tugas maloklusi

12
Nama : Muhammad Septiady NIM : 04074881316005 MALOKLUSI Menurut Angle, oklusi normal sebagai hubungan dari bidang-bidang inklinasi tonjol gigi pada saat kedua rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan tertutup, disertai kontak proksimal dan posisi aksial semua gigi yang benar, dan keadaan pertumbuhan, perkembangan posisi dan relasi antara berbagai macam jaringan penyangga gigi yang normal pula. Terdapat berbagai macam klasifikasi maloklusi yaitu klasifikasi Angle, Achkerman dan Profit, klasifikasi Deway modifikasi Angle, klasifikasi Lischer modifikasi Angle. 2.1 Klasifikasi Angle Angle mendasarkan klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir tidak pernah berubah posisinya. Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi yang paling banyak digunakan dalam penentuan maloklusi. Angle menggambarkan tujuh malposisi individu gigi yaitu bukal atau labial, lingual, mesial, distal, rotasi, infraposisi, supraposisi. Malposisi gigi ini dapat digunakan untuk menggambarkan maloklusi secara lebih lengkap. Klasifikasi maloklusi Angle :

Upload: realseptiadymadrid3532

Post on 05-Jan-2016

104 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

maloklusi tugas

TRANSCRIPT

Page 1: tugas maloklusi

Nama : Muhammad Septiady

NIM : 04074881316005

MALOKLUSI

Menurut Angle, oklusi normal sebagai hubungan dari bidang-bidang inklinasi tonjol

gigi pada saat kedua rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan tertutup, disertai

kontak proksimal dan posisi aksial semua gigi yang benar, dan keadaan pertumbuhan,

perkembangan posisi dan relasi antara berbagai macam jaringan penyangga gigi yang

normal pula.

Terdapat berbagai macam klasifikasi maloklusi yaitu klasifikasi Angle, Achkerman

dan Profit, klasifikasi Deway modifikasi Angle, klasifikasi Lischer modifikasi Angle.

2.1 Klasifikasi Angle

Angle mendasarkan klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir

tidak pernah berubah posisinya. Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi yang paling

banyak digunakan dalam penentuan maloklusi. Angle menggambarkan tujuh

malposisi individu gigi yaitu bukal atau labial, lingual, mesial, distal, rotasi,

infraposisi, supraposisi. Malposisi gigi ini dapat digunakan untuk menggambarkan

maloklusi secara lebih lengkap.

Klasifikasi maloklusi Angle :

Maloklusi Kelas I

Relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama

permanen meskipun mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada pada

bucal groove molar pertama permanen mandibula. Maloklusi kelas I dapat disertai

dengan openbite, protrusi bimaksila dan kelainan yang paling banyak adalah

disertai dengan crowded, sedangkan diastema multiple yang menyeluruh jarang

dijumpai. Lihat gambar 1.

Page 2: tugas maloklusi

Gambar 1. Oklusi normal

Sumber :Contemporary orthodontcs 3 th ed.Philadelphia:Mosby; 2000, p.124

Maloklusi Kelas II

Relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Mesiobukal cusp molar

pertama permanen atas berada lebih mesial dari bucal groove gigi molar pertama

permanen mandibula. Karakteristik maloklusi kelas II adalah protrusive gigi

anterior atas dengan overjet yang besar dan kadang disertai retroklinasi gigi

insisivus.

Divisi I :Insisivus gigi rahang atas letakya labioversio (protrusi bilateral)

Subdivisi :Insisivus rahang atas letaknya labioversio (protrusi unilateral)

Menurut Moyers yang dikutip oleh Karin dan Yuniar pada penderita maloklusi

kelas II divisi I biasanya ditandai dengan profil muka yang konveks, overjet, yang

besar dan kadang-kadang disertai dengan deep bite. Pada keadaan demikian,

tekanan otot-otot muka tidak normal, sehingga sering dijumpai sulcus mentolabial

yang dalam atau disebut lip trap.

Selain itu menurut Staley maloklusi kelas II divisi I digambarkan dengan

maksila yang sempit, gigi insisivus atas yang terlihat lebih panjang dan protrusiv,

fungsi bibir yang tidak normal dan kadang-kadang dijumpai beberapa obstruksi

nasal serta bernafas melalui mulut.

Gambar 2. Maloklsi kelas II

Sumber :(http://cuvetmerh.wordpress.com/2008)

Maloklusi Kelas III

Page 3: tugas maloklusi

Relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. mesiobukal cusp molar

pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama

permanen mandibula. Lihat gambar 3

Gambar 3.Maloklusi kelas III

Sumber :(http://cuvetmerh.wordpress.com/2008)

Klasifiksi Angle memiliki kekurangan. Beberapa kekurangan klasifikasi

Angle sebagai berikut : Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi molar pertama

permanen. Bila molar pertama permanen bergeser karena prematur ekstraksi

molar sulung, maka relasi molar yang ada bukan relasi molar yang sebenarnya

sebelum terjadi pergeseran. Bila molar pertama permanen telah dicabut berarti

tidak ada relasi molar.

Bila terjadi pergeseran molar pertama permanen ke mesial maka perlu

dibayangkan letak molar pertama permanen sebelum terjadi pergeseran, baru

ditetapkan klasifikasinya, demikian juga jika molar permanen telah dicabut.

Ada kemungkinan relasi molar permanen kanan tidak sama dengan relasi

molar pertama permanen kiri. Angle memperbolehkan hal ini dan disebut

subdivisi pada kelas II dan kelas III. Angle berpendapat letak molar pertama

permanen tetap stabil dalam perkembangan pada rahag sehingga dengan melihat

relasi molar dapat juga dil;ihat relasi rahang. Hal ini tidak selamanya benar

karena letak gigi dalam perkembangannya tidak sama dengan letak rahang.

Dari kekurangan klasifikasi Angle maka beberapa penyempurnaan

klasifikasi dilakukan yaitu: Ackerman dan Profit yang dikutip oleh Bisara

meresmikan sistem tambahan informal pada metode Angle dengan

mengidentifikasi karakteristik utama dari maloklusi untuk digambarkan secara

sistematis pada klasifikasi Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama

skema Angle.

Page 4: tugas maloklusi

Menurut Ackerman dan Profit yang dikutip oleh Binasa membagi maloklusi

dalami 9 kategori antara lain:

1. Alignment (spacing,crowding)

2. Profil (convex, straight, concave)

3. Deviasi sagital (crossbite)

4. Deviasi vertikal (Kelas Angle)

5. Deviasi vertical (deep bite dan open bite)

6. Deviasi transsagital (kombinasi crossbite dan kelas Angle)

7. Sagitovertikal( kombinasi Angle dan deep over bite atau open bite)

8. Deviasi vertikotransver (kombinasi deep over bite atau open bite dengan

crossbite)

9. Deviasi transsagitovertikal

2.2 Klasifikasi Deway Modifikasi Angle

Klasifikasi dewey yang dikutip oleh Dewanto, yaitu modifikasi dari Angle kelas I

dan kelas III.

Modifikasi Angle’s kelas I.

Maloklusi Klas 1: relasi lengkung anteroposterior normal dilihat dari relasi molar

pertama permanen (netroklusi)

Tipe 1 : kelas I dengan gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau

gigi C ektostem.

Tipe 2 : kelas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusi

Tipe 3 : kelas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan

terbalik ( anterior crossbite).

Tipe 4 : kelas I dengan gigi posterior yang crossbite.

Tipe 5 : kelas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial

akibat premtur ekstraksi.

Modifikasi Angle’s kelas III.

1. Tipe 1 : oklusi di anterior terjadi edge to edge.

2. Tipe 2 : insisivus mandibula crowding akibat insisivus maksila yang

terletak ke arah lingual.

3. Tipe 3 : Lengkung maksila kurang berkembang, gigi insisivus crowding

sedangkan lengkung mandibula berkembang normal.

Page 5: tugas maloklusi

2.3 Klasifikasi Lischer Modivikasi Angle

Menurut Lischer yang dikutip oleh Dewanto, ia menyarankan penggunaan istilah

“neutroklusi” sebagai istilah bagi kelas I Angle, “distoklusi” untuk menjelskan kelas II

Angle dan “mesiokusi” untk menjelaskan kelas III Angle. Selanjutnya ia menyarankan

akhiran ”versi” pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi

normal yaitu mesioversi, distoversi, lingouversi, labioversi, infraversi, supraversi,

torsiversi, transversi.

2.4 Klasifikasi Incisivus

Kelas 1- Incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak di bawah

cingulum incisive rahang atas

Kelas 2 - incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak pada bagian

palatal sampai cingulum pada incisive rahang atas. Terbagi menjadi:

Page 6: tugas maloklusi

Kelas II incisivus divisi 1

kelas II incisivus divisi 2

Kelas 3-incisor edge pada rahang bawah oklusi dengan atau terletak pada bagian

anterior sampai cingulum pada incisive rahang bawah

kelas III incisivus

Pada oklusi yang normal adalah hubungan kelas 1 dan overjet sebesar 2-4mm.  overbite

terjadi saat incisive rahang atas menutupi ¼ sampai 1/3 incisive bagian bawah pada saat

oklusi.

Page 7: tugas maloklusi

2.5 Klasifikasi caninus:

1. Kelas 1- canine rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara canine rahang bawah

dan premolar  satu rahang bawah

2. Kelas II- canine rahang atas oklusi di anterior sampai ruang buccal di antara canine

rahang bawah dan premolar satu rahang bawah.

3. Kelas III- canine rahang atas oklusi di posterior sampai ruang buccal di antara canine

rahang bawah dan premolar satu rahang bawah.

2.5 Klasifikasi Skeletal

Hubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan bawah, satu sama 

lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi, disebut sebagai hubungan skeletal.

Keadaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan basis gigi atau pola skeletal.

Klasifikasi dari hubungan skeletal sering digunakan, yaitu:

1. Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal pada

keadaan oklusi.

2. Klas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi, terletak lebih ke belakang

dalam hubungannya dengan rahang atas, dibandingkan pada Klas 1 skeletal.

Page 8: tugas maloklusi

3. klas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depan

daripada kelas 1 skeletal.

2.6 Klasifikasi Simon

Mengamati hubungan rahang atas terhadap rahang bawah langsung pada pasien dengan

bantuan seutas benang yang diberi pemberat, pasien diamati dari lateral tegak lurus

bidang sagital, sebagai acuan atau referensi dalam keadaan normal akan melewati

permukaan labial gigi di daerah sepertiga bagian distal lebar mesiodistal gigi kaninus atas

kanan dan kiri (Dalil Kaninus atau Simon Low) dan pada rahang bawah akan melewati

daerah interdental gigi kaninus dan premolar pertama pada sisi distal kaninus bawah.

Apabila bidang orbital pasien berada di distal posisi normal maka posisi maksila atau

mandibula pasien protrusif dan bila ada di mesial posisi normal maksila atau

mandibula retrusif.

Posisi maksila dan madibula pasien dapat pula ditentukan dengan mengamati bagian

depan maksila (Subnasale atau Sn) dan bagian depan mandibula (Pogonion atau Pog)

terhadap bidang yang melalui titik glabella tegak lurus FHP (G FHP)

Maksila normal : titik Sn berjarak 6 + 3 mm, protrusif >9 mm, retrusif < 3 mm

Mandibula normal : titik Pog.berjarak 0 + 4 mm, proturusif > 4 mm, retrusif

< 0 mm/ negatif.

Gambar 1 : Posisi maksila dan mandibula terhadap bidang orbital (Dalil Simon)