dari :

PUS: 1107 jiwa

WUS: 2035 jiwa

Bayi: 167jiwa

Balita: 776 jiwa

Bumil: 176 jiwa

Bulin: 169 jiwa

Busui: 176jiwa

Usila: 619jiwa

3.1.3 Tenaga Kesehatan

Jumlah seluruh tenaga yang ada di Puskesmas Induk, Pustu, Poskesdes di wilayah kerja Puskesmas Marunggi adalah sebanyak 50 orang yang terdiri dari :

Dokter Umum:6 orang

Dokter Gigi:1 orang

Sarjana Kesehatan Masyarakat:5 orang

Perawat:10 orang

Perawat Gigi:2 orang

Perawat Mata:1 orang

Pelaksana Gizi:2 orang

Bidan Puskesmas:4 orang

Bidan Desa:2 orang

Bidan PTT: 7 orang

Analis:2 orang

AKL:3 orang

Apoteker:1 orang

Asisten Apoteker:2 orang

Rekam Medis:2 orang

3.2 Program Kesehatan Puskesmas Marunggi

Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 128/Menkes/SK/II/2004 disebutkan bahwa puskesmas bertanggung-jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya terebut dikelompokkan menjadi dua yaitu, Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib adalah upaya yang harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas disebut basic six yaitu :

1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Lingkungan

3. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB

4. Perbaikan Gizi

5. Pemberantasan Penyakit Menular

6. Pengobatan

Sesuai SK Menkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tersebut maka Puskesmas Marunggi sebagai pusat pengembangan pembinaan dan pelaksanaan upaya kesehatan juga melaksanakan Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu :

1. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

2. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

3. Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Usila)

Program puskesmas ini diselenggarakan secara terpadu antara lintas program dan sektoral dan peran serta masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.

3.3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

Upaya Kesehatan Ibu dab Anak serta Keluarga Berencana bertujuan untuk meningkatakan pemeiharaan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan kesejahteraan keluarga. Sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung oleh peran serta masyarakat dengan perhatian utama ditujukan pada pengembangan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan.

Kegiatan yang dilaksanakan adalah :

1. Pemeriksaan ibu hamil

2. Pelaksanaan Neonatus

3. Deteksi dan rujukan ibu hamil resiko tinggi

4. Pertolongan persalinan oleh Bidan atau tenaga kesehatan lainnya yang berkompetensi kebidanan

5. Pembinaan dukun bayi

6. Pemberian tablet Fe bagi ibu hamil

7. Deteksi dini tumbuh kembang balita

8. Penyuluhan kesehatan anak balita

9. Pemberian kapsul vitamin A pada balita dan ibu melahirkan

10. Pelayanan Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah upaya peningkatan dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Kegiatan pelayanan KB dilaksanakan didalam gedung dan luar gedung serta pelayanan swasta. Untuk kegiatan luar gedung dilaksanakan melalui posyandu, safari KB bekerja sama dengan TNI (safari KB-Kes TNI Manunggal). 3.4 Data Angka Kematian Ibu di Puskesmas Marunggi

Jumlah lahir hidup

Jumlah kematian ibu

Kematian ibu hamil

Kematian ibu bersalin

Kematian ibu nifas

Jumlah kematian ibu

< 20 thn

20-34 thn

35 thn

Jumlah

< 20 thn

20-34 thn

35 thn

Jumlah

< 20 thn

20-34 thn

35 thn

Jumlah

< 20 thn

20-34 thn

35 thn

Jumlah

160

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Total0000

Sumber Data: Puskesmas MarunggiKeterangan:- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas'- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi3.5 Cakupan PWS KIA Di Puskesmas Marunggi Tabel 1. Cakupan PWS KIA Di Wilayah Kerja Puskesmas MarunggiTahun 2011NoKegiatanTarget SPMTahun 2011

1K195105,6

2K49086,6

3Resti Nakes-12,3

4Resti Masy. -8,4

5Neonatus9093,6

6Linakes9093,6

7KN9093,6

Sumber data : Puskesmas Marunggi, Tahun 2011

Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa semua kegiatan telah mencapai dan bahkan melebihi terget yang telah ditetapkan.

3.6 Permasalahan

Kendala atau permasalahan yang kami hadapi untuk pelayanan kesehatan di dalam gedung antara lain :

1. Bangunan gedung Puskesmas Marunggi yang sempit dan ruangan ruangan yang belum cukup.

2. Sarana dan prasarana belum lengkap dan tidak memadai.

3. Masih kurangnya pelaksanaan SIK di Puskesmas Marunggi.

Kendala / permasalahan yang masih dihadapi dalam pelayanana kesehatan di luar gedung antara lain :

1. Masih kurangnya sarana dan prasarana untuk melaksanakan kegiatan diluar gedung.

2. Masih rendahnya tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam pelayanan kesehatan.

3. Masih kurangnya koordinasi dari lintas sektor.

3.7 Rencana Tindak Lanjut

Dalam menghadapi permasalahan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Marunggi maka ada beberapa hal yang sedang dan akan dilakukan yaitu :1. Meningkatkan kinerja bidan2. Melengkapi sarana dan prasarana sehingga terlaksananya kegiatan dengan sempurna.3. Mengoptimalkan pelaksanaan SIK di Puskesmas Marunggi.4. Melakukan pendekatan kepada Tokoh Masyarakat agar dapat memotivasi masyarakat tentang kesehatan dan meningkatkan penyuluhan kesehatan oleh petugas Promkes. 5. Melaksanakan kunjungan Dokter ke Pustu agar lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan mendorong peningkatan kunjungan masyarakat di sarana kesehatan.6. Melaksanakan kegiatan Puskel pada setiap desa secara bergiliran yang dilakukan oleh Dokter dan Paramedis sehingga mutu dan keterjangkaun pelayanan masyarakat lebih optimal.7. Melakukan bimbingan dan evaluasi melalui Bidan desa setiap Sabtu, pada Minggu pertama dan ketiga.

BAB 4 : PENUTUP4.1 KESIMPULAN

Kematian ibu sering disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggung jawab lebih dari satu sektor. 4.2 SARAN