tugas kelompok resistiviti log
DESCRIPTION
hTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini teknologi di dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi telah
berkembang dengan pesat. Hal tersebut sangat diperlukan mengingat harga minyak dan gas
bumi yang semakin meningkat sehingga perlu dilakukan eksplorasi terhadap sumur minyak
baru maupun peningkatan produksi terhadap sumur minyak yang telah ada sebelumnya.
Sebelum dilakukan pengeboran kita harus melakukan evaluasi formasi untuk
mengetahui karakteristik formasi batuan yang akan di bor. Berbagai macam metode
digunakan untuk mengetahui karakteristik formasi baik melalui analisis batu inti, analisis
cutting, maupun analisis data well logging. Analisis well logging saat ini banyak digunakan
karena biayanya yang relatif lebih murah dan kualitas datanya yang akurat. Untuk itu perlu
dilakukan pembahasan mengenai “Aplikasi Well Logging di dalam Evaluasi Formasi”.
Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah
tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (Harsono, 1997). Evaluasi
formasi membutuhkan berbagai macam pengukuran dan analisis yang saling melengkapi satu
sama lain. Tujuan utama dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi reservoar,
memperkirakan cadangan hidrokarbon, dan memperkirakan perolehan hidrokarbon (Harsono,
1997).
Evaluasi formasi umumnya dilakukan secara berurutan dan sistematis. Daerah yang
dianggap berpotensi mengandung hidrokarbon awalnya ditentukan melalui survei seismik,
gravitasi, dan magnetik (Bateman, 1985). Setelah daerah tersebut dibor selanjutnya
dilakukan mud logging dan measurements while drilling (MWD) ; setelah itu bisa dilakukan
pengambilan batu inti (Bateman, 1985). Saat mata bor tersebut telah mencapai kedalaman
tertentu maka logging dapat dilakukan. Penjelasan mengenai metode – metode yang
digunakan dalam evaluasi formasi adalah sebagai berikut :
1. Mud Logging
Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau perpindahan mud
dan cutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985).
2. Coring
Coring merupakan metode yang digunakan untuk mengambil batu inti (core) dari
dalam lubang bor (Bateman,1985). Coring penting untuk mengkalibrasi model
petrofisik dan mendapat informasi yang tidak diperoleh melalui log.
3. Well Logging
Well logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang
diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis & Singer,2008).
Tujuan Penilaian Formasi
1. Formation Evaluation
2. Korelasi Sumur
3. Abnormal Zone Detection
4. Cement Quality Analysys
5. Identifikasi Rekahan
6. Reservoir Mapping
BAB II
DASAR TEORI
Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu) dari satu set yangmenunjukkan
parameter fisik, yang diukur secara berkesinambungan dalamsebuah sumur (Harsono, 1997).
Logging adalah pengukuran atau pencatatansifat-sifat fisika batuan di sekitar lubang bor
secara tepat dan kontinyu padainterval kedalaman tertentu (Schlumberger, 1986). Maksud
dari logging adalah untuk mengukur parameter fisika sehingga dapat diinterpretasi litologi
penampang sumur, karakteristik reservoir antara lain porositas, permeabilitasdan kejenuhan
minyak. Log itu sendiri diartikan sebagai suatu grafik kedalaman (atau waktu)dari satu set
yang menunjukkan parameter fisik, yang diukur secara berkesinambungan dalam sebuah
sumur (harsono,1997). Data log yang ada pada pengamatan analisis kualitatif adalah Log
S( Spontaneous potensial ), Log GR ( Gamma Ray ), Log resistivitas, Log RHOB
( Densitas ), dan Log NPHI ( Neutron )
.Ada 4 jenis log yang sering digunakan dalam interpretasiyaitu :
•Log listrik terdiri dari log resistivitas dan log SP
•Log radioaktif terdiri dari log GR (Gamma Ray), log porositas yaituterdiri dari log densitas
dan log neutron
•Log akustik berupa log sonic
•Log caliper
Metode – metode yang digunakan dalam evaluasi formasi adalah sebagai berikut :
1. Mud Logging
Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau perpindahan mud dan
cutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985). Menurut Darling (2005)
terdapat dua tugas utama dari seorang mud logger yaitu :
a. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi gas/cairan/padatan dari
sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan aman dan lancar.
b. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum engineering
department.
Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke kantor pusat
perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut meliputi:
Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau kromatograf
Pengecekan terhadap ketidakhadiran gas beracun (H2S, SO2)
Laporan analisis cutting yang telah dideskripsi secara lengkap
Rate of Penetration (ROP)
Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat di dalam sampel
Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di dalam
mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005) menyatakan bahwa
mud log digunakan untuk hal – hal berikut ini:
Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor
Identifikasi zona yang porous dan permeabel
Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir
Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan jenis
hidrokarbon tersebut apakah minyak atau gas
Pekerjaan lain dari seorang mud logger adalah melakukan deskripsi cutting. Cutting
merupakan material hasil hancuran batuan oleh mata bor yang dibawa oleh lumpur
pemboran ke permukaan (Bateman,1985). Sebagian sampel dimasukkan ke dalam plastik
polyethene sebagai sampel basah sementara sebagian sampel lain yang telah dicuci dan
dikeringkan dikenal sebagai sampel kering. Sampel yang telah dibersihkan diamati di
bawah mikroskop yang ada di mud-logging unit. Hasil deskripsi kemudian diserahkan ke
kantor pusat pengolahan data.
Agar informasi tersebut berguna maka ada standar deskripsi baku yang harus dilakukan.
Darling (2005) menyatakan bahwa deskripsi tersebut harus meliputi:
Sifat butir
o Tekstur
o Tipe
o Warna
o Roundness dan sphericity
o Sortasi
o Kekerasan
o Ukuran
o Kehadiran mineral jejak (misalnya pirit, kalsit, dolomit, siderit)
o Tipe partikel karbonat
o Partikel skeletal (fosil, foraminifera)
o Partikel non-skeletal (lithoclast, agregat, rounded particles)
Porositas dan permeabelitas
o Tipe porositas (intergranular, fracture, vuggy)
o Permeabelitas (permeabelitas rendah, menengah, atau tinggi)
o Deteksi Hidrokarbon
2. Coring
Coring merupakan metode yang digunakan untuk mengambil batu inti (core) dari
dalam lubang bor (Bateman,1985). Coring penting untuk mengkalibrasi model petrofisik dan
mendapat informasi yang tidak diperoleh melalui log.
Setelah pengeboran, core (biasanya 0,5 m setiap 10 menit) dibungkus dan dijaga agar tetap
awet. Core tersebut mewakili kondisi batuan tempatnya semula berada dan relatif tidak
mengalami gangguan sehingga banyak informasi yang bisa didapat. Informasi penting yang
bisa didapat oleh seorang petrofisis dari data core tersebut menurut Darling (2005) antara
lain:
Homogenitas reservoar
Tipe sementasi dan distribusi dari porositas dan permeabilitas
Kehadiran hidrokarbon dari bau dan pengujian dengan sinar ultraviolet
Tipe mineral
Kehadiran fracture dan orientasinya
Kenampakan dip
Keterbatasan Analisis Core
Data core tidak selalu akurat, menurut Darling (2005) ada sejumlah alasan yang
menyebabkan hal tersebut yaitu:
a. Suatu core diambil pada water leg, dimana proses diagenesis mungkin saja terjadi, hal
ini menyebabkan core tidak selalu dapat mewakili oil atau gas leg di reservoar.
b. Coring dan proses pemulihannya menyebabkan tejadinya perubahan tekanan dan suhu
batuan sehingga bisa menyebabkan terjadinya perubahan struktur pada batuan tersebut.
c. Proses penyumbatan, pembersihan, dan pengeringan dapat mengubah wettability dari
sumbat sehingga membuatnya tidak bisa merepresentasikan kondisi di bawah lubang
bor.
d. Pengukuran resistivitas sumbat pada suhu lingkungan dengan menggunakan udara
sebagai fluida yang tidak basah (nonwetting fluid) bisa tidak merepresentasikan kondisi
reservoar.
3. Well Logging
Well logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang
diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis & Singer,2008). Data yang
dihasilkan disebut sebagai well log. Berdasarkan proses kerjanya, logging dibagi
menjadi dua jenis yaitu wireline logging dan logging while drilling bor (Ellis &
Singer,2008). Wireline logging dilakukan ketika pemboran telah berhenti dan kabel
digunakan sebagai alat untuk mentransmisikan data. Pada logging while drilling,
logging dapat dilakukan bersamaan dengan pemboran. Logging jenis ini tidak
menggunakan kabel untuk mentransmisikan data. Saat ini logging while drilling lebih
banyak digunakan karena lebih praktis sehingga waktu yang diperlukan lebih efisien
walaupun masih memiliki kekurangan berupa transmisi data yang tidak secepat
wireline logging. Macam – macam metode yang digunakan untuk memperoleh data
log. Ellis & Singer (2008) membagi metode yang digunakan untuk memperoleh data
log menjadi dua macam, yaitu:
A. Wireline Logging
Pada wireline logging, hasil pengukuran akan dikirim ke permukaan melalui kabel
(wire). Instrumen – instrumen yang terdapat pada alat ini adalah:
1. Mobile laboratory
2. Borehole
3. Wireline
4. Sonde
Untuk menjalankan wireline logging, lubang bor harus dibersihkan dan distabilkan terlebih
dahulu sebelum peralatan logging dipasang (Bateman,1985). Hal yang pertama kali dilakukan
adalah mengulurkan kabel ke dalam lubang bor hingga kedalaman maksimum lubang bor
tersebut (Bateman,1985). Sebagian besar log bekerja ketika kabel tersebut ditarik dari bawah
ke atas lubang bor. Kabel tersebut berfungsi sebagai transmiter data sekaligus sebagai
penjaga agar alat logging berada pada posisi yang diinginkan (Bateman,1985). Bagian luar
kabel tersusun atas galvanized steel sedangkan bagian dalamnya diisi oleh konduktor listrik
(Ellis & Singer,2008). Kabel tersebut digulung dengan menggunakan motorized drum yang
digerakkan secara manual selama logging berlangsung (Ellis & Singer,2008). Drum tersebut
menggulung kabel dengan kecepatan antara 300 m/jam (1000 ft/jam) hingga 1800 m/jam
(6000 ft/jam) tergantung pada jenis alat yang digunakan (Ellis & Singer,2008). Kabel logging
mempunyai penanda kedalaman (misalnya tiap 25 m) yang dicek secara mekanik namun
koreksi kedalaman harus dilakukan akibat tegangan kabel dan pengaruh listrik
(Bateman,1985).
Biaya sewa rig yang mahal dan logging pada sumur bor yang harus dilakukan dengan
seketika membuat alat logging modern saat ini dirancang agar bisa menjalankan beberapa
fungsi sekaligus. Rangkaian triple-combo yang dimiliki oleh Schlumberger misalnya dapat
mengukur resistivitas, densitas, mikroresistivitas, neutron, dan gamma ray sekaligus
(Harsono,1997). Apabila rangkaian tersebut ditambahi dengan alat Sonik maka rangkaian
yang dihasilkan disebut rangkaian super-combo (Harsono,1997). Kedua rangkaian tersebut
mampu bekerja dengan kecepatan 1800 ft/jam (Harsono,1997).
Data yang didapat melalui berbagai alat logging yang berbeda tersebut kemudian diolah oleh
CSU (Cyber service unit). CSU merupakan sistem logging komputer terpadu di lapangan
yang dibuat untuk kepentingan logging dengan menggunakan program komputer yang
dinamakan cyberpack (Harsono,1997). Sistem komputer CSU merekam, memproses dan
menyimpan data logging dalam bentuk digital dengan format LIS (Log Information
Standard), DLIS (Digital Log-Interchange Standard) atau ACSII (Harsono,1997). CSU juga
berfungsi menampilkan data log dalam bentuk grafik (Harsono,1997).
Sistem komputer terbaru yang digunakan oleh Schlumberger adalah MAXIS (Multiasking
Acquisition and Imaging System). Sistem ini mampu mentransmisikan data lebih cepat dari
sistem CSU. Tidak seperti sistem logging lainnya, sistem MAXIS mempunyai kemampuan
menampilkan gambar atau citra berwarna dari data-data yang diukur dengan alat-alat logging
generasi baru (Harsono,1997).
Darling (2005) menyebutkan sejumlah kelebihan wireline logging sebagai
berikut:
Mampu melakukan pengukuran terhadap kedalaman logging secara otomatis
Kecepatan transmisi datanya lebih cepat daripada LWD, mampu mencapai 3
Mb/detik.
Wireline logging juga mempunyai sejumlah kekurangan (Darling,2005) yaitu:
Sulit digunakan pada horizontal & high deviated well karena menggunakan kabel
Informasi yang didapat bukan merupakan real-time data
3.1. Logging While Drilling
Logging while drilling (LWD) merupakan suatu metode pengambilan data log dimana
logging dilakukan bersamaan dengan pemboran (Harsono,1997). Hal ini dikarenakan alat
logging tersebut ditempatkan di dalam drill collar. Pada LWD, pengukuran dilakukan secara
real time oleh measurement while drilling (Harsono,1997)..
Alat LWD terdiri dari tiga bagian yaitu: sensor logging bawah lubang bor, sebuah sistem
transmisi data, dan sebuah penghubung permukaan (lihat gambar 3.3). Sensor logging
ditempatkan di belakang drill bit, tepatnya pada drill collars (lengan yang berfungsi
memperkuat drill string) dan aktif selama pemboran dilakukan (Bateman,1985). Sinyal
kemudian dikirim ke permukaan dalam format digital melalui pulse telemetry melewati
lumpur pemboran dan kemudian ditangkap oleh receiver yang ada di permukaan
(Harsono,1997). Sinyal tersebut lalu dikonversi dan log tetap bergerak dengan pelan selama
proses pemboran. Logging berlangsung sangat lama sesudah pemboran dari beberapa menit
hingga beberapa jam tergantung pada kecepatan pemboran dan jarak antara bit dengan sensor
di bawah lubang bor (Harsono,1997).
Layanan yang saat ini disediakan oleh perusahaan penyedia jasa LWD meliputi gamma ray,
resistivity, densitas, neutron, survei lanjutan (misalnya sonik). Tipe log tersebut sama (tapi
tidak identik) dengan log sejenis yang digunakan pada wireline logging. Secara umum, log
LWD dapat digunakan sama baiknya dengan log wireline logging dan dapat diinterpretasikan
dengan cara yang sama pula (Darling,2005). Meskipun demikian, karakteristik pembacaan
dan kualitas data kedua log tersebut sedikit berbeda.
Menurut Darling (2005), alat LWD mempunyai sejumlah keunggulan dibandingkan dengan
wireline logging yaitu:
Data yang didapat berupa real-time information
Informasi tersebut dibutuhkan untuk membuat keputusan penting selama pemboran dilakukan
seperti menentukan arah dari mata bor atau mengatur casing.
Informasi yang didapat tersimpan lebih aman
Hal ini karena informasi tersebut disimpan di dalam sebuah memori khusus yang tetap dapat
tetap diakses walaupun terjadi gangguan pada sumur.
Dapat digunakan untuk melintas lintasan yang sulit
LWD tidak menggunakan kabel sehingga dapat digunakan untuk menempuh lintasan yang
sulit dijangkau oleh wireline logging seperti pada sumur horizontal atau sumur bercabang
banyak (high deviated well).
Menyediakan data awal apabila terjadi hole washing-out atau invasi
Data LWD dapat disimpan dengan menggunakan memori yang ada pada alat dan baru dilepas
ketika telah sampai ke permukaan atau ditransmisikan sebagai pulsa pada mud column secara
real-time pada saat pemboran berlangsung (Harsono,1997). Berkaitan dengan hal tersebut
terdapat Darling (2005) menyebutkan sejumlah kelemahan dari LWD yang membuat
penggunaannya menjadi terbatas yaitu:
Mode pemboran: Data hanya bisa ditransmisikan apabila ada lumpur yang dipompa
melewati drillstring.
Daya tahan baterai: tergantung pada alat yang digunakan pada string, biasanya hanya
dapat bekerja antara 40-90 jam
Ukuran memori: Sebagian besar LWD mempunyai ukuran memori yang terbatas
hingga beberapa megabit. Apabila memorinya penuh maka data akan mulai direkam
di atas data yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan sejumlah parameter yang
direkam, memori tersebut penuh antara 20-120 jam
Kesalahan alat: Hal ini bisa menyebabkan data tidak dapat direkam atau data tidak
dapat ditransmisikan.
Kecepatan data: Data ditransmisikan tanpa kabel, hal ini membuat kecepatannya
menjadi sangat lambat yaitu berkisar antara 0,5-12 bit/s jauh dibawah wireline
logging yang bisa mencapai 3 Mb/s.
BAB III
PEMBAHASAN
Resistance (tahanan) adalah hambatan yang diberikan suatu benda terhadap arus
listrik. Satuannya adalah ohm (Ω) sedangkan resistivity (tahanan jenis) adalah hambatan yang
diberikan oleh suatu benda yang panjangnya satu satuan panjang dan penampangnya satu
satuan luas. Satuannya adalah ohm-m (Ωm).
Log Resistivity adalah Suatu log yang digunakan untuk merekam sifat kelistrikan
fluida. Keberadaan hidrokarbon akan menunjukkan resistivitas yang besar, sedangkan untuk
kandungan air akan menunjukkan resistivitas yang kecil. Kandungan fluida yang ada juga
menunjukkan besaran porositas yang dimiliki batuan tersebut. Karena volume fluida akan
berbanding lurus terhadap besaran porositasnya.
Tahanan jenis batuan adalah berbanding terbalik dengan daya hantarnya
(konduktivitasnya), jika tahanan jenis batuannya besar maka batuan tersebut mempunyai
daya hantar yang kecil.
Resistivity Log (Log Tahanan Jenis)
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi
beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air formasi,
dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan.
A. Normal Log
Skema rangkaian dasar normal log dapat dilihat pada gambar 3.3, dengan
menganggap bahwa pengukurannya pada medium yang mengelilingi electrode-elektrode
adalah homogen dengan tahanan batuan sebesar R ohm-meter. Elektroda A dan B merupakan
elektroda potensial , sedangkan M dan N merupakan elektroda arus. Setiap potensial (V)
ditransmisikan mengalir melingkar keluar melalui formasi den besarnya potensial tersebut
adalah:
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
π = konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri dari dua
spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inchi
Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki. Short normal
device digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi, sedang long normal device
digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak terinvasi filtrat lumpur atau true
resistivity (Rt).
B. Lateral Log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang terinvasi.
Skema dasar dari lateral log device dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat ini terdiri dari dua
elektrode arus A dan B serta dua elektrode potensial M dan N. Jarak spasi M dan N adalah 32
inch, sedang jarak A dan O adalah 18,8 inch. Titik O merupakan titik referensi dari
pengukuran terhadap kedalaman, sedangkan elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus
listrik yang konstan dialirkan melalui elektrode A, sedangkan perbedaan potensial antara M
dan N di tempatkan pada permukaan lingkaran yang berpusat di titik A. Perbedaan potensial
yang dipindahkan ke elektrode M dan N adalah :
..................................................................... (3-8)
Persamaan (3-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan lapisan cukup
tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya potensial yang dicatat pada
referensi O adalah sebanding dengan besarnya resistivitas formasi
(R) dengan syarat anggapan tersebut dipenuhi dan pengaruh diameter lubang bor diabaikan.
Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah resistivity
semu bukan resistivity yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan pengukuran dipengaruhi
oleh diameter lubang bor (d), ketebalan formasi (e), tahanan lumpur (Rm), diameter invasi air
filtrat Lumpur (Di), tahanan zone invaded (Ri) dan uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan
diatas dan dibawahnya (Rs). Pembacaan yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan
resistivity relative tinggi. Log ini digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale
yang tebal dengan ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500 ohm-m.
C. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan lumpur yang
konduktif sebagai penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu tidak satu pun peralatan
pengukuran resistivity diatas dapat digunakan pada kondisi lubang bor kosong, terisi minyak,
gas, oil base mud dan fresh water serta udara. Untuk mengatasi ini maka dikembangkan
peralatan terfokuskan yang dapat berfungsi dalam kondisi tersebut. Rangkaian peralatan dari
dasar Induction log secara skematis dapat dilihat pada gambar 3.5.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi (
20000 cps) yang mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui transmitter coil yang
ditempatkan pada insulating sehingga menimbulkan arus induksi didalam formasi. Medan
magnet ini akan menimbulkan arus berputar yang akan menginduksi potensial dalam receiver
coil. Coil kedua ini ditempatkan pada mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil
pertama. Besarnya signal yang dihasilkan receiver akan diukur dan dicatat di permukaan
yang besarnya tergantung pada konduktivitas formasi yang terletak diantara kedua coil
tersebut. Nilai konduktifitas formasi (Cf) berbanding terbalik dengan nilai resistivity.
Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah investigasi yang jauh
didalam lapisan-lapisan tipis untuk menentukan harga Rt. Induction log dapat diturunkan
didalam semua jenis lumpur dengan syarat sumur belum dicasing. Hasil terbaik dari
induction log adalah dalam suatu kondisi sebagai berikut, didalam susunan shale dengan Rt
lebih kecil dari 100 ohm-m dan ketebalan lapisan lebih besar dari 20 m, Rxo lebih besar dari
Rt dan jika Rxo lebih kecil dari Rt maka induction log akan kurang memberikan hasil yang
memuaskan. Induction log tidak sensitif terhadap perubahan Rt bila resistivitynya tinggi.
Perbedaan resistivity sekitar 400-500 ohm-m tidak dapat dideteksi. Kondisi yang baik untuk
operasi induction log ini adalah menggunakan lumpur yang tidak banyak mengandung garam
(Rmf > Rw) serta pada formasi dengan Rt kurang dari 100 ohm-m tapi akan lebih baik lagi jika
kurang dari 50 ohm-m.
Induction log ini mempunyai beberapa kelebihan dari log-log sebelumnya, antara
lain :
1. Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang diukur tidak
dipengaruhi oleh batas tersebut.
2. Dalam fresh mud, pengukuran Rt hanya memerlukan koreksi yang sederhana atau tidak
memerlukan sama sekali.
3. Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga dapat melengkapi
informasi yang diperoleh.
D. Laterolog (Guard Log)
Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil pengaruh lubang bor, lapisan
yang berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis serta kondisi lumpur yang konduktif atau
salt mud.
Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo) dan
sebagai indikator lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya mud cake. Hasil
pembacaan Rxo dipengaruhi oleh tahanan mud cake(Rmc) dan ketebalan mud cake (hmc).
Ketebalan dari mud cake dapat dideteksi dari besar kecilnya diameter lubang bor yang
direkam oleh caliper log. Alat microresistivity log yang sering digunakan, yaitu: Microlog
(ML), Microlaterolog (MLL), Proximity Log (PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).
Microlog (ML)
Microlog dirancang untuk mengukur secara tepat lapisan tipis dan permeabel, karena
dengan pengukuran ini dapat ditentukan secara tepat net pay dalam suatu interval total. Pada
prinsipnya microlog menggunakan tiga electrode dengan ukuran kecil yang dipasang didalam
lempeng (pad) karet, dengan tujuan agar tetap dapat mengikuti variasi bentuk lubang bor.
Alat ini mempunyai tiga electrode yang mempunyai jarak 1 inch. Elektrode-elektrode
tersebut yaitu A0, M1, dan M2 yang dipasang pada salah satu baris pada rubber (lihat gambar
3.7.)
Pada elektrode A0 diberikan arus listrik tertentu kemudian potensialnya diukur pada elektrode
M1 dan M2 yang dicatat dipermukaan oleh Galvanometer. Pada saat pengukuran, ketiga
elektrode tersebut ditempatkan pada dinding lubang bor dengan menggunakan pegas yang
dapat dikembangkan antara 6 inch sampai 16 inch.
Ada dua sistem pengukuran yang umum dilakukan :
1. Sistem A0M1M2 yang merupakan short lateral/inverse (R1x1) dengan spacing A0O = 1 ½
inch, dimana O adalah titik tengah antara M1 dan M2. Pada sistem ini arus listrik yang
diberikan dari Ao kemudian diukur perbedaan potensialnya pada titik antara elektrode M1
dan M2. Sistem inverse pada intinya mengukur resistivity mud cake pada lapisan
permeable.
2. Sistem A0M2 merupakan micronormal dengan spacing AM2 = 2 inch. Sistem ini
mempumyai investigasi pengukuran lebih kurang dua kali lebih jauh dari sistem A0M1M2
dan pada sistem ini arus listrik yang diberikan dari A0 diukur perbedaan potensialnya
pada M2. Micronormal digunakan untuk mengukur resistivity dari flush zone (Rxo).
Adanya mud cake inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan dari kedua kurva
microlog tersebut. Lapisan porous permeable ini ditandai dengan adanya mud cake pada
permukaan dinding lubang bor yang dinyatakan oleh munculnya separasi dari dua kurva
microlog.
Microlog tidak akan memberikan keterangan yang berarti jika arus yang dipancarkan
hanya berada di sekitar mud cake (short circuit). Hal ini dapat terjadi jika resistivity formasi
sangat tinggi dan tidak berfungsi pada keadaan oil base mud. Separasi dua kurva positif jika
R2” > R1”x1” dan fluida hidrokarbon yang terkandung dalam batuan porous tersebut merupakan
hidrokarbon air tawar. Separasi negatif dapat terjadi jika R2” < R1”x1” dan fluida yang
terkandung biasanya air asin. Bila SP log tidak menghasilkan kurva yang baik, microlog
dapat digunakan untuk menentukan letak lapisan-lapisan yang porous dan permeabel.
Kriteria yang harus dipertimbangkan agar pengukuran microlog optimum yang pertama
sebagai indikator lapisan porous permeabel didalam susunan sand-shale dengan range
tahanan batuan formasi 1 – 200 ohm-m, porositas batuan lebih besar dari 15 %, Rxo/Rmc lebih
kecil dari 15, ketebalan mud cake kurang dari ½ inch dan kedalaman invasi lumpur lebih
besar atau sama dengan 4 inch.
Microlog juga bermanfaat dalam memperkirakan porositas, menghitung faktor
formasi (F), melokasikan lapisan permeable dan memperkirakan water-oil contact dibawah
kondisi tertentu. Dan juga mencarikan batasan yang akurat dari batas lapisan dan deliniasi
dari zone produktif dan zone non produktif.
Microlaterolog (MLL)
Alat ini digunakan untuk menentukan Rxo pada batuan yang keras, dimana lumpur
yang digunakan mempunyai kadar garam yang tinggi. Sehingga dengan mengetahui Rxo maka
harga F bisa ditentukan berdasarkan F = Rxo/Rmf sehingga selanjutnya besarnya porositas
efektif dapat ditentukan. MLL hanya merekam satu kurva yaitu tahanan flush zone (Rxo). Alat
ini mempunyai 4 elektrode yaitu sebuah elektrode pusat (Ao) dan 3 elektrode cincin M1, M2,
dan A1 yang letaknya konsentris terhadap Ao, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.8.
Cara kerja MLL pada prinsipnya sama dengan laterolog, yaitu sejumlah arus konstan
Io yang diketahui intensitasnya dialirkan melalui elektrode pusat Ao dan lainnya dialirkan
melalui elektrode paling luar A1. Kemudian arus listrik secara otomatis dan kontinyu diatur
sedemikian rupa sehingga perbedaan potensial antara elektrode M1 dan M2 praktis sama
dengan nol sehingga tidak ada arus yang mengalir dari Ao tapi dari M1 dan M2. Jadi arus dari
Ao dipaksa mengalir horizontal kearah formasi. Resistivity yang diukur adalah sebanding
dengan potensial yang dicatat.
MLL hanya dapat digunakan dalam kondisi water base mud khususnya salt mud, dan
tidak berfungsi didalam oil base mud, inverted emulsion mud serta keadaan lubang bor yang
terisi gas atau sudah dicasing. Jika invasi lumpur dangkal (kurang dari 4 inch) MLL mungkin
mengukur tahanan batuan zone uninvaded (Rt) karena MLL digunakan untuk daerah
penyelidikan sampai 4 inch. Ketebalan mud cake juga mempengaruhi pembacaan harga Rxo.
Proximity Log (PL)
Proximity Log pada prinsipnya adalah sama dengan ML ataupun MLL, akan tetapi PL
dirancang untuk mengukur daerah yang lebih dalam lagi yaitu pada penyelidikan 16 inch dan
tidak tergantung pada ketebalan mud cake yang terbentuk.
Proximity Log mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: dapat mengukur Rxo tanpa
dipengaruhi oleh mud cake sampai ketebalan mud cake ¾ - 1 inch, mempunyai radius
investigasi yang lebih besar dari ML maupun MLL, kurang sensistif terhadap
ketidakhomogenan lubang bor, biasanya alat ini diturunkan bersama-sama dengan ML untuk
mendeteksi adanya mud cake.
Dalam pembacaan PL banyak dipengaruhi oleh besarnya harga tahanan batuan zone
uninvaded (Rt). Oleh karena itu harus diadakan koreksi. Hasil pembacaan proximity log (RPL)
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
dimana J adalah faktor pseudogeometric dari zone invaded. Harga J merupakan fungsi dari
diameter invasi (Di). Sebagai harga pendekatan, jika Di > 40 inch harga J mendekati 1 (satu).
Jika Di < 40 inch maka harga RPL berada diantara Rxo dan Rt, biasanya lebih mendekati harga
Rxo. PL akan mengukur Rt jika invasi filtrat lumpur sangat dangkal, sehingga secara praktis
harga RPL = Rt. Operasi pengukuran dengan alat ini akan memperoleh hasil yang optimum
pada kondisi batuan invaded karbonat atau sand, range tahanan batuannya 0.5 – 100 ohm-m,
invasi lumpur dalam, dan ketebalan mud cake lebih kecil dari ¾ inch.
MicroSpherical Focused Log (MSFL)
MSFL biasanya di-run bersama dengan alat log induksi atau laterolog. Serupa dengan alat
microlog, pengukuran terhadap MSFL dibuat dengan sebuah bantalan elektroda khusus yang
ditekan ke dinding lubang bor dengan batuan sebuah kaliper. Pada bantalan tersebut dipasang
suatu rangkaian bingkai logam yang konsentrik (lihat gambar 3.9.) disebut elektroda yag
mempunyai fungsi memancarkan, mengfokuskan, dan menerima kembali arus istrik yang
hamper sama dengan cara kerja elektroda laterolog. Bantalan pada MSFL ini kecil dan
elektrodenya berdekatan sehingga hanya beberapa inchi dari formasi dekat lubang bor yang
diselidiki yang mengakibatkan kita mempunyai suatu pengukuran dari resistivity didaerah
rembesan. Pengukuran terhadap diameter lubang bor secara bersamaan oleh caliper yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari alat MSFL.
Ada beberapa jenis dari log resistivitas, diantaranya;
1) ILD (induction log deep) , berfungsi untuk mengukur tahanan jenis dizona tidak
terinvasi, atau sama dengan Rt.
2) SFL (spherically focused log), berfungsi untuk mengukur tahanan jenis pada zona
flushed, atau sama dengan Rxo.
3) ILM (induction log medium), berfungsi untuk mengukur daya hantar (konduktivitas)
yang besarnya berbanding terbalik dengan tahanan jenis, dan umumnya digunakan
untuk zona terinvasi cukup jauh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Resistivity log
A. Lithologi
1. Shale
Pada lapisan shale harga Rt sangat rendah bervariasi antara 0.7 – 5 ohm.m atau
lebih, variasi mana sangat tergantung dari tingkat kekompakkan batuan. Semakin
kompak, harga resisitivitynya akan semakin tinggi.
2. Lapisan Permeable
Pada lapisan permeable clean harga Rt bisa tinggi atau rendah tergantung
dari jenis kandungan (minyak, gas, air asin maupun air tawar).
3. Lapisan Shaly
Kandungan shale yang ada dalam lapisan permeable akan menurunkan harga Rt.
4. Lapisan Kompak
Pada lapisan yang kompak porositas mendekati harga nol sehingga tidak ada media
penghantar arus listrik dalam batuan.
B. Kandungan
1. Air Asin
Lapisan yang mengandung air asin yang bersifat konduktif, menyebabkan harga Rt
relatif rendah. Pengaruh ini disebabkan adanya air filtrat lumpur yang mempunyai
salinitas lebih rendah daripada air asin, sehingga menyebabkan harga Rt lebih rendah.
2. Minyak
Minyak bersifat non konduktif meskipun tidak berarti lapisan 100% berisi
minyak, Sehingga pada zone minyak harga Rt relatif tinggi, bisa lebih tinggi atau lebih
rendah ataupun sama dengan harga SN tergantung dari ”deep invasion” air filtrat.
3. Air asin
Salinitas air tawar jauh lebih rendah daripada air asin, bahkan masih lebih
rendah daripada air filtrat lumpur. Sebab air filtrat lumpur masih mengandung larutan-
larutan garam dari bahan pembentuk lumpur (Barit, Bentonit, XP-20, Sperxene, Kaostik
Soda, dsb). Dengan demikian pengaruh air tawar terhadap harga Rt relatif tinggi
Sebelumnya harus tinjauan mengenai kondisi lubang bor yang dipengaruhi oleh fitrat
Lumpur. Berikut adalah notasi – notasi untuk mempermudah penjelasan dari logging, dimana
dengan adanya infiltrasi air Lumpur kedalam lapisan permeable maka akan selalu terbentuk
tiga zona infiltrasi yaitu :
1. Flushed
Merupakan zona infilltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang bor serta
terisi oleh air filtrate lumpur yang mendesak kandungan semula (gas,minyak atau air).
Meskipun demikian mungkin saja tidak seluruh kandungan semula terdesak kedalam
zone yang lebih dalam.
2. Transition zone
Merupakan zona transisi yang berisi zona air filtrat dan zona air
resistivity
3 Uninvaded zone
Merupakan zone infiltrasi yang terletak paling jauh dari lubng bor, serta
seluruh pori batuan terisi oleh kandungan semula. Dengan demikian zone ini sama
sekali tidak dipengaruhi oleh adanya infiltrasi air fitrat lumpur.
Pengaruh Invasi Pada Pengukuran Resistivitas
1. “Flushed zone” dengan diameter (df.)
Mengandung “Mud Filtrate” (Rm )
Mengandung “Residual Hydrocarbon”
Punya Resistivitas Batuan Rxo.
Tebal ~ 6 inches, tapi bisa lebih atau kurang
2. “Transition zone” dengan diameter (dj.)
Rentangnya bisa beberapa feet.
3. Undisturbed zone:
Punya Resistivitas Air Formasi (Rw), Resistivitas Batuan (Rt), dan Water Saturation
(Sw) .
Gambar 1.4. Skema pembagian daerah invasi untuk resistivity log
Keterangan gambar :
Rm : Mud Resistivity (resistivitas Lumpur)
Rmc : Mud cake reistivity (resistivitas kerak Lumpur)
Rmf : Mud filtrate resistivity (resistivitas filtrasi Lumpur)
Rxo : Flushed zone resistivity (resistivitas pada daerah zona terinvasi)
Rw : Formation water resistivity (resistivitas formasi)
Ro : Formation resistivity 100% water filled (fesistivitas formasi dengan
kandungan air seratus persen).
Sxo : Water saturation in flushed zona (saturasi air pada daerah terinvasi)
Sw : Water saturation in uninvaded zona (saluran air pada daerah tak
terinvasi).
Hmc : Mud cake thickness (ketebalan kerak Lumpur)
DI : Diameter of invasion (diameter dari invasi)
DH : Hole diameter (diameter lubang sumur)
II.2.3. Prosedur perhitungan
1. Tentukan kedalaman lapisan yang dianalisa
2. Tentukan temperatur formasi (Tf) dengan memperhatikan Ts dan Rm
(surface condition) dan BHT rumus :
3. Tentukan nilai Rm,Rmf danRmc dengan mengunakan persamaan :
4. Tentukan nilai Rt melalui pembacaan kurva log resistivity
5. Tentukan nilai Ro melalui rumus :
Ro = F x Rw
Dimana :
F = Untuk standstone
F = Untuk limestone
Ф =
6. Tentukan nilai Rw dengan persamaan :
Rw = Rt/F
7. Tentukan nilai Sw dengan persamaan :
Sw = ((fxRw)/(Rt))0.5
8. Tentukan nilai Rxo dengan persamaan :
Rxo = Rmf/Ф2
9. Tentukan nilai Sxo dengan persamaan :
Sxo = 1 – √Rmf/Ф2.Rxo
10. Tentukan nilai Shr dengan persamaan :
Shr = 1 - Sxo
Dimana :
Jika ρh = 0.3 kecenderungan lapisan gas
Jika ρh = 0.8 kecenderungan lapisan oil
Jika ρh = 1 kecenderungan lapisan water
II.2.4. Langkah perhitungan
1. Kedalaman yang dianalisa 1210 ft
2. Menentukan temperature formasi (Tf) dengan memperhatikan Ts dan Rm (surface
condition) dan BHT rumus :
Tf =78
0−12101370−1210
x (168−T 1210 )
= 17,3
3. Menentukan nilai Rm,Rmf danRmc dengan mengunakan persamaan :
4. Menentukan nilai Rt melalui pembacaan kurva log resistivity
Nilai Rt dapat diketahui melaui pembacaan kurva Resistivity Log yaitu
sebesar 15.
5. Menentukan nilai Ro melalui rumus :
Ro = F x Rw
= 15
Dimana :
F = Untuk standstone
F = Untuk limestone
Ф =
6. Menentukan nilai Rw dengan persamaan :
Rw = Rt/F
= 5,812
7. Menentukan nilai Sw dengan persamaan :
Sw = ((fxRw)/(Rt))0.5
= 3,873
8. Menentukan nilai Rxo dengan persamaan :
Rxo = Rmf/Ф2
= 0,699
9. Menentukan nilai Sxo dengan persamaan :
Sxo = 1 – √Rmf/Ф2.Rxo
= - 0,155
10. Menentukan nilai Shr dengan persamaan :
Shr = 1 - Sxo
= 1,155
Dimana :
Jika ρh = 0.3 kecenderungan lapisan gas
Jika ρh = 0.8 kecenderungan lapisan oil
Jika ρh = 1 kecenderungan lapisan water
Dilihat dari tabulasi data perhitungan maka dapat kita simpulkan pada kedalaman
1212 ft dapat kita lihat kurva resistivity dimana menghasilkan nilai resistivity yang paling
besar, hal ini dimungkinkan fluida yang dikandung pada lapisan batuan pada kedalaman
tersebut mengandung fluida hidrokarbon.
BAB IV
KESIMPULAN
Kelebihan Dan Kekurangan Resistivity Log
Kelebihan :
Dapat mengukur resistivitas formasi yang terinvasi oleh filtrate lumpur
Resistivity Log ini digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale yang
tebal dengan ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500 ohm-m.
Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang diukur tidak
dipengaruhi oleh batas tersebut.
Dalam fresh mud, pengukuran Rt hanya memerlukan koreksi yang sederhana atau
tidak memerlukan sama sekali.
Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga dapat melengkapi
informasi yang diperoleh.
Dapat mengukur resistivity formasi pada flush zone dan sebagai indikator lapisan
porous permeable yang ditandai oleh adanya mud cake.
Dapat menentukan batasan yang akurat dari batas lapisan dan deliniasi dari zone
produktif dan zone non produktif.
Kekurangan :
Pengukurannya dipengaruhi oleh diameter lubang bor , ketebalan formasi , tahanan
lumpur , diameter invasi air filtrat Lumpur , tahanan zone invaded dan uninvaded ,
tahanan lapisan batuan diatas dan dibawahnya.
Log resistivity memerlukan lumpur yang konduktif sebagai penghantar arus dalam
formasi.
Resistivity tidak bisa mengukur pada keadaan lubang bor yang terisi gas atau sudah
dicasing.
Ketebalan mud cake juga mempengaruhi pembacaan resistivity batuan di formasi.
Hasil pembacaan Resistivity dipengaruhi oleh tahanan mud cake.