tugas k3 faktor kimia

11
BAB I DASAR TEORI 1.1 Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja adalah dengan memberikan perlindungan pada buruh selama dia bekerja. Perlindungan ini diberikan dengan maksud agar buruh merasa aman dan nyaman bekerja di lingkungan kerjanya. Perlindungan kepada buruh selama menjalankan pekerjaan dengan mengikutsertakan buruh dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Pengusaha. Berikut merupakan beberapa pengertian dari K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja): 1. Menurut ILO ( International Labour Organization ), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya. 2. Berdasarkan OHSAS 18001: 2007, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga 1

Upload: oktiani-rahmanita-fauziah

Post on 07-Dec-2015

452 views

Category:

Documents


70 download

DESCRIPTION

k3

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas k3 Faktor Kimia

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja adalah dengan

memberikan perlindungan pada buruh selama dia bekerja. Perlindungan ini

diberikan dengan maksud agar buruh merasa aman dan nyaman bekerja di

lingkungan kerjanya. Perlindungan kepada buruh selama menjalankan pekerjaan

dengan mengikutsertakan buruh dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Pengusaha. Berikut merupakan

beberapa pengertian dari K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja):

1. Menurut ILO (International Labour Organization), Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk mempertahankan dan

meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-

tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan

kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,

perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang

merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu

lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan

psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan

setiap manusia kepada jabatannya.

2. Berdasarkan OHSAS 18001: 2007, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan

dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok,

pengunjung dan tamu) di tempat kerja.

3. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah  suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah

tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Mangkunegara, 2002).

4. Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan

fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan

adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara

umum (Mathis dan Jackson, 2002).

5. Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko

kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang

1

Page 2: Tugas k3 Faktor Kimia

kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi

pekerja (Simanjuntak, 1994).

6. Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana

kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di

perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur, 2001).

1.2 Tujuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Tujuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut Suma’mur

(2001) bertujuan untuk:

1. Melindungi Kesehatan dan keselamatan pekerja

2. Meningkatkan kesejahteraan dan kinerja

3. Menjamin kesehatan dan keselamatan orang lain dalam lingkungan kerja

4. Mengamankan sumber polutan

5. Menyehatkan lingkungan kerja

6. mengefisienkan kegiatan

1.3 Faktor K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Faktor K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut Ranupandojo

dan Hasan (2002) adalah:

1. Faktor fisik

2. Faktor kimia

3. Faktor biologi

4. Faktor Ergonomi

5. Faktor Psikologi

1.4 K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Faktor Kimia

Faktor kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang

meliputi bentuk padatan (partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal

dari bahan- bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu,

awan, kabut, uap logam, dan asap, serta wujud yang tidak bersifat partikel

adalah gas dan uap (pasal 1, butir 11, dan butir 12. Permennakertransi No.PER.

13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di

Tempat Kerja). Sedangkan bahan kimia (chemical), adalah unsur kimia dan

senyawanya dan campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintetis.

Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan manusia mampu

mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas tertentu. Keracunan

terjadi apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak mampu

2

Page 3: Tugas k3 Faktor Kimia

mengatasinya (melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan)

(Anonim, 2011).

Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang digolongkan

kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang menyatakan

bahwa bahan tersebut berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam “lembar

data keselamatan (chemical safety data sheet)”, yang memuat dokumen dan

informasi penting untuk para pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan

bahayanya dan cara-cara penggunaan yang aman, ciri-ciri, supplier,

penggolongan, bahayanya, peringatan-peringatan, bahaya dan prosedur tanggap

darurat (Arief, 2015).

Berikut merupakan potensi bahaya bahan kimia ditempat kerja menurut

Abu dan David (2005):

1. Bahan kimia mudah meledak adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan,

atau campurannya yang sebagai akibat suatu perubahan (reaksi kimia,

gesekan, tekanan, panas, atau perubahan lainnya) menjadi bentuk gas yang

berlangsung dalam proses yang relative singkat disertai dengan tenaga

perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta suara yang

keras.

2. Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi

oksidasi pada suatu kondisi tertentu akan menghasilkan nyala api. Tingkat

bahaya dari bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya, makin rendah titik

bakar bahan tersebut semakin berbahaya.

3. Bahan kimia beracun merupakan bahan kimia dalam jumlah relatif sedikit,

dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan

kematian, apabila terabsorbsi tubuh manusia melalui injeksi. Sifat racun dari

bahan dapat berupa kronik atau akut dan sering tergantung pada jumlah

bahan tersebut yang masuk ke dalam tubuh.

4. Bahan kimia korosif adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali

dan bahan-bahan kuat lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-

logam bejana atau penyimpan. Senyawa asam alkali dapat menyebabkan

luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang kulit dan system

pernafasan.

5. Bahan kimia radioaktif adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan

untuk memancarkan sinar-sinar radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar

gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang dapat membahayakan tubuh

3

Page 4: Tugas k3 Faktor Kimia

manusia. Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu

atau lebih dari sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat didalam bahan kimia

tersebut, yang selain mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia

beracun dan meracuni kehidupan.

6. Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil,

mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga

dapat menimbulkan kebakaran selain ledakan.

7. Bahan kimia reaktif adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan

bahan-bahan lainnya, disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas

yang mudah terbakar atau keracunan, atau korosi.

8. Bahan reaktif terhadap air, beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat

dengan air, dapat meledak atau terbakar. Ini disebabkan zat-zat tersebut

bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas) yang besar atau

mengeluarkan gas yang mudah terbakar.

9. Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium.

Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan

juga efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah

terbakar.

4

Page 5: Tugas k3 Faktor Kimia

BAB II

STUDI KASUS

“KECELAKAAN TERPAPAR ASAM SULFAT (H2SO4)

PADA KULIT PRAKTIKAN”

Bekerja dalam laboratorium tidak lepas dari kemungkinan bahaya dari

berbagai jenis bahan kimia. Pada aktivitas laboratorium selalu ada kemungkinan

terjadinya kecelakaan. Kecelakaan dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu

sikap dan tingkah laku pekerja, keadaan yang tidak aman dan kelalaian

pengawas serta bahan kimia dan peralatan.

Pada suatu contoh studi kasus yang terjadi di lingkungan kerja

laboratorium FST tepatnya pada laboratorium ekologi yang mana laboratorium

digunakan untuk berbagai aktivitas penelitian mulai dari praktikum hingga

penelitian untuk skripsi. Pada suatu kasus tersebut sebagai contoh dan pelajaran

bagi kita yaitu terjadi tumpahnya salah satu bahan kimia yang berbahaya yaitu

H2SO4 atau asam sulfat yang mengenai kulit bagian punggung tangan dari salah

satu praktikan yang sedang melakukan aktivitas didalam laboratorium tersebut.

Asam Sulfat (H2SO4) merupakan cairan kimia berbahaya yang terbuat dari Gas

Sulfur (SO2) yang direaksikan dengan air (H2O). Cairan ini bersifat eksotermis,

yaitu akan bereaksi dengan air/kelembaban yang kemudian akan menyebabkan

terjadinya suhu panas lebih dari 90°C.

Asam Sulfat bersifat korosif dan irritable, terutama pada kulit manusia.

Akibat sifat asam sulfat sebagai senyawa korosif dan penarik air yang kuat dapat

menyebabkan kulit seperti terkena luka bakar. Luka bakar akibat asam sulfat

berpotensi lebih buruk daripada luka bakar akibat asam kuat lainnya, hal ini

dikarenakan adanya tambahan kerusakan jaringan dikarenakan senyawa H dan

O dari jaringan ditarik sebagai H2O (dehidrasi) dan juga akan terjadi kerusakan

termal sekunder akibat pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat dengan air.

Sehingga pada kasus kejadian tersebut segera diberi penanganan darurat

dengan dilarikannya praktikan menuju UGD untuk mendapatkan perawatan yang

tepat. Hal tersebut terjadi yang dimungkinkan karena kurangnya alat pelindung

diri (APD) yang sesuai. Kemungkinan bahaya terhadap pemakaian alat pelindung

diri (APD) menempati urutan pertama sebagai penyebab kecelakaan sikap dan

tingkah laku demikian sering dimiliki oleh para pekerja yang belum banyak

berhadapan dengan proses atau aktivitas di dalam laboratorium.

5

Page 6: Tugas k3 Faktor Kimia

Apabila terjadi kecelakaan terpapar asam sulfat pada kulit (seperti pada

studi kasus diatas) harus dilakukan penanganan yang cepat dan benar.

Perawatan pertama yang standar dalam menangani tumpahnya asam sulfat ke

kulit adalah dengan membilas kulit tersebut dengan air sebanyak-banyaknya (air

harus mengalir). Pembilasan dilanjutkan selama 10 sampai 15 menit untuk

mendinginkan jaringan disekitar luka bakar asam dan untuk menghindari

kerusakan sekunder. Pakaian yang terkontaminasi oleh asam sulfat harulah

dilepaskan dengan segera dan segera bilas kulit yang berkontak dengan pakaian

tersebut. Sebagai contoh pada studi kasus diatas tersebut, oleh karena itu perlu

adanya pencegahan dan penanganan terhadap penggunaan bahan zat kimia

berbahaya ini yaitu H2SO4 sebagai salah satu contohnya. Bahaya akan semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam sulfat. Namun,

bahkan asam sulfat encer (sekitar 1 M, 10%) akan dapat mendehidrasi kertas

apabila tetesan asam sulfat tersebut dibiarkan dalam waktu yang lama. Oleh

karenanya, larutan asam sulfat yang sama atau lebih dari 1,5 M diberi label

"CORROSIVE" (korosif), manakala larutan lebih besar dari 0,5 M dan lebih kecil

dari 1,5 M diberi label "IRRITANT" (iritan). Pencegahan dalam keselamatan kerja

yang lain dapat juga dilakukan seperti hindari kontak langsung dengan asam,

cegah penghisapan uap atau kabut, selain itu bekerja dengan asam sulfat harus

dalam almari asam atau dengan ventilasi yang baik. H2SO4 termasuk sifat

eksotermik, oleh karena itu simpan asam dalam wadah yang kuat di tempat

berventilasi dan dingin, sehingga jauhkan dari air karena zat organik mudah

terbakar dan logam. Kebocoran wadah juga harus selalu diperhatikan, karena

kebocoran dapat merusak properti lain yang terdapat di dalam laboratorium salah

satu contohnya yaitu lantai atau porselen.

Dengan adanya studi kasus yang telah dipaparkan diatas, keselamatan

kerja di laboratorium perlu diinformasikan secara cukup dan relevan untuk

mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta

cara penanggulangannya. 

6

Page 7: Tugas k3 Faktor Kimia

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada makalah ini sebagai berikut:

1. Kecelakaan dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu sikap dan tingkah laku

pekerja, keadaan yang tidak aman dan kelalaian pengawas serta bahan kimia

dan peralatan.

2. Asam Sulfat (H2SO4) merupakan cairan kimia berbahaya bersifat eksotermis,

yaitu akan bereaksi dengan air/kelembaban yang kemudian akan

menyebabkan terjadinya suhu panas lebih dari 90°C dan asam sulfat juga

bersifat korosif dan iritan yang menyebabkan kulit seperti terkena luka bakar.

3. Penanganan tumpahnya asam sulfat ke kulit adalah dengan membilas kulit

tersebut dengan air sebanyak-banyaknya (air harus mengalir) selama 10-15

menit. Pakaian yang terkontaminasi asam sulfat segera dilepaskan dan bilas

kulit yang terkena kontak dengan pakaian tersebut.

4. Pencegahan dalam keselamatan kerja dapat juga dilakukan seperti

menghindari kontak langsung dengan asam, cegah penghisapan uap atau

kabut, selain itu bekerja dengan asam sulfat harus dalam almari asam atau

dengan ventilasi yang baik.

7

Page 8: Tugas k3 Faktor Kimia

DAFTAR PUSTAKA

Abu, B. dan David, T. 2005. Keselamatan dan Kesehatan Dalam Penggunaan

Bahan Kimia Ditempat Kerja. Jakarta: MDC Publishers.

Anonim, OHSAS 18001. 2007. Occupational health and safety management

system requirements 18001:2007.

Anonim. 2011. Permennakertransi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai

Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja (pasal 1, butir

11, dan butir 12).

ILO. 1988. Accident Prevetion a Workers. Geneva Switzerland: Education

Manual.

Mangkunegara, A. dan Anwar, P., 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung:

Penerbit Refika Aditama.

Mathis dan Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi pertama,

Cetakan Pertama. Yogyakarta: Salemba Empat.

Ranupandojo, H. dan Hasan, S., 2002. Manajemen Personalia, Edisi 4.

Yogyakarta: Pustaka Binawan Presindo FE UGM.

Simanjuntak, P. J., 1994. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta: HIPSMI.

Suma'mur. 2001. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:

Gunung Agung.

8