tugas makalah elektrolit

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. 1

Upload: luluk-elfianah

Post on 12-Apr-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Makalah Elektrolit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap

sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu

bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi

dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air

( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan

partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan

elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan

didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya

distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah

satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

1

Page 2: Tugas Makalah Elektrolit

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan

ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,

sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga

kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah

cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus

seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

2.2  Cairan dan Elektolit Tubuh

Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan

cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal

tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air

menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki

sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan

pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang

relative banyak (relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit

dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :

         Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan

menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water[TBW]). CIS merupakan

media tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada individu dewasa, CIS

menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 dari TBW. Sisanya, yaitu 1/3 TBW atau 20% berat

tubuh, berada di luar sel yang disebut sebagai cairan ekstra seluler (CES) (Price & Wilson,

1986).

         Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan

menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan

interstisial, dan cairan transeluler. Cairan  interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma

darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi, 

jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan

keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh

2

Page 3: Tugas Makalah Elektrolit

melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan

adalah :  kation dan anion.

Elektrolit yang berperan dalam mekanisme pertukaran CIS dan CES

(John Gibson, 2003)

Anion Kation

Klorida                            Cl-

Sulfat                              SO42-

Fosfat                             PO43-

Bikarbonat                     HCO3-

Natrium                            Na+

Kalium                              K+

Kalsium                            Ca2+

Magnesium                       Mg2+

2.2.1        Pergerakan cairan dan elektrolit tubuh

Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah

komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan,

membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam

tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua,

cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan

dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme

pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :

1)      Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area

berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini,

cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen

sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi

dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature

larutan.

2)      Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari

area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini,

cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan

osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena

ukuran molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan

onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.

3)      Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh

molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya.

Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa

memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine

3

Page 4: Tugas Makalah Elektrolit

trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan

kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa

“natrium-kalium”.

2.2.2        Pengaturan keseimbangan cairan

Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone anti-

diuretik (ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid.

1)      Rasa haus. Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan.

Rasa haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg.

Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap

perubahan osmolalitas pada cairan ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel akan

mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya

adalah sebagai berikut :

a)      Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang akhirnya menghasilkan

angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat

neuron yang bertanggungjawab meneruskan sensasi haus.

b)      Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic dan

mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.

c)      Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status hiperosmolar.

Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan sensasi kering yang tidak

nyaman akibat penurunan saliva.

2)      Hormon ADH. Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan di  dalam

neurohipofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah

peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat

terjadi pada kondisi stres, trauma, pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan beberapa

jenis anestetik dan obat-obatan. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus

pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel.

ADH juga disebut sebagai vasopresin karena mempunyai efek vasokonstriksi minor

pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.

3)      Hormon aldosteron. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada

tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan

4

Page 5: Tugas Makalah Elektrolit

retensi air. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar

natrium serum, dan sistem rennin-angiotensin.

4)      Prostaglandin. Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di banyak

jaringan dan berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi

uterus, dan motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan mengatur

sirkulasi ginjal, reabsorpsi natrium.

5)      Glukortikoid. Glukortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga

memperbesar volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu,

perubahan kadar glukortikoid mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume

darah (Tambayong, 2000).

Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan haluaran

cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ,

yakni kulit, paru-paru, pencernaan, dan ginjal.

  Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang

aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh

aktivitas otot, temperature lingkungan yang tinggi dan kondisi demam. Pengeluaran

cairan melalui kulit dikenal dengan istilah insensible water loss (IWL). Hal yang sama

juga berlaku pada paru-paru. Sedangkan pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-

20ml/24 jam atau 350-400 ml/hari.

  Paru-paru. Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru merupakan suatu

bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan

atau kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.

  Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem

pencernaan setiap harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan

adalah 10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap

kenaikan suhu 10C.

  Ginjal. Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang utama pada tubuh. Pada

individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.

2.2.3        Regulasi elektrolit.

5

Page 6: Tugas Makalah Elektrolit

Elektrolit yang terbanyak di dalam tubuh adalah kation dan anion.

a)      Kation. Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi :

a)      Natrium. Natrium merupakan kation utama dalam CES. Konsentrasi normal natrium

diatur oleh ADH dan aldosteron (di ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak ke dalam

dan keluar sel, tetapi juga bergerak di antara dua kompartemen cairan utama. Natrium

berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan, hantaran impuls dan kontraksi otot.

Fungsi utama natrium adalah untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan,

terutama intrasel dan ekstrasel, dengan menggunakan sistem “pompa natrium-kalium”.

Regulasi ion natrium dilakukan dengan asupan natrium, hormone aldosteron dan

haluaran urin.

b)      Kalium. Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber kalium

diperoleh dari pisang, brokoli, jeruk dan kentang. Kalium penting untuk

mempertahankan keseimbangan asam-basa, serta mengatur trasmisi impuls jantung dan

kontraksi otot. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan perubahan dan

penggantian dengan ion kalium di tubulus ginjal.

b)     Anion. Anion yang terdapat dalam tubuh meliputi :

a)      Klorida klorida temasuk salah satu anion terbesar di cairan ekstrasel. Klorida berfungsi

mempertahankan tekanan osmotic darah. Nilai normal klorida adalah 95-105 mEq/l.

b)     Bikarbonat. Bikarbonat merupakan buffer kimia utama dalam tubuh yang terdapat di

cairan ekstrasel dan intrasel. Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal. Nilai normal

bikarbonat adalah 22-26 mEq/l.

c)      Fosfat. Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat

berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga keutuhannya. Selain

itu, fosfat juga membantu kerja neuromuscular, metabolisme karbohidrat, dan

pengaturan asam-basa. Kerja fosfat ini diatur oleh hormon paratiroid dan diaktifkan

oleh vitamin D.

2.2.4        Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:

      Usia. Pada bayi atau anak-anak, keseimbangan cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Diantaranya adalah asupan cairan yang besar yang diimbangi dengan

haluaran yang besar pula, metabolisme tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat

imaturitas fungsi ginjal, serta banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal, paru-paru

dan proses penguapan. Pada orang tua atau lansia, gangguan yang muncul berkaitan

6

Page 7: Tugas Makalah Elektrolit

dengan masalah ginjal dan jantung terjadi karena ginjal tidak lagi mampu mengatur

konsentrasi urin.

      Temperatur lingkungan. Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis

dan menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas, seseorang

akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30 g garam/hari.

      Kondisi stress. Kondisi stress mempengaruhi metabolism sel, konsentrasi glukosa

darah, dan glikolisis otot. Kondisi stress mencetuskan pelepasan hormon anti-diuretik

sehingga produksi urin menurun.

      Keadaan sakit. Kondisi sakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan

elektrolit antara lain luka bakar, gagal ginjal, dan payah jantung.

      Diet. Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi yang tidak

adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum. Jika albumin serum

menurun, cairan interstisial tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga terjadi

edema

2.3  Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit

2.3.1   Ketidakseimbangan cairan

Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu

mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit

volume cairan atau sebaliknya.

1.      Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]). Defisit volume cairan adalah

suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit

di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati

normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan

hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan interstisial

menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu

kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi

tiga, yaitu :

a)      Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan

jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.

b)      Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding dengan

jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.

7

Page 8: Tugas Makalah Elektrolit

c)      Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit

daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130

mEq/l.

       Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan.

Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan

hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti

kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau

natrium) yang dapat menyebabkan eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam

waktu yang lama, serta kelainan lain yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih.

Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahan menjadi :

a.        Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh

atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan

individu dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang

berlebih dapat berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru,

atau pembuluh darah.

b.        Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10% dari

berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah

satu gejalanya adalah mata cekung.

c.         Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter.

Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat

mengalami hipotensi.

2.      Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]). Volume cairan berlebih

(overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan

(retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah

hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal.

Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah

dan edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan

tekanan osmotic. Edema sering muncul di daerah mata, jari, dan pergelangan kaki.

Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah perifer. Jika area tersebut ditekan,

akan terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini

karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak

8

Page 9: Tugas Makalah Elektrolit

menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-pitting,

cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini karena

edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi

infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di

permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan

tekanan cairan pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang

terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum,

dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.

2.3.2   Ketidakseimbangan elektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :

Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di

cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini

mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi

bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison,

kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta

asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan adalah

sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic

hormon [SIADH]), peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis

diabetes, oliguria, dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi

cemas, hipotensi postural, postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan

koma. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l

dan berat jenis urine <1,010. Hipernatremia  adalah kelabihan kadar natrium di cairan

ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini

mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia

meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia, diare,

kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan

gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria,

atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum >144 Meq/l,

berat jenis urine >11,30.

9

Page 10: Tugas Makalah Elektrolit

Hipokalemia dan hiperkalemia. Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan

ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan

kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma.

Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan bising

usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan

nilai kalium serum <3,0 mEq/l.  hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan

ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan sangat

membahayakan kehidupan sebab akan menghambat trasmisi impuls jantung dan

menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah  satu upaya yang dapat

dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat membantu mendorong kalium

masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas,

irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan kelemahan. Pada pemeriksaan

laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan

EKG didapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang.

Hipokalsemia dan hiperkalsemia. Hipokalsemia adalah  kekurangan kadar kalsium di

cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia

sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari

tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan

motilitas gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan

laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10

mg/100 ml serta memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji

dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar

kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot

dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia

meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi,

nyeri punggung, dan serangan jantung.  Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium

serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat kekurangan cairan.

Hasil rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang

yang menyebar.

Hipomagnesemia  dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi apabila kadar

magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh

konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus

yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang

hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan

10

Page 11: Tugas Makalah Elektrolit

laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l.

Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum.

Meski jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal.,

terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan

gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon profunda,

depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium

serum >3,4 mEq/l.

Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida

dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi

gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan

nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu

apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk

kondisi ini adalah nilai ion klorida  >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan

kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya

saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia menyebabkan

penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan ketidakseimbangan asam-basa. Lebih

lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul.

Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.

Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia. Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di

dalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus,

peningkatan ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang.

Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan

hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan

otot, serta gejala neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini

adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion

fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar

hormon paratiroid menurun. Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan

fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena kadar

kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala hiperfosfatemia

hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas sistem saraf pusat,

spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus, masalah kardiovaskular

seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan osteoporosis.

Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.

11

Page 12: Tugas Makalah Elektrolit

2.4  Asam-basa

Kadar atau derajat keasaman cairan digambarkan dengan konsentrasi ion

hydrogen (H+) dan ion hidroksil (OH-). Asam adalah substansi yang berisi ion hydrogen

yang dapat dibebaskan. Sedangkan basa adalah substansi yang dapat menerima ion

hydrogen. Satuan pengukur yang digunakan untuk menggambarkan keseimbangan

asam-basa adalah “pH”. Rentang pH berkisar 1-14. pH netral adalah 7, contohnya air

murni. Jika ion hydrogen bertambah, larutan akan bersifat asam (pH<7). Sebaliknya,

jika ion hidroksil bertambah, larutan tersebut akan bersifat basa (pH>7). Plasma darah

normalnya bersifat basa-ringan dengan pH 7,35-7,45. Asidosis adalah kondisi yang

ditandai dengan berlebihnya proporsi ion hydrogen di dalam cairan ekstrasel dengan pH

<7,35. Alkalosis adalah kondisi ketika plasma kekurangan ion H+ dan pH>7,45. Untuk

mempertahankan pH yang normal, ion hydrogen diatur melalui sistem buffer,

mekanisme pernafasan, serta mekanisme ginjal. Bila upaya tersebut gagal dan pH darah

<6,8 atau >8,0, dapat terjadi kematian.

2.5  Gangguan Keseimbangan Asam-basa

Pada dasarnya, keseimbangan asam-basa mengacu pada pengaturan ketat

konsentrasi ion hydrogen (H+) bebas di dalam cairan tubuh. Secara umum,

keseimbangan asam-basa digambarkan dalam reaksi kesetimbangan berikut ini.

CO2 + H2O ç H2CO3 çH+  + HCO3-

Reaksi diatas bersifat reversible karena dapat berlangsung dalam dua arah,

bergantung pada konsentrasi zat-zat yang terlibat. Saat kadar CO2 dalam darah

meningkat, reaksi akan berpindah ke sisi asam dan menghasilkan H+ serta HCO3-.

Sebaliknya, jika kadar CO2 dalam darah menurun, reaksi tersebut akan berpindah ke sisi

CO2. Dalam proses ini, ion H+ dan HCO3- bereaksi membentuk H2CO3- yang dengan

cepat berubah kembali menjadi CO2 dan H2O. ketidakseimbangan asam-basa terjadi

apabila perbandingan antara [HCO3-] dan [CO2] tidak proporsional. Normalnya,

perbandingan antara keduanya adalah 20/1. Jika perbandingan tersebut berubah, akan

terjadi ketidakseimbangan yang menimbulkan gangguan yang disebut asidosis dan

alkalosis. Baik asidosis maupun alkalosis, keduanya dipengaruhi oleh fungsi

pernapasan dan metabolisme. Karenanya, dikenal istilah asidosis respiratorik dan

asidosis metabolic serta alkalosis respiratorik dan alkalosis metabolic.

12

Page 13: Tugas Makalah Elektrolit

Saat terjadi gangguan keseimbangan asam-basa, tubuh akan berupaya

memperbaikinya melalui suatu sistem regulasi sehat yang disebut kompensasi. Selain melalui

sistem buffer, upaya kompensasi ini dilakukan melalui mekanisme pernapasan dan

mekanisme ginjal.

       Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik adalah gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh

retensi CO2 akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru

berkurang, terjadi peningkatan H2CO3 yang kemudian menyebabkan peningkatan [H+].

Kondisi ini disebabkan oleh banyak hal, di antaranya adalah penyakit paru, depresi

pusat pernapasan, kerusakan saraf atau otot yang menghambat kemampuan bernapas,

atau oleh tindakan sederahana seperti menahan napas. Sebagai upaya kompensasi,

ginjal akan berupaya menahan bikarbonat untuk mengembalikan rasio asam karbonat

dan bikarbonat yang normal. Akan tetapi, karena ginjal berespon relative lambat

terhadap keseimbangan asam-basa, respons kompensasi tersebut mungkin akan

membutuhkan waktu beberapa jam hingga beberapa hari sampai pH kembali normal .

Tanda-tanda klinis asidosis respiratorik meliputi :

  Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi

  Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran, dan disorientasi.

  pH plasma <7,35 ; pH urine <6

  PCO2 tinggi (>45 mmHg)

       Asidosis metabolic

Asidosis metabolic,dikenal juga dengan istilah asidosis nonrespiratorik, mencakup

semua jenis asidosis yang bukan disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh.

Pada keadaan tidak terkompensasi, kondisi ini ditandai dengan penurunan HCO3-

plasma, sedangkan kadar CO2 normal. Asidosis metabolic biasanya disebabkan oleh

pengeluaran cairan kaya HCO3- secara berlebihan atau oleh penimbunan asam

nonkarbonat. Kondisi tersebut merangsang pusat pernafasan untuk meningkatkan

13

Page 14: Tugas Makalah Elektrolit

frekuensi dan kedalaman napas. Akibatnya, karbon dioksida semakin banyak terbuang

dan kadar asam karbonat menurun. Upaya ini meminimalkan perubahan pH.

Tanda dan gejala asidosis metabolic meliputi :

  Pernafasan Kussmaul, yaitu pernapasan cepat dan dalam

  Kelelahan (malaise)

  Disorientasi

  Koma

  pH plasma <3,5

  PCO2 normal tau rendah jika sudah terjadi kompensasi

  Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20 mEq/l, dewasa <21mEq/l)

       Alkalosis respiratorik

Alkalosis respiratorik merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat

hiperventilasi. Jika ventilasi paru menigkat, jumlah CO2 yang dikeluarkan akan lebih

besar daripada yang dihasilkan. Akibatnya, H2CO3 yang terbentuk berkurang dan H+

menurun. Kemungkinan penyebab alkalosis respiratorik adalah demam, kecemasan,

dan keracunan aspirin yang kesemuanya merangsang ventilasi yang berlebihan. Sebagai

upaya kompensasi ginjal akan mengekskresikan bikarbonat untuk mengembalikan pH

ke dalam rentang normal.

Tanda dan gejala klinis alkalosis respiratorik adalah

  Penglihatan kabur

  Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki

  Kemampuan konsentrasi terganggu

  Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus gawat)

  pH >7,45

       Alkalosis metabolic

Alkalosis metabolic adalah penurunan (reduksi) H+ plasma yang disebabkan oleh

defisiensi relatif asam-asam nonkarbonat. Pada kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak

diimbangi dengan peningkatan CO2. Dalam keadaan tidak terkompensasi, kadar  HCO3-

bisa berlipat ganda dan menyebabkan rasio alkalotik 40/1. Kondisi ini antara lain

disebabkan oleh muntah yang terus menerus dan ingesti obat-obat alkali. Sebagai upaya

kompensasi, pusat pernapasan ditekan agar pernapasan menjadi pendek dan dangkal.

14

Page 15: Tugas Makalah Elektrolit

Akibatnya, CO2 menjadi tertahan dan kadar asam karbonat meningkat guna

mengimbangi kelebihan bikarbonat.

Tanda dan gejala klinis alkalosis metabolic adalah

  Apatis

  Lemah

  Gangguan mental (mis, gelisah, bingung, letargi)

  Kram

  Pusing

15

Page 16: Tugas Makalah Elektrolit

BAB III

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Pemenuhan kebutuhan Cairan dan

Elektrolit

1.      Pengkajian

Pengkajian keperawatan difokuskan pada hal-hal seperti riwayat keperawatan,

pengukuran klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

a.       Riwayat keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan penting untuk mengetahui klien yang beresiko

mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengkajian tersebut

meliputi :

         Asupan cairan dan makanan (oral dan parenteral), haluaran cairan

         Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

         Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan elektrolit.

         Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat menggangu status cairan.

         Status perkembangan (usia atau kondisi social)

         Factor psikologis.

            Sedangkan menurut Metheny (1991), ada enam hal yang perlu ditanyakan untuk

menilai status cairan dan elektrolit pasien, yaitu :

         Apakah saat ini ada penyakit atau cedera yang dapat mengganggu keseimbangan cairan

dan elektrolit?

         Apakah pasien mendapat terapi cairan parenteral atau pengobatan lain yang dapat

mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit? Jika ya, bagaimana pengobatan itu

bisa mengacaukan keseimbangan cairan?

         Apakah ada pengeluaran cairan tubuh yang abnormal? Jika ya, dari mana? Apa tipe

ketidakseimbangan yang biasanya menyertai pengeluaran cairan itu?

         Apakah ada pembatasan diet (mis., diet rendah garam)? Jika ya, bagaimana hal itu bisa

mempengaruhi keseimbangan cairan?

         Apakah klien menerima air atau zat gizi lain melalui oral atau rute lain dalam jumlah

yang cukup? Jika tidak, sudah berapa lama pasien menerima asupan yang tidak adekuat

tersebut?

         Bagaimana perbandingan antara asupan cairan total dengan haluaran cairan totalnya? 

b.      Pengukuran klinis

16

Page 17: Tugas Makalah Elektrolit

Pengukuran klinis sederhana yang dapat perawat lakukan tanpa instruksi dari dokter

adalah pengukuran tanda-tanda vital, penimbangan berat badan, serta pengukuran

asupan dan haluaran cairan.

         Berat badan. Pengukuran BB dilakukan disaat yang sama dengan menggunakan

pakaian dengan berat yang sama. Peningkatan atau penurunan 1 kg berat badan setara

dengan penambahan atau pengeluaran 1 liter cairan.

         Tanda – tanda vital. Perubahan tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan

darah serta tingkat kesadaran) bisa menandakan gangguan keseimbanga cairan dan

elektrolit.

         Asupan cairan. Meliputi cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral (obat-obat

intravena), makanan yang mengandung air, irigasi kateter.

         Haluaran cairan. Haluaran cairan meliputi urine (volume, kepekatan), feses (jumlah,

konsistensi) drainase, dan IWL.

         Status hidrasi. Status hidrasi meliputi adanya edema, rasa haus yang berlebihan,

kekeringan pada membran mukosa.

         Proses penyakit. Kondisi penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan dan

elektrolit (mis., DM, CA, luka bakar, hematemesis, dll).

         Riwayat pengobatan. Obat-obat atau terapi yang dapat mengganggu keseimbangan

cairan dan elektrolit (mis., steroid, diuretic, dialysis).

c.       Pemeriksaan fisik

         Integument. Turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa.

         Kardiovaskular. Distensi vena jugularis, tekanan darah, dan bunyi jantung.

         Mata. Cekung, air mata kering.

         Neurologi. Reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.

         Gastrointestinal. Mukosa mulut, mulut, lidah, bising usus.

d.      Pemeriksaan laboratorium

         Pemeriksaan darah lengkap. Meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), dan

hematokrit (Ht).

  Ht naik                        : dehidrasi berat dan gejala syok

  Ht turun          : perdarahan akut, massif, dan reaksi hemolitik.

  Hb naik           : hemokonsentrasi.

  Hb turun          : perdarahan hebat, reaksi hemolitik.

17

Page 18: Tugas Makalah Elektrolit

         Pemeriksaan elektrolit serum. Dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,

klorida, ion bikarbonat.

         pH dan berat jenis urine. Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur

konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

         Analisa gas darah. Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2, dan Sa.

O2. Nilai PCO2 normal : 35-40 mmHg; PO2 normal : 80-100 mmHg; HCO3- normal :

25-29 mEq/l. sedangkan saturasi O2  adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan

jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95%-98%) dan vena

(60%-85%).

Interpretasi

Asidosis

  CO2 naik         : CO2 + H2O        H2CO3

  HCO3- turun    : HCO3

- bersifat basa.

Alkalosis

  CO2 turun        : tidak terbentuk asam bikarbonat

  HCO3-              : kadar basa naik.

Pada ketidakseimbangan asam-basa karena proses respiratorik, nilai pH dan PCO2 tidak

normal. Sebaliknya, bila kondisi tersebut disebabkan oleh proses metabolic, nilai pH

dan HCO3- keduanya meningkat atau rendah.

2.      Penetapan diagnosis

Menurut NANDA (2003), masalah keperawatan utama untuk masalah gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :

Kekurangan volume cairan

Kelebihan volume cairan

Resiko kekurangan volume cairan

Resiko ketidakseimbangan volume cairan

Gangguan pertukaran gas.

3.      Perencanaan dan implementasi

Secara umum, tujuan intervensi keperawatan untuk masalah cairan dan elektrolit

meliputi mempertahankan keseimbangan asupan dan haluaran cairan, mengoreksi

18

Page 19: Tugas Makalah Elektrolit

deficit volume cairan dan elektrolit, mengurangi overload, mempertahankan berat jenis

urine dalam batas normal, menunjukkan perilaku yang dapat meningkatkan

keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa, serta mencegah komplikasi akibat

pemberian terapi.

3.1  Kekurangan volume cairan.

Yang berhubungan dengan :

  Haluaran urine yang berlebihan (mis., diabetes insipidus)

  Pengeluaran cairan sekunder akibat demam, drainase yang abnormal, peritonitis, atau

diare.

  Mual/muntah

  Kesulitan menelan atau minum sendiri, sekunder akibat sakit tenggorakan , kelelahan

  Asupan cairan yang kurang saat berolahraga atau karena kondisi cuaca.

  Penggunaan laktasif dan diuretic yang berlebihan

Kriteria hasil

Klien akan mempertahankan berat jenis urine dalam rentang normal.

Indicator

  Meningkatkan jumlah asupan cairan hingga jumlah tertentu, sesuai dengan usia dan

kebutuhan metabolic.

  Mengidentifikasi factor risiko deficit cairan dan menjelaskan perlunya meningkatkan

asupan cairan sesuai indikasi.

  Tidak memperlihatkan tanda dan gejala dehidrasi.

Intervensi umum

Mandiri

  Kaji factor penyebab (mis., ketidakmampuan untuk minum sendiri, gangguan menelan,

sakit tenggorakan, asupan cairan yang kurang sebelum berolahraga, kurang

pengetahuan, atau tidak suka dengan minuman yang tersedia).

  Kaji pemahaman klien tentang perlunya mempertahankan hidrasi yang adekuat serta

metode untuk memenuhi asupan nutrisi.

19

Page 20: Tugas Makalah Elektrolit

  Kaji minuman yang disukai dan tidak disukai dan rencanakan pemberian asupan sacara

bertahap (mis., 1000 ml di siang hari, 800 ml di sore hari, dan 300 ml di malam hari)

  Bila klien mengalami sakit tenggorakan, tawarkan minuman yang hangat atau dingin ;

pertimbangkan pemberian es.

  Bila klien sangat lelah atau lemah, anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan dan

berikan cairan dalam jumlah sedikit tetapi sering.

  Anjurkan klien membuat buku catatan yang berisi asupan cairan , haluaran urine, dan

berat badan harian.

  Pantau asupan cairan klien (minimal 2000 ml asupan cairan oral per hari)

  Pantau haluaran klien (minimal 1000-1500 ml per hari)

  Pertimbangkan jenis obat-obatan serta kondisi lain yang bisa menyebabkan kehilangan

cairan berlebih (mis., pemberian diuretic, muntah, diare, demam)

  Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi.

  Bagi para olahragawan, tekankan pentingnya hidrasi yang adekuat sebelum dan selama

berolahraga.

Kolaborasi

Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi intarvena.

Rasional

  Kondisi dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Akibatnya, haluaran urine

tidak dapat membersihkan limbah secara adekuat sehingga kadar BUN dan elektrolit

meningkat.

  Pengukuran berat badan yang akurat dapat mendeteksi kehilangan cairan

  Untuk memantau berat badan secara efektif, penimbangan harus dilakukan di saat yang

sama dengan pakaian yang beratnya hampir sama.

  Konsumsi gula, alcohol, dan kafein dalam jumlah besar dapat meningkatkan produksi

urine dan menyebabkan dehidrasi

3.2  Kelebihan volume cairan

20

Page 21: Tugas Makalah Elektrolit

BAB IV

PENUTUP

1.1  Kesimpulan

Kesehatan sangatlah penting untuk diketahui oleh para perempuan bakal calon ibu

ataupun laki-laki calon bapak. Oleh karena itu bverdasarkan uraian di atas dapat penulis

simpulkan bahwa:

   Leukimia adalah sekelompok penyakit ganas pada sumsum tulang belakang dan

system limfatik yang ditandai dengan proliferasi tanpa batas sel darah putih abnormal

dan imatur (Wong, 2009). Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur

dalam jaringan pembentukan darah.

  Leukimia, kanker pada jaringan pembentuk darah adalah bentuk kanker pada masa

kanak-kanak yang paling sering ditemukan. Insidensi pertahunnya adalah 3 hingga 4

kasus per 100.000 anak-anak kulit putih yang berusia dibawah 15 tahun ( Margolin  &

Poplack, 1997 dalam Wong, 2009). Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan yang masih berusia di atas 1 tahun, dan awitan puncaknya

terjadi antara 2 dan 6 tahun.

  Leukemia merupakan salah satu bentuk kanker yang memperlihatkan peningkatan

angka keberhasilan hidup secara dramatis. Keberhasilan hidup tanpa penyakit untuk

jangka waktu lama yang dijumpai akhir-akhir ini pada anak-anak yang menderita

leukemia limfoid akut mendekati angka 75% ( Fiebert & Shurin, 1998 dalam Wong,

2009),

1.2  Saran

Untuk itu wawasan dan pengetahuan tentang leukimia sangatlah penting untuk bisa

dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah tangga dan

masyarakat pada umumnya, supaya kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai dengan

sempurna. Oleh karena itu penulis memberi saran kepada para pihak yang terkait

khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa memberikan pengetahuan dan

wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat dengan cara sosialisasi, kegiatan tersebut

mudah-mudahan kesehatan masyarakat bisa tercapai dan masyarakat lebih pintar dalam

menjaga kesehatannya.

21

Page 22: Tugas Makalah Elektrolit

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas

Kedokteran UI, Jakarta.

Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.

Marilynn E. Doengoes, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana

Asuhan Keperawatan, EGC.

Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai Penerbit

FKUI, Jakarta.

22