tugas ksdm
TRANSCRIPT
Kesuksesan jangka panjang Organisasi adalah harus mampu mengatur kemampuan dan
memastikan pengukuran kemampuan tersebut konsisten dengan kebutuhan organisasi. Sebagai
akibatnya, kemampuan menejemen juga disebut evaluasi kemampuan, penilaian kemampuan
atau pengukuran kemampuan menjadi issue yang lebih strategis untuk organisasi dibandingkan
di masa lampau. Istilah performance feedback akan sering digunakan pada bab ini untuk
menekankan bahwa sistem kemampuan menejemen harus dimegerti dan diterima oleh karyawan
organisasi serta harus menghasilkan informasi yang berarti, jika itu menjadi efektif. Sistem
kemampuan menejemen yang efektif membutuhkan pekerja dan pengawas yang dapat bekerja
sama untuk mengatur prospek kemampuan memeriksa hasil, menentukan keperluan organisasi
dan individu serta rencana untuk masa depan. Sebaliknya, istilah penilaian kemampuan dan
evaluasi kemampuan maksudnya suatu pendekatan keputusan untuk management performance
dimana pekerja mempunyai sedikit keterlibatan dalam prosesnya.
Untuk mengukur kemampuan karyawan ada 3 langkah, yaitu :
1. Kekurangan atau kemunduran kemampuan ditunjukkan dalam sebuah waktu
dan cara yang tepat melalui program pembangunan pekerja yang
mempertemukan perubahan kebutuhan sebuah organisasi dan pasarnya.
2. Tingkah laku pekerja menjadi penghubung menuju kemampuan tujuan sasaran
yang konsisten dengan unit pekerjaan dan strategi organisasi.
3. Pekerja-pekerja diberikan feedback yang sesuai dan spesifik untuk mengukur
perkembangan karir mereka.
1. PENGGUNAAN SISTEM
Organisasi memiliki 5 strategi utama dalam menentukan sistem manajemennya.
Penentuan pertama dalam hal ini, menggunakan sistem. Dalam hal ini meliputi berbagai tujuan,
diantaranya penggembangan karyawan, penentuan penghargaan dan kompensasi yang sesuai,
meningkatkan motivas, memfasilitasi kepatuhan hukum dan memfasilitasi perencanaan sumber
daya manusia.
Pengembangan karyawan, dilakukan dengan menilai kekurangan dalam tingkat kinerja
dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan, untuk kemudian manajemen dapat menentukan
pelatihan dan pengembangan yang tepat dan dibutuhkan oleh karyawan tersebut. Karena dengan
terlebih dahulu menilai kekurangan yang dimiliki oleh individu ataupun tim hal tersebut dapat
membantu dalam membentuk individu ataupun tim yang lebih baik dan tepat.
Gaji, promosi, mutasi dan bonus adalah bagian dari penentuan penghargaan dan
kompensasi yang sesuai yang merupakan salah satu tujuan dari sistem manajemen. Hal ini dapat
membantu dalam meminimalisir persepsi negatif dari karyawan. Karena dengan penentuan
penghargaan dan kompensasi yang sesuai, malah akan memotivasi karyawan dalam bekerja.
Tujuan ketiga dalam penggunaan sistem yaitu meningkatkan motivasi. Pengakuan dan
pujian terhadap karyawan dapat meningkatkan kinerja dan hasil yang bermanfaat untuk
perusahaan. Karyawan termotivasi karena mereka merasa dihargai atas kinerja yang telah mereka
lakukan.
Keempat yaitu memfasilitasi kepatuhan hukum. Hal ini maksudnya agar memudahkan
perusahaan dan memberikan rasa aman terhadap karyawan, jika suatu saat nanti terdapat
karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap kinerja yang dia lakukan dan memang dia
melakukannya, ada bukti yang memang otentik dan sah untuk dibuktikan di depan hukum.
Tujuan yang terakhir yaitu memfasilitasi proses perencanaan sumber daya manusia. Hal
tersebut bermaksud memudahkan perusahaan dalam melakukan langkah-langkah mereka dalam
menentukan dan melaksanakan pengembangan karyawan agar lebih terencana dan sistematis.
2. SIAPA YANG MENGEVALUASI?
Keputusan strategik kedua yang harus dibuat sehubungan dengan perkembangan dari
kinerja sistem manajemen berfokus mengenai siapa yang memberikan data. Secara tradisional,
evaluasi kinerja dilakukan oleh atasan langsung karyawan, yang mengkomunikasikan pada
karyawan mengenai penilaian kinerja oleh atasan tersebut. Sistem ini memberikan kesempatan
yang sangat kecil untuk adanya umpan balik dari karyawan. Pendekatan ini, dengan sendirinya,
bisa jadi bermasalah karena beberapa alasan. Atasan langsung seringkali tidak memiliki
informasi yang tepat untuk memberikan umpan balik yang dilaporkan dan tidak mengobservasi
kinerja karyawan dari hari ke hari untuk memperkirakan kinerjanya dengan akurat. Adalah hal
yang biasa juga pada organisasi di zaman sekarang bagi para atasan untuk tidak secara langsung
terlibat dalam ruang lingkup kerja bawahan, yang mungkin dapat dievaluasi dengan baik oleh
teman sebaya, pelanggan, atau pihak-pihak eksternal lainnya. Jajaran manajer teknis seringkali
tidak memiliki pelatihan atau penghargaan terhadap proses dan memandangnya tidak lebih dari
sekedar beban administratif. Pada akhirnya, perkiraan kinerja menjadi sebuah proses subjektif
yang rentan menimbulkan kesalahan persepsi yang beragam dari atasan.
Kesalahan-kesalahan ini termasuk “halo effect”, dimana penilai memperbolehkan adanya
satu karakter positif atau negatif, hasil, atau pertimbangan untuk mempengaruhi penilaian yang
lainnya (contohnya, jika seorang karyawan sering terlambat berkerja, fakta tersebut dapat
mempengaruhi penilaian keterlambatan); Pengklisean atau prasangka pribadi (keberpihakan),
dimana penilai membuat penilaian kinerja (contohnya, sebuah prasangka bahwa karyawan yang
lebih tua lebih cenderung melawan adanya perubahan, kecerdasan mental yang lebih rendah, dan
kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan karyawan yang lebih muda apabila bekerja
selama berjam-jam); kesalahan yang kontras, dimana penilaian karyawan berdasar pada hal-hal
yang diberikan pada karyawan lain; kesalahan resensi, dimana evaluasi ini berdasar prasangka
dari peristiwa-peristiwa dan perilaku yang terjadi secara langsung sebelum waktu evaluasi
selesai, dengan tidak ada pertimbangan atau dengan pertimbangan kecil yang diberikan pada
peristiwa yang terjadi lebih awal dalam periode evaluasi; Pusat kesalahan, dimana evaluator
menghindari perkiraan penilaian kinerja yang lebih tinggi atau lebih rendah untuk berbaik hati
menempatkan semua karyawan di tengah-tengah skala (atau di dekatnya); dan kesalahan
mengenai kelonggaran atau keketatan, dimana karyawan secara umum dinilai baik di atas standar
(membuat atasan terlihat efektif dan/atau mencoba menentramkan karyawan) atau dibawah
standar (membuat atasan terlihat diperlukan). Keberpihakan dan politik organisasi dapat
memberikan pengaruh yang signifikan pada rating yang diterima karyawan dari atasannya.
Mungkin juga terdapat beberapa alasan mengapa atasan sengaja menaikkan atau
menurunkan penilaian karyawan. Contohnya, seorang atasan yang berempati mungkin
memberikan penaikan penilaian terhadap karyawan yang memiliki kesulitan dengan hal-hal yang
pribadi. Sebaliknya, seorang atasan yang melihat bawahannya sebagai sebuah ancaman terhadap
pekerjaan si atasan mungkin saja dengan sengaja menurunkan penilaian kinerjanya. Proses
kinerja manajemen bisa jadi memiliki sisi politis yang melekat pada banyak organisasi. Pada
instansi-instansi kebanyakan, ketika atasan memimpin evaluasi kinerja, mereka secara personal
memiliki masalah-masalah karir dan pekerjaan yang dipertaruhkan pada penilaian yang mereka
berikan pada karyawan. Sebagai tambahan untuk kesalahan-kesalahan ini, atasan dan bawahan
menyetujui tingkat kinerja tetapi tidak menyetujui penyebab dari kinerja tersebut. Riset telah
menunjukkan bahwa atasan lebih cenderung menempatkan tanggung jawab untuk kinerja yang
buruk dengan para karyawan, padahal karyawan lebih cenderung suka untuk menyebutkan
faktor-faktor organisasi diluar kontrolnya dalam kinerja yang cacat. Karyawan lebih suka
menghubungkan kesuksesan kerja mereka dengan perilaku mereka daripada dengan faktor-faktor
eksternal seperti beban kerja yang ringan atau bantuan dari orang lain.
Untuk alasan-alasan ini, organisasi telah berpindah dari arti tradisional mengenai umpan
balik kinerja dimana hanya ada satu perkiraan dari kinerja seorang karyawan yang diadakan dan
diselesaikan oleh atasan langsung. Sebagai tambahan untuk masukan atasan, umpan balik kinerja
dapat juga dilihat dari rekan sejawat, bawahan, pelanggan, dan/atau karyawan lainnya. Umpan
balik dari rekan sejawat dapat juga berfungsi untuk tujuan pengembangan, tapi sistem umpan
balik dari rekan sejawat harus diproses dengan penuh perhatian. Mereka bisa jadi bersifat sangat
politis dan untuk kepentingan sendiri dalam organisasi dimana para karyawan bersaing satu sama
lain baik secara formal maupun informal. Ketika seorang rekan sejawat mendapatkan
keuntungan atau kerugian secara pribadi dikarenakan penilaian dari koleganya, ia akan sangat
diharapkan untuk bersifat objektif. Budaya kompetisi organisasi dapat menyebabkan sistem
evaluasi rekan sejawat mengalami peningkatan kerusakan dalam organisasi dengan memperluas
konflik. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh yang merusak moral dan kerja tim.
Umpan balik rekan sejawat hanya bisa efektif ketika pertimbangan dan konsekuensi
politis diminimalisir (artinya bahwa rekan sejawat tidak memiliki kepentingan lain pada
penilaian mereka terhadap kolega-koleganya) dan para karyawan memiliki rasa kepercayaan
terhadap organisasi dan sistem penilaian kinerjanya. Umpan balik kinerja dari bawahan dapat
memberikan pandangan interpersonal dan gaya manajerial karyawan dan dapat membantu
organisasi menemukan kebutuhan perkembangan karyawan, terutama untuk karyawan yang
memiliki potensi yang tinggi. Evaluasi bawahan juga dapat mengukur kemampuan
kepemimpinan individual dengan sangat baik. Bagaimanapun juga, evaluasi bawahan bisa saja
mendapatkan masalah politis yang sama seperti evaluasi rekan sejawat. Hal tersebut juga dapat
dimanfaatkan baik oleh atasan maupun bawahan untuk saling membalas dendam. Bagaimanapun
juga, dalam memperkirakan kemampuan seorang karyawan dalam mengatur orang lain, data
kinerja yang bernilai mengenai perilaku dan keahlian dapat diberikan dari bawahan. Karena
perekonomian kita menjadi berorientasi pada pelayanan, dan karena banyak organisasi yang
menekankan pelayanan pelanggan sebagai kunci persaingan dan permasalahan strategik,
pelanggan kemudian semakin dipandang untuk umpan balik terhadap kinerja karyawan. Pada
instansi-instansi kebanyakan, pelanggan dapat memberikan umpan balik yang terbebas dari
“prasangka” atau keberpihakan: Mereka biasanya tidak memiliki atau hanya sedikit kepentingan
dan maksud lain dalam penilaiannya terhadap karyawan. Umpan balik dari pelanggan bisa jadi
bersifat kritik untuk memfasilitasi perkembangan karyawan dan menentukan penghargaan yang
tepat karena hal tersebut berhubungan secara jelas dengan garis bawah organisasi.
Evaluasi diri memperbolehkan karyawan untuk memberikan perkiraan dan penilaian
kinerja mereka sendiri. Walaupun terlihat jelas bahwa evaluasi diri bisa saja bersifat untuk
kepentingan pribadi, membiarkan karyawan untuk mengevaluasi kinerjanya sendiri memiliki
setidaknya dua manfaat penting bagi organisasi. Pertama, hal tersebut dapat memotivasi karena
memperbolehkan karyawan untuk berpartisipasi dalam keputusan-keputusan kritis yang
berpengaruh pada kinerja dan karirnya. Kedua, karyawan dapat memberikan pandangan, contoh,
dan perkiraan kinerja yang lebih holistik daripada yan diberikan oleh atasan atau rekan sejawat,
yang pada umumnya menghabiskan waktu yang terbatas untuk mengobservasi dan berinteraksi
dengan sesama karyawan. Karyawan yang bersifat individual lebih cenderung mengingat
contoh-contoh signifikan dari kinerja yang efektif dibanding atasannya, dan mereka seringkali
dapat memberikan contoh yang spesifik mengenai perilaku dan hasil daripada yang secara umum
disebutkan oleh atasan. Karyawan individual juga dapat memberikan informasi kinerja yang
kemungkinan tidak disadari oleh orang lain.
Sistem manajemen kinerja yang mengumpulkan masukan dan saran dari pihak lain selain
atasan langsung dimaksud dengan sistem multi-penilaian atau sistem umpan balik 360 derajat.
Sistem ini bisa bermanfaat karena pihak organisasi dan karyawan mendapatkan beberapa
perspektif dan pandangan mengenai kinerja karyawan. Masing-masing sumber umpan balik
kinerja ini dapat menyeimbangkan satu sama lain, berhubungan dengan organisasi politik terkait
yang kemungkinan terlibat dalam prosesnya. Akan tetapi, sistem seperti itu membutuhkan biaya:
Mereka bisa jadi sangat memakan waktu dan melelahkan bagi pengelola yang bersangkutan.
Data dari sejumlah sumber perlu dianalisis, disatukan, dan terkadang disesuaikan. Terdapat
aspek biaya manfaat yang melekat pada sistem umpan balik kinerja penilaian ganda jenis
apapun. Semakin banyak data kinerja yang dikumpulkan, maka semakin baik fasilitas
menyeluruh untuk perkiraan dan perkembangan karyawan. Pada saat yang sama, data dengan
jumlah yang lebih besar harus dikumpulkan dan diproses dengan mahal. Pada titik tertentu,
pengumpulan data tambahan tidak diragukan lagi akan memberikan pengembalian yang
berkurang.
Selain dari keuntungan penggunaan sistem penilaian ganda, pengumpulan data kinerja
tambahan menyebabkan biaya ekonomi yang lebih besar (sehubungan dengan biaya peluang
untuk waktu bagi mereka yang terlibat dalam proses) dan sebuah proses yang lebih kompleks
dalam upaya pemrosesan dan analisis data untuk memberikan umpan balik yang berguna bagi
karyawan. Apabila tidak didesain dan diimplementasikan dengan hati-hati, sistem umpan balik
360 derajat dapat menghasilkan pengumpulan dan pemrosesan informasi dalam jumlah yang
berlebihan yang tidak memberikan manfaat baik pada organisasi maupun pada karyawan. “Data
overload” dapat menyebabkan data kinerja yang penting dan bersangkutan menjadi hilang atau
berangsur-angsur “kabur” selama proses berlangsung.
3. APA YANG HARUS DIEVALUASI?
Pertanyaan strategi berikutnya yang perlu ditangani melibatkan apa yang akan dievaluasi.
Pada dasarnya evaluasi yang digunakan dapat didasarkan pada sifat-sifat mereka atau hasil yang
mereka capai. Ciri-ciri tindakan berdasarkan fokus pada kemampuan umum dan karakteristik
dari karyawan dimana mungkin mencakup dimensi seperti kesetiaan kepada organisasi dan
kerajinan.Meskipun sifat sering dapat memungkinkan organisasi untuk menentukan bagaimana
karyawan sesuai dengan budaya organisasi,langkah-langkah seperti mengabaikan apa karyawan
sebenarnya,oleh karena itu, penggunaan terbatas atau nilai sifat subjektif seperti kriteria kinerja
non terkait mungkin tidak tahan dengan baik di pengadilan keluhan diskriminasi.
Perilaku tindakan berbasis fokus pada apa yang seorang karyawan tidak dengan
memeriksa perilaku spesifik dari karyawan. Factors ini dinilai dari mencakup kemampuan
karyawan untuk bergaul dengan orang lain, ketepatan waktu, kemauan untuk mengambil
inisiatif, dan kemampuan untuk memenuhi langkah-langkah kedepannya.Perilaku tindakan
berbasis ini sangat berguna untuk tujuan umpan balik karena mereka menentukan apa yang
karyawan lakukan dengan benar dan apa yang karyawan harus melakukan sesuatu yg berbeda.
ini pekerjaan perilaku kritis terkait umumnya dalam kendali sebagian besar karyawan.
Namun adalah mungkin bagi karyawan untuk terlibat dalam perilaku yang sesuai tetapi
tidak mencapai hasil bagi organisasi,meskipun karyawan mungkin melakukan hal yang benar,
kinerja mereka mungkin tidak membuat perbedaan bagi organisasi dalam hal kinerja yang
berhubungan dengan tujuan strategis.
Dasar ketiga untuk umpan balik kinerja adalah untuk menilai hasil atau mengakibatkan
fokus langkah-langkah berbasis pada prestasi tertentu atau hasil langsung dari pekerjaan
karyawan. Ini mungkin termasuk ukuran jumlah unit yang terjual, profitabilitas divisi,
pengurangan biaya, efisiensi, atau kualitas. Tidak seperti sifat-sifat dan perilaku, mengakibatkan
langkah-langkah berbasis sering daripada kriteria dapat diukur secara obyektif. Yang lebih
penting mengakibatkan umumnya lebih berarti bagi organisasi karena lebih korelasi langsung
dengan kinerja berkaitan dengan strategi divisi atau organisasi. Meskipun hasilnya mungkin
merupakan tindakan yang lebih signifikan dari kinerja dari sifat atau perilaku, ada beberapa
keterbatasan dengan pemanfaatan umpan balik hasil tindakan berbasis.
Pertama mungkin sulit untuk mendapatkan hasil untuk tanggung jawab pekerjaan
tertentu. Setiap tugas yang melibatkan berurusan dengan masa depan (yaitu, peramalan dan
perencanaan relatif terhadap persaingan atau menilai dimensi lain dari lingkungan eksternal)tidak
akan menunjukkan hasil yang tidak langsung akan kualitas atau akurasi dari pekerjaan menjadi
wajib pajak sampai suatu saat nanti.
Hasil kedua adalah kontrol karyawan kadang-kadang di luar dan individu. Pemotongan
anggaran dan ketersediaan sumber daya mungkin dengan pertimbangan lain, tetapi mereka
mungkin mempengaruhi kemampuan karyawan untuk menghasilkan tujuan kinerja tertentu.
Hasil ketiga diambil sendiri, fokus pada tujuan atau hasil sementara mengabaikan sarana
atau proses dimana hasilnya diperoleh. Seorang karyawan mungkin mencapai tujuan yang
ditargetkan tetapi melakukannya dengan cara yang tidak produktif dengan menimbulkan biaya
berlebihan, rekan kerja atau mengasingkan hubungan pelanggan merusak. Akhirnya hasil yang
membatasi karena mereka gagal memanfaatkan beberapa daerah kritis kinerja untuk organisasi
modern seperti kerja sama tim, inisiatif, dan keterbukaan untuk berubah.
Kebutuhan bagi organisasi untuk tetap fleksibel dan responsif terhadap perubahan
lingkungan mereka mengharuskan mereka untuk memiliki pocesses internal untuk memfasilitasi
perubahan internal. Tindakan ini mengakibatkan berbasis dan akan mengabaikan proses-
proses.seperti dapat dilihat ketiga jenis ukuran kinerja memiliki beberapa keterbatasan.
Namun kekuatan dari satu pendekatan dapat mengimbangi keterbatasan orang lain.
tidak ada yang mencegah sebuah organisasi dari menggunakan setiap kombinasi sifat, perilaku
dan tindakan berbasis hasil dalam upaya untuk mengembangkan sistem umpan balik kinerja yang
selaras dengan tujuan strategis organisasi.
Singkatnya keputusan apa untuk mengevaluasi adalah bergantung pada apa organisasi berusaha
untuk mencapai.
4. BAGAIMANA UNTUK MENGEVALUASI?
Keputusan strategis berikutnya yang harus diatasi dalam merancang sistem manajemen
kinerja adalah bagaimana menilai karyawan. Kinerja umpan balik dapat dilakukan secara absolut
atau relatif. Langkah-langkah yang mutlak mengevaluasi karyawan ketat sesuai dengan
persyaratan kinerja atau standar dari pekerjaan, langkah-langkah yang relatif mengevaluasi
karyawan dibandingkan dengan rekan kerja. Langkah-langkah yang relatif lebih mungkin
melibatkan slotting karyawan menjadi kategori, seperti atas 10 persen dari karyawan di unit kerja
yang menerima evaluasi secara keseluruhan luar biasa, mirip dengan apa yang dikenal dalam
pendidikan seperti penilaian pada kurva.
Penilaian relatif karyawan dapat berguna dalam memungkinkan organisasi untuk
mengidentifikasi secara keseluruhan atas kinerja, seperti sekolah tinggi menyediakan kelas
peringkat untuk siswa mereka untuk memfasilitasi penilaian perguruan tinggi dan Universitas
untuk masuk. Namun, jika kinerja tidak biasanya didistribusikan, bias hasil dapat memberikan
data menyesatkan, jika semua karyawan berkinerja luar biasa, beberapa akan masih berada di
peringkat buruk. Sebaliknya, jika semua karyawan kekurangan dalam kinerja, beberapa akan
masih berada di peringkat menonjol. Untuk contoh, di ruang kelas, menganggap bahwa ada 30
siswa di kelas dan bahwa pada ujian tengah semester semua 30 siswa Skor 90 atau di atas. Jika
kinerja peringkat secara relatif, seorang mahasiswa melakukan '' dalam cara yang mutlak.
Demikian pula, jika pada ujian akhir kelas tertinggi 55, bahwa siswa akan berada di peringkat 1
dari 30, meskipun fakta bahwa, secara mutlak, mahasiswa gagal ujian. Langkah-langkah yang
relatif mudah dapat memfasilitasi terdistorsi persepsi kinerja ketika semua karyawan unggul atau
kekurangan. Meskipun mereka berguna dalam mengidentifikasi karyawan terbaik, mereka tidak
boleh digunakan tanpa penilaian mutlak beberapa tambahan dan peringkat yang secara khusus
berkaitan strategis tujuan.
5. LANGKAH-LANGKAH EVALUASI
Keputusan strategi yang lain yang harus dibuat dalam model sistem performa manajemen
antara lain: Rating skala grafik, bobot ceklis, skala pengamatan sikap. Rating skala grafik adalah
yang paling banyak digunakan dalam langkah-langkah evaluasi, karena lebih relative mudah di
desain.
Contoh:
Penilaian Skala Grafik
Kualitas
menyelesaikan
pekerjaan 1 2 3 4 5 6 7
Tidak dapat diterima Standar Luar Biasa
Kemampuan untuk
Bekerja dengan
Yang lain Poor Need Improvement Satisfactory Good Outstanding
Perhatian terhadap
Rincian
1 2 3 4 5
1. ketidakpuasan kinerja dengan perbaikan yang dibutuhkan
2. kinerja yang tidak menemui ekspektasi
3. kinerja yang menemui ekspektasi
4. kinerja menemui dan melebihi ekspektasi
5. kinerja luarbiasa yang membuat contoh baik bagi karyawa lain
Bobot Ceklis
Skala Penilaian Berdasarkan Perilaku
Skala Pengamatan Perilaku
Menilai kinerja karyawan menggunakan skala dibawah ini:
1 2 3 4 5
Almos Less often On Average More Often Almost
Never Than yes Than Not Always
Mampu memenuhi batas Waktu
menunjukkan sensitivitas ketika berhadapan dengan masalah pribadi
Bekerja dengan baik sebagai tim
menunjukkan perhatian terhadap detail dalam laporan tertulis
6.OTHER CONSIDERATIONS
Selain keputusan lima strategis yang sebelumnya telah diuraikan, beberapa faktor-faktor
penting lain harus dipertimbangkan ketika mengembangkan sistem manajemen kinerja yang
efektif. Pertama, kebutuhan organisasi untuk memastikan hubungan antara sistem manajemen
kinerja dan pelatihan dan pengembangan dan sistem compesation. Link ini dijelaskan dalam Bab
9, tetapi ini menghasilkan pengulangan di sini. Pelatihan dan pengembangan tujuan dan sasaran
harus tercermin dalam kinerja sistem umpan balik. Kemudian, kriteria yang kinerja dievaluasi
harus dimasukkan ke dalam kompensasi atau sistem imbalan. Jika salah satu dari dua link tidak
kokoh dan dikelola, sistem manajemen kinerja akan sekedar mempunyai nilai yang terbatas.
Sistem manajemen kinerja terletak dalam kerangka jauh lebih besar dari sistem manajemen
sumber daya manusia dan harus dikonseptualisasikan dan dirancang dengan perspektif strategis
ini dalam pikiran.
Sistem evaluasi kinerja tradisional menekankan yang paling baru, jangka waktu segera
dan mengevaluasi kinerja individu karyawan. Namun, banyak organisasi memiliki inisiatif
strategis yang melibatkan perencanaan jangka panjang dan pertumbuhan, memerlukan
penggunaan kriteria yang tidak dapat diukur berdasarkan kinerja selama jangka waktu masa lalu
segera. Selain itu, banyak organisasi yang memiliki self-man umur kerja tim menempatkan lebih
banyak tanggung jawab untuk kinerja pada kelompok daripada di tingkat individu. Cara
tradisional dari evaluasi kinerja mungkin perlu secara signifikan kembali dalam terang
perubahan yang terjadi dalam organisasi kontemporer. Ada beberapa, jika ada, modeis sistem
evaluasi yang dapat menilai tanggung jawab pekerjaan terkait lagi berbagai tujuan atau berbasis
tim evaluasi
Pertimbangan akhir adalah gelar standardisasi atau fleksibilitas dari sistem manajemen
kinerja. Standardisasi penting untuk mencegah bias pekerjaan atau dugaan perlakuan
diskriminatif. Fleksibilitas dalam sistem ini penting karena pekerjaan memiliki tingkat yang
berbeda tanggung jawab dan akuntabilitas dan memerlukan berbagai jenis dan campuran
keterampilan (teknis, antarpribadi, atau administrasi.) Organisasi perlu untuk menyerang
keseimbangan antara memiliki beberapa konsistensi (standardisasi) dan beberapa varians
(fleksibilitas) dalam sistem umpan balik kinerja mereka. Kriteria yang tunggal paling penting
dalam menangani masalah ini adalah sifat tanggung-jawab pekerjaan yang ditugaskan untuk
karyawan. Pekerjaan yang berhubungan dengan kriteria khusus tidak hanya paling bermakna
untuk umpan balik dan tujuan pembangunan tetapi juga paling dipertahankan di bawah hukum.
Ini tidak berarti bahwa pekerjaan setiap individu harus memiliki cara-cara dan metode untuk
mengukur kinerja. Itu jelas tidak praktis dan tidak realistis.