tugas kelompok limbah

28
I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas dan hanya 1/5 saja merupakan daratan. Dengan kondisi yang lebih banyak perairannya tinggi maka akan muncul potensi yang besar dalam bidang perikanan. Potensi yang besar itu belum dapat dioptimalkan dengan maksimal sehingga belum menjadi komoditas yang dapat diandalkan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai sumber ekonomi yang menjanjikan. Sektor perikanan belum menjadi ekonomis penting bagi sumber ekonomi Indonesia lebih dikarenakan penanganan potensi yang kurang tepat baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Penanganan ikan yang kurang tepat akan menjadikan ikan menjadi barang sampah yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Ini terjadi karena ikan merupakan salah satu jenis produk perikanan yang mudah mengalami kerusakan (most perishable food). Dari data yang dapat dikumpulkan, setiap musim masih terdapat antara 25 – 30%

Upload: gustirendra0

Post on 04-Jul-2015

167 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas kelompok limbah

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah perairan

yang sangat luas dan hanya 1/5 saja merupakan daratan. Dengan

kondisi yang lebih banyak perairannya tinggi maka akan muncul

potensi yang besar dalam bidang perikanan. Potensi yang besar itu

belum dapat dioptimalkan dengan maksimal sehingga belum

menjadi komoditas yang dapat diandalkan oleh pemerintah dan

masyarakat sebagai sumber ekonomi yang menjanjikan.

Sektor perikanan belum menjadi ekonomis penting bagi

sumber ekonomi Indonesia lebih dikarenakan penanganan potensi

yang kurang tepat baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

Penanganan ikan yang kurang tepat akan menjadikan ikan menjadi

barang sampah yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Ini terjadi

karena ikan merupakan salah satu jenis produk perikanan yang

mudah mengalami kerusakan (most perishable food). Dari data

yang dapat dikumpulkan, setiap musim masih terdapat antara 25 –

30% hasil tangkapan Ikan Laut yang akhirnya harus menjadi ikan

sisa atau ikan buangan yang disebabkan karena berbagai hal

antara lain Keterbatasan pengetahuan dan sarana para nelayan di

dalam cara pengolahan ikan. Misalnya, hasil tangkapan tersebut

masih terbatas sebagai produk untuk dipasarkan langsung (ikan

Page 2: tugas kelompok limbah

segar), atau diolah menjadi ikan asin, pindang, terasi serta hasil-

hasil olahannya. Selan itu juga tertangkapnya jenis-jenis ikan lain

yang kurang berharga ataupun sama sekali belum mempunyai nilai

di pasaran, yang akibatnya ikan tersebut harus dibuang kembali.

Untuk memaksimalkan potensi perikanan dan banyaknya ikan

yang terbuang sia-sia tanpa ada nilai ekonimisnya maka perlu

dilakukan suatu terobosan baru dalam memanfaatkan setiap

bagaian dalam bidang perikanan salah satunya adalah dengan

memanfaatkan limbah ikan atau mungkin ikan-ikan yang tidak

ekomomis penting dan ikan yang terbuang sia-sia. Pemanfaatan ini,

salah satunya adalah menjadikan sebagai bahan pangan yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi. Untuk itulah, ikan sisa atau ikan-

ikan yang terbuang itu ternyata masih dapat dimanfaatkan, yaitu

sebagai bahan baku pembuatan petis atau terasi. Masih banyak hal

yang perlu dikaji lagi mengenai pemanfaatan limbah perikanan

untuk diolah sebagai bahan pangan. Ini karena masih banyak hal

yang menjadikan kendala dalam pemanfaatan limbah perikanan

tersebut sehingga perlu adanya terobosan baru untuk mengurangi

jumlah cemaran limbah perikanan ini, salah satunya dengan

mengolahnya menjadi bahan pangan seperti terasi dan petis tadi.

Page 3: tugas kelompok limbah

II.STUDI PUSTAKA

Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki

kandungan gizi yang tinggi di antaranya mengandung mineral,

vitamin, dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh untuk

pertumbuhan dan pengganti sel-sel tubuh kita yang telah rusak.

Selain air, protein merupakan bagian utama dari susunan

(komposisi) tubuh kita. Protein dalam ikan berguna untuk

mempercepat pertumbuhan badan (baik tinggi maupun berat),

meningkatkan daya tahan tubuh, mencerdaskan otak/mempertajam

pikiran dan meningkatkan generasi/keturunan yang baik. Ikan

memiliki kadar protein yang sangat tinggi yaitu sekitar 20 %. Di

samping itu protein yang terkandung dalam ikan mempunyai mutu

yang baik, sebab sedikit mengandung kolesterol dan sedikit lemak.

1.Petis

Page 4: tugas kelompok limbah

Petis adalah komponen dalam masakan Indonesia yang

dibuat dari produk sampingan pengolahan makanan berkuah

(biasanya dari pindang, kupang atau udang) yang dipanasi hingga

cairan kuah menjadi kental seperti saus yang lebih padat. Dalam

pengolahan selanjutnya, petis ditambah karamel gula batok. Ini

menyebabkan warnanya menjadi coklat pekat dan rasanya manis.

Selain udang dan kupang, di (Boyolali), Jawa Tengah, Indonesia,

sebagai penghasil produk berbahan baku sapi seperti susu segar,

dendeng, abon, kulit dan rambak (kerupuk yang dibuat dari kulit

sapi), dikenal juga petis sapi. Yaitu petis yang terbuat dari hasil

sampingan dalam proses pembuatan dendeng dan abon sapi.

Aroma 'amis' petis yang dihasilkan tentu berbeda antara petis

udang, petis kupang dengan petis sapi.

Berbeda dengan 'saudara'nya yang berupa terasi, yang

dikenal dan dikonsumsi oleh penduduk Asia Tenggara umumnya,

petis nampaknya hanya dikenal di Indonesia. Hampir semua negara

di Asia tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,

Vietnam, Filipina, mengenal terasi, dengan variasi bentuk sediaan,

kering, basah atau setengah basah, dan nama. Namun aroma yang

keluar dari terasi hasil olahan negara-negara tersebut sama.

Page 5: tugas kelompok limbah

Bagi masyarakat Jawa Timur khususnya pesisir utara, petis

merupakan salah satu elemen memasak yang sangat disukai dibalik

warna hitamnya yang terkesan ”mengerikan” petis muncul sebagai

bumbu masak. Dari bahan bakunya ada dua jenis petis yaitu petis

ikan dan petis udang. Petis itu sendiri terdiri dari beberapa tingkat

kualitas yaitu petis kualitas super, kualitas istimewa, kualitas

sedang dan kualitas biasa. Jenis sedang dan biasa ini ada yang

diperkaya dengan bawang putih untuk meningkatkan flavour dan

rasa yang dikenal dengan sebutan petis bawang. Petis biasa dan

kualitas rendah wujudnya tidak terlalu pekat bahkan lebih mirip

bubur padat dibandingkan jenis kualitas istimewa dan super.

Tekstur seperti ini akibat banyaknya kandungan tepung atau pati

yang membentuk petis. Rasanya kurang gurih bahkan sedikit terasa

seperti abu merang untuk menghitamkan warnanya.

2.Proses Pembuatan Petis

a.Petis Udang

Petis udang dibuat dari kepala udang, kepala udang ini

digiling, diberi air secukupnya dan diperas. Kaldu yang terkumpul

Page 6: tugas kelompok limbah

dimasak dalam waktu yang lama hingga mulai pekat baru

kemudian ditambah gula merah, garam, dan beberapa bumbu lain

sesuai selera, setelah itu dilanjutkan memasak hingga sangat

pekat. Hasil perasan pertama menghasilkan petis kualitas super.

Hasil perasan kedua menghasilkan petis kualitas istimewa dan

seterusnya. Pada kualitas sedang dan biasa air kaldu yang encer

tidak lagi bisa menghasilkan konsistensi yang pekat sehingga harus

dibantu dengan tepung atau pati.

b. Petis Ikan

Tidak jauh berbeda dengan petis dari udang, cara pembuatan

petis ikan dilakukan dengan cara ikan disiangi dan dicuci bersih

kemudian direbus dalam air (membuat pindang). Selesai proses

pemindangan, air rebusan pindang ikan disaring terlebih dahulu

agar bersih dari kotoran. Kedalam cairan yang telah disaring

ditambahkan gula merah dengan perbandingan 500 gram gula

merah untuk setiap 1 kg cairan ekstrak. Cairan ekstrak

dipanaskan/dimasak dalam wajan dengan api sedang sambil

diaduk. Sebelum mengental, caitan ekstrak ikan disaring lagi untuk

membersihkan kotoran yang berasal dan gula merah. Sementara

itu, dibuat dalam panci lain air tajin dengan cara merebus beras.

Setelah air tajin jadi, dimasukkan kedalam cairan ekstrak ikan dan

Page 7: tugas kelompok limbah

dimasak lagi (direbus) sambil diaduk-aduk sampai merata. Apabila

campuran gula, ekstrak ikan dan tajin sudah agak mengental,

ditambahkan garam secukupnya ke dalam adonan tersebut.

Penambahan garam jangan dilakukan pada saat kondisi ekstrak

rnasih encer, agar bila telah mengental rasa petis tidak terlalu asin.

Adonan tersebut diaduk dalam pemasakan sampal mengental

(berbentuk pasta kental). Biasanya waktu yang dibutuhkan sekitar

± 6 jam. Bila adonan petis yang terbentuk banyak mengandung

kristal gula, sebaiknya dilakukan penambahan air tajin dan

dipanaskan dalam wajan lagi sampai kental. Sebaliknya, bila petis

terlalu liat seperti lem, perlu dilakukan penambahan gula merah.

Petis yang telah mengental diangkat sambil tetap diaduk dan

dikipasi, agar petis cepat dingin dan tidak timbul bau yang kurang

sedap. Setelah dingin, petis dimasukkan kedalam toples/ botol kaca

yang bermulut lebar dan ditutup rapat. Salah satu kendala petis

ikan adalah bau amis. Bau amis yang terdapat pada petis ikan

semula ditimbulkan oleh berkurangnya kesegaran ikan terutama

berasal dari arnonia, trimethylamin, asam lemak yang mudah

menguap dan hasil-hasil oksidasi dari asam lemak, Sulaiman dan Noor

(1982) telah membuktikan bahwa penggunaan asam cuka 10% pada

ikan mujair yang dipanggang dapat mengurangi bau amis ikan.

Diharapkan dengan penggunaan asam-asam organik seperti jeruk

Page 8: tugas kelompok limbah

nipis, Blimbing wuluh dan asam cuka dapat mengurangi bau amis

petis ikan yang rnerupakan salah satu kendalanya.

3. Manfaat Petis

Petis udang kualitas super dan istimewa cocok untuk

memasak seperti telur bumbu petis, sampuran pada saus sate dan

sambal kecap. Takaran penggunaannya relatif sedikit karena

rasanya sudah sangat gurih dan sedap. Petis udang kualitas sedang

dipakai untuk saus rujak uleg dan tahu tek (tahu gunting).

Umumnya dikombinasi dengan petis kualitas istimewa untuk

menambah efek gurih. Saus kacang pada sate Madura umumnya

menggunakan sedikit petis istimewa pada pembuatannya sehingga

saus menjadi lebih sedap dengan cita rasa yang khas. Di Surabaya

sambal kecap dengan petis, air asam dan remukan bawang putih

goreng yang dijadikan saus rujak dikenal dengan sebutan ”rujak

colek”. Petis udang kualitas biasa banyak dipilih untuk saus

gorengan karena rasanya yang ringan dan murah.

Petis ikan lebih sedikit variasi penggunaannya karena hanya

dikenal di daerah Madura dan sebagian wilayah Tuban. Karakter

Page 9: tugas kelompok limbah

rasanya kuat dengan aroma seperti ikan pindang, cenderung asin

dibandingkan dengan petis udang yang manis. Di Madura lebih

sering dipakai sebagai saus rujak ala Madura

4. Komposisi Gizi dalam Petis

Protein Karbohidr

at

Kalsium Fosfor Zat besi

15-20g/

100g

20-40g/

100g

37mg/100g 36mg/100g 3mg/100g

Ciri- ciri petis yang baik adalah berwarna cerah (tidak kusam),

umumnya coklat kehitaman, berbau sedap, kental tetapi sedikit

encer daripada margarin. Petis terlalu liat dapat dicurigai terlalu

banyak mengandung tepung kanji. Rasa dan bau ikan atau udang

pada petis masih dapat dikenali denga mudah. Teksturnya halus

dan mudah dioleskan. Kerusakan pada petis dapat diketahui

dengan adanya pertumbuhan cendawan pada permukaan petis. Hal

ini terjadi pada petis yang memiliki kadar air cukup tinggi.

Timbulnya rasa dan bau asam serta alkohol adalah akibat dari

fermentasi glukosa yang berasal dari tepung karena adanya

cendawan atau jamur. Untuk mencegah kerusakan tersebut, perlu

dilakukan penurunan kadar air dan penggunaan bahan pengemas

yang baik. Agar dapat disimpan lama, petis yang kemasannya telah

Page 10: tugas kelompok limbah

dibuka sebaiknya disimpan di dalam lemari pendingin

(Anonim,1992).

III. ANALISIS DAMPAK

A. Lingkungan

        Didalam kegiatan pengendalian pencemaran limbah, tidak hanya dilakukan

pengolahan limbah saja, namun kegiatan untuk mengurangi jumlah limbah yang

keluar dari industri juga merupakan suatu langkah yang akan membantu menurunkan

beban pencemaran. Penanganan limbah tersebut sudah harus dimulai dari tahap

Page 11: tugas kelompok limbah

pemilihan bahan baku hingga akhir proses produksi, disamping itu juga pengendalian

dampak setelah proses produksi. Sehubungan dengan itu maka dibutuhkan informasi

pemilihan bahan baku yang bersih dari bahan pencemar, teknologi proses yang bersih

yang mampu menghasilkan limbah yang sedikit, efisiensi energi proses yang tinggi,

serta didukung teknologi daur ulang bahan buangan dan penanganan limbah yang

sangat diperlukan.

Udang merupakan bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan biologis

oleh enzim atau mikroorganisme pembusuk, karena udang merupakan sumber protein

hewani sehingga memerlukan penanganan khusus agar tidak menimbulkan bau yang

tidak sedap yang merupakan hasil degradasi protein oleh mikroorganisme.

Apabila limbah udang dibiarkan begitu saja dan tidak dikelola dengan baik

akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan merusak lingkungan.

Limbah udang dapat menimbulkan pencemaran pada air, tanah dan udara. Limbah

udang dapat mencemari air yaitu apabila terjadi perubahan sifat fisik air misalnya

terjadi perubahan warna, air menjadi keruh, berbau, dan perubahan suhu air. Dapat

mencemari tanah yaitu menimbulkan terjadinya bau busuk karena timbulnya reaksi-

reaksi kimia dan pembusukkan timbunan sampah dan tanah yang pada akhirnya

menimbulkan gas-gas yang berbau yang membuat udara menjadi tidak segar dan

kotor.

B. Sosial

Limbah udang yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan

pencemaran terutama bau yang tidak sedap. Hal ini apabila dibiarkan secara terus-

menerus akan mengganggu masyarakat di sekitarnya. Untuk itu perlu penanganan

Page 12: tugas kelompok limbah

limbah ikan tuna yang baik sehingga tidak akan mengganggu ketentraman

masyarakat di sekitar lokasi industry pembuangan limbah udang.

C. Ekonomi

Sedangkan dari segi ekonomi, perkembangan usaha udang di Indonesia

berkembang sangat pesat. Dengan banyaknya masyarakat yang berwiraswasta dalam

hal tersebut, Pemanfaatan limbah udang selama ini juga masih sangat minimal.

Sehingga belum bisa meningkatkan nilai dan manfaat yang menguntungkan kepada

industry tersebut maupun masyarakat yang ada di sekitar industry tersebut.

Salah satu faktor yang mendukung dalam hal ini adalah harga jual yang relatif

murah, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia lainnya, mudah didapat dan

berkualitas baik.

IV. PEMBAHASAN

Petis adalah komponen dalam masakan Indonesia yang

dibuat dari produk sampingan pengolahan makanan berkuah

(biasanya dari pindang, kupang atau udang) yang dipanasi hingga

cairan kuah menjadi kental seperti saus yang lebih padat. Dalam

pengolahan selanjutnya, petis ditambah karamel gula batok. Ini

menyebabkan warnanya menjadi coklat pekat dan rasanya manis.

Selain udang dan kupang, di (Boyolali), Jawa Tengah, Indonesia,

Page 13: tugas kelompok limbah

sebagai penghasil produk berbahan baku sapi seperti susu segar,

dendeng, abon, kulit dan rambak (kerupuk yang dibuat dari kulit

sapi), dikenal juga petis sapi. Yaitu petis yang terbuat dari hasil

sampingan dalam proses pembuatan dendeng dan abon sapi.

Aroma 'amis' petis yang dihasilkan tentu berbeda antara petis

udang, petis kupang dengan petis sapi.

Petis sebenarnya merupakan hasil samping dari proses pengolahan masakan

yang mengandung ikan atau udang (terutama dari hidangan berkuah) yang dipanasi

hingga airnya habis dan bentuknya menjadi seperti pasta atau lebih padat lagi.

Petis merupakan salah satu elemen memasak yang sangat

disukai dibalik warna hitamnya yang terkesan ”mengerikan” petis

muncul sebagai bumbu masak. Dari bahan bakunya ada dua jenis

petis yaitu petis ikan dan petis udang. Petis itu sendiri terdiri dari

beberapa tingkat kualitas yaitu petis kualitas super, kualitas

istimewa, kualitas sedang dan kualitas biasa. Jenis sedang dan

biasa ini ada yang diperkaya dengan bawang putih untuk

meningkatkan flavour dan rasa yang dikenal dengan sebutan petis

bawang. Petis biasa dan kualitas rendah wujudnya tidak terlalu

pekat bahkan lebih mirip bubur padat dibandingkan jenis kualitas

istimewa dan super. Tekstur seperti ini akibat banyaknya

kandungan tepung atau pati yang membentuk petis. Rasanya

Page 14: tugas kelompok limbah

kurang gurih bahkan sedikit terasa seperti abu merang untuk

menghitamkan warnanya.

Petis memberikan rasa yang dominan pada makanan tradisional dari beberapa

tempat di Pulau Jawa. Penyedap yang bahan utamanya udang, ikan, dan bisa juga

daging ini bukan hanya menambah rasa enak, tetapi juga mengandung protein,

karbohidrat, dan beberapa unsur mineral, yaitu fosfor, kalsium, dan zat besi.

Petis berbentuk pasta, merupakan olahan dari ikan atau udang ditambah

bumbu, tepung beras, atau kanji. Seperti halnya kecap dan saus, petis juga merupakan

produk yang menyerupai bubur kental, liat, dan elastis, berwarna hitam atau cokelat

tergantung dari jenis bahan baku yang digunakan. Sesuai dengan teksturnya yang

setengah padat, petis umumnya diperdagangkan dalam kemasan stoples, atau botol

plastik yang berukuran kecil.

Cita rasa petis lebih ditentukan oleh jenis bumbu yang digunakan. Apabila

bumbu yang digunakan sama, walaupun bahan bakunya berbeda, pada akhirnya akan

menghasilkan petis dengan cita rasa yang hampir sama satu sama lain. Petis udang

dan petis ikan banyak diproduksi di daerah pantai Jawa Timur, seperti Sidoarjo,

Gresik, Lamongan, Tuban, dan Madura.

Petis ada dua macam, yaitu petis udang dan petis ikan. Petis udang dibuat

dari kepala udang, kepala udang ini digiling, diberi air secukupnya

Page 15: tugas kelompok limbah

dan diperas. Kaldu yang terkumpul dimasak dalam waktu yang

lama hingga mulai pekat baru kemudian ditambah gula merah,

garam, dan beberapa bumbu lain sesuai selera, setelah itu

dilanjutkan memasak hingga sangat pekat. Hasil perasan pertama

menghasilkan petis kualitas super.

Hasil perasan kedua menghasilkan petis kualitas istimewa

dan seterusnya. Pada kualitas sedang dan biasa air kaldu yang

encer tidak lagi bisa menghasilkan konsistensi yang pekat sehingga

harus dibantu dengan tepung atau pati. Petis ikan dilakukan dengan

cara ikan disiangi dan dicuci bersih kemudian direbus dalam air

(membuat pindang). Selesai proses pemindangan, air rebusan

pindang ikan disaring terlebih dahulu agar bersih dari kotoran.

Kedalam cairan yang telah disaring ditambahkan gula merah

dengan perbandingan 500 gram gula merah untuk setiap 1 kg

cairan ekstrak. Cairan ekstrak dipanaskan/dimasak dalam wajan

dengan api sedang sambil diaduk. Sebelum mengental, caitan

ekstrak ikan disaring lagi untuk membersihkan kotoran yang

berasal dan gula merah. Sementara itu, dibuat dalam panci lain air

tajin dengan cara merebus beras. Setelah air tajin jadi, dimasukkan

kedalam cairan ekstrak ikan dan dimasak lagi (direbus) sambil

diaduk-aduk sampai merata. Apabila campuran gula, ekstrak ikan

dan tajin sudah agak mengental, ditambahkan garam secukupnya

Page 16: tugas kelompok limbah

ke dalam adonan tersebut. Penambahan garam jangan dilakukan

pada saat kondisi ekstrak rnasih encer, agar bila telah mengental

rasa petis tidak terlalu asin.

Komposisi Gizi dalam Petis

Protein Karbohidr

at

Kalsium Fosfor Zat besi

15-20g/

100g

20-40g/

100g

37mg/100g 36mg/100g 3mg/100g

Ciri-ciri petis yang baik adalah berwarna cerah (tidak kusam), umumnya

cokelat kehitaman, berbau sedap, kental tetapi sedikit lebih encer daripada margarin.

Petis yang terlalu liat dapat dicurigai terlau banyak mengandung tepung kanji.

Rasa dan bau ikan atau udang pada petis masih dapat dikenali dengan mudah.

Teksturnya halus dan mudah dioleskan. Disarankan untuk membeli petis dengan

kemasan yang bagus, memiliki label lengkap, serta mencantumkan waktu

kedaluwarsa. Kerusakan pada petis dapat diketahui dengan adanya pertumbuhan

cendawan pada permukaan petis. Hal ini terjadi pada petis yang memiliki kadar air

cukup tinggi. Timbulnya rasa dan bau asam serta alkohol adalah akibat dari

fermentasi glukosa yang berasal dari tepung karena adanya cendawan atau jamur.

Page 17: tugas kelompok limbah

Untuk mencegah kerusakan tersebut, perlu dilakukan penurunan kadar air dan

penggunaan bahan pengemas yang baik. Agar dapat disimpan lama, petis yang

kemasannya telah dibuka sebaiknya disimpan di dalam lemari pendingin.

Walaupun kandungan protein petis cukup tinggi (15-20 g/100 g), dalam praktiknya

petis tidak dapat diandalkan sebagai sumber protein karena pemakaiannya dilakukan

dalam jumlah sangat sedikit. Petis hanya dikonsumsi sebatas sebagai pembangkit cita

rasa. Sama halnya seperti terasi, petis umumnya dipakai sebagai bumbu.

Komposisi gizi pada petis yang ada di pasaran sangat bervariasi sekali, Penambahan

gula dan tepung dalam proses pembuatannya menyebabkan cukup tingginya kadar

karbohidrat pada petis, yaitu sekitar 20-40 g per100 g. Kandungan mineral yang

cukup berarti pada petis adalah kalsium, fosfor, dan zat besi, masing-masing

sebanyak 37, 36, dan 3 mg per 100 g.

Page 18: tugas kelompok limbah

V. SIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Petis berbentuk pasta, merupakan olahan dari ikan atau udang ditambah bumbu,

tepung beras, atau kanji. Seperti halnya kecap dan saus, petis juga merupakan produk

yang menyerupai bubur kental, liat, dan elastis, berwarna hitam atau cokelat

tergantung dari jenis bahan baku yang digunakan. Sesuai dengan teksturnya yang

setengah padat, petis umumnya diperdagangkan dalam kemasan stoples, gelas jar,

atau botol plastik berukuran kecil.

Petis dapat juga dikategorikan sebagai makanan semi basah yang memiliki kadar

air sekitar 10-40 persen, nilai aw (aktivitas air) 0,65-0,90, dan mempunyai tekstur

plastis. Untuk mencegah kerusakan, perlu dilakukan penurunan kadar air dan

penggunaan bahan pengemas yang baik. Agar dapat disimpan lama, petis yang

kemasannya telah dibuka sebaiknya disimpan di dalam lemari pendingin.

2. Saran

Page 19: tugas kelompok limbah

perlu dikembangkan lebih lanjut pemanfaatan limbah perikanan sebagai bahan

dasar petis agar rasanya lebih enak.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1992. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan. Balai

Penelitian dm Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Perikanan

bekerjasama dengan United State Agency For Internasional Development

Fisheries Research and Development Project. Jakarta.

Sulaiman S dan Z Noor. 1982. Pengaruh asam cuka terhadap rasa amis dari daging

ikan mujair yang dipanggang. Agritech Vol. 3 no. 3 dan 4. Yogyakarta.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1., Pangan Gizi IPB Bogor. Gramedia Utama,

Jakarta

Hart, Harold. 2003. Kimia Organik : Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.

Page 20: tugas kelompok limbah

PEMANFAATAN LIMBAH PERIKANAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PETIS

TUGAS TERSTRUKTUR TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH HASIL PERTANIAN

Di Susun oleh :

Teguh Priyanto A1D007058

Rosita Rahmawati A1M008002

Sofyan Tri Widayat A1M008022

Rendra Gusti Pambudi A1M008037

Page 21: tugas kelompok limbah

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

2011