tugas kemiskinan (blt)

6
NAMA : LIA ELDEST S NIM :11/3231682/PSP/4081 BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Masalah kemiskinan sepertinya tidak pernah ada habisnya, kemiskinan identik dengan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan hal ini masih dirasakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia maupun dunia. Kemiskinan biasanya ditampilkan dengan sederet wajah suram yang ditandai dengan adanya pengangguran, kekurangan gizi, kebodohan, rendahnya akses kepada pelayanan sosial dan kesehatan. Faktor ini memberikan kontribusi terhadap tingginya tingkat fertilitas, morbiditas dan mortalitas dan rendahnya produktifitas selain itu kemiskinan juga berkaitan dengan distribusi penduduk yang tidak merata. Kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat menjadi pekerjaan yang sangat serius untuk diperhatikan oleh setiap pemerintahan baik pada masa orde lama, orde baru dan pada reformasi sekarang ini. Kemiskinan, ternyata bukan sekedar sebuah kata benda atau kata sifat. Kemiskinan telah hadir dalam realitas kehidupan manusia dengan bentuk dan kondisi yang sangat memprihatinkan. Kemiskinan telah menjadi sebuah persoalan kehidupan manusia. Sebagai sebuah persoalan kehidupan manusia, maka kemiskinan telah hadir juga dalam berbagai analisis dan kajian yang dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu pengetahuan sebagai wujud nyata dari upaya memberi jawab kepada persoalan kemiskinan. Bahkan tidak hanya sebatas itu, kemiskinan juga telah hadir dalam sejumlah kebijakan baik oleh elemen-elemen sosial masyarakat maupun pemerintah dalam

Upload: lia-eldest-r

Post on 09-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kebijakan publik untuk kesejahteraan masyarakat

TRANSCRIPT

NAMA: LIA ELDEST SNIM :11/3231682/PSP/4081BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKATMasalah kemiskinan sepertinya tidak pernah ada habisnya, kemiskinan identik dengan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan hal ini masih dirasakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia maupun dunia. Kemiskinan biasanya ditampilkan dengan sederet wajah suram yang ditandai dengan adanya pengangguran, kekurangan gizi, kebodohan, rendahnya akses kepada pelayanan sosial dan kesehatan. Faktor ini memberikan kontribusi terhadap tingginya tingkat fertilitas, morbiditas dan mortalitas dan rendahnya produktifitas selain itu kemiskinan juga berkaitan dengan distribusi penduduk yang tidak merata. Kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat menjadi pekerjaan yang sangat serius untuk diperhatikan oleh setiap pemerintahan baik pada masa orde lama, orde baru dan pada reformasi sekarang ini. Kemiskinan, ternyata bukan sekedar sebuah kata benda atau kata sifat. Kemiskinan telah hadir dalam realitas kehidupan manusia dengan bentuk dan kondisi yang sangat memprihatinkan. Kemiskinan telah menjadi sebuah persoalan kehidupan manusia. Sebagai sebuah persoalan kehidupan manusia, maka kemiskinan telah hadir juga dalam berbagai analisis dan kajian yang dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu pengetahuan sebagai wujud nyata dari upaya memberi jawab kepada persoalan kemiskinan. Bahkan tidak hanya sebatas itu, kemiskinan juga telah hadir dalam sejumlah kebijakan baik oleh elemen-elemen sosial masyarakat maupun pemerintah dalam menunjukkan kepedulian bersama untuk menangani persoalan kemiskinan ini.Di Indonesia, upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan, bahkan sudah berlangsung sejak lama, baik pada jaman pemerintahan masa Orde Lama, masa Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi ini. Untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap persoalan kemiskinan ini, pemerintahan SBY-JK juga tidak mau ketinggalan. Bukti nyata dari kepedulian pemerintahan adalah terlihat pada program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Hal ini mulai terlaksana melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 2005, tentang Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga-rumah tangga miskin di Indonesia. Tujuan yang diharapkan melalui kebijakan program ini adalah dapat menjawab persoalan kemiskinan di Indonesia, sebagai akibat dari segenap perubahan yang telah terjadi, baik secara nasional maupun global. Kebijakan seperti ini patut diberi apresiasi, sebab hal ini juga dapat menjadi salah satu bentuk dari upaya menangani masalah kemiskinan di Indonesia.Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009, namun rakyat Indonesia masih memberikan kepercayaa untuk memimpin negeri ini lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari Kemenangan yang diraih Susilo Bambang Yudhoyono bersama pasangannya Boediono dalam Pemilu 2009. Selama kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono kebijakan yang paling kontroversial dan menuai banyak protes dari banyak kalangan terutama mahasiswa sampai melakukan demonstrasi pada saat itu adalah kebijakannya menaikkan BBM sampai 100%. Melambungnya harga BBM membuat banyak masyarakat terjerat dalam lingkaran kemiskinan. Pada tahun 2009 pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk memberikan Bantuan langsung Tunai sebesar Rp100.000 kepada masyarakat miskin sebagai kompensasi atas kenaikan BBM tahun 2008. Pemberian BLT ini akan kembali diluncurkan oleh pemerintahan SBY sebagai kompensasi dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan BBM pada bulan April tahun 2012 mendatang. BLT adalah salah satu bagian dari pada program kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak ( PKPS BBM ) yang khusus diperuntukkan bagi masyarakat miskin di Indonesia, dengan tujuan untuk mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin, pemberian modal usaha kecil-kecilan bagi masyarakat miskin,yang tentu saja pemerintah berharap dengan adanya BLT akan merobah taraf perekonomian di Indonesia secara keseluruhan. Dalam kenyataannya selalu ada dampak positif dan negatif dari sebuah program begitu juga dengan BLT ini sendiri. Dampak positifnya adalah, dengan BLT, kenaikan biaya hidup yang diakibatkan oleh kenaikan BBM secara langsung maupun dampak kenaikan harga kebutuhan pokok akibat kenaikan BBM, akan sedikit tertutupi dengan adanya dana cuma-cuma yang diberikan oleh pemerintah. Tetapi jika BLT ini sangat berpengaruh negative terhadap masyarakat, yaitu dengan program BLTakan menumbuhkan mental yang ketergantungan, mental konsumtif, serta mengakibatkan akan adanya budaya malas masyarakat. Hadirnya BLT dipertanyakan efisein dan efektivitasnya bagi masyarakat miskin sebagai sasaran utama dari pemberian BLT ini. Hadirnya BLT ini menuai banyak protes dari masyarakat, mahasiswa, tokoh-tokoh masyarakat dan pengamat ekonomi. Banyak yang menilai bahwa hadirnya BLT menimbulkan banyak masalah nantinya. Kontroversi bermunculan dimana-mana, mulai dari anggapan bahwa pemerintah salah mengambil langkah dalam mengatasi kenaikan BBM bagi masyarakat tergolong miskin. Melihat pada dampak yang akan ditimbulkan oleh kebijakan BLT ini, kebijakan BLT tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi masyarakat miskin di Indonesia. Ini disebabkan nominal BLT yang diberikan tidak seimbang dengan kenaikan biaya hidup yang ditanggung oleh masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM tersebut akan mendorong kenaikan biaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin, mendorong kenaikan biaya input produksi masyarakat miskin yang kebanyakan berada pada sektor pertanian (baik petani maupun nelayan) yang berada di pedesaan. Apabila kita membandingkan total kenaikan biaya hidup (biaya pemenuhan kebutuhan dasar dan input produksi) masyarakat miskin dengan nominal dana BLT yang diberikan, kebijakan ini tidak akan berdampak siginifikan. Apalagi, pemerintah tidak bisa menjamin efesiensi dan efektifitas penggunaan dana BLT yang diberikan kepada masyarakat. Bantuan langsung tunai yang diberikan pemerintah kepada masyarakat miskin untuk mensiasati kenaikan BBM malah menimbulkan beberapa dampak. Antara lain yaitu menyebabkan pertikaian antar individu, hal itu terjadi karena tidak semua masyarakat mendapatkan bantuan langsung tunai,karena yang menentukan adalah data dari badan pusat statistik. Masalah yang ditimbulkan adalah data dari BPS banyak yang tidak valid, misalnya ada beberapa masyarakat yang tergolong mampu malah mendapatkan bantuan langsung tunai dan sebaliknya banyak masyarakat yang tidak mampu malah mendapat bantuan langsung tunai. Selain itu pemberian BLT akan menimbulkan pola piker yang salah, ketika kenaikan BBM dibarengi dengan pemberian BLT seolah masalah kenaikan BBM sudah terlupakan begitu saja, padahal nominal BLT tidak dapat mengimbangi inflasi akibat kenaikan BBM.BLT yang sudah pernah dilakukan yakni pada tahun 2005 bisa dianggap gagal, jadi seharusnya pemerintah bisa berkaca pada kegagalannya terdahulu, kemudian dilakukan kembali dengan adanya BLT Plus pada 2008 yang kemungkinan bisa dikatakan gagal. Bisa kita simpulkan bahwa walaupun BLT Plus merupakan sebuah program baik yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan ingin mensejahterakan masyarakatnya terkait menghadapi dampak naiknya minyak dunia, bisa dikatakan merupakan program gagal yang dilakukan oleh pemerintah, karena terbukti terdapat banyak sekali kelemahannya dalam penerapannya dan dilapangan banyak sekali masyarakat yang tidak puas terhadap BLT Plus tersebut. Dan semoga saja tidak ada BLT yang ketiga nantinya, cukup dua kali saja. Dengan kata lain fenomena BLT dan kontribusi BLT berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat miskinOleh karena itu sebaiknya pemerintah tidak perlu memberikan BLT kepada masyarakat sebagai kompensasi BBM karena memiliki pengaruh yang negative terhadap masyarakat. Pemerintah mungkin dapat melakukan sesuatu yang lebih real dalam mengatasi kemiskinan misalnya: Program penanggulangan kemiskinan bagi masyarakat miskin hendaknya diberikan berupa modal usaha bukan berupa uang tunai; penanggulangan kemiskinan dapat dimulai dari sector pendidikan, kesehatan dan sistem ekonomi kerakyatan; selain itu pemerintah harus mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program apapun yang dikeluarkan agar tidak terjadi penyalahgunaan dana yang sering merugikan masyarakat miskin.