tugas makalah mikrobiologi

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Maka dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikan adalah gejala awal yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang akan diberikannya. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit. Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang merupakan patogen. Pada bab ini kami akan membahas mengenai bakteri Bordetella pertussis. Pertusis itu sendiri merupakan suatu penyakit akut saluran pernapasan yang banyak menyerang anak balita dengan kematian yang tertinggi pada anak usia di bawah satu tahun yang disebabkan oleh infeksi Bordetella pertussis. Dan untuk pertama kalinya 1

Upload: david-silalahi

Post on 28-Dec-2015

182 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas makalah mikrobiologi

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar

kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Maka dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikan adalah gejala awal yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang akan diberikannya.

Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.

Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang merupakan patogen. Pada bab ini kami akan membahas mengenai bakteri Bordetella pertussis. Pertusis itu sendiri merupakan suatu penyakit akut saluran pernapasan yang banyak menyerang anak balita dengan kematian yang tertinggi pada anak usia di bawah satu tahun yang disebabkan oleh infeksi Bordetella pertussis.  Dan untuk pertama kalinya diasingkan oleh Bordet dan Gengou pada tahun 1906. Standarisasi vaksin serta penggunaannya secara luas sangat menurunkan morbilitas dan mortalitas penyakit ini. Pertusis sangat infesius pada orang yang tidak memiliki kekebalan. Penyakit ini mudah menyebar ketika si penderita batuk.

B. Rumusan Masalah1) Pengertian Bordetella pertusis2) Klasifikasi Bordetella3) Morfologi dan Identifikasi Bordetella pertusis4) Struktur Antigen,Patogenesis dan Patologi

1

Page 2: Tugas makalah mikrobiologi

5) Faktor-faktor Virulensis6) Penyakit yang Ditimbulkan7) Temuan Klinis8) Uji Laboratorium Diagnostik9) Pengobatan dan Pencegahan

C. TujuanTujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1.  Memahami ciri-ciri, morfologi bakteri Bordetella pertussis 2. Tingkat Patogenesis dari Bakteri Bordetella pertussis3. Proses Bakteri Menimbulkan Penyakit4. Gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri5. Cara penularan penyakit pertusis 6. Cara penanganan terhadap bakteri Bordetella pertussis

2

Page 3: Tugas makalah mikrobiologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Bordetella pertusisBordetella pertussis itu adalah bakteri penyebab penyakit menular akut yang

menyerang pernafasan alias batuk rejan (whooping cough) atau batuk seratus hari yang mengandung beberapa komponen yaitu Peitusis Toxin (PT), Filamentous Hemagglutinin (FHA), Aglutinogen, endotoksin, dan protein lainnya.

Penyebabnya adalah Bordetella pertusis, yang untuk pertama kalinya diasaingkan oleh Bordet dan Gengou pada tahun 1906. Penyakit - penyakit serupa berhasil ditemukan kemudian, yaitu yang disebabkan oleh Bordetella parapertusis dan Bordetella bronchiseptica. Standarisasi vaksin serta penggunaannya secara luas sangat menurunkan morbilitas dan mortalitas penyakit ini.

B. Klasifikasi BordetellaPhylum : CoccobacillusClass : BacillusOrdo : CoccobacillusFamily : AlcaligenaceaeGenus : BordetellaSpecies : Bordetella pertussis,  

Bordetella  parapertussis,  Bordetella bronchiseptica

C. Morfologi dan Identifikasi Bordetella pertusis

1) Ciri Khas Organisme Organisme ini berukuran kecil, kokobasilus gram negatif yang mirip

dengan H influenza. Dengan pewarnaan toluidin biru dapat dilihat adanya granula hipolar metakromatik. Bakteri ini mempunyai kapsul.

3

Page 4: Tugas makalah mikrobiologi

2) BiakanIsolasi primer Bordetella pertusis memerlukan medium yang subur.

Medium Botdet – Gengou (agar, kentang, darah - gliserol) yang mengandung Penisilin G, 0,5 µg/ml dapat digunakan, walaupun demikian medium yang mengandung yang mirip dengan yang digunakan untuk lebih dipilih. Cawing diinkubasi pada suhu 35-370C selama 3-7 hari pada lingkungan yang lembab (misalnya : tas plastic yang disegel). Bakteri batang gram negatif kecil yang sedikit dapat diidentifikasi oleh pewarnaan imunoflouresen, Bordetella pertusis tidak dapat bergerak.

3) Sifat PertumbuhanOrganisme ini sangat aerob dan membentuk asam tetapi tidak

menghasilkan gas dari glukosadan laktosa. Organism ini tidak membutuhkan factor X dan V pada subkultur. Hemolisis medium yang mengandung darah dikaitkan dengan virulensi Bordetella pertusis.

4) VariasiJika diisolasi dari pasien dan dibiakan pada media yang subur, Bordetella

pertusis sedang dalam fase hemolitik dan fase virulen produksi toksinpertusis. Terdapat dua mekanisme yang dipakai Bordetella pertusis untuk berubah ke bentuk nonhemolitik,avirulen yang tidak memproduksi toksin. Medulasi fenotipik reversible terjadi jika Bordetella pertussis yang ditumbuhkan pada kondisi lingkungan tertentu (misalnya : 280C lawan 370C mengandung MgSO4,dsb). Variasi fase reversible terjadi setelah mutasi frekuensi rendah pada lokus genetika yang mengontrol factor virulensi. Terdapat kemungkinan bahwa mekanisme ini berperan pada proses infeksi, tetapi hal ini belum pernah dibuktikan secara kimia.

Pada Bordetella Pertussis ditemukan dua macam toksin yaitu :1. Endotoksin yang sifatnya termostabil dan terdapat dalam dinding sel

kuman. Sifat endotoksin ini mirip dengan sifat endotoksin-endotoksin yang dihasilkan oleh kuman negative gram lainnya.

2. Protein yang bersifat termolabil dan dermonekrotik. Toksin ini dibentuk di dalam protoplasma dan dapat dilepaskan dari sel dengan jalan memecah sel tersebut atau dengan jelas ekstrasi memakai NaCl.

Baik endotoksin maupun toksin yang termolabil tersebut tidak dapat memancing timbulnya proteksi terhadap infeksi Bordetella pertussis. Peranan yang pasti daripada kedua toksin ini dalam pathogenesis pertussis belum diketahui.

4

Page 5: Tugas makalah mikrobiologi

D.Struktur Antigen,Patogenesis dan PatologiProteksi terhadap infeksi oleh Bordetella pertussis merupakan respon imunoloik

terhadap antigen (antigen-antigen) kuman. Sifat antigen protektif kuman ini tidak diketahui. Walaupun demikian, penelitian serologic yang ekstensif telah berhasil menemukan antigen-antigen yang penting. Diketahui adanya antigen permukaan O yang termostabil pada smooth strains dan rough strains Bordetella pertussis. Antigen O ini berupa protein, mudah diekstraksi dari sel dan terdapat di dalam cairan supernatant biakan kuman. 

Antigen-antigen serta factor-faktor lainnya seperti HLT (heat-labile toxin), lipopolisakarida (endotoksin), HSF (histamine-sensitizing factor), LPF (lymphocytosis-promoting factor), MPF (mouse-protective factor), hemaglutinin dan agaknya juga IAP (islet-activating protein) adalah sangat erat kaitannya dengan infeksi, penyakit dan kekebalan. 

Secara umum patogenesis infeksi Bordetella pertusis terjadi melalui 4 tingkatan :

o perlekatan pada cilia dan multiplikasi

o perlawanan terhadap mekanisme peja-mu

o kerusakan lokal

o timbul penyakit sistemik

Bordetella pertussis yang terhirup melalui udara pernapasan lalu melekat pada cilia epithel saluran napas. Setelah melekat terjadi multiplikasi dan menyebar keseluruh permukaan epithel saluran napas. Proses ini tidak invasif yang disebut bakteriemia (-). Selama bermultiplikasi, bakteri menghasilkan toksin yang menimbulkan gejalapenyakit, seperti:

1. Pertusis toxin yang terdiri dari:a) toxin sub unit A yang berfungsi sebagai aktivasi enzym membran selb) toxin sub unit B yang berfungsi sebagai untuk berikatan dgn reseptor

seltarget

2. LPF yang berfungsi untuk menghambat migrasi limfositdan makrofag ke daerahinfeksi.

5

Page 6: Tugas makalah mikrobiologi

3. Toxin mediated adenosinediphosphate (ADP) yang berfungsi mengatur sintesi protein didalam sitoplasma yang berakibat:

a) Perubahan fungsi fisiologis ser target, termasuk limfosit (menjadikannya lemah dan mati)

b) Memblokir beta adrenergikc) Meningkatkan aktifitas insulin sehingga kadar gula turun

4. Dermonecrotic toxin atau heat labile cytoplasmic toxin yang menyebabkan kontraksi otot polos pembuluh darah dinding trakhea sehingga menyebabkan iskemia dan nekrosis trachea.

5. Sitotoksin bersifat menghambat sintesa DNA sehingga menyebabkan siliostasis dan kematian sel.

6. Pertusis lipopolysaccharid (endotoksin tetapi toksin ini tidak terlalu penting pada proses pathogenesis.

Toksin tersebut juga dapat mengakibatkan peradangan ringan dengan hiperplasi jaringan limfoid peribronkial yang menyebabkan terbentuknya mukus pada permukaan cilia sehingga terjadi batuk dan gangguan fungsi cilia.Mekanisme kerja:

Organisma ini masuk melalui saluran pernafasan atas, mempunyai ciri-ciri viscerotropic dan melekat kepada sel-sel epitelium bersilia yang terdapat pada bronkus. Batuk rejan adalah satu infeksi permukaan dan organisma ini jarang menembus mukosa tetapi menyebabkan nekrosis dan keradangan pada subepitelium merupakan ciri infeksi ini.

Organisma berkoloni di saluran nafas secara khusus melalui F-HA dan PT. Gejala awal penyakit ini ialah rhinitis, batuk, bersin disebabkan multiplikasi organisma dalam saluran pernafasan. Kemudian pergerakan silia akan berkurang dan pembersihan bakteria dan rembesan menjadi perlahan. Mukus dan rembesan akan terkumpul dan ini memudahkan pertumbuhan organisma. Toksin-toksin dilepaskan menyebabkan nekrosis dan pengikisan (sloughing) sel-sel bersilia. Infeksi adalah terjadi secara lokal tetapi gejala sistemik muncul mungkin disebabkan oleh PT yang tersebar malalui saluran darah.

6

Page 7: Tugas makalah mikrobiologi

E. Faktor-faktor VirulensiBordetella pertussis setelah ditularkan melalui sekresi udara pernapasan

kemudian melekat pada silia epitel saluran pernapasan. Mekanisme pathogenesis infeksi oleh Bordetella pertusis terjadi melalui empat tingkatan yaitu perlekatan, perlawanan terhadap mekanisme pertahanan pejamu, kerusakan local dan akhirnya timbul penyakit sistemik. Filamentous Hemaglutinin (FHA), Lymphosithosis Promoting Factor (LPF)/ Pertussis Toxin (PT) dan protein 69-Kd berperan pada perlekatan Bordetella pertussis pada silia. Setelah terjadi perlekatan, Bordetella pertussis, kemudian bermultiplikasidan menyebar ke seluruh permukaan epitel saluran napas. Proses ini tidak invasive oleh karena pada pertusis tidak terjadi bakteremia. Selama pertumbuhan Bordetella pertusis, maka akan menghasilkan toksin yang akan menyebabkan penyakit yang kita kenal dengan whooping cough.

Toksin terpenting yang dapat menyebabkan penyakit disebabkan karena pertusis toxin. Toksin pertusis mempunyaiu 2 subunit yaitu A dan B. Toksin sub unit B selanjutnya berikatan engan reseptor sel target kemudian menghasilkan subunit A yang aktif pada daerah aktivasi enzim membrane sel. Efek LPF menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke daerah infeksi.

Toxin mediated adenosine diphosphate (ADP) mempunyai efek mengatur sintesis protein dalam membrane sitoplasma, berakibat terjadi perubahan fungsi fisiologis dari sel target termasuk lifosit (menjadi lemah dan mati), meningkatkan pengeluaran histamine dan serotonin, efek memblokir beta adrenergic dan meningkatkan aktifitas insulin, sehingga akan menurunkan konsentrasi gula darah. Toksin menyebabkan peradangan ringan dengan hyperplasia jaringan limfoid peribronkial dan meningkatkan jumlah mukos pada permukaan silia, maka fungsi silia sebagai pembersih terganggu, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder (tersering oleh Streptococcus pneumonia, H. influenzae dan Staphylococcus aureus ). Penumpukan mucus akan menimbulkan plug yang dapat menyebabkan obstruksi dan kolaps paru.

Hipoksemia dan sianosis disebabkan oleh gangguan perukaran oksigenasi pada saat ventilasi dan timbulnya apnea saat terserang batuk. Terdapat perbedaan pendapat mengenai kerusakan susunan saraf pusat, apakah akibat pengaruh langsung toksin ataukah sekunder sebagai akibat anoksia. Terjadi perubahan fungsi sel yang reversible, pemulihan tampak apabila sel mengalami regenerasi, hal ini dapat menerangkan mengapa kurangnya efek antibiotic terhadap proses penyakit.

7

Page 8: Tugas makalah mikrobiologi

F. Penyakit yang DitimbulkanBatuk rejan adalah penyakit pernafasan akut yang disebabkan oleh Bordotella

pertussis, yaitu sebuah bakteri cocco bacillus gram negatif. B.pertussis adalah bakteri yang biasanya dibudidayakan pada media yang mengandung darah, karena darah merupakan sumber yang baik dari banyak nutrisi. B.pertussis disebarkan oleh aerosol atau kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau pembawa asimtomatik. Pada tahap pertama infeksi, gejala penyakit mirip dengan flu biasa. Pada tahap kedua infeksi, berkembang menjadi batuk kering, yang menjadi paroksismal dan kemudian disertai dengan produksi lendir yang berlebihan dan muntah. Selama tahap kedua berlangsung, batuk dapat menjadi sangat parah sehingga dapat menyebabkan kejang-kejang dan sianosis. Pengambilan nafas yang panjang antara batuk yang paroksismal, pada orang yang terinfeksi, terdengar seperti teriakan. Gejala ini yang memberikan nama pada penyakit ini.

Karena gejala awal sangat tidak spesifik, batuk rejan jarang didiagnosis sampai orang yang terinfeksi mulai mengalami batuk paroksismal yang parah yang merupakan ciri khas dari penyakit ini. Pada tahap ini, pengobatan dengan antibiotik tidak efektif dalam menyembuhkan gejala-gejala pasien, tetapi kadang-kadang diberikan karena antibiotik mengurangi kesempatan bagipenularan penyakit kepada orang lain. Orang yang terinfeksi paling menular selama tahap awal penyakit sebelum jelas dapat dibedakan dari flu biasa, sebuah fakta yang memberikan kontribusi terhadap penyebaran penyakit. Dalam beberapa kasus, edema, perdarahan, dan pembuluh darah di otak mengembangkan dan memproduksi kerusakan saraf yang ireversibel.

Bentuk parah dari batuk rejan terlihat hampir sangat sering pada bayi dan anak-anak. Orang dewasa, bahkan orang dewasa yang diimunisasi, dapat terserang bentuk ringan dari penyakit ini. Penyakit pada orang dewasa, ditandai dengan batuk dengan jangka waktu lebih dari dua minggu, disebut juga "batuk 100 hari." Telah diperkirakan bahwa 20 sampai 25% orang dewasa yang memiliki gejala batuk terus-menerus terinfeksi oleh B.pertussis. Pada orang dewasa yang diinfeksi oleh B.pertussis, mungkin tidak menunjukkan gejala apapun. Orang dewasa dengan batuk terus-menerus atau pembawa asimtomatik dapat menularkan penyakit kepada anggota yang rentan dari populasi dan bahaya khusus untuk bayi yang sangat muda yang belum menerima semua imunisasi mereka.

8

Page 9: Tugas makalah mikrobiologi

G.Temuan KlinisSetelah masa inkubasi sekitar 2 minggu, akan timbul “stadium kataral” dengan

batuk ringan dan bersin. Selama stadium ini organisme yang tersebar dalam droplet dalam jumlah besar dan pasien menjadi sangat insfeksitas tetapi tampak sakit ringan. Selama stadium “paroksismal”, batuk menjadi has yaitu bersifat ekplisif dan berbunyi “whoop” saat inhalasi. Hal ini mengakibatkan pasien cepat leleh dan dapat disertai muntah, sianosis, kejang. Whoop dan komplikasi mayor terjadi terutana pada banyi, batuk prosismal muncul terutama pada anak yang lebih besar dan dewasa. Jumlah sel darah putih meningkat ( 16.000 – 30.000 ) dengan limvositosis absolute. Masa penyembuhannya belangsung lama. Bordetela pertusis adalah penyebab batuk lama (4 sampai 6 minggu) yang sering dijumpai pada dewasa. Batuk whooping jarang diikuti dengan komplikasi enaefalitis yang serius dan berpotensi fatal. Beberapa tipe adenovirus dan Chlamydia pneumoniae dapat menyebabkan timbulnya gejala klinis yang mirip dengan gejala klinis yang disebabkan oleh bordetela pertusis.

H.Uji Laboratorium Diagnostik1) Spesimen

Pencucian nasal larutan salin adalah specimen yang dipilih. Usapan nasofaring atau droplet yang dikeluarkan dari batuk kedalam cawan batuk yang dipegang didepan mulut pasien selama batuk paroksismal kadang kadang digunakan, tetapi tidak sebagai pencucian nasal dengan larutan salin.

2) Uji antibody fluoresen Reagen FA dapat digunakan untuk memeriksa usapan nasofaring.

Walaupun demikian, hasil positif-palsu dan negative-palsu dapat terjadi sekitar 50%. Uji FA paling berguna dalam mengidentifikasi Bordetela pertusis setelah biakan pada media solid.

3) BiakanCairan hasil pencucian nasal dengan salin dibiakan pada agar medium

solid. Antibiotic didalam media cenderung untuk menghambat flora respirasi yang lain, tetapi memungkinkan pertumbuhan Bordetela pertusis. Oganisme diidentifikasi dengan pewarnaan imuno flouresen atau dengan aglutinasi slide menggunakan spesifik.

4) SerologiUji serologi pada pasien mempunyai peran yang tidak begitu penting

dalam membuat diagnosis karena peningkatan aglutinasi atau presipitasi

9

Page 10: Tugas makalah mikrobiologi

antibodi tidak terjadi sampai minggu ke 3 perjalanan penyakit. Serum tunggal dengan titer antibody yang tinggi dapat berguna dalam mendiagnosis penyakit batuk lama, sama dari durasi beberapa minggu.

I. Pengobatan dan PencegahanPencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan antara lain :

Lakukan vaksinasi pada bayi untuk mencegah terserangnya penyakit ini. Vaksinasi tidak boleh diberikan kepada anak-anak berumur 6 tahun ke atas karena dapat menyebabkan demam yang parah.

Pemberian 3 suntikan vaksin pertussis ( biakan tidak murni) dalam konsentrasi tepat pada bayi sangat perlu. Biasanya diberikan dengan kombinasi dengan toksoid difteria dan tetanus (DPT)

Tempatkan penderita dalam ruang terpisah dengan anak – anak lainnya kira- kira 6 minggu untuk menghindari penularan.

Berikan makanan yang bergizi yang mudah dicerna sedikit demi sedikit

Hindari makanan yang banyak mengandung gula pasir, pemanis buatan, gorengan dan makanan/minuman dingin.

Batuk rejan yang terjadi pada bayi dan balita harus segera di periksa ke dokter

Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan batuk rejan diantaranya berkhasiat sebagai anti-infeksi, antibakteri, antibiotik, antibatuk (antitussive), peluruh dahak (ekspektorant). Beberapa tumbuhan obat tersebut antara lain :

1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.)Khasiat : antiradang, antibiotik, menurunkan panas, menghilangkan sakit (analgetik), menghilangkan bengkak, antitoksik, menstimulasi sistem immun

2. Pegagan (Centella asiatica Urban.)Khasiat : anti-infeksi, antitoksik, penurun panas

3. Lidah Buaya (Aloe vera L.)Khasiat : antiradang, meredakan sakit (analgetik), parasitiside, pencahar.

10

Page 11: Tugas makalah mikrobiologi

4. Bawang Putih (Allium sativum L.)Khasiat : antibiotik, peluruh dahak, antiseptik, menstimulasi sistem immun, membunuh parasit (parasitiside).

5. Kencur (Kaempferia galanga L.)Khasiat : antibatuk, peluruh dahak , antibakteri, menghilangkan sakit

6. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)Khasiat : antiseptik, antiradang,

7. Kulit Jeruk Mandarin (Citrus nobilis Lour.)Khasiat : meredakan batuk, antiasma, pelururuh dahak, antiradang

J. Antibiotik

Peran antibiotik diperdebatkan. Namun, karena diagnosis sering sulit di tahap-tahap awal, antibiotik mungkin diperlukan. Antibiotik ini menghilangkan bakteri dari saluran udara tetapi perlu untuk mulai dalam tahap Catarrhal atau tahap awal penyakit ringan.

Antibiotik pilihan adalah eritromisin selama 14 hari (anak-anak: 40-50 mg/kg per hari di empat dosis terbagi; orang dewasa: 1 hingga 2 g/hari). Kursus selama 7 hari juga dapat efektif dalam kasus-kasus yang lebih ringan.

Agen lain dari kelas antibiotik yang sama yang dapat digunakan termasuk azitromisin, 10 mg/kg pada hari pertama diikuti dengan dosis harian 5 mg/kg pada hari 2 sampai 5. Klaritromisin adalah alternatif lain.

11

Page 12: Tugas makalah mikrobiologi

BAB IIIKESIMPULAN

1. Batuk rejan adalah penyakit pernafasan akut yang disebabkan oleh Bordotella pertussis.

2. Bordotella pertussis, yaitu sebuah bakteri cocco bacillus gram negatif.

3. Toksin pertussis menimbulkan limfositosi memiliki kemampuan melekatkan bakteri pada epitel sel bersilia.

4. Gejala penyakit mirip dengan flu biasa, sehingga sulit terdeteksi.

5. Salaha satu cara pencegahannya yaitu dengan cara memburikan vaksin kepada bayi.

6. Pengobatan bisa digunakan tumbuhan herbal atau antibiotic.

12

Page 13: Tugas makalah mikrobiologi

DAFTAR PUSTAKA

13