tugas ikd 1 bu etty.docx

Upload: dian-oktavia

Post on 09-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS ILMU KEPERAWATAN DASAR IMGDs ( Millenium Development Goals )Nama: Dian OktaviaNIM: 11141013Kelas: Reguler 7A S1 Keperawatan

A. Pengertian dan sejarah MDGs

Sejarah pembentukan MDGsMillenium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Tujuan Pembagunan Millenium, dideklarasikan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang diwakili oleh kepala negara dan kepala pemerintahan.Pada mulanya, MDGs merupakan sebuah review atas kebijakan pembangunan yang dikeluarkan oleh OECD-DAC pada pertengahan tahun 1990 dan kemudian dimasukkan kedalam Tujuan Pembangunan Internasional ( Internasional Development Goals ) tahun 2000 dan direvisi menjadi Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) pada KTT Milenium.Selain Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), ada beberapa tujuan pembangunan yang lain ditetapkan pada dekade 1960-an hingga 1980-an. Sebagian terlahir dari konferensi global yang diselenggarakan PBB pada 1990-an, termasuk KTT Dunia untuk Anak, Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua 1990 di Jomtien, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan 1992 di Rio de Janeiro, serta KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial 1995 di Copenhagen. MDGs tidak bertentangan dengan komitmen global yang sebelumnya karena sebagian dari MDGs itu telah dicanangkan dalam Tujuan Pembangunan Internasional (IDG), oleh negara-negara maju yang tergabung dalam OECD pada 1996 hingga selanjutnya diadopsi oleh PBB, Bank Dunia dan IMF.Sekalipun MDGs merupakan sebuah komitmen global tetapi diupayakan untuk lebih mengakomodasikan nilai-nilai lokal sesuai dengan karakteristik masing-masing negara sehingga lebih mudah untuk diaplikasikan. Dalam sidang umum PBB yang ke-60 pada tanggal 14-16 September 2005, dilakukan juga evaluasi pelaksanaan lima tahun MDGs. Dalam evaluasi tersebut dikatakan bahwa 50 negara gagal mencapai paling sedikit satu target MDGs. Sedangkan 65 negara lainnya beresiko untuk sama sekali gagal mencapai paling tidak satu MDGs hingga 2040. Sehingga hingga kini, MDGs masih menjadi suatu perdebatan tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam MDGs, sumber daya yang dibutuhkan dan bagaimana cara pencapaian MDGs.B. 8 Elemen Sasaran MGDs1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Tujuan pertama ini memiliki dua target besar. Pertama, menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 (PPP) per hari. Kedua, menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara 1990-2015. 2. Menciptakan pendidikan dasar untuk semua. Pendidikan yang merata merupakan suatu hal yang mendasar. Dalam tujuan ini memastikan pada 2015 semua anak-anak di manapun, baik laki-laki maupun perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Masalah gender merupakan suatu hal yang sering menjadi perdebatan. Maka dari itu, tujuan ketiga yakni menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 dan di semua jenjang pendidikan. 4. Menurunkan angka kematian anak. Jumlah kematian anak semakin mengkhawatirkan. Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990-2015, dengan cara pemberian imunisasi dan penyuluhan tentang kesehatan yang mendasar. 5. Meningkatkan kesehatan ibu. Bukan hanya mengurangi kematian pada usia balita, namun MDGs juga meningkatkan kesehatan ibu hamil. Diketahui, tujuan ini memusatkan dalam menurunkan angka kematian ibu hamil sebesar tiga perempatnya antara 1990 hingga 2015. 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya. Penyakit menular merupakan ancaman. Dengan tujuan ke-enam ini, disepakati untuk mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada 2015. 7. Memastikan kelestarian hidup. Bukan hanya dari segi kesehatan perorangan, namun tujuan dari MDGs ini juga menjaga kelestarian hidup. Target dalam tujuan ini adalah memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional, serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. 8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan. Dalam hal pembangunan di setiap negara, maka disepakati beberapa target, seperti, mengembangkan lebih lanjut mengenai sistem perdagangan, menanggapi kebutuhan khusua negara-negara yang belum berkembang, menanggapi kebutuhan khusus negara-negara yang hanya berbatasan dengan daratan dan negara-negara kepulauan kecil yang sedang berkembang melalui program aksi untuk pembangunan berkelanjutan, dan menyelesaikan secara menyeluruh masalah utang negara-negara berkembang.

Pada 8 elemen sasaran MDGs tersebut, saya akan membahas lebih rinci pada elemen yang kedua yaitu Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua.Dalam hal pendidikan, nampaknya Indonesia lebih berhasil, karena tujuan kedua dari MDGs ini adalah memastikan bahwa semua anak menerima pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Angka partisipasi anak masuk pendidikan dasar secara nasional menunjukkan angka 94,7% tetapi perbedaan antar daerah masih cukup tinggi, misalnya yaitu untuk Kalimantan Tengah (96,0%) dan Papua (78,1%).Di sisi lain kemajuan anak Indonesia memperoleh pendidikan pra sekolah sekarang ini meningkat secara signifikan. Hal ini ditunjukan dari hampir separuh anak usia pra sekolah memperoleh Pendidikan Anak Usia Dini (PADU) dan sekitar separuhnya di Tempat Pendidikan Al-Quran (TPA), sisanya di Taman Kanak-kanak (TK), Kelompok Bermain (Play Group) atau pusat penitipan anak. Semua kegiatan tersebut jelas mendorong anak bersekolah dan mengembangkan otak mereka, dan tentu saja hal ini akan mempermudah mereka saat memulai masuk sekolah dasar. Berdasarkan realitas di atas dapat dipastikan bahwa motivasi, sarana dan prasarna, fasilitas serta kebijakan yang pro rakyat menjadi harapan kita bersama. Itu penting agar partisipasi masyarakat wajib belajar di jenjang pra sekolah ini secara sungguh-sungguh merebut pendidikan selanjutnya di tingkat dasar.Pada tahun 1990 (di era Orde Baru) muncul program Wajib Belajar (WAJAR) sembilan tahun meluncurkan program dengan menghilangkan sekolah bayar. Tetapi diganti dengan Sumbangan Pembangunan dan Pendidikan (SPP) yang ditentukan oleh sekolah masing-masing yang jumlahnya berbeda-beda. Sistem ini digunakan sampai reformasi terakhir pada zaman pemerintahan presiden Megawati.Penyebab banyaknya anak-anak putus sekolah adalah Sebagian, karena orang tua memerlukan mereka untuk bekerja. Mungkin di lahan pertanian keluarga. Lainnya, karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Sekitar sepertiga keluarga termiskin mengatakan bahwa mereka memiliki masalah untuk membayar uang sekolah dan biaya lainnya. Orang tua memang harus membayar dalam jumlah yang besar, baik untuk uang sekolah ataupun seragam. Selain itu, untuk transportasi, makanan, buku atau perlengkapan tambahan.Disamping itu, sekolah juga dapat menimbulkan masalah jika tidak bisa memberikan sesuatu yang bernilai bagi anak-anak. Sekolah, misalnya, bisa saja tidak memiliki buku atau peralatan yang memadai. Sementara bangunannya tidak layak digunakan. banyak sekolah di daerah terpencil, masih kekurangan guru. Selain itu, para guru juga tidak meluangkan waktu yang cukup di ruang kelas. Jam kerja mereka juga pendek. Karena gaji rendah, mereka biasanya bekerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal tersebut semakin penting ketika anak anak bertambah usia dan melanjutkan ke sekolah lanjutan pertama. Seperti diuraikan di atas, sekitar sepertiga anak-anak berhenti usai sekolah dasar. Sekali lagi, alasan utamanya mungkin terkait biaya. Mengirimkan anak ke sekolah lanjutan bahkan lebih mahal, apalagi jika mereka diminta bekerja menambah penghasilan keluarga. Seorang anak dari keluarga miskin memiliki kesempatan 20% lebih kecil untuk melanjutkan ke sekolah lanjutanpertama ketimbang seorang anak dari keluarga tidak miskin.Beberapa tahun terakhir, pemerintah telah meningkatkan anggaran untuk pendidikan, termasuk menaikkan gaji guru. Saat ini jumlahnya sekitar 17 persen dari total pengeluaran pemerintah. Sebagai perbandingan, jumlah itu hanya setengah dari pengeluaran Malaysiauntuk pendidikan. Jumlah ini pun masih di bawah 20 persen yang diharuskan untukpendidikan seperti disyaratkan dalam Undang-Undang Dasar dan UU Pendidikan Nasional.Saat ini, pemerintah kabupaten bertanggung jawab terhadap sekitar dua-pertiga pengeluaranpublik untuk pendidikan dan menggunakan hampir seluruhnya untuk gaji guru. Pemerintah pusat masih mengendalikan hampir seluruh dana untuk sekolah dan ruang kelas baru, dan memberikan beasiswa untuk murid-murid yang paling miskin.Paradigma pendidikan di Indonesia harus terus mengedepankan paradigma pendidikan yang baru, sebab paradigma pendidikan lama mengedepankan pendidikan sebagai kebutuhan dan hak dasar manusia, maka paradigma pendidikan yang modern sekarang ini (baru) mengedepankan pendidikan sebagai kebutuhan investasi masa depan seseorang untukmemperoleh kesejahtaraan hidup.Melalui pendidikan masa depan bangsa, dapat dirancang sebaik mungkin dengan caramempersiapkan SDM yang berkualitas. Pendidikan sebagai suatu proses pembentukanpribadi peserta didik dilaksanakan secara sistematis dan sistemik, dan sistematis. Sebab, sebuah proses pendidikan berlangsung secara bertahap serta berkesinambungan (prosedural) dan sistemik karena berlangsung dalam situasi dan kondisi di semua lingkungan baik keluarga, sekolah dan masyarakat.Target Pemerintah saat ini harus mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah kemiskinan yang ada pada masyarakat untuk saat ini agar kedepannya bisa lebih baik.Lalu, Pemerintah juga diharapkan bisa menuntaskan permasalahan dibidang pendidikan khususnya untuk anak-anak yang tidak bisa bersekolah atau putus sekolah. Karena pendidikan sangat penting untuk anak-anak diseluruh Indonesia bahkan diseluruh dunia.