tugas ips surur

42
Biografi Ir. Soekarno, Presiden Pertama RI Ir. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno) (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya - berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.

Upload: fatoni-anton

Post on 03-Jul-2015

902 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas ips surur

Biografi Ir. Soekarno, Presiden Pertama RI

Ir. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno) (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 meninggal

di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang

menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan

bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah

Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada

tanggal 17 Agustus 1945.

Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial,

yang isinya - berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat -

menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara

dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk

membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang

duduk di parlemen. Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno

diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang

sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.

Page 2: Tugas ips surur

Latar belakang dan pendidikan

Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi

Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai

berasal dari Buleleng, Bali.

Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14

tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak

Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana

sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan

para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno

kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).

Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB)

di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan

Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin

organisasi National Indische Partij.

Masa pergerakan nasional

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini

menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas

Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dan

memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali

pada tanggal 31 Desember 1931.

Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang

merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan

diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun

semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru

Persatuan Islam bernama Ahmad Hassan.

Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno

baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

Masa penjajahan Jepang

Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak

memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan"

keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr.

Syamsuddin yang kurang begitu populer.Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang

memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti Soekarno,

Mohammad Hatta dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga

untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa

Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI,

Page 3: Tugas ips surur

Tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas Mansyur dan lain

lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional

bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan

Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan

Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi

kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang

sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.Ia aktif dalam usaha

persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945

dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi

Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok Peristiwa

Rengasdengklok.

Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni

Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung

oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada

tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan

pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap

keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal

Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian

menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia

sendiri.Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat

Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam kasus

romusha.

Masa kemerdekaan

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan

Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS)

dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik

Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya.

Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan,

maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan

Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan

Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden

Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah

dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.

Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat

dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet

yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang

mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak

jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga

berimbas pada jatuh bangunnya kabinet.

Page 4: Tugas ips surur

Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.

Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional.

Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum

mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada

tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang

menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan

konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih

mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan

munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia

internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip

Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U

Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang

membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang

memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami

konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah,

yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk

dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan

Indonesia.Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional,

Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin

negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy

(Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).

Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia "bercerai" dengan Wakil Presiden Moh.

Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan Indonesia.

Ditambah dengan sejumlah pemberontakan separatis yang terjadi di seluruh pelosok

Indonesia, dan puncaknya, pemberontakan G 30 S, membuat Soekarno di dalam masa

jabatannya tidak dapat "memenuhi" cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Sakit hingga meninggal

Soekarno sendiri wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta, setelah

mengalami pengucilan oleh penggantinya Soeharto. Jenazahnya dikebumikan di Kota Blitar,

Jawa Timur, dan kini menjadi ikon kota tersebut, karena setiap tahunnya dikunjungi ratusan

ribu hingga jutaan wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Terutama pada saat

penyelenggaraan Haul Bung Karno.

Page 5: Tugas ips surur

Biografi Moh. Hatta, Wakil Presiden Pertama RI

Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di Bukittinggi,

Sumatera Barat, 12 Agustus 1902; meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun)

adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia mundur dari

jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta

dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan

namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator

kemerdekaan Indonesia.

Nama yang diberikan oleh orangtuanya ketika dilahirkan adalah Muhammad Athar. Anak

perempuannya bernama Meutia Hatta menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono. Ia dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta.

Perjuangan

Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong

Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang. Di kota ini Hatta mulai menimbun pengetahuan

perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran,

bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran

Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja.

Page 6: Tugas ips surur

Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas ia bertolak ke

Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di sini,

Hatta mulai aktif menulis. Karangannya dimuat dalam majalah Jong Sumatera, Namaku

Hindania!” begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk kimpoi

lagi. Setelah ditinggal mati suaminya, Brahmana dari Hindustan, datanglah musafir dari Barat

bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. Tapi Wolandia terlalu miskin sehingga

lebih mencintai hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku, rutuk Hatta lewat

Hindania.

Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan, pengalaman

sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal

Minangkabau yang mukim di Batavia, serta diskusi dengan temannya sesama anggota JSB.

Selama menjabat Bendahara JSB Pusat, Hatta menjalin kerjasama dengan percetakan surat

kabar Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski Hatta berada di Rotterdam, ia dipercaya

sebagai koresponden. Suatu ketika pada medio tahun 1922, terjadi peristiwa yang

mengemparkan Eropa, Turki yang dipandang sebagai kerajaan yang sedang runtuh (the sick

man of Europe) memukul mundur tentara Yunani yang dijagokan oleh Inggris. Perangko Satu

Abad Bung Hatta diterbitkan oleh PT Pos Indonesia tahun 2002

Hatta mengawali karir pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, lagi-lagi, sebagai

Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian

pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra.

Pada tahun 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club

Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat

Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali menangkap Hatta, bersama

Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan Februari 1934. Hatta

diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6 tahun.

Pada tahun 1945, Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI, bersama

Bung Karno yang menjadi presiden RI sehari setelah ia dan bung karno memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia. Oleh karena peran tersebut maka keduanya disebut Bapak

Proklamator Indonesia.

Kehidupan pribadi

Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal 18 Nopember 1945 di Megamendung,

Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala

Rabi'ah, dan Halida Nuriah. Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama

dengan Dr. Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek.

Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan

Mohamad Athar Baridjambek.

Page 7: Tugas ips surur

Bung Hatta adalah nama salah seorang dari beribu pahlawan yang pernah memperjuangkan

kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Sosok Bung Hatta telah menjadi begitu dekat dengan

hati rakyat Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat. Besarnya peran

beliau dalam perjuangan negeri ini sehingga ai disebut sebagai salah seorang The Founding

Fathers of Indonesia.

Berbagai tulisan dan kisah perjuangan Muhammad Hatta telah ditulis dan dibukukan, mulai

dari masa kecil, remeja, dewasa dan perjuangan beliau untuk mewujudkan kemerdekaan

Indonesia. Namun ada hal yang rasanya perlu sedikit digali dan dipahami yaitu melihat Bung

Hatta sebagai tokoh organisasi dan partai politik, hal ini dikaitkan dengan usaha melihat

perkembangan kegiatan politik dan ketokohan politik di dunia politik Indonesia sekarang

maka pantas rasanya kita ikut melihat perjuangan dan perjalanan kegiatan politik Bung Hatta.

Setelah perang dunia I berakhir generasi muda Indonesia yang berprestasi makin banyak yang

mendapat kesempatan mengenyam pendidikan luar negeri seperti di Belanda, Kairo (Mesir).

Hal ini diperkuat dengan diberlakukannya politik balas budi oleh Belanda. Bung Hatta adalah

salah seorang pemuda yang beruntung, beliau mendapat kesempatan belajar di Belanda.

Kalau kita memperhatikan semangat berorganisasi Bung Hatta, sebenarnya telah tumbuh

sewaktu beliau berada di Indoensia. Beliau pernah menjadi ketua Jong Sematera (1918-1921)

dan semangat ini makin membara dengan asahan dari kultur pendidikan Belanda / Eropa

yang bernafas demokrasi dan keterbukaan.

Keinginan dan semangat berorganisasi Bung Hatta makin terlihat sewaktu beliau mulai aktif

di kelompok Indonesische Vereeniging yang merupakan perkumpulan pemuda-pemuda

Indonesia yang memikirkan dan berusaha memajukan Indonesia, bahkan dalam organisasi ini

dinyatakan bahwa tujuan mereka adalah :  kemerdekaan bagi Indonesia . Dalam

organisasi yang keras dan anti penjajahan ini Bung Hatta makin tahan banting karena

banyaknya rintangan dan hambatan yang mereka hadapi. Walau mendapat tekanan,

organisasi Indonesische Vereeniging tetap berkembang bahkan Januari 1925 organisasi ini

dinyatakan sebagai sebuah organisasi politik yang kemudian dinamai Perhimpunan Indonesia

(PI). Dan dalam organisasi ini Bung Hatta bertindak sebagai Pemimpinnya. Keterlibatan

Bung Hatta dalam organisasi dan partai poltik bukan hanya di luar negeri tapi sekembalinya

dari Belanda beliau juga aktif di PNI (Partai Nasional Indonesia) yang didirikan Soekarno

tahun 1927.

Page 8: Tugas ips surur

Biografi Jendral Besar Soedirman

Jendral Besar Soedirman (Ejaan Soewandi: Sudirman) (lahir di Bodas Karangjati, Rembang,

Purbalingga, 24 Januari 1916. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara

sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun

ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap

bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di

Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan

Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu

tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi

V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan

Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan

yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia

yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda

Republik ini.

Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh

pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan

bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela

kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II

Page 9: Tugas ips surur

Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya

walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada

prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia

disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.

Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini

memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal

berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah,

Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi

Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di

Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga

bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.

Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela

Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan

Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan

tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya.

Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.

Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil

merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca

kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian

diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui

Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar

TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember

1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh

pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana

lazimnya, tapi karena prestasinya.

Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang,

ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran

dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh

Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12

Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan

Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris

mengundurkan diri ke Semarang.

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan

Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta

sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang

sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang

berfungsi.

Page 10: Tugas ips surur

Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda.

Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat

keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap

tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya

karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan

tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya.

Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain,

dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-

hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan

dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan

gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya

selalu dibutuhkan.

Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan

Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah

mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang

mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih

relatif muda, 34 tahun.

Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan

dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai

Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

Berikut Ini Data Lengkap Tengtang Jendral Besar Soedirman

Nama: Jenderal Sudirman

Lahir: Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916

Meninggal: Magelang, 29 Januari 1950

Agama: Islam

Pendidikan Fomal:

- Sekolah Taman Siswa

- HIK Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)

Pendidikan Tentara:

Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor

Pengalaman Pekerjaan:

Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap

Pengalaman Organisasi:

Kepanduan Hizbul Wathan

Page 11: Tugas ips surur

Jabatan di Militer:

- Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal

- Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel

- Komandan Batalyon di Kroya

Tanda Penghormatan:

Pahlawan Pembela Kemerdekaan

Meniggal:

Magelang, 29 Januari 1950

Dimakamkan:

Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta

Page 12: Tugas ips surur

Biografi Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar,

Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan

nasional Republik Indonesia. Makamnya berada di Makassar.

Asal-usul Diponegoro

Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta.

Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir)

bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang

berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Raden Mas Mustahar,[rujukan?]

lalu diubah namanya oleh Hamengkubuwono II tahun 1805 menjadi Bendoro Raden Mas

Ontowiryo.

Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan

ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak

mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu

Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.

Page 13: Tugas ips surur

Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka

tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng

Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak

kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota

perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan

pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara

perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.

Riwayat perjuangan

Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik

Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan

Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat

dengan pembebanan pajak.

Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan

rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari

Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu,

Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi

kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas

hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja,

ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.Selama perang ini kerugian

pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.

Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara

pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap

Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830.

Penangkapan dan pengasingan

1. 16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal,

Bagelen (sekarang masuk wilayah Purworejo). Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran

dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur

Jenderal Markus de Kock dari Batavia.Lukisan karya Nicolaas Pieneman, "Penyerahan diri

Pangeran Diponegero kepada Jenderal De Kock".

2. 28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa

mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan

itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu

juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung

Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April.

3. 11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum

Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den

Bosch.

Page 14: Tugas ips surur

4. 30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih,

Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng

Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado.

5. 3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado

dan ditawan di benteng Amsterdam.

6. 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan.

7. 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar.

Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon

atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen.

Bagus Singlon atau Ki Sodewo adalah Putera Pangeran Diponegoro dengan Raden Ayu

Citrowati Puteri Bupati Madiun Raden Ronggo. Raden Ayu Citrowati adalah saudara satu

ayah lain ibu dengan Sentot Prawiro Dirjo. Nama Raden Mas Singlon atau Bagus Singlon

atau Ki Sodewo snediri telah masuk dalam daftar silsilah yang dikeluarkan oleh Tepas Darah

Dalem Keraton Yogyakarta.

Perjuangan Ki Sodewo untuk mendampingi ayahnya dilandasi rasa dendam pada kematian

eyangnya (Ronggo) dan ibundanya ketika Raden Ronggo dipaksa menyerah karena

memberontak kepada Belanda. Melalui tangan-tangan pangeran Mataram yang sudah

dikendalikan oleh Patih Danurejo, maka Raden Ronggo dapat ditaklukkan. Ki Sodewo kecil

dan Sentot bersama keluarga bupati Madiun lalu diserahkan ke Keraton sebagai barang bukti

suksesnya penyerbuan.

Ki Sodewo yang masih bayi lalu diambil oleh Pangeran Diponegoro lalu dititipkan pada

sahabatnya bernama Ki Tembi. Ki Tembi lalu membawanya pergi dan selalu berpindah-

pindah tempat agar keberadaannya tidak tercium oleh Belanda. Belanda sendiri pada saat itu

sangat membenci anak turun Raden Ronggo yang sejak dulu terkenal sebagai penentang

Belanda. Atas kehendak Pangeran Diponegoro, bayi tersebut diberi nama Singlon yang

artinya penyamaran.

Keturunan Ki Sodewo saat ini banyak tinggal di bekas kantung-kantung perjuangan Ki

Sodewo pada saat itu dengan bermacam macam profesi. Dengan restu para sesepuh dan

dimotori oleh keturunan ke 7 Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Roni Muryanto,

Keturunan Ki Sodewo membentuk sebuah paguyuban dengan nama Paguyuban Trah

Sodewo.

Page 15: Tugas ips surur

Biografi Ki Hajar Dewantara

Nama: Ki Hajar Dewantara

Gelar: Pahlawan Kemerdekaan Nasional

Dasar Hukum: Kepres No.305 Tahun 1959 tanggal 28 November 1959

Lahir: Yogyakarta, 2 Mei 1889

Wafat: Yogyakarta, 28 April 1959

Makam: Yogyakarta

R.M. Suwardi Suryaningrat, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara,

lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Sesudah menamatkan Sekolah Dasar, ia

melanjutkan pelajaran ke STOVIA di Jakarta, tetapi tidak sampai selesai. Sesudah itu, ia

bekerja sebagai wartawan, membantu beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden

Java, De Express, dan Utusan Hindia. Bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto

Mangunkusumo, pada tanggal 25 Desember 1912 ia mendirikan Indische Partij yang

bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Pada tahun 1913 ia ikut membentuk Komite

Bumiputra. Melalui komite itu dilancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang

bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dan penjajahan Prancis.

Karangannya yang berjudul Als Ik een Nederlander was (Seandainya Aku Seorang Belanda),

berisi sindiran dan kecaman yang pedas. Akibatnya, pada bulan Agustus 1913 ia dibuang ke

negeri Belanda. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan

pengajaran, sehingga ia berhasil memperoleh Europeesche Akte.

Page 16: Tugas ips surur

Setelah kembali ke tanah air pada tahun 1918, ia mencurahkan perhatian di bidang

pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 didirikannya Taman Siswa, sebuah perguruan yang

bercorak nasional. Kepada anak didik ditanamkan rasa kebangsaan agar mereka mencintai

bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Banyak rintangan yang

dihadapi dalam membina Taman Siswa, antara lain adanya Ordonansi Sekolah Liar yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda. Tetapi, berkat perjuangan Ki Hajar Dewantara,

ordonansi itu dicabut kembali.

Pada masa Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan

Ki Hajar Dewantara. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera)

pada tahun 1943, ia duduk sebagai salah seorang pemimpinnya di samping Ir. Sukarno, Drs.

Muhammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur. Jabatan yang pernah dipegangnya setelah

Indonesia merdeka ialah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan pendiri Taman Siswa.

Ajarannya yang terkenal ialah Tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa

sung tulada, artinya: di belakang memberi dorongan, di tengah memberi teladan.

Ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Hari

lahir Ki Hajar Dewantara, tanggal 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Page 17: Tugas ips surur

Biografi Raden Ajeng Kartini

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa,

putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama,

tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah

dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu

mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah

bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan

(Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkimpoian itu, maka ayah Kartini

diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan,

R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara

sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro

IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang

pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS

(Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah

usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Page 18: Tugas ips surur

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis

surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah

Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa,

Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk

memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada

status sosial yang rendah.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter

Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada

langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup

berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian

beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-

suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-

catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa

kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah

sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan

persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca

Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya

Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht

(Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi,

karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-

Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen

Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario

Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada

tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi

kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks

kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung

Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13

September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia

25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di

Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan

daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini

didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun

1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan

Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap

tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Page 19: Tugas ips surur

Kontroversi

Ada kalangan yang meragukan kebenaran surat-surat Kartini. Ada dugaan J.H. Abendanon,

Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan saat itu, merekayasa surat-surat Kartini.

Kecurigaan ini timbul karena memang buku Kartini terbit saat pemerintahan kolonial

Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang

berkepentingan dan mendukung politik etis. Hingga saat ini pun sebagian besar naskah asli

surat tak diketahui keberadaannya. Menurut almarhumah Sulastin Sutrisno, jejak keturunan

J.H. Abendanon pun sukar untuk dilacak Pemerintah Belanda.

Penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar juga agak diperdebatkan. Pihak yang

tidak begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak hanya merayakan Hari Kartini saja, namun

merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Alasan mereka adalah

agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya, karena masih ada

pahlawan wanita lain yang tidak kalah hebat dengan Kartini. Menurut mereka, wilayah

perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah

memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya. Pihak yang pro

mengatakan bahwa Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat

derajat kaum wanita Indonesia saja, melainkan adalah tokoh nasional; artinya, dengan ide dan

gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara

pikirnya sudah melingkupi perjuangan nasional.

Buku-Buku

Habis Gelap Terbitlah Terang

Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya

Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904

Panggil Aku Kartini Saja

Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya

Aku Mau Feminisme dan Nasionalisme.

Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903

Page 20: Tugas ips surur

Biografi Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat 1772 - wafat dalam

pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), bernama

asli Muhammad Shahab atau Petto Syarif, adalah salah seorang ulama, pemimpin dan

pejuang yang berperang melawan Belanda, peperangan itu dikenal dengan nama Perang Padri

di tahun 1803-1837. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973 .

Tuanku Imam Bonjol dilahirkan di Bonjol, Pasaman, Indonesia pada tahun 1772.Beliau

kemudiannya meninggal dunia di Manado, Sulawesi pada 6 November 1864 dalam usia 92

tahun dan dimakamkan di Khusus Lotak, Minahasa.

Tuanku Imam Bonjol bukanlah seorang Minahasa. Dia berasal dari Sumatera Barat. "Tuanku

Imam Bonjol" adalah sebuah gelaran yang diberikan kepada guru-guru agama di Sumatra.

Nama asli Imam Bonjol adalah Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin.

Dia adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan dakwah di Sumatera, yang pada

mulanya menentang perjudian, laga ayam, penyalahggunaan dadah, minuman keras, dan

tembakau, tetapi kemudian mengadakan penentangan terhadap penjajahan Belandayang

memiliki semboyan Gold, Glory, Gospel sehingga mengakibatkan perang Padri (1821-1837).

Page 21: Tugas ips surur

Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin. Kemudian dari beberapa orang ulama

lainya, seperti Tuanku Nan Renceh. Imam Bonjol adalah pengasas negeri Bonjol.

Pertentangan kaum Adat dengan kaum Paderi atau kaum agama turut melibatkan Tuanku

Imam Bonjol. Kaum paderi berusaha membersihkan ajaran agama islam yang telah banyak

diselewengkan agar dikembalikan kepada ajaran agama islam yang murni.

Golongan adat yang merasa terancam kedudukanya, mendapat bantuan dari Belanda. Namun

gerakan pasukan Imam Bonjol yang cukup tangguh sangat membahayakan kedudukan

Belanda. Oleh sebab itu Belanda terpaksa mengadakan perjanjian damai dengan Tuanku

Imam Bonjol pada tahun 1824. Perjanjian itu disebut "Perjanjian Masang". Tetapi perjanjian

itu dilanggar sendiri oleh Belanda dengan menyerang Negeri Pandai Sikat.

Pertempuran-pertempuran berikutnya tidak banyak bererti, kerena Belanda harus mengumpul

kekuatanya terhadap Perang Diponogoro. Tetapi setelah Perang Diponogoro selesai, maka

Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menaklukan seluruh Sumatra

Barat.

Imam Bonjol dan pasukanya tak mahu menyerah dan dengan gigih membendung kekuatan

musuh. Namun Kekuatan Belanda sangat besar, sehingga satu demi satu daerah Imam Bonjol

dapat direbut Belanda. Tapi tiga bulan kemudian Bonjol dapat direbut kembali. Ini terjadi

pada tahun 1832.

Belanda kembali mengerahkan kekuatan pasukanya yang besar. Tak ketinggalan Gabernor

Jeneral Van den Bosch ikut memimpin serangan ke atas Bonjol. Namun ia gagal. Ia mengajak

Imam Bonjol berdamai dengan maklumat "Palakat Panjang", Tapi Tuanku Imam curiga.

Untuk waktu-wakyu selanjutnya, kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit, namun ia

tak mahukan untuk berdamai dengan Belanda.Tiga kali Belanda mengganti panglima

perangnya untuk merebut Bonjol, sebuah negeri kecil dengan benteng dari tanah liat. Setelah

tiga tahun dikepung, barulah Bonjol dapat dikuasai, iaitu pada tanggal 16 Ogos 1837.

Pada tahun 1837, desa Imam Bonjol berjaya diambil alih oleh Belanda, dan Imam Bonjol

akhirnya menyerah kalah. Dia kemudian diasingkan di beberapa tempat, dan pada akhirnya

dibawa ke Minahasa. Dia diakui sebagai pahlawan nasional.

Sebuah bangunan berciri khas Sumatera melindungi makam Imam Bonjol. Sebuah relief

menggambarkan Imam Bonjol dalam perang Padri menghiasi salah satu dinding. Di samping

bangunan ini adalah rumah asli tempat Imam Bonjol tinggal selama pengasingannya

Riwayat Perjuangan

Tak dapat dimungkiri, Perang Paderi meninggalkan kenangan heroik sekaligus traumatis

dalam memori bangsa. Selama sekitar 20 tahun pertama perang itu (1803-1821) praktis yang

berbunuhan adalah sesama orang Minang dan Mandailing atau Batak umumnya.

Page 22: Tugas ips surur

Campur tangan Belanda dalam perang itu ditandai dengan penyerangan Simawang dan Sulit

Air oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema awal April 1821 atas perintah

Residen James du Puy di Padang. Kompeni melibatkan diri dalam perang itu karena

"diundang" kaum Adat.

Pada 21 Februari 1821, kaum Adat resmi menyerahkan wilayah darek (pedalaman

Minangkabau) kepada Kompeni dalam perjanjian yang diteken di Padang, sebagai

kompensasi kepada Belanda yang bersedia membantu melawan kaum Paderi. Perjanjian itu

dihadiri juga oleh sisa keluarga Dinasti Pagaruyung di bawah pimpinan Sultan Muningsyah

yang selamat dari pembunuhan oleh pasukan Paderi yang dipimpin Tuanku Pasaman di Koto

Tangah, dekat Batu Sangkar, pada 1815 (bukan 1803 seperti disebut Parlindungan, 2007:136-

41).

Perlawanan yang dilakukan oleh pasukan paderi cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan

Belanda untuk menundukkannya. Oleh sebab itu Belanda terpaksa mengadakan perjanjian

damai dengan Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1824. Gubernur Jendral Johannes van den

Bosch pernah mengajak Tuanku Imam Bonjol berdamai dengan maklumat "Perjanjian

Masang", karena disaat bersamaan Batavia juga kehabisan dana dalam menghadapi

peperangan lain di Eropah dan Jawa seperti Perang Diponegoro. Tetapi perjanjian itu

dilanggar sendiri oleh Belanda dengan menyerang Negeri Pandai Sikat.

Namun, sejak awal 1833 perang berubah menjadi perang antara kaum Adat dan kaum Paderi

melawan Belanda, kedua pihak bahu-membahu melawan Belanda, Pihak-pihak yang semula

bertentangan akhirnya bersatu melawan Belanda. Diujung penyesalan muncul kesadaran,

mengundang Belanda dalam konflik justru menyengsarakan masyarakat Minangkabau itu

sendiri . Bersatunya kaum Adat dan kaum Paderi ini dimulai dengan adanya kompromi yang

dikenal dengan nama Plakat Tabek Patah yang mewujudkan konsensus Adat basandi Syarak,

Syarak basandi Kitabullah (Adat berdasarkan Agama, Agama berdasarkan Kitabullah (Al-

Qur'an)).

Dalam MTIB, terefleksi ada rasa penyesalan Tuanku Imam Bonjol atas tindakan kaum Paderi

atas sesama orang Minang dan Mandailing. Tuanku Imam Bonjol sadar, perjuangannya sudah

melenceng dari ajaran agama. "Adopun hukum Kitabullah banyak lah malampau dek ulah

kito juo. Baa dek kalian?" (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh

kita. Bagaimana pikiran kalian?), ungkap Tuanku Imam Bonjol seperti tertulis dalam MTIB

(hal 39).

Penyesalan dan perjuangan heroik Tuanku Imam Bonjol bersama pengikutnya melawan

Belanda yang mengepung Bonjol dari segala jurusan selama sekitar enam bulan (16 Maret-17

Agustus 1837) juga dapat menjadi apresiasinya akan kepahlawanannya menentang

penjajahan[3]. — seperti rinci dilaporkan G. Teitler yang berjudul Akhir Perang Paderi:

Pengepungan dan Perampasan Bonjol 1834-1837.

Page 23: Tugas ips surur

Belanda menyerang benteng kaum Paderi di Bonjol dengan tentara yang dipimpin oleh

jenderal dan para perwira Belanda, tetapi yang sebagian besar terdiri dari berbagai suku,

seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon. Dalam daftar nama para perwira pasukan Belanda

adalah Mayor Jendral Cochius, Letnan Kolonel Bauer, Mayor Sous, Kapten MacLean,

Letnan Satu Van der Tak, Pembantu Letnan Satu Steinmetz dan seterusnya, tetapi juga nama

Inlandsche (pribumi) seperti Kapitein Noto Prawiro, Indlandsche Luitenant Prawiro di Logo,

Karto Wongso Wiro Redjo, Prawiro Sentiko, Prawiro Brotto, dan Merto Poero.

Terdapat 148 perwira Eropa, 36 perwira pribumi, 1.103 tentara Eropa, 4.130 tentara pribumi,

Sumenapsche hulptroepen hieronder begrepen (pasukan pembantu Sumenap alias Madura).

Ketika dimulai serangan terhadap benteng Bonjol, orang-orang Bugis berada di bagian depan

menyerang pertahanan Paderi.

Dari Batavia didatangkan terus tambahan kekuatan tentara Belanda. Tanggal 20 Juli 1837

tiba dengan Kapal Perle di Padang, Kapitein Sinninghe, sejumlah orang Eropa dan Afrika, 1

sergeant, 4 korporaals dan 112 flankeurs. Yang belakangan ini menunjuk kepada serdadu

Afrika yang direkrut oleh Belanda di benua itu, kini negara Ghana dan Mali. Mereka disebut

Sepoys dan berdinas dalam tentara Belanda.

Page 24: Tugas ips surur

Biografi Pahlawan Cut Nyak Dien

Nangroe Aceh Darussalam merupakan daerah yang banyak melahirkan pahlawan perempuan

yang gigih tidak kenal kompromi melawan kaum imperialis. Cut Nyak Dien merupakan salah

satu dari perempuan berhati baja yang di usianya yang lanjut masih mencabut rencong dan

berusaha melawan pasukan Belanda sebelum ia akhirnya ditangkap.

Pahlawan Kemerdekaan Nasional kelahiran Lampadang, Aceh, tahun 1848, ini sampai akhir

hayatnya teguh memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Wanita yang dua kali menikah ini,

juga bersuamikan pria-pria pejuang. Teuku Ibrahim Lamnga, suami pertamanya dan Teuku

Umar suami keduanya adalah pejuang-pejuang kemerdekaan bahkan juga Pahlawan

Kemerdekaan Nasional.

TJOET NJAK DIEN lahir pada 1848 dari keluarga kalangan bangsawan yang sangat taat

beragama. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, uleebalang VI Mukim, bagian dari wilayah

Sagi XXV. Leluhur dari pihak ayahnya, yaitu Panglima Nanta, adalah keturunan Sultan Aceh

yang pada permulaan abad ke-17 merupakan wakil Ratu Tajjul Alam di Sumatra Barat.

Ibunda Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang bangsawan Lampagar.

Sebagaimana lazimnya putri-putri bangsawan Aceh, sejak kecil Tjoet Njak Dien memperoleh

pendidikan, khususnya pendidikan agama. Pendidikan ini selain diberikan orang tuanya, juga

para guru agama. Pengetahuan mengenai rumah tangga, baik memasak maupun cara

menghadapi atau melayani suami dan hal-hal yang menyangkut kehidupan sehari-hari,

Page 25: Tugas ips surur

didapatkan dari ibunda dan kerabatnya. Karena pengaruh didikan agama yang amat kuat,

didukung suasana lingkungannya, Tjoet Njak Dhien memiliki sifat tabah, teguh pendirian dan

tawakal.Tjoet Njak Dien dibesarkan dalam lingkungan suasana perjuangan yang amat

dahsyat, suasana perang Aceh. Sebuah peperangan yang panjang dan melelahkan.

Parlawanan yang keras itu semata-mata dilandasi keyakinan agama serta perasaan benci yang

mendalam dan meluap-luap kepada kaum kafir.

Tjoet Njak Dien dinikahkan oleh orang tuanya pada usia belia, yaitu tahun 1862 dengan

Teuku Ibrahim Lamnga putra dari uleebalang Lam Nga XIII. Perayaan pernikahan

dimeriahkan oleh kehadiran penyair terkenal Abdul Karim yang membawakan syair-syair

bernafaskan agama dan mengagungkan perbuatan-perbuatan heroik sehingga dapat

menggugah semangat bagi yang mendengarkannya, khususnya dalam rangka melawan kafir

(Snouck Hourgronje, 1985: 107). Setelah dianggap mampu mengurus rumah tangga sendiri,

pasangan tersebut pindah dari rumah orang tuanya. Selanjutnya kehidupan rumah tangganya

berjalan baik dan harmonis. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki.

Jiwa pejuang memang sudah diwarisi Cut Nyak Dien dari ayahnya yang seorang pejuang

kemerdekaan yang tidak kenal kompromi dengan penjajahan. Dia yang dibesarkan dalam

suasana memburuknya hubungan antara kerajaan Aceh dan Belanda semakin mempertebal

jiwa patriotnya.Ketika perang Aceh meletus tahun 1873, suami Tjoet Njak Dien turut aktif di

garis depan sehingga merupakan tokoh peperangan di daerah VI Mukim. Karena itu Teuku

Ibrahim jarang berkumpul dengan istri dan anaknya. Tjoet Njak Dien mengikhlaskan

keterlibatan suaminya dalam peperangan, bahkan menjadi pendorong dan pembakar

semangat juang suaminya. Untuk mengobati kerinduan pada suaminya yang berada jauh di

medan perang, sambil membuai sang buah hatinya ia menyanyikan syair-syair yang

menumbuhkan semangat perjuangan. Ketika sesekali suaminya pulang ke rumah, maka yang

dibicarakan dan dilakukan Tjoet Njak Dien tak lain adalah hal-hal yang berkaitan dengan

perlawanan terhadap kaum kafir Belanda.

Begitu menyakitkan perasaaan Cut Nyak Dien akan kematian suaminya yang semuanya

bersumber dari kerakusan dan kekejaman kolonial Belanda. Hati ibu muda yang masih

berusia 28 tahun itu bersumpah akan menuntut balas kematian suaminya sekaligus

bersumpah hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu usahanya menuntut

balas tersebut. Hari-hari sepeninggal suaminya, dengan dibantu para pasukannya, dia terus

melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda.

Dua tahun setelah kematian suami pertamanya atau tepatnya pada tahun 1880, Cut Nyak Dien

menikah lagi dengan Teuku Umar, kemenakan ayahnya. Sumpahnya yang hanya akan

menikah dengan pria yang bersedia membantu menuntut balas kematian suami pertamanya

benar-benar ditepati. Teuku Umar adalah seorang pejuang kemerdekaan yang terkenal

banyak mendatangkan kerugian bagi pihak Belanda.Perlawanan terhadap Belanda kian hebat.

Beberapa wilayah yang sudah dikuasai Belanda berhasil direbutnya. Dengan menikahi Tjoet

Njak Dien mengakibatkan Teuku Umar kian mendapatkan dukungan. Meskipun telah

mempunyai istri sebelumnya, Tjoet Njak Dien lah yang paling berpengaruh terhadap Teuku

Umar. Perempuan inilah yang senantiasa membangkitkan semangat juangnya,

Page 26: Tugas ips surur

mempengaruhi, mengekang tindakannya, sekaligus menghilangkan kebiasaan buruknya.

Sekilas mengenai Teuku Umar. Teuku Umar terkenal sebagai seorang pejuang yang banyak

taktik. Pada tahun 1893, pernah berpura-pura melakukan kerja sama dengan Belanda hanya

untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang. Setelah tiga tahun berpura-pura bekerja

sama, Teuku Umar malah berbalik memerangi Belanda. Tapi dalam satu pertempuran di

Meulaboh pada tanggal 11 Pebruari 1899, Teuku Umar gugur.

Sejak meninggalnya Teuku Umar, selama 6 tahun Tjoet Njak Dien mengordinasikan

serangan besar-besaran terhadap beberapa kedudukan Belanda. Segala barang berharga yang

masih dimilikinya dikorbankan untuk mengisi kas peperangan. Cut Nyak Dien kembali

sendiri lagi. Tapi walaupun tanpa dukungan dari seorang suami, perjuangannya tidak pernah

surut, dia terus melanjutkan perjuangan di daerah pedalaman Meulaboh. Dia seorang pejuang

yang pantang menyerah atau tunduk pada penjajah. Tidak mengenal kata kompromi bahkan

walau dengan istilah berdamai sekalipun.

Perlawanannya yang dilakukan secara bergerilya itu dirasakan Belanda sangat mengganggu

bahkan membahayakan pendudukan mereka di tanah Aceh, sehingga pasukan Belanda selalu

berusaha menangkapnya tapi sekalipun tidak pernah berhasil.Keterlibatan Tjoet Njak Dien

dalam perang Aceh nampak sekali ketika terjadi pembakaran terhadap Mesjid Besar Aceh.

Dengan amarah dan semangat yang menyala-nyala berserulah ia, “Hai sekalian mukmin

yang bernama orang Aceh! Lihatlah! Saksikan sendiri dengan matamu mesjid kita

dibakarnya! Mereka menentang Allah Subhanahuwataala, tempatmu beribadah

dibinasakannya! Nama Allah dicemarkannya! Camkanlah itu! Janganlah kita

melupakan budi si kafir yang serupa itu! Masih adakah orang Aceh yang suka

mengampuni dosa si kafir yang serupa itu? Masih adakah orang Aceh yang suka

menjadi budak Belanda?” (Szekely Lulofs, 1951:59).

Lama-lama pasukan Tjoet Njak Dien melemah. Kehidupan putri bangsawan ini kian sengsara

akibat selalu hidup di dalam hutan dengan makanan seadanya. Usianya kian lanjut,

kesehatannya kian menurun, seiring dengan bertambahnya usia, Cut Nyak Dien pun semakin

tua. Penglihatannya mulai rabun dan berbagai penyakit orang tua seperti encok pun mulai

menyerang. Di samping itu jumlah pasukannya pun semakin berkurang, ditambah lagi situasi

yang semakin sulit memperoleh makanan. Tapi, ketika Pang Laot Ali, tangan kanan sekaligus

panglimanya, menawarkan untuk menyerah sebagai jalan pembebasan dari kehidupan yang

serba terpencil dan penuh penderitaan ini, Tjoet Njak Dien menjadi sangat marah. Pang Laot

Ali tetap tak sampai hati melihat penderitaan pimpinannya. Akhirnya ia menghianatinya.

Kepada Belanda ia melaporkan persembunyiannya dengan beberapa syarat, di antaranya

jangan melakukan kekerasan dan harus menghormatinya.

Begitu teguhnya pendirian Cut Nyak Dien sehingga ketika sudah terkepung dan hendak

ditangkap pun dia masih sempat mencabut rencong dan berusaha melawan pasukan Belanda.

Pasukan Belanda yang begitu banyak akhirnya berhasil menangkap tangannya.

Ketika tertangkap wanita yang sudah tak berdaya dan rabun ini, mengangkat kedua belah

tangannya dengan sikap menentang. Dari mulutnya terucap kalimat, “Ya Allah ya Tuhan

inikah nasib perjuanganku? Di dalam bulan puasa aku diserahkan kepada kafir”.

Page 27: Tugas ips surur

Tjoet Njak Dien marah luar biasa kepada Pang Laot Ali. Sedangkan kepada Letnan Van

Vureen yang memimpin operasi penangkapan itu sikap menentang mujahidah ini masih

nampak dengan mencabut rencong hendak menikamnya.Tapi walaupun di dalam tawanan,

dia masih terus melakukan kontak atau hubungan dengan para pejuang yang belum tunduk.

Tindakannya itu kembali membuat pihak Belanda berang sehingga dia pun akhirnya dibuang

ke Sumedang, Jawa Barat. yang berati mengingkari salah satu butir perjanjiannya dengan

Pang Laot Ali.

DI SUMEDANG tak banyak orang tahu perempuan ini. Tua renta dan bermata rabun.

Pakaiannya lusuh, dan hanya itu saja yang melekat di tubuhnya. Sebuah tasbih tak lepas dari

tangannya, juga sebuah periuk nasi dari tanah liat. Dia datang ke Sumedang bersama dua

pengikutnya sebagai tahanan politik Belanda, yang ingin mengasingkannya dari medan

perjuangannya di Aceh pada 11 Desember 1906.

Perempuan tua itu lalu dititipkan kepada Bupati Sumedang Pangeran Aria Suriaatmaja, yang

digelari Pangeran Makkah. Melihat perempuan yang amat taat beragama itu, Bupati tak

menempatkannya di penjara, tetapi di rumah H. Ilyas, seorang tokoh agama, di belakang

Kaum (masjid besar Sumedang). Di rumah itulah perempuan itu tinggal dan dirawat.

Di antara mereka yang datang banyak membawakan makanan atau pakaian, selain karena

mereka menaruh hormat dan simpati yang besar, juga karena Ibu Perbu tak bersedia

menerima apapun yang diberikan oleh Belanda.

Keadaan ini terus berlangsung hingga 6 November 1908, saat Ibu Perbu meninggal dunia.

Dimakamkan secara hormat di Gunung Puyuh, sebuah komplek pemakaman para bangsawan

pangeran Sumedang, tak jauh dari pusat kota Sumedang. Sampai wafatnya, masyarakat

Sumedang belum tahu siapa sesungguhnya perempuan yang banyak memberikan manfaat

bagi masyarakat itu, bahkan hingga kemerdekaan Indonesia.

Ketika masyarakat Sumedang beralih generasi dan melupakan Ibu Perbu, pada tahun 60-an

berdasarkan keterangan dari pemerintah Belanda baru diketahui bahwa Tjoet Njak Dhien,

seorang pahlawan wanita Aceh yang terkenal telah diasingkan ke Pulau Jawa, Sumedang,

Jawa Barat. Pengasingan itu berdasarkan Surat Keputusan No. 23 (Kolonial Verslag

1907:12). Akhirnya dengan mudah dapat dipastikan bahwa Ibu Perbu tak lain adalah Tjoet

Njak Dhien yang diasingkan Belanda bersama seorang panglima berusia 50 tahun dan

seorang kemenakannya bernama Teungku Nana berusia 15 tahun.

Perjuangan Tjoet Njak Dien menimbulkan rasa takjub para pakar sejarah asing, sehingga

banyak buku yang melukiskan kehebatan pejuang wanita ini. Zentgraaff mengatakan, para

wanita lah yang merupakan de leidster van het verzet (pemimpin perlawanan) terhadap

Belanda dalam perang besar itu. Aceh mengenal Grandes Dames (wanita-wanita besar) yang

memegang peranan penting dalam berbagai sector.

Page 28: Tugas ips surur

Biografi Kapitan Pattimura

Nama Lengkap : Kapitan Pattimura

Nama Asli: Thomas Matulessy

Tanggal Lahir: Negeri Haria, Pulau Saparua-Maluku, tahun 1783

Meninggal:

Benteng Victoria, Ambon, 16 Desember 1817

Perjuangan : Perlawannya terhadap penjajah Belanda pada tahun 1783. Perlawannya terhadap

penjajahanBelanda pada tahun 1817 sempat merebut benteng Belanda di Saparua selama tiga

bulan setelah sebelumnya melumpuhkan semua tentara Belanda di benteng tersebut. Namun

beliau akhirnya tertangkap. Pengadilan kolonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung

padanya. Eksekusi yang dilakukan pada tanggal 16 Desember 1817 akhirnya merenggut

jiwanya.Perlawanan sejati ditunjukkan oleh pahlawan ini dengan keteguhannya yang tidak

mau kompromi dengan Belanda. Beberapa kali bujukan pemerintah Belanda agar beliau

bersedia bekerjasama sebagai syarat untuk melepaskannya dari hukuman gantung tidak

pernah menggodanya.

Page 29: Tugas ips surur

Beliau memilih gugur di tiang gantung sebagai Putra Kesuma Bangsa daripada hidup bebas

sebagai penghianat yang sepanjang hayat akan disesali rahim ibu yang melahirkannya.

Dalam sejarah pendudukan bangsa-bangsa eropa di Nusantara, banyak wilayah Indonesia

yang pernah dikuasai oleh dua negara kolonial secara bergantian. Terkadang

perpindahtanganan penguasaan dari satu negara ke negara lainnya itu malah kadang secara

resmi dilakukan, tanpa perebutan. Demikianlah wilayah Maluku, daerah ini pernah dikuasai

oleh bangsa Belanda kemudian berganti dikuasai oleh bangsa Inggris dan kembali lagi oleh

Belanda.

Thomas Matulessy sendiri pernah mengalami pergantian penguasaan itu. Pada tahun 1798,

wilayah Maluku yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda berganti dikuasai oleh pasukan

Inggris. Ketika pemerintahan Inggris berlangsung, Thomas Matulessy sempat masuk dinas

militer Inggris dan terakhir berpangkat Sersan.Namun setelah 18 tahun pemerintahan Inggris

di Maluku, tepatnya pada tahun 1816, Belanda kembali lagi berkuasa. Begitu pemerintahan

Belanda kembali berkuasa, rakyat Maluku langsung mengalami penderitaan. Berbagai bentuk

tekanan sering terjadi, seperti bekerja rodi, pemaksaan penyerahan hasil pertanian, dan lain

sebagainya. Tidak tahan menerima tekanan-tekanan tersebut, akhirnya rakyat pun sepakat

untuk mengadakan perlawanan untuk membebaskan diri. Perlawanan yang awalnya terjadi di

Saparua itu kemudian dengan cepat merembet ke daerah lainnya diseluruh Maluku.

Page 30: Tugas ips surur

Biografi Sultan Hasanuddin - Ayam Jantan Dari Timur

Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 dan meninggal di

Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun, adalah Raja Gowa ke-16 dan

pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir

Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat

tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal

dengan Sultan Hasanuddin saja. dia diangkat menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa dalam usia

24 tahun (tahun 1655).

Sementara itu belanda memberinya gelar de Haav van de Oesten alias Ayam Jantan dari

Timur karena kegigihannya dan keberaniannya dalam melawan Kolonial belanda. Sultan

Hasanuddin lahir di Makassar, merupakan putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa

ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili

Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Gowa merupakan

kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan. Pada tahun

1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Kompeni berusaha menundukkan

kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah

Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil

di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni.

Page 31: Tugas ips surur

Peperangan antara VOC dan Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dimulai pada tahun 1660.

Saat itu Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone yang merupakan kerajaan taklukan dari

Kerajaan Gowa. Pada peperangan tersebut, Panglima Bone, Tobala akhirnya tewas tetapi Aru

Palaka berhasil meloloskan diri dan perang tersebut berakhir dengan perdamaian. Akan

tetapi, perjanjian dama tersebut tidak berlangsung lama karena Sultan Hasanuddin yang

merasa dirugikan kemudian menyerang dan merompak dua kapal Belanda , yaitu de Walvis

dan Leeuwin. Belanda pun marah besar.

Lalu Belanda mengirimkan armada perangnya yang besar yang dipimpin oleh Cornelis

Speelman. Aru palaka, penguasa Kerajaan Bone juga ikut menyerang Kerajaan Gowa. Sultan

Hasanuddin akhirnya terdesak dan akhirnya sepakat untuk menandatangani perjanjian

Bongaya pada tanggal 18 November 1667. Pada tanggal 12 April 1668, Sultan Hasanuddin

kembali melakukan serangan terhadap Belanda. Namun karena Belanda sudah kuat maka

Benteng Sombaopu yang merupakan pertahanan terakhir Kerajaan Gowa berhasil dikuasai

Belanda. Hingga akhir hidupnya, Sultan Hasanuddin tetap tidak mau bekerjasama dengan

Belanda. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat

pada tanggal 12 Juni 1670. Untuk Menghormati jasa-jasanya, Pemerintah menganugerahkan

gelar Pahlawan Nasional kepadanya dengan SK Presiden Ri No 087/TK/1973.

Page 32: Tugas ips surur

Biografi Pangeran Antasari

Nama Pahlawan : Pangeran Antasari

Lahir : Banjarmasin, 1797

Wafat : Bayan Begak, 11 Oktober 1862

Makam : Banjarmasin.

Perjuangan : Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dimulai saat Belanda

mengangkat Tamjidillah sebgai Sultan Banjar menggantikan Sultan Adam yang wafat.

Rakyat Banjar dan keluarga besar Kesultanan Banjar, termasuk Pangeran Antasari, menuntut

agar Pangeran Hidayatullah, sebagai pewaris takhta Kesultanan Banjar, harus menjadi Sultan

Banjar. Sejak saat itulah, rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran Hidayatullah, Pangeran

Antasari, dan Demang Leman mengangkat senjata melawan Belanda.

Pangeran Antasari berhasil menyerang dan menguasai kedudukan Belanda di Gunung Jabuk.

Pangeran Antasari jugat menyerang tambang batubara Belanda di Pengaron. Pejuang-pejuang

Banjar juga berhasil menenggelamkan kapal Onrust beserta pemimpinnya, seperti Laetnan

Van der Velde dan Letnan Bangert. Peristiwa yang memalukan Belanda ini terjadi atas siasat

Pangeran Antasari dan Tumenggung Suropati.

Page 33: Tugas ips surur

Pada Tahun 1861, Pangeran Hidayatullah berhasil ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke

Cianjur, Jawa Barat. Pangeran antasari kemudian mengambil alih pimpinan utama. Ia

diangkat oleh rakyat sebagai Panembahan Amiruddin Khafilatul Mu’min, sehingga kualitas

peperangan menjadi semakin meningkat karena ada unsur agama. Sayang, Pangeran Antasari

akhirnya wafat tanggal 11 Oktober 1862 karena penyakit cacar yang saat itu sedang mewabah

di Kalimantan Selatan. Padahal, saat itu, ia sedang menyiapkan serangan besar-besaran

terhadap Belanda.Untuk menghormati jasa-jasa Pangeran Antasari, berdasarkan Surat

Keputusan Presiden RI, No.06/TK/1968, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan

Kemerdekaan Nasional Kepadanya

Page 34: Tugas ips surur

DAFTAR ISI

Hal

1. Ir. SOEKARNO ………………………………………………………… 1

2. MOH. HATTA ………………………………………………………… 5

3. SOEDIRMAN ………………………………………………………… 8

4. DIPONEGORO ………………………………………………………… 12

5. KI HAJAR DEWANTARA ………………………………………… 15

6. RADEN AJENG KARTINI ………………………………………… 17

7. IMAM BONJOL ………………………………………………………… 20

8. CUT NYAK DIEN ………………………………………………………… 24

9. PATTIMURA ………………………………………………………… 28

10. HASANUDDIN ………………………………………………………… 30

11. ANTASARI ………………………………………………………… 32

Page 35: Tugas ips surur

PAHLAWAN NASIONAL

Disusun Oleh

MUHAMMAD MAULIDI SURUR FAHMI

Kelas VI

MINU HASYIM ASYARI

Page 36: Tugas ips surur

Jl. Akses Tol 63A Tawangsari Kejapanan Gempol

1. Pengertian Ragam Hias.

Ragam hias disebut juga ornamen, merupakan salah satu bentuk karya seni

rupa yang sudah berkembang sejak zaman prasejarah. Indonesia sebagai negara

kepulauan memiliki banyak ragam hias. Ragam hias di Indonesia dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu lingkungan alam, flora dan fauna serta manusia yang hidup di

dalamnya. Keinginan untuk menghias merupakan naluri atau insting manusia. Faktor

kepercayaan turut mendukung berkembangnya ragam hias karena adanya

Perlambangan di balik gambar. Ragam hias memiliki makna karena disepakati oleh

masyarakat penggunanya. Menggambar ragam hias dapat dilakukan dengan cara

stilasi (digayakan) yang meliputi penyederhanaan bentuk dan perubahan bentuk

(deformasi).

2. Motif Ragam Hias.

Ragam hias merupakan karya seni rupa yang diambil dari bentuk-bentuk flora

(vegetal), fauna (animal), figural (manusia), dan bentuk geometris. Ragam hias

tersebut dapat diterapkan pada media dua dan tiga dimensi.

a. Ragam Hias Flora.

Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh

pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada

barang-barang seni, seperti batik, ukiran, kain sulam, kain tenun, dan bordir.

Page 37: Tugas ips surur

b. Ragam Hias Fauna.

Ragam hias fauna (animal) merupakan bentuk gambar motif yang diambil dari

hewan tertentu. Hewan sebagai wujud ragam hias pada umumnya telah mengalami

perubahan bentuk atau gaya. Beberapa hewan yang biasa dipakai sebagai objek ragam

hias adalah kupu-kupu, burung, kadal, gajah, dan ikan. Ragam hias motif fauna telah

mengalami deformasi namun tidak meninggalkan bentuk aslinya. Ragam hias fauna

dapat dikombinasikan dengan motif flora dengan bentuk yang digayakan.

Motif ragam hias daerah di Indonesia banyak menggunakan hewan sebagai

objek ragam hias. Daerah-daerah tersebut seperti Yogyakarta, Bali, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Motif ragam hias fauna tersebut dapat dijumpai

pada hasil karya batik, ukiran, sulaman, anyaman, tenun, dan kain bordir Ragam hias

bentuk fauna dapat dijadikan sarana untuk memperkenalkan kearifan lokal daerah

tertentu di Indonesia seperti burung cendrawasih di Papua, komodo di Nusa Tenggara

Timur, dan gajah di Lampung.

Page 38: Tugas ips surur

c. Ragam Hias Geometris.

Ragam hias geometris merupakan motif hias yang dikembangkan dari bentuk-

bentuk geometris dan kemudian digayakan sesuai dengan selera dan imajinasi

pembuatnya. Gaya ragam hias geometris dapat dijumpai di seluruh daerah di

Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Ragam hias

geometris dapat dibuat dengan menggabungkan bentuk-bentuk geometris ke dalam

satu motif ragam hias.

Page 39: Tugas ips surur

d. Ragam Hias Figuratif.

Bentuk ragam hias figuratif berupa objek manusia yang digambar dengan

mendapatkan penggayaan bentuk. Ragam hias figuratif biasanya terdapat pada bahan

tekstil maupun bahan kayu, yang proses pembuatannya dapat dilakukan dengan cara

menggambar.

Page 40: Tugas ips surur
Page 41: Tugas ips surur

TUGAS SBK

MOTIF RAGAM HIAS

Disusun Oleh

MUHAMMAD MAULIDI SURUR FAHMI

MUHAMMAD AGIEL BAIHAQI

Kelas VII E

SMP NEGERI 1 BEJI

Page 42: Tugas ips surur

Jl. Wicaksono No 22A Gunung Gangsir Beji