tugas kuliah irigasi dan drainase

13
1. Hubungan 5 aspek (lingkungan, tanaman, tanah, teknologi dan kelembagaan) terhadap irigasi dan drainase. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman karena merupakan komponen utama dalam sel-seluntuk menyusun jaringan tanaman (70-90%), pelarut dan medium reaksi biokimia, medium transport senyawa, memberikan turgor bagi sel, bahan baku pembentuk klorofil dan menjaga suhu tanaman supaya konstan (Kartasapoetra, 1993). Berikut ini adalah beberapa aspek yang ada kaitannya terhadap pemberian air bagi pertumbuhan tanaman: 1) Aspek Lingkungan Cuaca atau iklim merupakan keadaan atau kondisi fisik atmosfer yang terbentuk melalui interaksi dari berbagai unsur atau komponen (peubah) yang disebut unsur- unsur iklim/cuaca yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Komponen iklim/cuaca tersebut meliputi (1) radiasi matahari, (2) suhu udara dan tanah, (3) kelembaban udara dan tanah, (4) tekanan udara, (5) angin, (6) awan, (7) presipitasi/curah hujan, dan (8) evaporasi. Dalam kaitannya dengan irigasi dan drainase, presipitasi/curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman khususnya dalam ketersediaan air. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari

Upload: astidhia-nadia

Post on 24-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Hubungan 5 aspek terhadap irigasi dan drainase tanaman pisang

TRANSCRIPT

1. Hubungan 5 aspek (lingkungan, tanaman, tanah, teknologi dan kelembagaan) terhadap irigasi dan drainase.Air sangat dibutuhkan oleh tanaman karena merupakan komponen utama dalam sel-seluntuk menyusun jaringan tanaman (70-90%), pelarut dan medium reaksi biokimia, medium transport senyawa, memberikan turgor bagi sel, bahan baku pembentuk klorofil dan menjaga suhu tanaman supaya konstan (Kartasapoetra, 1993). Berikut ini adalah beberapa aspek yang ada kaitannya terhadap pemberian air bagi pertumbuhan tanaman:1) Aspek LingkunganCuaca atau iklim merupakan keadaan atau kondisi fisik atmosfer yang terbentuk melalui interaksi dari berbagai unsur atau komponen (peubah) yang disebut unsur-unsur iklim/cuaca yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Komponen iklim/cuaca tersebut meliputi (1) radiasi matahari, (2) suhu udara dan tanah, (3) kelembaban udara dan tanah, (4) tekanan udara, (5) angin, (6) awan, (7) presipitasi/curah hujan, dan (8) evaporasi. Dalam kaitannya dengan irigasi dan drainase, presipitasi/curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman khususnya dalam ketersediaan air. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar akan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Proses fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan berhenti jika kehilangan air mencapai 60% (Sabaruddin, 2012)2) Aspek TanamanKebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui penguapan tanaman, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu. Penguapan bisa terjadi melalui permukaan air (evaporasi) maupun daun-daun tanaman (transpirasi). Bila kedua proses penguapan tersebut terjadi bersama-sama terjadilah evapotranspirasi. Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang akibat proses evapotranspirasi. Besar evaporasi sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, meliputi temperatur udara, kecepatan angin, kelembaban udara dan lama penyinaran matahari (Murdiyarso, 1991).Besar transpirasi pada tanaman dipengaruhi oleh keadaan iklim, jenis tanaman, varietas tanaman dan umur tanaman. Kebutuhan air tanaman dapat dihitung dengan rumus ET = k . Eto dimana k = koefisien tanaman, besarnya tergantung dari jenis, varietas dan umur tanaman. k menyatakan koefisien tanaman yang merupakan angka pengali untuk menjadikan evapotranspirasi potensial (ETo) menjadi evapotranspirasi yang sebenarnya (ET). Besarnya koefisien tanaman (k) erat berhubungan dengan jenis tanaman, varietas tanaman dan umur tanaman (Murdiyarso, 1991).3) Aspek TanahAir mempunyai beberapa peranan penting dalam tanah. Air penting dalam pelapukan mineral dan bahan organik yaitu reaksi yang menyebabkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai media gerak hara dalam akarakar tanaman, akan tetapi bila air terlalu banyak, harahara akan hilang tercuci dari lingkungan perakaran atau bila evaporasi tinggi, garamgaram yang terlarut kemudian terangkat ke lapisan atas tanah dan kadangkadang tertimbun dalam jumlah yang dapat merusak. Air berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah dan merintangi akar tanaman memperoleh oksigen. Karena itu air dapat berguna atau merugikan bagi pertumbuhan tanaman, tergantung pada jumlah air yang terdapat dalam tanah (Hanafiah, 2012).Menurut Hanfiah (2012) kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien ini umumnya bervariasi terutama tergantung pada:a. Tekstur tanah. Kadar air tanah bertekstur liat lebih besar dari lempung lebih besar dari pasir misalnya pada tegangan 1/3 atm (kapasitas lapang), kadar air tanah pada masingmasingnya adalah sekitar 55%, 40%, dan 15%. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan absortip yang makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas simpan airnya.b. Kadar Bahan Organik Tanah (BOT). BOT mempunyai poripori mikro yang jauh lebih banyak ketimbang partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga makin tinggi kadar BOT akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah;c. Senyawa kimiawi. Garamgaram dan senyawa pupuk/ amelioran (pembenah tanah) baik alamiah maupun nonalamiah mempunyai gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air, sehingga koefisien layu meningkat. Konsekuensinya, makin banyak senyawa kimiawi di dalam tanah akan menyebabkan kadar dan ketersediaan air tanah menurun;d. Kedalaman solum/ lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, makin dalam makin besar, sehingga kadar dan ketersediaan air juga makin banyak. Kedalaman solum/ lapisan ini sangat penting pada tanaman yang berakar tunggang dan dalam.

4) Aspek TeknologiIrigasi merupakan upaya yang dilakukan petani untuk mengairilahan pertaniannya. Salah satu teknologi irigasi pertanian yang sudah dikembangkan adalah irigasi tetes. Irigasi tetes itu sendiri adalah metode irigasiyang menghemat air dengan membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik melalui permukaan tanah atau langsung ke akar, melalui jaringan katup, pipa dan emitor. Irigasi tetes merupakan teknologi irigasi yang bertujuan untuk memanfaatkan ketersediaan air yang sangat terbatas secara efisien. Teknologi ini cocok diterapkan pada lahan kering dengan topografi relatif landau (Yuli, 2011).Cara kerja irigasi tetes sederhana adalah menampung air dalam wadah dengan mengalirkannya ke tanaman menggunakan tekanan gaya gravitasi melalui lubang yang telah dibuat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Cara penggunaan alat ini sangatlah mudah, yaitu dengan mengisi wadah botolair mineral bekas/bambu yang telah dilubangi dibawahnya sekitar 0.1 cm dengan air dan menggantungkannya pada tiang gantungan yang telah disediakan dekat dengan tanaman. Jumlah lubang tetesan air ke tanaman disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan air. Apabila botol sudah kosong diisi kembali (Yuli, 2011).Interval pemberian air sangat berpengaruh terhadap kelembaban tanah, baik untuk setiap jenis tanaman maupun fase pertumbuhannya. Apabila air diberikan setiap hari, kelembaban tanah menjadi tinggi jadi air di berikan dengan selang waktu beberapa hari masih memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik, karena kelembaban tanah masih cukup tinggi (Yuli, 2011).Berbeda dengan fase inisiasi, pemberian air pada fase vegetatif dan fase generatif menyebabkan perbedaan kelembapan tanah. Semakin bertambah umur tanaman, kebutuhan air tanaman untuk evapotranspirasi dan perkolasi juga bertambah, sehingga kelembapan tanah pada fase generatif semakin rendah, karena air yang ada di dalam tanah digunakan untuk pembungaan dan pembentukan buah atau biji (Yuli, 2011).5) Aspek KelembagaanAdanya pandangan bahwa air irigasi adalah barang publik menyebabkan masyarakat cenderung kurang efisien dalam menggunakan air. Secara ekonomi, ketidakjelasan tentang hak-hak dan kewajiban dalam pemanfaatan air, menyebabkan organisasi asosiasi pemakai air kurang efektif. Disamping itu, mekanisme kelembagaan dalam alokasi sumber daya air tidak berfungsi, yang pada gilirannya akan meninmbulkan inefisiensi penggunaan air serta adanya potensi konflik dalam pengalokasian air (Kurnia dan Judawinata,2000).Dalam upaya mencapai pengelolaan sumber daya air yang efisien dan berdimensi pemberdayaan petani diperlukan penyesuaian kelembagaan, baik untuk kelembagaan pemerintah, swasta maupun petani. Pada tingkat petani dipandang penting untuk mengembangkan Organisasi Petani Pemakai Air yang responsif dan mampu menyesuaikan kegiatannya terhadap perubahan unsur-unsur kelembagaan dalam era otonomi daerah (Kurnia dan Judawinata,2000).Lembaga-lembaga tradisional pengelola irigasi yang sampaisaat ini masih bertahan membuktikan betapa pentingnya organisasi dalam pengelolaan air tersebut. Menurut Ambler (1990) organisasi pengelola air bukan sekedar organisasi untuk kegiatan untuk kegiatan teknis semata, namun lebih dari itu merupakan suatu lembaga sosial, bahkan di pedesaan Indonesia kandungan kaidah-kaidah yang telah disepakati lebih sarat daripada saran fisiknyaMenurut Rachman (1999), keberhasilan pengelolaan air irigasi sangat tergantung kepada pengelolaan/manajemen di tingkat jaringan (distribusi) dan tingkat sungai (alokasi). Dengan demikian, kelembagaan yang perlu mendapat perhatian adalah kelembagaan Panitia Irigasi (Tk. I dan Tk. II), Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA) dan institusi lokal petani pemakai air (P3A). Hal ini mengisyaratkan bahwa institusi lokal petani perlu diberi kesempatan untuk mengelola sumber daya air yang tidak hanya terbatas pada tingkat usahatani, namun melibatkan secara lebih luas di tingkat distribusi dan alokasi.2. Kebutuhan Air Tanaman PisangTanaman pisang membutuhkan pengairan yang cukup sepanjang hidupnya. Kebutuhan air semakin meningkat sejak fase pertumbuhan awal dan mencapai tahap tertinggi setelah jantung pisang mulai keluar. Walaupun membutuhkan banyak air, tanaman pisang tidak menghendaki air yang menggenang terlalu lama hingga merusak perakarannya. Akar pisang tergolong lunak dan mudah busuk kalau terendam air. Agar sehat dan berfungsi dengan baik, perakaran pisang membutuhkan peredaran udara yang baik di dalam tanah. Untuk itu, lahan pisang perlu diberi drainase yang baik (Redaksi Trubus, 2006). Total kebutuhan air tanaman pisang tinggi karena tanaman ini tergolong tanaman berhari panjang,.kebutuhan air tanaman per tahun nya bervariasi, yakni antara 1200 mm (humid area) hingga 2200 mm (dry area) (FAO, 2013). Tanaman pisang yang tumbuh di lahan kering dengan curah hujan kurang dari 2200 mm/tahun sangat membutuhkan pengairan tambahan untuk tumbuh optimal, pengairan tambahan ini dapat berupa sistem irigasi tetes atau irigasi secara rembesan (Redaksi Trubus, 2006).Dalam pertanian presisi, irigasi dilakukan dengan sistem irigasi tetes. Berikut ini adalah penambahan air irigasi pada setiap fase pertumbuhan pisang dengan menggunakan irigasi tetes:

No.Fase PertumbuhanWaktu (mst)Kuantitas Air(liter/tanaman)

1.After Planting1-45

2.Juvenil Phase5-98-10

3.Critical Growth Stage10-1912

4.Flower Bud Differentiation Stage20-3216-20

5.Shooting Stage33-37>20

6.Bunch Development Stage38-50>20

Daftar PustakaAmbler, J.S. 1990. Irigasi di Indonesia : Dinamika Kelembagaan Petani. LP3ES.JakartaFAO (Food And Agriculture Organization). 2013. Crop Water Information, http://www.fao.org/nr/water/cropinfo_banana.html. Diakses pada tanggal 27 Februari 2015 pukul 07.30Indian Council of Agricultural Research (ICAR). 2012. Expert System of Banana, http://agridr.in/expert_system/banana/precision.html#4. New Delhi : Directorate of Extension Education Tamil Nadu Agricultural University. Diakses pada tanggal 27 Februari 2015 pukul 08.00Kartasapoetra, Ance Gunarsih, Ir., 1993.Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanahdan Tanaman.Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.Kurnia G. dan R. Judawinata. 2000. Kemandirian Perkumpulan Petani Pemakai Air. Prosiding Loka Karya Kebijakan Pengairan Mendukung Pengembangan Agribisnis. Pusat Studi Pembangunan IPB, Bogor.Murdiyarso, Daniel. 1991. Hubungan Air Tanaman; Kapita SelektaDalam Agrometeorologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Rachman, B. 1999. Analisis Kelembagaan Jaringan Tata Air dalam Meningkatkan Efisiensi dan Optimasi Alokasi Penyaluran Air Irigasi di Wilayah Pengembangan IP Padi 300, Jawa Barat. PPS-IPBRedaksi Trubus. 2006. Berkebun Pisang Secara Intensif. Jakarta : Penebar SwadayaSabaruddin, Laode, Dr. Ir. H., 2012. Agroklimatologi. Bandung : Penerbit AlfabetaYuli, Nanda Rahma. 2013. Teknologi Irigasi Tetes, Pedoman Teknis Direktorat Perlindungan Perkebunan http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-278-teknologi-irigasi-tetes.html. Kementrian Petanian Direktorst Jenderal Perkebunan. Diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 05.00

TUGAS TERSTRUKTURMATA KULIAH IRIGASI DAN DRAINASE

Disusun oleh:Nama: Astidhia NadiaNIM: 135040200111062Kelas: C

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015