1. k3 di laboratorium kimia berbasis modul 11

Upload: yanto-guru-tik

Post on 10-Jan-2016

88 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

xx

TRANSCRIPT

MODUL 11

KESEHATAN, KESELAMATAN, DAN KEAMANAN KERJA (K3) DI LABORATORIUM IPA (KIMIA)A. Tujuan

a. Dapat mendeskripsikan jenis kecelakaan yang mungkin terjadi dan sumbernya di laboratorium serta lingkungan kerja.

b. Dapat melakukan penanganan kecelakaan ringan di laboratorium.

c. Dapat menjelaskan falsafah keselamatan kerja.

d. Dapat mempelajari undang-undang tentang keselamatan dan keamanan kerja.

e. Dapat menggunakan peralatan keselamatan kerja di laboratorium.

f. Dapat menggolongkan limbah berdasarkan wujud dan sifatnya.

Dapat membuang limbah berdasarkan wujud dan sifatnya.g. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium kimia sekolah/madrasah

1) Menjaga kesehatan diri dan lingkungan kerja 2) Menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium

3) Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan prosedur yang berlaku4) Menangani limbah laboratorium sesuai dengan prosedur yang berlaku

5) Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan B. Jenis, sumber Kecelakaan yang mungkin terjadi di laboratorium, dan penangananya

Dari hasil identifikasi diperoleh Jenis-jenis kecelakaan yang mungkin dapat terjadi di laboratorium yaitu.

1. Luka

2. Keracunan

3. Percikan zat

4. Tumpahan zat

5. Kebakaran

Mengapa kecelakaan dapat terjadi ?

Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi karena hal-hal berikut

1. Kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan-bahan, proses, dan alat yang digunakan.

2. Kurang cukup instruksi atau supervisi oleh pengelola laboratorium.

3. Tidak menggunakan alat pelindung atau alat yang tepat.

4. Tidak memperhatikan instruksi atau aturan.

5. Tidak memperhatikan sikap yang baik waktu bekerja di laboratorium.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap keselamatan?

1. Petugas laboratorium, yang meyediakan alat-alat dan memelihara keamanan dan keselamatan bekerja di laboratorium.

2. Pengelola/penanggungjawab laboratorium harus memberikan perintah yang penting kepada pengguna laboratorium mengenai keamanan dan keselamatan dan memperhatikan cara mereka bekerja.

3. Pengguna laboratorium, yang harus memperhatikan tata tertib, serta menghindari bahaya-bahaya dari bahan-bahan kimia. Laboratorium yang dikelola dengan baik merupakaan tempat yang aman. Karena itu harus diusahakan agar segala kegiatan dalam laboratorium dapat dilakukan dalam suasana yang aman. Disiplin yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam memelihara keselamatan di laboratorium.Tata Tertib dan Cara Menghindari kecelakaan

Dalam usaha menjaga keselamatan, pencegahan lebih utama daripada merawatnya setelah terjadi kecelakaan. Salah satu cara mencegah terjadinya kecelakaan adalah dengan dibuatnya tata tertib. Tata tertib ini penting untuk menjaga kelancaraan dan keselamtan bekerja di dalam laboratorium. Hendaknya setiap pemakai laboratorium memenuhi tata tertib yang telah dibuat. Disamping tata tertib, beberapa peringatan umum berikut merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium.

1. Aturlah tempat serapi mungkin dan hindarkan lorong yang sesak, kertas yang tersebar dimana-mana. Zat kimia, kotak obat, dan bahan-bahan lain jangan disimpan terlalu tinggi sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan.

2. Setiap orang yang mengadakan kegiatan laboratorium harus tahu tempat dan cara penggunaan perlengkapan darurat seperti bahan P3K, pemadam kebakaran, dan pencuci mata.

3. Gunakan alat/tabir yang tepat ketika suatu percobaan dilakukan.

4. Sebelum perobaan dimulai telitilah terlebih dahulu kemungkinan bahaya yang dapat terjadi lalu berhati-hatilah bekerja agar kecelakaan tidak terjadi.

5. Berikan peringatan yang jelas jika suatu kegiatan dapat menimbulkan bahaya.

6. Sediakan tempat pembuangan khusus untuk cairan, kaca, sobekan kain/kertas, dan lain sebagainya.

7. Tekankan agar siswa tetap tenang meskipun terjadi kecelakaan dan segera melapor jika ia terluka.

8. Buat catatan terperinci mengenai suatu kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium.

Cara menangani Kecelakaan

1. Luka

Di laboratorium, luka dapat disebabkan oleh benda tajam, luka bakar atau luka pada mata yang disebabkan oleh percikan zat.

a. Luka karena benda tajam

Benda tajam dapat menimbulkan luka kecil dengan sedikit pendarahan. Luka ini dapat diakibatkan oleh potongan kecil atau keratan atau tusukan benda tajam. Tindakan yang dapat dilakukan adalah membersihkan luka secara hati-hati, jika akibat pecahan kaca pada kulit terdapat pecahan kaca gunakan pinset dan kapas steril untuk mengambilnya. Kemudian tempelkan plester berobat. Jika luka agak dalam dan dikhawatirkan terjadi tetanus, si penderita hendaknya dibawa ke dokter.

b. Luka bakar

Luka bakar dapat disebabkan oleh benda panas atau karena zat kimia

1) Luka bakar karena benda panas

Luka bakar karena panas dapat terjadi akibat kontak dengan gelas/logam panas. Jika kulit hanya memerah, olesi dengan salep minyak ikan atau levertran. Jika luka bakar diakibatkan terkena api dan si penderita merasa nyeri, tindakan yang daapat dilakukan adal;ah mencelupkan bagian yang terbakar ke dalam air es scepat mungkin atau dikompres agar rasa nyeri berkurang. Kemudian bawa si penderita ke dokter.

Jika luka terlalu besar, hindarkan kontaminasi terhaadap luka dan jangan memberikan obat apa-apa. Tutup luka dengan kain/steril yang bersih, kemudian bawa si penderita ke dokter.

2) Luka bakar karena zat kimia

Jika kulit terkena zat kimia, misalnya oleh asam pekat, basa pekat, dan logam alkali dapat timbul luka terasa panas seperti terbakar. Tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

a). Luka karena asam

Asam yang mengenai kulit hendaknya segera dihapus dengan kapas atau lap halus, kemudian dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya. Selanjutnya cuci dengan larutan 1% Na2CO3, kemudian cuci lagi dengan air. Keringkan dan olesi dengan salep levertran.

b). Luka akibat basa

Kulit hendaknya segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian bilas dengan larutan asam asetat 1%, cuci dengan air, kemudian keringkan dan olesi dengan salep boor.

c). Luka bakar karena terkena percikan natrium/kalium

Ambil logam yang menempel dengan pinset secara hati-hati, kemudian cuci kulit yang terkena zat tersebut dengan air mengalir selama kira-kira 15-20 menit. Netralkan dengan larutan asam asetat 1%, kemudian keringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang telah dibasahi dengan asam pikrat.

c). Luka bakar karena percikan bromin

Jika kulit terkena percikan atau tumpahan bromin, kulit yang terkena segera olesi dengan larutan amoniak encer (1 bagian amoniak dalam 15 bagian air) kemudian luka tersebut tutup dengan pasta Na2CO3 .

d) Luka bakar karena fosfor

Jika terkena kulit, kulit yang terkena dicuci denag air sebanyak-banyaknya kemudian cuci dengan larutan CuSO4 3%.

c. Luka pada mata

Luka pada mata akibat kecelakaan di laboratorium dapat terjadi bila terkena percikan asam atau basa, percikan zat lainnya, atau terkena pecahan kaca.

1) Luka karena terkena percikan asam

Jika terkena percikan asam encer, mata dapat dicuci dengan air bersih, baik dengan air kran maupun penyemprotan air. Pencuciaan kira-kira 15 menit terus-menerus. Jika terkena asam pekat tindakan yang dapat dilakukan sama jika terkena asam pekat pada umumnya. Kemudian mata dicuci dengan larutan Na2CO3 1%. Jika si penderita masih kesakitan bawa ke dokter.

2) Luka karena terkena percikan basa

Cucilah mata yang terkena percikan dengan air banyak-banyak kemudian bilas dengan larutan asam borat 1%. Gunakan gelas pencuci mata.

3) Luka karena benda asing/pecahan kaca

Jika mata terkenaa kaca, ambil benda yang menempel pada mata dengan ati-hati tetapi jika menancap kuat, jangan sekali-kali mengambilnya, hanya hdokter yang dapat mengambilnya.

2. Keracunan

Keracunan dapat terjadi di laboratoriun diantaranya disebabkan oleh masuknya zat kimia ke dalam tubuh lewat saluran pernapasan atau kontak dengan kulit, dan sangat jarang melalui mulut.

a. Keracunan zat melalui pernapasan

Keracunan di laboratorium terutama di laboratorium kimia sangat mungkin terjadi. Keracunan akibat zat kimia seprti menghirup gas Cl2, HCl, SO2, formaldehid, NH3, dan gas lainnya atau debu terjadi melalui saluran pernapasan. Tindakan pertama-tama yang sebaiknya dilakukan adalah menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut kemudian pindahkan korban ke tempat yang berudara segar. Jika korban tidak bernapas, segera berikan pernapasan buatan berupa menekan bagian dada atau pemberian pernapasan dari mulut penolong ke mulut korban. Tindakan selanjutnya segera hubungi dokter. Ada dua cara pernapasan buatan, yaitu pernafasan buatan Holger Nielson dan Silbester. Bagaimana langkah kerja dari masing-masing cara tersebut dapat anda baca pada lembar kerja.

b. Keracunan melalui mulut (tertelan)

Jika ada zat tertelan segera panggil dokter dan informasikan zat yang tertelan oleh penderita. Jika penderita muntah-muntah, beri minum air hangat agar muntah terus dan mengencerkan racun dalam perut. Jika korban tidak berhasil masukkan jari ke dalam tenggorokan korban agar muntah. Jika korban pingsan, pemberian sesuatu lewat mulut dihindarkan. Segera bawa korban ke dokter/rumah sakit.

Jika zat beracun masuk ke mulut dan tidak sampai tertelan, beberapa tindakan dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama.

1). Jika mulut terkena asam, kumur-kumur dengan air sebanyak-banyaknya kemudian si penderita diberi minum air kapur atau susu untuk melindungi saluran pernapasan.

2). Jika mulut terkena basa kuat, kumur-kumur dengan air sebanyak-banyaknya kemudian minum sebanyak-banyaknya, selanjutnya beri minum susu atau dua sendok teh asam cuka dalam 1/2 liter air.

3). Jika mulut terkena zat kimia lain yang beracun, si penderita diberi 2-4 gelas air atau susu dan diberi antidot yang umum dipakai dalam 1/2 gelas air hangat.

Beberapa upayaa pencegahaan terhadap keracunan sebagai akibat dari kegiatan di laboratorioum kimia.

a. Pipet digunakan untuk mengambil atau memindahkan bahan dengan jumlah tepat. Bahan-bahan yang tidak boleh dipipet dengan mulut ialah zat yang bersifat radioaktif, asam kuat dan pekat. Zat-zat tersebut harus dipipet dengan cara khusus, yaitu dengan menggunakan karet filler.

b. Jangan mencoba mencium senyawa-senyawa yang beracun dan harus diperhatikan bahwa senyawa-senyawa beracun dapat memasuki tubuh lewat pernapasan, mulut, kulit, dan luka.

c. Jika bekerja dengan senyawa-senyawa beracun hendaknya dilakukan di lemari uap dan jika perlu gunakanlah sarung tangan. Apabila lemari uap tidak berfungsi atau tidak ada, bekerjalah di tempat terbuka atau di luar.

d. Pada saat menggunakan asbes harus dijaga agar debu yang keluar jangan sampai terisap karena dapat menyebabkn gangguan pernapasan dan paru-paru

3. Percikan Zat

Percikan zat, besar maupun kecil, yang mengenai badan atau pakaian hendaknya mendapat perhatian yang khusus karena banyak zat-zat kimia yang dapat merusak kulit maupun pakaian. Pakailah selalu jas laboratorium dan kancingkan semua buah kancing ketika bekerja di laboratorium untuk mencegah percikan zat mengenai badan. Gunakanlah pelindung mata atau muka, terutama dalam melakukan percobaan-percobaan yang memungkinkan timbulnya percikan zat. Upaya pencegahan percikan zat adalah sebagai berikut.

a. sewaktu kita memasukkan suatu larutan dalam tabung reaksi, arahkan mulut tabung reaksi tersebut ke arah yang tidak ada orang, dan jangan sekali-kali menengok dari mulut tabung reaksi.

b. pada saat mengisi buret, disamping harus menggunakan corong kecil, juga buret harus diturunkan sehingga mulut buret berada setinggi mata.

c. Jika mengencerkan asam pekat, tambahkan sedikit demi sedikit asam pada air, jangan sebaliknya dan lakukanlah dengan hati-hati, jika perlu gunakan kacamata laboratorium.

d. Asam-asam pekat dinetralkan dengan natrium bikarbonat padat (serbuk), kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan NaOH harus dinetralkan dengan NH4Cl serbuk, kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan sublimat (HgCl2) dinetralkan dengan serbuk belerang. Setelah didiamkan sebentar, supaya terjadi penetralan, baru zat-zat tersebut dapat dibuang ke dalam air yang sedang mengalir. Selama membersihkan jangan lupa mengenakan pelindung badan dan mata.4. Tumpahan zat

Dalam kegiatan percobaan di laboratorium dapat terjadi tumpahan zat kimia atau harus membuang zat kimia sisa pakai. Mengingat bahwa pada dasarnya kebanyakan zat kmia dapat menimbulkan bahaya, dipahami beberapa penanganannya agar kecelakaan tidak terjadi. Misalnya Menagani tumpahan raksa

Raksa adalah zat kimia yang sangat beracun dan dapat terakumulasi dalam tubuh, walaupun menghirup uapnya dalam konsentrasi rendah sekalipun. Jika menggunakan raksa dalam percobaan, gunakan alas kaki.

Jika raksa tumpah dai botolnya segera tutup dengan belerang atau larutan iodida. Tumpahan yang sudah tertutup dengan belerang, bersihkan dengan lap basah, buang dan tempatkan ditempat khusus dengan lapnya.

5. Kebakaran

Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran di laboratorium dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang mudah terbakar atau kertas yang berserakan di atas meja pada saat ada api.

Untuk menghindari hal tersebut:

a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop kontak

b. Gunakan penangas bila hendak memanaskan zat kimia yang mudah terbakar

c. Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api) jauhkan alat/bahan yang mudah terbakar (misal kertas,alkohol) dan bagi siswa perempuan yang berambut panjang untuk diikat

d. Gunakan alat pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran

Cara menggunakannya dijelaskan pada kegiatan belajar 2.

Untuk memudahkan melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) maka perlu disediakan kotak PPPK beserta isinya berupa obat-obatan dan perlengkapan lainnya. Adapun isi dari kotak PPPK adalah sebagai berikut.

1. Kain kasa steril

2. Pembalut dari berbagai ukuran

3. Kapas

4. Alat pencuci mata

5. Gunting

6. Peniti

7. Betadin

8. Obat gosok

9. Natrium Hidrogenkarbonat (NaHCO3 1% )

10. Asam cuka 1%

11. Salep livertran

12. Salep Boor

Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan pada jenis pekerjaan apapun, termasuk di laboratorium. Namun dalam melaksanakan suatu pekerjaan diusahakan dan diperhatikan semaksimal mungkin faktor-faktor keselamatan kerja. Untuk itu diperlukan pemahaman atas keselamatan kerja dan undang-undangnya.1. Falsafah keselamatan kerja

Falsafah keselamatan kerja dapat diartikan dalam rumusan sebagai berikut:

"Menjamin keadan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya."

Pendek kata perumusan falsafah ini senantiasa harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari tiap usaha keselamatan kerja. Dalam falsafah tercakup pandangan serta pemikiran filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis.

Keselamatan kerja mempunyai sasaran terperinci sebagai berikut:

a. Mencegah terjadinya kecelakan

b. Mencegah timbulnya penyakit akibat/ pekerjaan

c. Mencegah/ mengurangi kematian

d. Mencegah/ mengurangi cacad tetap

e. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi dan sebagainya

f. .Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produksinya

g. Mencegah pemborosan ternaga kerja, modal, alat-alat dan sumber-sumber produksi lainnya sewaktu kerja dan sebagainya

h. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman, dan aman sehingga menimbulkan kegembiraan semangat kerja

1. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta pembangunan

Semua sasaran itu bertujuan meningkatkan taraf hidup (standar of living) dan kesejahteraan umat manusia.

2. Petikan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia

Begitu pentingnya masalah keselamatan kerja dalam kehidupan sehingga pada tanggal 12 januari 1970, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan surat keputusan tentang keselamatan kerja. ( Petikan surat keputusan terlampir)

Lembar Kerja

Melakukan Pertolongan terhadap orang yang mengalami gangguan pernapasan, dilakukan dengan memberi pernapfasan buatan. Ada dua cara pernafasan buatan, yaitu pernafasan buatan Holger Nielson dan Silbester.

1. Alat

Boneka

2. Bahan

Polietilen

3. Kesehatan dan keselamatan

Perhatikan keadaan penderita pada saat melakukan pernafasan buatan

4. Langkah Kerja

Menangani Orang yang Mengalami Gangguan Pernapasan

a. Pernapasan Buatan Holger Nielson

1) Bebaskan jalan napas.

2) Korban ditelungkupkan dengan kedua telapak tangannya.

3) Penolong berlutut dengan salah satu lutut (+ 15 cm) sebelah telinga korban.

4) Kaki yang lain diletakkan 5 cm dari siku korban.

5) Tekan punggung korban pada tulang belikat dengan kedua tangan sambil menghitung, satu, dua, dan tiga.

6) Pada hitungan keempat tekanan dilepaskan dan lengan penolong digeser ke arah lengan korban.

7) Tarik lengan korban ke arah perut penolong sehingga rongga dada mengembang sambil menghitung: lima, enam, dan tujuh.

8) Hitungan kedelapan, tangan penolong kembali digeser ke arah tulang belikat korban dan seterusnya. Dilakukan terus-menerus sampai ada tanda hidup. Kecepatan 10-15 kali per menit.

9) Jika setelah 30 menit belum ada tanda kehidupan, hentikan pernapasan buatan.

10) Jika tulang lengan patah, cukup dikerjakan dengan menggerakkan bahum korban naik turun 12 kali per menit.

Pernapasan buatan Silbester

1) Bebaskan jalan napas,

2) korban ditelentangkan dan letakan sebuah bantal dipunggungnya.

3) Penolong berlutut dengan salah satu kaki di sebelah atas korban menghadap kaki korban. Kedua siku korban disilangkan di atas dadanya, tekan ke dadanya dengan menghitung dua puluh satu, dua puluh dua (mengeluarkan napas).

4) Kedua siku diturunkan melalui samping kepala dan ditekankan ke dada dengan menghitung dua puluh satu, dua puluh dua, dan seterusnya.

Hal ini dilakukan terus-menerus sampai ada tanda hidup, dengan kecepatan 12 kali per menit. Jika belum ada tanda hidup setelah 30 menit, hentikan!KEGIATAN BELAJAR 2

PENGGUNAAN PERALATAN KERJA DI LABORATORIUM

Untuk mencegah atau mengatasi terjadinya kecelakaan bila bekerja dengan alat atau zat berbahaya, diperlukan alat-alat pelindung baik untuk melindungi tubuh maupun untuk mengatasi bahaya bahaya kebakaran.

Peralatan untuk keselamatan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok sebagai berikut.

1. Alat yang digunakaan sebagai pelindung bagian tubuh, misalnya:

a. kacamata pelindung

b. sarung tangan

c. jas laboratorium

d. masker/penutup hidung

2. Alat yang digunakan untuk keadaan darurat apabila terjadi kecelakaan yang tidak biasa, misalnya:

a. pemadam kebakaran

b. botol pencuci mata

Kacamata Pelindung

Kacamata digunakan untuk melindungi mata dari rasa pedih atau iritasi yang disebabkan oleh zat yang mengeluarkan asap atau uap, yang bersifat memedihkan mata, atau percikan asam pekat sehingga tidak mengenai mata. Misalnya ketika membuat larutan asam klorida (HCl) dari asam klorida (HCl) pekat.

Sarung TanganSebagai alat pelindung tangan pada saat membuat larutan atau menuangkan zat yang pekat sehingga tidak mengenai tangan. Sarung tangan digunakan pula pada saat memasukkan pipa kaca pada sumbat karet atau gabus.

Jas LaboratoriumJas laboratorium digunakan pada saaat bekerja di laboratorium. Untuk menghindari percikan zat/asam mengenai pakaian atau bagian tubuh.

Masker/Penutup Hidung

Masker/penutup hidung dipergunakan pada saat membuat larutan atau gas yang dapat memedihkan hidung.

Pemadam KebakaranBila di laboratorium terjadi kebakaran, harus segera diatasi dengan cara seksana dan jangan panik. Gunakan alat pemadam kebakaran yang telah disediakan. Beberapa hal yang dapat dikerjakan diantaranya sebagai berikut.

1. Jika baju/pakaiaan yang terbakar, korban harus merebahkan dirinya sambil berguling-guling. Jika ada selimut tutuplah pada apinya agar cepat padam. Jangan sekali-kali korban tersebut berlari-lari karena akan memungkinkan terjadinya kebakaran yang lebih besar.

2. Jika terjadi kebakaran kecil misalnya teerbakarnya larutan dalam gelas kimia atau dalam penangas, tutuplah bagian yang terkena api dengan karung atau kain basah.

3. Jika terjadi kebakaran yang besar, gunakanlah alat pemadam kebakaran. Kemudian sumber-sumber yang dapat menimbulkan api, misalnya listrik, gas, kompor, agar segera dimatikan dan jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar.

4. Jika terjadi kebakaran karena zat yang mudah terbakar (pelarut organik) untuk mematikan jangan menggunakan air, karena hal tersebut akan menyebabkan apinya lebih besar dan menyebar mengikuti air. Untuk mematikannya gunakanlah pasir atau tabung pemadam kebakaran.

Jenis Alat Pemadam Kebakaran dan Cara MenggunakannyaApi atau kebakaran dapat terjadi jika tiga komponen secara bersamaan pada suatu saat, ketiga komponen tersebut dikenal dengan "segitiga api".

Panas

Bahan bakar OksigenSegitiga apiKetiga komponen tersebut adalah:

1. Bahan bakar, dapat berupa zat padat, zat cair, atau gas.

2. Oksigen biasanya dari udara

3. Panas

Jika salah satu dari ketiga komponen itu ditiadakan api/kebakaran tidak dapat terjadi. Peniadaan salah satu atau lebih komponen tersebut merupakan prinsip pemadaman kebakaran. Jadi dengan cara menghentikan penyediaan oksigen atau menurunkan suhu sampai dibawah titik bakar zat, suatu kebakaran dapat dipadamkan. Tetapi kenyataannya meniadakan satu atau lebih dari ketiga komponen itu tidak selalu mudah dilakukan, karena terdapat perbedaan sifat berbagai bahan bakar, yaitu ada yang cair, padat, dan gas. Bahan-bahan yang umum ada di laboratorium dan mudah terbakar yaitu sebagai berikut.

a. Bahan cair: eter, alkohol, karbon disulfida, spiritus, bensin dan beberapa pelarut lainnya.

b. Bahan padat: natrium, kalium, magnesium, naftalen, bahan yang mengandung karbon, misalnya kayu, kertas.

c. Bahan gas: hidrogen, gas alam, uap cairan yang mudah terbakar.

Jenis Pemadam KebakaranPenggunaan jenis pemadam kebakaran bergantung pada bahan yang terbakar. Jika bahan yang terbakar berbeda maka akan berbeda pula penggunaan jenis pemadam kebakaran. Namun pada saat sekarang tersedia alat pemadam kebakaran yang bisa mengatasi kebakaran dari berbagai sifat bahan yang terbakar yang disebut dengan alat pemadam "Multipurpose".

Untuk menambah wawasan guru atau mungkin masih ada sekolah yang memiliki alat pemadam kebakaran dari jenis yang berbeda, karenanya perlu diketahui berbagai jenis alat pemadam ini, karena guru dapat mengetahui jenis pemadam yang ada dan cocok untuk digunakan sesuai sifat bahan yang terbakar.

1. Pemadam Kebakaran Jenis Air

Pemadam jenis air ini bekerja atas dasar pendinginan. Suhu kebakaran dapat dihentikan. Bentuk yang sederhana dari pemadam kebakaran jenis air ini adalah air yang disiramkan dengan menggunakan ember. Akan tetapi ada pula alat pemadam kebakaran jenis air yang tersimpan dalam tabung atau silinder. Tabung itu berisi kira-kira 10 liter air. Di dalam tabung atau silinder itu terdapat silinder lain yang berisi karbondioksida yang bertekanan. Pada waku digunakan silinder yang berisi karbondioksida itu dibocorkan dengan jalan ditusuk sehingga karbondioksida akan mendesak air dan air akan keluar dengan deras. Sekali dijalankan, semprotan air itu tidak dapat dihentikan dan alat ini bersifat sekali pakai.

Ada pula alat pemadam kebakaran jenis air yang menggunakan larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) yang disimpan dalam tabung logam. Dalam tabung logam itu terdapat pula asam sulfat yang ditempatkan dalam satu wadah. Pada waktu digunakan, asam sulfat bereaksi dengan natrium bikarbonat dan menimbulkan karbondioksida. Karbondioksida ini yang mendesak dan menyemprotkan air (larutan) itu keluar melalui corong (pipa).

2. Pemadam Kebakaran Jenis Karbondioksida

Pemadam kebakaran jenis ini bekerja atas dasar mengurangi persediaan oksigen. Karena massa jenis gas karbondioksida lebih besar daripada massa jenis udara, maka gas ini dapat membentuk suatu selimut yang mencegah bahan bakar berhubungan dengan udara (oksigen).

Tabung ini dilengkapi dengan penyalur gas berbentuk corong yang terbuat dari plastik. Melalui corong ini gas diarahkan ke api yang hendak dipadamkan. Semprotan gas karbondioksida ini sangat dingin dan dapat membekukan uap air di udara yang melewati gas itu, sehingga terbentuk sejenis kabut putih. Kabut putih itu ialah kristal-kristal es bercampur dengan karbondioksidaa padat, kabut ini berfungsi menghalangi oksigen berhubungan dengan bahan bakar.

3. Pemadam Kebakaran Jenis Busa

Alat pemadam kebakaran ini mengandung larutan bahan-bahan yang bila bercampur/bereaksi dapat menimbulkan busa yang lengket. Busa ini yang dapat menghalangi udara (oksigen) berhubungan dengan bahan bakar.

Dalam hal ini terjadi sedikit pendinginan agar lebih berhasil memadamkan api, dalam pelaksanaannya lapisan busa yang menutupi api tidak terputus-putus. Jadi bahan bakar itu betul-betul terselimuti dengan lapisan busa, sehingga bahan bakar dapat terisolasi dari oksigen di udara.

4. Pemadam Kebakaran Jenis Serbuk

Serbuk yang digunakan adalah pasir atau bahan kimia kering, yaitu natrium bikarbonat. Jenis pemadam kebakaran ini merupakan pemadam kebakaran yang paling sederhana. Penggunaannya adalah dengan disiramkan pada nyala api yang akan dipadamkan.

Lapisan natrium bikarbonat menyelimuti api saat karbondioksida mendorongnya keluar. Karbondioksida keluar karena picu ditarik. Pemanasan terhadap natrium bikarbonat oleh api yang ada menyebabkan terjadinya karbondioksida.

Persamaan reaksi:

2NaHCO3 ( Na2CO3 + H2O + CO25. Pemadam Kebakaran Jenis Selimut

Selimut yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran ialah karung/kain basah. Selimut ini ditutupkan pada nyala yang hendak dipadamkan. Dengan demikian penyediaan oksigen dihentikan. Selain karung dapat pula digunakan bahan serat yang tahan api.

Selimut pemadam kebakaran, kebanyakan terbuat dari bahan kaca serat (fiber glass) yang bersifat agak lemas. Selimut yang terbuat dari asbes tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan kanker jika terhirup serat-seratnya.

A. 4. Menjaga Keamanan Ruang Laboratorium

Seperti diuraikan pada tupoksi kegiatan belajar 1, salah satu tugas laboran adalah mengamankan atau menjaga keamanan ruang laboratorium. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh laboran dalam mengamankan laboratorium adalah :

1. Membiasakan untuk melakukan pengecekan semua pintu, jendela, dan alat pengaman contoh kunci sebelum meninggalkan ruang laboratorium.

2. Melakukan pengecekan semua alat yang menggunakan tenaga listrik dan mematikannya bila diperlukan. Contoh alat-alat dengan menggunakan arus listrik adalah pemanas listrik, lampu penerangan di laboratorium, komputer dan alat lainnya.

3. Mematikan semua saluran gas yang tidak diperlukan, contoh sumber gas untuk lampu bunsen, atau bila ada kompor gas di laboratorium.

4. Melakukan pengecekan semua sumber air di laboratorium, yang mungkin menimbulkan kebocoran atau banjir di laboratorium sehingga dapat membahayakan.

5. Membiasakan melakukan pencatatan kondisi terakhir, dan melaporkannya pada kepala laboratorium atau supervisor tentang data yang ada, sehingga bila ada sesuatu hal yang tidak diinginkan bisa dilakukan pengecekan dengan catatan terakhir laporan tersebut.

6. Segera melaporkan semua kejadian diluar prosedur eksperimen/praktikum, seperti menumpahkan zat, kecelakaan, atau kejadian berbahaya lainnya pada guru/supervisor.

7. Jagalah agar lantai tetap kering dan bersih dari berbagai barang-barang seperti tumpahan air, tumpahan zat atau barang lainnya. 8. Melakukan pengecekan secara berkala fungsi alat pemadam kebakaran yang terdapat di laboratorium, dan memastikan bahwa alat tersebut dapat berfungsi dengan baik.1. Peralatan keselamatan laboratorium/Safety EquipmentPeralatan keselamatan laboratorium adalah peralatan yang digunakan untuk melindungi diri pada saat bekerja dengan zat-zat kimia, diantaranya adalah shower untuk menghilangkan bahan-bahan berbahaya dari tubuh (an emergency shower), pelindung mata (emergency eye wash station), bahan tahan api (a fire blanket), kacamata pelindung untuk siswa dan guru (safety glasses), Jas laboratorium (lab coats). Semua alat keselamtan tersebut harus dapat berfungsi dengan baik. Contoh beberapa gambar alat keselamatan laboratorium disajikan pada gambar 2.1.

A

B

C

Gambar 2.1. Beberapa alat keselamatan laboratorium. A. emergency eye wash station, B. pelindung muka, C. Sepatu pelindung dengan berbagai bentuknya. A.1.2. Klasifikasi Bahan Laboratorium Kimia

Bahan kimia dewasa ini telah mencapai ratusan ribu jenis untuk berbagai macam keperluan. Diantara bahan-bahan kimia tersebut, ada yang dapat digolongkan sebagai bahan kimia yang tidak berbahaya dan beracun (non-B3) dan ada yang digolongkan sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3). Secara umum bahan kimia yang digolongkan sebagai B3, selain bahan radiasi, memiliki karakteristik sebagai berikut [A.B. Cahyono,2004]:

1. Bahan kimia mudah terbakar

Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat juga dapat menghasilkan ledakan. Bahan cair dinyatakan mudah terbakar bila titik nyala > 21 C dan < 55 C pada tekanan 1 atm. Bahan cair dinyatakan sangat mudah terbakar bila titik nyala < 21 C dan titik didih > 20 C pada tekanan 1 atm. Gas dinyatakan mudah terbakar jika titik didih < 20 C pada tekanan 1 atm. Bahan mudah terbakar dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Zat padat mudah terbakar

Zat padat mudah terbakar adalah belerang (sulfur), fosfor, kertas/rayon, hidrida logam, dan kapas. Pada umumnya zat padat lebih sukar terbakar daripada dalam bentuk cair. Meski demikian zat padat berbentuk serbuk halus sangat mudah terbakar.b. Zat cair mudah terbakar

Kelompok ini adalah yang dikenal sebagai pelarut organik. Contohnya adalah eter, alkohol, aseton, benzena, heksan, dan lain-lain. Pelarut-pelarut tersebut pada suhu kamar menghasilkan uap yang dalam perbandingan tertentu dapat terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik. Lambang dari zat cair mudah terbakar disajikan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Lambang bahan kimia mudah terbakar/flammable materials. Lambang bahan kimia mudah terbakar adalah segitaga kuning dengan lambang api di bagian tengah.

c. Gas mudah terbakar

Gas mudah terbakar misalnya adalah gas alam, hidrogen, asetilen, etilen oksida. Gas-gas tersebut amat cepat terbakar sehingga sering menimbulkan ledakan.

2. Bahan kimia mudah meledak

Bahan kimia mudah meledak adalah bila reaksi kimia bahan ersebut menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan di sekelilingnya. Lambang bahan kimia mudah meledak disajikan pada gambar 2.7

Gambar 2.7. Lambang bahan kimia mudah meledak. Lambang bahan kimia mudah meledak adalah segitaga kuning dengan lambang ledakan di bagian tengah.

Bahan kimia mudah meledak/eksplosif ada yang dibuat sengaja untuk tujuan ledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluena (TNT), Nitrogliserin, dan amonium nitrat (NH4N03). Bahan-bahan tersebut amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan). Di bawah ini adalah struktur kimia bahan yang bersifat eksplosif:

StrukturNama senyawa

C - C 'Asetilen

C N2Diazo

C - NONitrozo

C - NO2Nitro

C - (NO2)nAlkil polinitro

C = N- OOksim

C N = N - CAzo

N - NON-nitroso

N NO2N-nitro

N3Azida

C N2+Diazonium

N - logamN-logam berat

N+OHHidroksil amonium

C - Cl O3Perkloril

O - OPeroksida

O3Ozon

Eksplosif dapat pula terjadi akibat pencampuran beberapa bahan, terutama bahan oksidator dan reduktor dalam suatu reaktor, maupun dalam penyimpanan. Di bawah ini adalah contoh campuran bahan yang dapat bersifat eksplosif:

OksidatorReduktor

KCl03, NaN03Karbon, belerang

Asam nitratetanol

Kalium permanganatgliserol

Krom trioksidahidrazin

3. Bahan kimia reaktif terhadap air

Bahan reaktif adalah bahan yang bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Hal ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik, yaitu mengeluarkan panas, dan gas yang mudah terbakar. Adapun bahan-bahan kimia tersebut adalah:a. Alkali (Na, K) dan alkali tanah (Ca)

b. Logam halida anhidrat (alumunium tribromida)

c. Logam oksida anhidrat (CaO)

d. Oksida non-logam halida (sulfuril klorida)

Bahan-bahan tersebut harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruang yang kering dan bebas dari kebocoran air hujan. Lambang bahan raektif terhdap air dapat dilihat pada gambar 2,8.

Gambar 2.8. Lambang bahan kimia reaktif terhadap air. Lambang reaktif terhadap air adalah huruf W (water) dicoret.

4. Bahan kimia reaktif terhadap asam

Bahan reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Bahan-bahan yang reaktif terhadap air di atas juga reaktif terhadap asam. Selain itu ada bahan-bahan lain, yaitu:a. Kalium klorat/perklorat (KCl03)

b. Kalium permanganat (KmnO4)

c. Asam kromat (H2Cr203)

5. Bahan kimia korosif

Bahan korosif adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat merusak logam. Lambang bahan kimia korosif dapat dilihat pada gambar 2.9

Gambar 2.9. Lambang bahan kimia korosif/corrosive. Bahan kimia korosif memeiliki lambang segitiga berwarna kuning dengan lambang tetesan cairan yang mengenai logam atau tangan. Lambang tersebut menunjukkan cairan asam dapat merusak logam dan tubuh manusia

Bahan kimia korosif antara lain adalah asam sulfat (H2S04), asam nitrat (HNOA asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), kalsium hidroksida (Ca(OH)2), dan gas belerang dioksida (SO2).

6. Bahan kimia iritan

Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubu'h yang lembab seperti kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bahan iritan pada umumnya adalah bahan korosif.Lambang bahan kimia iritan disajikan pada gambar 2.10.

Gambar 2.10.Lambang bahan kimia iritan.Lambang bahan kimia iritan mirip dengan bahan kimia korosif, karena bahan kimia iritan umumnya korosif

Bahan kimia korosif seperti asam trikloroasetat, asam sulfat, gas belerang dioksida dapat bereaksi dengan jaringan tubuh seperti kulit, mata, dan saluran pernapasan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal), dan sensitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).

Menurut bentuk zat, bahan iritan dapat dibagi dalam tiga kelompok dengan contoh-contoh sebagai berikut :

a. Bahan iritan padat

Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata.

Contoh senyawa:

Anorganik : Natrium hidroksida (NaOH)

Natrium silikat (Na2O.xSiO2)

Kalsium hidroksida (Ca(OH)

Kalium hidroksida (KOH)

Organik: Asam trikloroasetat (CCl3COOH)

Fenol (C6HSOH)

b. Bahan iritan cair

Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata, yang menyebabkan proses pelarutan atau denaturasi protein.

Contoh senyawa:

Anorganik : Asam sulfat, asam nitrat, asam klorida

Organik: Asam format (asam semut)

Asam asetat (cuka)

Karbon disulfida

Hidrokarbon terhalogenasi

c. Bahan iritan gas

Bahaya terutama karena terhirup dan merusak saluran

pernapasan. Tergantung pada sifat kelarutan dalam air dan akibatnya,

gas iritan digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Gas amat larut dalam air, merusak saluran pernapasan bagian atas.

Contoh: amoniak, asam klorida, formaldehida, asam asetat, asam fluorida.

2. Gas dengan kelarutan sedang, merusak saluran pernapasan bagian atas dan bagian dalam.

Contoh: sulfur dioksida, klor, krom

3. Gas dengan kelarutan kecil, merusak alat pernapasan bagian dalam.

Contoh: ozon, fosgen, nitrogen dioksida.7. Bahan kimia beracun

Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Pada umumnya zat-zat toksik masuk lewat pernapasan dan kemudian beredar ke seluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain, tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, ginjal, atau cairan limfa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel epitel dan keringat.

Bahan dinyatakan sebagai bahan beracun jika pemaparan melalui mulut LD50 > 25 atau 200 mg/kg berat badan, atau pemaparan melalui kulit LD50 > 25 atau 400 mg/kg berat badan, atau melalui pernapasan LD50 > 0,5 mg/L atau 2 mg/L. Lambang bahan kimia beracun disajikan pada gambar 2.11.

Sifat toksik dari suatu zat, selain ditentukan oleh sifat alamiah suatu zat, juga ditentukan oleh jenis persenyawaan dan keadaan fisik zat tersebut. Bahan-bahan beracun dalam industri dapat digolongkan dalam beberapa golongan, yakni:a. Senyawa logam dan metaloid

b. Bahan pelarut

c. Gas-gas beracun

d. Bahan karsinogenik

e. Pestisida

Gambar 2. 11 Lambang bahan kimia beracun. Lambang kimia beracun diberi lambang dengan tengkorak yang disilang dengan dua buah tulang.

Contoh bahan kimia beracun adalah sebagai berikut:

Jenis zat beracun

Jenis bahan

Akibat keracunan dan gangguan

1.Logam metaloid Pb (TEL, PbCO3) Hg Cadmium (P) Krom (Cr) Arsen (As)

Fosfor (P) Syaraf, ginjal, dan darah

Syaraf, ginjal

Hati, ginjal, darah

Kanker

Iritasi, kanker

Metabolism

karbohidrat, lemak, dan protein

2. Bahan pelarut Hidrokarbon alifatik pelarut (bensin, minyak tanah)

Hidrokarbon terhalogenasi (kloroform, CCl4) Alkohol Pusing dan koma

Hati dan ginjal

Syaraf pusat, leukeumia

3.Gas-gas beracun Aspiksian sederhana (N2, Argon, He) Aspiksian kimia:

Asam sianida (HCN) Asam sulfida (H2S) Karbon monoksida (CO) nitrogen oksida (NOx) Sesak napas, kekurangan oksigen

Pusing, sesak napas

Sesak napas, kejang, hilang

kesadaran

Sesak napas, otak, jantung, syaraf, hilang kesadaran sesak napas, iritan, kematian

4. Karsinogen benzena asbes bensidin krom naftil amin vinil klorida leukeumia paru-paru kandung kencing paru-paru paru-paru hati, paru-paru, syaraf pusat, darah

5. Pestisida organoklorin organofosfat pusing, kejang, hilang kesadaran, kematian

A. 2. Penataan dan Penyimpanan Alat dan Bahan

A. 2. 1. Penataan Alat dan Bahan

Pentaan alat dan bahan dimaksudkan agar alat dan bahan di laboratorium kimia tertata dengan baik, keteraturan dalam penyimpanan, maupun kemudahan dalam pemeliharaan. Yang harus diketahui sebelum melakukan penataan alat dan bahan adalah

a. mengenali alat dan fungsinya

b. mengenali sifat bahan

c. kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian

d. keperangkatan/kekompleksan alat

e. nilai/harga alat

f. kualitas alat tersebut dan kelangkaannya

g. bahan dasar penyusun alat

h. bentuk dan ukuran alat

i. bobot/berat alat

Penataan dan penyimpanan alat dan bahan dapat juga didasarkan pada : a. Keadaan laboratorium, penataan bererdasarkan keadaan laboratorium ditentukan oleh :

1. fasilitas seperti : ada tidaknya ruang persiapan, ruang penyimpanan.

2. keadaan alat seperti : jenis alat, jenis bahan pembuat alat, seberapa sering alat tersebut digunakan, termasuk alat mahal atau tidak.3 keadaan bahan seperti: wujud (padat, cair, gas), sifat bahan (asam/basa) seberapa bahaya bahan tersebut dan seberapa sering digunakan.

b.Kepentingan pemakai laboratorium, penataan berdasarkan kepentingan pemakai ditentukan oleh :

1.Kemudahan di cari atau digapai. Untuk memudahkan mencari letak masingmasing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci). penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.

2.Keamanan dalam penyimpanan dan pengambilan. Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci. aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.

A. 2. 2. Penyimpanan Alat laboratorium

Penyimpanan alat pada laboratorium kimia dikelompokkan berdasarkan pada

a. Jenis dan bahan dasarnya, sebagai contoh jenis alat volumetri berbahan dasar kaca dikelompokkan dengan jenis yang sama, sedangkan alat berbahan dasar besi seperti tiang statif, penjepit kayu, dikelompokkan dengan kelompokknya sendiri.

b. Ukuran atau volume alat, contoh erlenmeyer berukuran 100 mL dikelompokkan dengan jenis erlenmeyer yang sama.

c. Alat-alat yang sering digunakan, alat yang intesnsitas penggunaannya tinggi dipisahkan agar mudah dalam persiapannya.Sedangkan alat-alat yang mahal harganya, peka, sensitif, maka penyimpanannya sebaiknya dipisahkan. d. Alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa, alat-alat yang tidak berbahaya seperti kaki tiga, tiang statif, penjepit kayu dan alat gelas yang tidak berbahaya diperbolehkan diambil oleh siswa, hal ini sekaligus melatih siswa bertanggung jawab. Namun harus tetap dalam pengawasan laboran/petugas laboratorium lainnya.

e. Alat- alat yang mahal harganya penyimpanannya sebaiknya dipisah

f. Setiap lemari penyimpanan alat harus diberi Label, yang memberikan informasi tentang nama alat, ukuran, jumlah.

g. Selain label pada setiap lemari penyimpanan harus diberi petunjuk bahwa semua alat yang diambil harus dikembalikan pada tempatnya semula.A. 2. 3. Penyimpanan bahan kimia

Penyimpanan bahan kimia dikelompokkan berdasarkan :

a. Wujud zat : padat disimpan terpisah dari cair.

b. Konsentrasi zat : konsentrasi yang pekat disimpan terpisah dan khusus

c. Bahaya dari zat : Bahan-bahan yang berbahaya (beracun, radioaktif, mudah terbakar atau mudah meledak). Zat yang berbahaya tidak boleh disimpan diatas.

d. Kepekaan zat terhadap cahaya : zat yang peka terhadap cahaya disimpan dalam dalam botol cokelat.

e. Kemudahan menguap: zat yang mudah menguap disimpan ditempat dingin dan sejuk, serta hindarkan dari cahaya langsung.

f. Larutan indikator disimpan dalam botol tetes (botol kecil yang dilengkapi dengan pipet tetes pada sumbatnya).

g. label : semua wadah yang berisi bahan atau zat kimia harus diberi label.

Selain dikelompokkan berdasarkan pertimbangan di atas, bahan kimia juga dapat disimpan berdasarkan

a. Bahan-bahan yang sering dipakaib. Bahan-bahan yang boleh diambil sendiri seperti larutan encer dari beberapa garam, asam dan basa, c. Bahan yang jarang dipakai,

Semua bahan kimia di laboratorium harus disimpan pada lemari tertentu. Setiap lemari penyimpanan bahan harus diberi label, yang memberikan informasi tentang nama bahan, jenis bahan, jumlah. Selain label pada setiap lemari penyimpanan harus diberi petunjuk bahwa semua bahan yang diambil harus dikembalikan pada tempatnya semula. Rekomendasi umum yang juga harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan kimia menurut Achadi Budi Cahyono (2004) adalah bahwa : (1) bahan kimia harus diletakkan di tempat yang dingin, kering, ventilasi baik, dan bangunannya memiliki sistem drainase yang baik. (2) Faktor-faktor lain adalah kuantitas bahan yang disimpan, sifat bahan kimia, metode pengiriman internal, alat pengangkut, metode pengeluaran di titik penggunaan. Terkait dengan faktor-faktor tersebut area penyimpanan, besar ataupun kecil, harus dibuat dan menjadi perhatian. (3) harus mengantisipasi terjadinya kebocoran, sehingga diperlukan peralatan yang memadai untuk mencegah limbah bahan kimia berbahaya masuk ke tanah atau perairan.

System yang umum dipakai pada proses penyimpanan bahan adalah adalah tiga tingkat pengamanan atau dikenal sebagai tertiery containment. (1) Tingkat pertama/first containment adalah wadah bahan kimia berbahaya, baik dalam bentuk drum besar, drum kecil, atau botol. (2) Tingkat kedua atau secndary containtment adalah dudukan drum yang memiliki tempat untuk menampung kebocoran bahan kimia dan temapt tersebut dapat dikeringkan (drain) melalui keran yang terdapat di bawah dudukan tersebut. (3) Tingakt ketiga/tertiery containment adalah bak beton kedap air atau bahan lain seperti tangki fiber yang tahan bahan kimia, yang letaknya merupakan akhir dari saluran dalam gudnag bahan kimia berbahaya.

Bahan kimia harus ditempatkan sesuai dengan jenisnya. Suatu bahan kimia mudah terbakar dapat ditempatkan dengan bahan kimia lain yang juga mudah terbakar pada satu area, tapi satu jenis bahan kimia, seperti alkohol, seharusnya ditempatkan pada satu area yang sama. Untuk memudahkan mengetahui jenis bahan-bahan kimia yang ditempatkan di gudang, maka diarea tempat bahan kimia ditempatkan harus ditandai dengan papan nama yang jelas, yang menyebutkan nama bahan kimia yang berada diarea.

Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Aliran Listrik

Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain:

a. Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.

b. Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari peralatan.

c. Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.

d. Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkeraan yang memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.

e. Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.

f. Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif dari bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.

g. Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.

h. Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 oC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu 50 oC. Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 oC, sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 oC.2. Mekanik.

Walaupun industri dan laboratorium moderen lebih didominasi oleh peralatan yang terkontrol oleh komputer, termasuk didalamnya robot pengangkat benda berat, namun demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan perhatian khusus dalam lingkup pekerjaan ini.3. Api.

Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi penggunaan termsuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara aman.

Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.4. Suara (kebisingan).

Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator pembangkit listrik, instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari kebisingan juga harus diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja.

A. 4. Menjaga kebersihan alat, mengamankan alat dan bahan kimia di laboratorium

Setelah anda mengetahui klasifikasi, menata, mengidentifikasi kerusakan bahan dan peralatan serta fasilitas laboratorium, selanjutnya kita akan membahas tentang menjaga kebersihan, dan mengamankan alat dan bahan kimia di laboratorium.

A. 4. 1. Menjaga kebersihan dan mengamankan alat laboratorium

1. Peralatan keselamatan laboratorium/Safety EquipmentMenjaga kebersihan dan keamanan yang harus diperhatikan untuk peralatan keselamatan adalah menghindari kontak perlatan tersebut dengan zat-zat cair yang bersifat mudah terbakar, bersifat korosif, menempatkan pada tempat yang kering, melakukan perawatan dan pengecekan berkala.

2. Alat ukur/Measurement EquipmentKebersihan yang harus selalu diperhatikan untuk perlatan untuk mengukur volume dan massa adalah agar tetap kering dan meletakkan pada tempat yang seharusnya. Setiap selesai penggunaan harus segera dibersihkan, sehingga tidak merusak alat. Hindari penggunaan larutan bersifat asam atau basa untuk membersihkan alat pengukur massa, karena akan menimbulkan perkaratan. Keamanan untuk alat-alat pengukur volume adalah harus disimpan pada lemarai khusus dan dipisahkan dengan peralatan logam, agar tidak terjadi benturan yang dapat memecahkan alat. Untuk alat pengukur massa sebaiknya disimpan khusus di ruang timbang dan dipisahkan dengan zat-zat yang bersifat korosif.

3. Burners dan Ring StandsAlat burner dan rings stands harus selalu kering, dan hindari penyimpanan pada tempat lembab atau kontak dengan air, serta zat-zat bersifat korosif.

4. Alat gelas/GlasswareAlat gelas atau Glassware harus selalu dicuci dengan bersih dan disimpan pada temapt yang kering, dan mudah terlihat. Lemari penyimpanan alat-alat gelas sebaiknay tidak lembab sehingga peralatan tidak mudah berjamur. Alat-alat gelas yang khusus dan berharga mahal sebaiknya disimpan pada lemari yang memiliki pengaman/kunci.

5. Peralatan tambahan/Additional EquipmentPeralatan tambahan yang disediakan di laboratorium adalah crucibles, crucible tongs, clay triangles, watch glasses, stirring rods, filter funnels, mortar dan pestle, chemical spoons, wash bottles, test-tube racks, test-tube holders, dan various stoppers for tubes serta berbagai macam jenis flasks. Alat-alat tersebut harus segera dicuci dan dibersihkan, kemudian dikeringkan setiap habis pemakaian. Jangan menyimpan alat dalam keadaan kotor.

A. 4. 2. Menjaga keamanan bahan laboratorium

Menjaga dan mengamankan bahan laboratorium tidak terlepas dari proses penyimpanan yang dilakukan. Untuk memenuhi kedua hal tersebut maka mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut. [Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control, 1991).

Berdasarkan hal tersebut maka Penyimpanan bahan kimia berbahaya agar teatap aman harus dilakukan sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya. Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.2.Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.

Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :

a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara

b.Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api

c.Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya

d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas

e.Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai

f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan

g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok

h.Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik4. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.

Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.5. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.

7. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.

Maka Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya berdasarkan ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :

Gambar 2.12. Peta keterkaitan kegiatan untuk penyimpanan raw material.B. Contoh

B.1.1. Definisi Lembar Data Bahaya /MSDS

Lembar data bahaya (Hazard Data Sheets/HDSs) terkadang disebut Material Safety Data Sheets (MSDSs) atau Chemical Safety Data Sheet (CSDSs) adalah lembar informasi yang detail tentang bahan-bahan kimia. Umumnya lembar ini disiapkan dan dibuat oleh pabrik kimia atau suatu program, seperti International Programme On Chemical Safety (IPCS) yang aktifitasnya terkait dengan World Health Organization (WHO), International Labour Organization (ILO), dan United Environment Programme (UNEP). HDSs/MSDSs/CSDSs merupakan sumber informasi tentang bahan kimia yang penting dan dapat diakses tetapi kualitasnya dapat bervariasi. Jika anda menggunakan HDSs, berhati-hatilah terhadap keterbatasannya, sebagai contoh, HDSs sering sulit untuk dibaca dan dimengerti. Keterbatasan lain yang serius adalah seringnya tidak memuat informasi yang cukup tentang bahaya dan peringatan penting yang anda butuhkan ketika bekerja dengan bahan kimia tertentu. Untuk mengatasi keterbatasan ini, kapanpun dimungkinkan untuk menggunakan sumber informasi lain secara bersama-sama dengan HDSs. Suatu ide yang baik untuk mewakili kasehatan dan keselamatan dengan menyimpan lembar data bahaya pada setiap penggunaan bahan kimia di tempat kerja.

B. 1. 2. Informasi berikut harus muncul pada semua lembar data bahaya, akan tetapi urutan dapat berbeda dari yang dijelaskan dibawah ini.

A. Bagian 1 : Identifikasi produk dan pabrikB. Identifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama kimia atau nama dagang, nama yang tertera harus sama dengan nama yang ada pada label. Lembar data bahaya juga harus mendaftar sinonim produk atau substansinya, sinonim adalah nama lain dengan substansi yang diketahui. Contohnya Methyl alcohol juga dikenal sebagai Metanol atau Alkohol kayu.

C. Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon, tanggal HDSs dibuat, dan nomor darurat untuk menelepon setelah jam kerja, merupakan ide yang baik bagi pengguna produk untuk menelepon pabrik pembuat produk sehingga mendapatkan informasi tentang produk tersebut sebelum terjadi hal yang darurat.

D. Bagian 2 : Bahan-bahan berbahayaE. Untuk produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang tercantum pada daftar khusus bahan kimia, dan yang didata bila komposisinya 1% dari produk. Pengecualian untuk zat karsinogen yang harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas konsentrasi yaitu Permissible Exposure Limit (PEL)[13] dan The Recommended Threshold Limit Value (TLV) [14] harus didata dalam HDSs.

F. Bagian 3 : Data FisikG. Bagian ini mendata titik didih, tekanan, density, titik cair, tampilan, bau, dan lain-lain. Informasi pada bagian ini membantu anda mengerti bagaimana sifat bahan kimia dan jenis bahaya yang ditimbulkannya.

H. Bagian 4 : Data Kebakaran Dan LedakanI. Bagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah terbakar atau meledak, serta menjelaskan kepada anda bagaimana memadamkan api. Informasi pada bagian ini dibutuhkan untuk mencegah, merencanakan dan merespon kebakaran atau ledakan dari bahan-bahan kimia.

J. Bagian 5 : Data ReaktifitasK. Bagian ini menjelaskan kepada anda apakah suatu substansi stabil atau tidak, bila tidak, bahaya apa yang ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Bagian ini mendata ketidakcocokan substansi, substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau digunakan secara bersamaan. Informasi ini penting untuk penyimpanan dan penanganan produk yang tepat.

L. Bagian 6 : Data Bahaya KesehatanM. Rute tempat masuk (pernafasan, penyerapan kulit atau ingestion), efek kesehatan akut dan kronik, tanda-tanda dan gejala awal, apakah produknya bersifat karsinogen, masalah kesehatan yang makin buruk bila terkena, dan pertolongan pertama yang direkomendasikan/prosedur gawat darurat, semuanya seharusnya terdaftar di bagian ini.

N. Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk Penanganan

O. Informasi dibutuhkan untuk memikirkan rencana respon gawat darurat, prosedur pembersihan, metode pembuangan yang aman, yang dibutuhkan dalam penyimpanan, dan penanganan tindakan pencegahan harus detail pada bagian ini. Akan tetapi sering kali pabrik pembuat produk meringkas informasi ini dengan satu pernyataan yang simple, seperti hindari menghirup asap atau hindari kontak dengan kulit.

P. Bagian 8 : Pengukuran KontrolQ. Metode yang direkomendasikan untuk control bahaya termasuk ventilasi, praktek kerja dan alat pelindung diri/Personal Protective Equipment (PPE) dirincin pada bagian ini. Tipe respirator, baju pelindung dan sarung tangan material yang paling resisten untuk produk harus diberitahu. Lebih dari rekomendasi perlindungan material yang paling resisten, HDSs boleh dengan simple menyatakan bahwa baju dan sarung tangan yang tidak dapat ditembus harus digunakan. Bagian ini cenderung menekankan alat pelindung diri daripada control engineering.

EMBED MSPhotoEd.3

EMBED MSPhotoEd.3

11 | PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

_1109356992.bin

_1109353954.bin