warna warni di balik penerima blt

25
WARNA-WARNI DI BALIK PENERIMA BLT Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester II Disusun oleh: 1. Abdul Manan 2. Agung Santoso 3. Ardina Nur Fadzillah 4. Riska Kurnia Wati 5. Susi Kurnia Sari 6. Zulaiqah SMA NEGERI 1 PAMOTAN Tahun Pelajaran 2014/2015 Warna-Warni Di Balik Penerima BLTPage 1

Upload: sosiologi-smapa

Post on 19-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat kami simpulkan sebagai berikut. Yang pertama penerima BLT adalah masyarakat miskin yang tercatat dalam daftar BLT dari pusat. Yang kedua tidak semua orang miskin dapat menerima BLT. Yang ketiga ketidak tepat sasaran menimbulkan kecemburuan sosial dan mengakibatkan saling iri dan menyindir.

TRANSCRIPT

WARNA-WARNI DI BALIK PENERIMA BLTDisusun untuk memenuhi tugas akhir semester II

Disusun oleh:1. Abdul Manan 2. Agung Santoso3. Ardina Nur Fadzillah 4. Riska Kurnia Wati5. Susi Kurnia Sari6. Zulaiqah

SMA NEGERI 1 PAMOTAN Tahun Pelajaran 2014/2015

KATA PENGANTAR Terlebih dahulu kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat petunjuk dan bimbingan-Nya kami dimampukan menyelesaikan tugas akhir semester . Laporan ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan untuk mencapi kompetensi yang diharapkan. Kami diajak mencari sumber lain yang tersedia dan terbentang luas disekitar, serta kami juga dapat memperkaya dan berkreasi dalam kegiatan- kegiatan di lingkungan masyarakat.Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan data-data mengenai BLT yang kami butuhkan dari sumber yang nyata dan keadaan yang sungguh real terjadi. Dengan menggunakan pendekatan yang digunakan, BLT yang berjumlah nominal enam ratus ribu dapat diserah terima jika karti perlindungan sosial, atau yang sering disebut KPS.Walaupun demikian, laporan ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran dan masukan, untuk konstribusi tersebut kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR ISICover ...............................................................................1Kata Pengantar.................................................................2Daftar Isi...........................................................................3Pendahuluan ....................................................................4Pembahasan .....................................................................5-9Penutup ............................................................................10Daftar Informan ..............................................................11Lampiran Foto .................................................................12-14Daftar Pertanyaan ........................................................... 15Kendala Kendala di Lapangan .................................... 16Pengalaman Belajar ........................................................17- 18Biaya ............................................................................. 19

PENDAHULUANPROSES PENELITIAN Kami dari kelompok 3 melakukan pengamatan beserta wawancara untuk penerima BLT di desa yang ditempati salah satu rekan kelompok kami yang bernama Zulaiqah. Kebetulan saat akan melakukan pengamatan, kelompok kami semua ikut. Yaitu ada Abdul Manan, Agung Santoso, Ardina, Riska, Susi, dan tentunya Zulaiqah sendiri. Yang kami teliti atau kami mintai wawancara kebetulan adalah saudari dari zulaiqah, yang bernama Ibu Parmi.Untuk tempat seperti tadi yang kami terangkan di atas, kami meniliti di desa yang ditempati salah satu rekan kami. Yaitu dukuh Tengger, tepatnya di Pancur. Kami melakukan peneitian dengan cara pengamatan, foto dan juga wawancara. Data yang kami dapat itu berupa identitas narasumber, gambar keadaan rumah narasumber dan info-info yang kami dapat seputar bantuan BLT yang diterima warga desa Tengger.Cara kami menganalisis, kami pertama melakukan pengamatan dulu di daerah rumah narasumber, setelah itu kami coba tanya-tanya tentang kepada warga sekitar. Dan kami mulai wawancara dengan narasumber yang kami pilih.

PEMBAHASANPada bagian ini menjelaskan tentang penerima BLT ( Bantuan Langsung Tunai). Bagian ini meliputi tentang syarat penerima BLT, siapa penerima BLT, lokasi penerima BLT, jumlah yang diterima penerima BLT, evaluasi program BLT, dan harapan penerima BLT. BLT merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah secara langsung yang berupa nominal uang dengan syarat pengambilan menggunakan KPS ( Kartu Perlindungan Sosial) ,sehingga yang menerima BLT ini sesungguhnya orang atau masyarakat yang benar-benar kurang mampu. Pada hari minggu tanggal 26 April 2015, kelompok kami melakukan wawawancara di daerah Pancur tepatnya di dukuh Tengger. Disana kami menemui salah satu rumah penerima BLT Ibu Parmi, dengan uang yang diterimanya yang berjumlah Rp 600.000,00. Ibu dua anak ini menggunakan uang yang ia terima untuk kebutuhan sehari-hariIbu Parmi mengatakan setiap keluarga miskin di dukuh Tengger mendapatkan bantuan BLT. Kriteria khusus untuk mendapatkan BLT, beliau mengatakan pertama mempunyai KPS, rumahnya jelek, tidak mempunyai sawah, tidak mempunyai motor dua, penghasilan rendah, tidak mempunyai sapi, dan sudah didata oleh pusat sebagai penerima BLT.Adakah yang protes? Beliau mengatakan ada. Malahan, warga yang tidak mendapatkan BLT cenderung menyindir dan sinis kepada warga yang menerima. Dan beliau juga mengatakn jika warga yang tidak mendapatkan BLT, kebanyakan malah memprotes warga yang dapat. Bukan pihak yang mengurus BLT tersebut.Jumlah yang diterima Ibu Parmi sebesar enam ratus ribu rupiah, apakah sesuai?? Beliau menjawab iya sesuai yang diberikan pemerintah tanpa ada pemotongan seperti di desa lain. Bu Parmi juga mengatakan dulu beliau juga mendapat, tetapi namanya bukan BLT.Apakah mencukupi?? Bu Parmi menjawab iya, tetapi setelah mendapatkan BLT. Kalo uang itu habis, ya terpaksa mencari sendiri lagi. Untuk memenuhi kebetuhan keluarganya. Bagaimana mendapatkan BLT itu?? Beliau mengatakan para warga dukuh Tengger datang ke kantor kepala desa dan akan dipanggil satu-satu sesuai giliran, dengan kartu KPS. Beliau juga mengatakan, walaupun datang pagi lah kalau dapatnya terakhir, akan dapat terakhir juga.Dulu mengambil uang bantuan itu, di kantor pos, pernah juga di Lasem, karena dulu di daerah pancur tidak ada kantor pos. Dan penerimaan itu juga gak tentu, yaitu satu tahun dua kali. Dulu bantuan yang pertama sebesar tiga ratus rupiah, kedua empat ratus ribu, yang ketiga enam ratus ribu.Harapan ibu Parmi adalah suatu saat jika dapat lagi, beliau mengharapkan agar pembagian merata, adil dan yang dapat yang benar-benar tidak punya. Dan berharap disleksi lebih ketat lagi, tidak ada pemotongan seperti di kecamatan pamotan dan desa lainnya.Terangnya evaluasi program BLT yang tidak tepat sasaran, yang kaya mendapatkan, yang miskin tidak mendapatkan merupakan kesalahan pemerintah. Karena waktu pendataaan pada kurun waktu jaman era SBY waktu beliau pertama kali menjadi presiden. Bu Parmi mengaku pernah diwawancarai oleh petugas, seperti punya sawah? Apakah punya sapi? Makan daging berapa kali seminggu? Pendapatan suami berapa?Sangat jelas BLT dapat menimbulkan kecemburuan sosial. Seperti yang dialami Bu Parmi, beliau terang-terangan mengatakan banyak yang iri terhadapnya dengan alasan rumahnya tembok. Padahal menurut kami rumah beliau dibangun sesudah survei era SBY.Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan kelompok kami dengan meneliti ibu Parmi. Syarat menerima BLT harus orang yang benar-benar miskin, memiliki KPS, Tidak mempunyai sawah, hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, gaji sedikit, serta pantas menerima BLT.

Ket : kondisi rumah penerima BLT

Ket : kondisi rumah penerima BLT

Namun kenyataan di lapangan tidak semua orang menjadi penerima BLT, mereka yang memiliki sepeda motor, rumah baguspun juga mendapatkan BLT. Tapi malahan yang mempunyai syarat lengkap justru tidak mendapatkan BLT.Menurut kelompok kami kurang lebih sepuluh tahun terjadi perubahan ekonomi masyarakat. Sedangkan pendataan dilakukan pada era SBY yang pertama sekitar tahun 2004-2005. Jadi menurut kami masalah tidak ketepatan penerimaan BLT disebabkan tidak adanya pendataan ulang. Selain itu pemerintah memacu pada data yang tercatat dahulu.Seharusnya pemerintah melakukan pendataan ulang, agar para masyarakat yang memang betul-betul mendapatkan tidak akan sengsara dengan kehidupan ekonomi yang sekarang. Atau lebih baik tidak ada bantuan uang tetapi semua murah. Seperti harga sembako dan BBM yang semakin tahun, semakin melonjak harganya.

PENUTUPSIMPULANBerdasarkan pembahasan diatas, dapat kami simpulkan sebagai berikut. Yang pertama penerima BLT adalah masyarakat miskin yang tercatat dalam daftar BLT dari pusat. Yang kedua tidak semua orang miskin dapat menerima BLT. Yang ketiga ketidak tepat sasaran menimbulkan kecemburuan sosial dan mengakibatkan saling iri dan menyindir.

HARAPANSemoga laporan ini dapat menjadi reverensi, bukan hanya pada masyarakat tetapi juga pada pemerintah.

DATA INFORMAN

Nama : ParmiUmur : 36 tahunTempat : RembangTanggal lahir : 28 Februari 1979Pendidikan : SDAlamat : desa Tengger, PancurAgama : IslamPekerjaan : Ibu Rumah TanggaMoto : -

LAMPIRAN FOTO(sumber: dukuh Tengger, 26 april 2015)

(sumber: dukuh Tengger, 26 april 2015)

( sumber : dukuh Tengger, 26 April 2015)

DAFTAR PERTANYAAN Apakah setiap kelurga miskin mendapatkan bantuan BLT ? Adakah kriteria dalam pemerolehan ( penerimaan) BLT? Adakah yang protes dalam penerimaan BLT ? Dalam pemrotesan, siapa pihak yang disalahkan ? Berapa jumlah BLT yang diterima? Apakah BLT yang diterima sesuai yang diberikan oleh pemerintah? Kalo boleh tau, berapa jumlah BLT yang diterima? Apakah ada pemotongan? Untuk apa saja BLT yang didapatkan? Berapa kali, anda menerima BLT? Bagaiman harapan anda perihal BLT ini?

Kendala-kendala di LapanganKendala kami saat akan melakukan penelitian diatas adalah, saat menunggu teman satu kelompok yang lama. Yang mengakibatkan, jam untuk wawancara molor yang tadinya jam 09.00 WIB jadi jam 10.00 WIB. Narasumber yang tidak mau diwawancarai dengan alasan tidak bisa, dan akhirnya kita membujuk dengan mendatangi beliau satu kelompok. Dan beliau akhirnya mau.

Pengalaman BelajarIni pengalaman belajar dari Susi Kurnia Sari,Dia berkata bahwa belajar bukan hanya dilakukan dibangku sekolah, kita dapat mencari informasi di ruang yang terbuka. Ternyata dengan demikian lebih baik dan dapat merefreshing otak. Jadi kita tidak jenuh yang terus dihadapkan buku dan pelajaran. Selain itu wawawancara yang dilakukan dengan narasumber tidak mengetahuinya, hal ini kita bisa belajar menjadi detektif.

Ini pengalaman belajar dari Agung Santoso,Dia berkata, setelah saya melakukan wawancara tersebut. Saya mendapat banyak hal yang belum saya tau ternyata di semua tempat saat menerima BLT berebeda-beda dan reaksi masyarakat juga berbeda. Yang paling sering saya temui adanya masyarakat yang kurang setuju tentang penerimaan BLT. Mereka beranggapan, bahwa mereka malah lebih miskin dari orang yang menerima BLT. Di dukuh Tengger kurang lebih keluarga yang menerima BLT saat mengambil BLT, mengambil di kantor kepala desa/ di dukuh itu sendiri.

Ini pengalaman belajar dari Zulaiqah,Dia berkata, hari Minggu saya belajar kelompok dengan teman saya disanalah saya melakukan interaksi secara berkelompok. Secara sengaja dan saya sadari untuk memperoleh suatu yang baru dan bermanfaat. Di saat saya belajar ada perubahan-perubahan tingkah laku saya untuk belajar lebih semangat. Dan saya memiliki pengalaman-pengalaman baru dalam dunia belajar.

Ini pengalaman belajar dari Abdul Manan,Dia berkata, pengalaman saya sendiri setelah kami ( kelompok 3) wawancara terhadap penerima BLT ( Bantuan Langsung Tunai) di daerah dukuh Tengger, kec. Pancur, Kab. Rembang menambah pengalaman dan pengetahuan saya tentang latar belakang pendapatan BLT. Sebelum mendapatkan BLT penerima harus melewati pendataan tim penyurvei dari pemerintah, kriteria penerima BLT adalah ketidakmampuan penerima dalam bentuk ekonomi, di lihat dari kondisi rumah , ada tidaknya harta penerima seperti sawah, kendaraa, peliharaan, penghasilan, pekerjaan, dan jumlah uang yang diterima sejumlah enam ratus ribu. Tanpa potongan berbeda dengan desa lain yang mengalami pengurangan jumlah uang di karenakan untuk di sisihkan kepada warga yang tidak mendapat BLT. Harapan penerima di kemudian, di adakannya lagi program BLT. Itulah pengalaman dari saya dan sedikit pengetahuan yang saya miliki tentang BLT. #kritik dan saran kami nanti,

Pengalaman belajar dari Ardina Nur Fadzillah,Dia berkata, pengalaman belajar yang saya dapat saat melakukan penelitian diatas sebenarnya banyak sekali. Tapi yang paling berkesan adalah, saya bisa lebih akrab dengan teman sekelas saya, lebih tau banyak desa/dukuh di daerah Kab. Rembang ini, karena saya baru satu tahu di sini. Dan menambah pengetahuan tentang penerimaan BLT ini. Walaupun saat akan melakukan penelitian, saya rada kesal sama teman sekelompok saya, karena lama. Tapi itu terbayar semua karena kami bisa selesai menyusun laporan dengan mudah.

Pengalaman belajar dari Riska Kurnia Wati,Dia berkata, pengalaman saya ketika melakukan wawancara ialah pada saat melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat dukuh Tengger, kec. Pancur tentang penerimaan BLT. Kami mewawancarai salah satu warga yang mendapatkan dana BLT, narasumber yang kami wawancara ini tidak begitu faham pada pertanyaan yang kami berikan, sehingga kami harus mengulangi pertanyaan lagi sampai narasumber mengerti maksud pertanyaan kami. Karena orang desa, narasumber ini menjawab pertanyaan yang kami ajukan dengan bahasa yang campur-campur ( bahasa indonesia dan bahasa jawa).

Biaya Sebenarnya biaya yang kami ( kelompok 3) keluarkan tidak banyak, karena saat kami melakukan penelitian tidak banyak membutuhkan biaya. Paling-paling hanya urunan untuk yang sebesar Rp 3000,00 per anak yang digunakan untuk urunan mengirim tugas ini ke warnet.

Rekaman Wawancara

Warna-Warni Di Balik Penerima BLTPage 1