(tugas iii) potensi ekonomi pesisir, heri 103060038.docx

Upload: heri-sulistyanto

Post on 02-Mar-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Tugas:3 (Individu)Tanggal:16 Oktober 2013Dosen:Ir, Supratignyo Aji., MT Dosen: S. Aji, Ir. MT

KEGIATAN EKONOMI YANG DIKEMBANGKAN DAN BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN KELAUTANTugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah Pesisir dan Kelautan

Disusun oleh :HERI SULISTYANTO (103060038)

JURUSAN TEKNIK PLANOLOGIFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDANBANDUNG2013

I. PENDAHULUANIndonesia memiliki potensi ekonomi sangat besar dari sektor kelautan mencapai US$ 1,2 triliun per tahun atau 7 kali lipat APBN tahun 2013 yaitu Rp 1.600 triliun atau US$ 170 miliar. Potensi ekonomi sektor ini juga setara dengan 1,2 kali PDB (Produk Domestik Bruto) Nasional saat ini dan dapat menyediakan lapangan kerja sebesar 40 juta orang atau 1/3 total angkatan kerja Indonesia.Kawasan pesisir yang populasi penduduk miskinnya cukup banyak, sebenarnya memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Namun, potensi itu belum bisa dimanfaatkan dan digunakan untuk kegiatan yang bernilai tambah bagi pengembangan ekonomi masyarakat setempat. Memang saat ini pemerintah telah menggulirkan program pemberdayaan masyarakat di daerah pesisir, namun, program itu masih memiliki hambatan hingga berujung pada hasil pengentasan kemiskinan.Untuk mewujudkan itu perlu dirancang suatu konsep pembangunan wilayah nelayan secara terpadu, dengan cara membangun berbagai sarana dan prasarana yang komperhensif dalam melakukan proses hasil tangkapan nelayan. Mulai dari proses penangkapan ikan, pengolahan, sampai ke proses pemasaran. Program pengembangan ekonomi masyarakat pesisir semakin strategis untuk masa yang akan datang oleh karena memiliki posisi geo-ekonomi dan geostrategis yang sangat penting bagi daerah lainnya bahkan dikawasan regional antara lain akses perhubungan untuk mengembangkan kerjasama ekonomi regional antara daerah.Dengan demikian diperlukan suatu kajian dalam pendekatan perencanaan pembangunan untuk menentukan strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi, yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, melalui pemanfaatan potensi sumberdaya ekonomi lokal terutama pada daerah pesisir. Potensi laut dan pesisir untuk berkontribusi terhadap manfaat sosial dan ekonomi secara berkelanjutan dapat diwujudkan melalui pendekatan ekonomi biru (Blue Economy) sebagai sebuah strategi. Blue Economy adalah model bisnis yang mampu melipat - gandakan pendapatan diikuti dengan dampak penyerapan tenaga kerja dan peningkatkan nilai tambah. Paradigma ini dapat mengoptimalkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan mengolah limbah dari satu produk menjadi bahan baku bagi produk lain dan mampu menghasilkan lebih banyak produk turunan (zero waste).Tingkat konsumsi per kapita sama penting dengan jumlah total manusia. Evolusi budaya merupakan pengaruh manusia pada lingkungan. Dan masalah daya dukung manusia dengan cara yang sama seperti daya dukung pada spesies lain, kapasitas daya dukung manusia terdiri dan subspesies, menurut budaya dan secara temporer menentukan tingkat penggunaan sumberdaya dan daya dukung. Homo amenicanus dapat mengubah pola konsumsi sumberdaya secara drastis hanya dalam beberapa tahun, sedangkan homo sapiens relatif tetap tidak berubah.Laut dikenal sebagai salah satu sumber daya alam yang paling penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena laut mempunyai potensi sumberdaya baik sumberdaya yang dapat pulih, sumberdaya yang tidak dapat pulih, sumber energi, dan jasa-jasa Iingkungan yang berguna untuk menunjang kehidupan. Kesulitan dalam pembatasan dan pengaturannya membuat laut sebagai sumber daya yang terbuka untuk dieksploitasi oleh siapa saja, untuk itu perlu dilakukan pembatasan dalam pengelolaan secara berkelanjutan.Pada masa lalu, laut dipandang hanya sebagai sumber produksi dengan keragaman biologi primer dan sekunder, kepentingan laut siklus materi dan energi global, dan sekarang laut mulai diapresiasikan pada tujuan yang lebih baik. Model gabungan dan sistem biosfer bumi-atmosfer-laut menghasilkan peranan kritis dan laut pada perubahan gas dan iklim laut serta sebagai daur ulang air, nutrisi dan limbah. Estimasi baru nilai ekonomi dan pelayanan ekosistem pasar dan non-pasar dan laut mengindikasikan kontribusi yang sangat besar bagi kesejahteraan manusia.Dengan demikian, sektor kelautan perlu dikembangkan sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi (GNP) suatu wilayah. Berdasarkan data yang diperoleh dan NSW (Australian State of New South Wales), sumberdaya laut diperkirakan memberikan kontribusi total untuk kesejahteraan manusia 21 triliun dolar AS/tahun (dibandingkan dengan GNP global. 25 triliun dolar AS/tahun), yang terdiri dan 60% dan pantai dan selat serta 40% dan laut terbuka, dengan kontribusi laut 60% dari total nilai ekonomi biosfer (Constanza et al., 1997).Sehubungan dengan pentingnya peranan laut dalam kehidupan manusia dan untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan sumberdayanya, perlu pengelolaan yang baik. Pengelolaan laut perlu dikaji secara terpadu dan semua aspek yaitu aspek ekologi, ekonomi dan sosial yang saling berkait secara berkelanjutan.Masyarakat di kawasan pesisir merupakan masyarakat terdepan sebagai pelakupelaku utama yang memanfaatkan dan mengelola sumberdaya kelautan, dengan demikian pengelolaan sumberdaya kelautan tidak terpisahkan dengan pengeloaan kawasan pesisir. Sebaliknya pengelolaan kawasan pesisir sangat dipengaruhi oleh pengelolaan sumberdaya-sumberdaya laut.Wilayah pesisir laut Indonesia masih menyimpan potensi sumberdaya yang terbaharui(renewable resources) khususnya potensi sumber daya perikanan yang belum dimanfaatkansecara optimal. Selain itu kawasan pesisir dan laut juga memiliki berbagai fungsi ekonomi, antaralain dipergunakan untuk aktivitas pemanfaatan sumberdaya perikanan, pertambangan, pertanian,rekreasi dan pariwisata, kawasan industri, permukiman serta pelabuhan / transportasi.Pembangunan yang berbasis potensi daerah menjadi relevan untuk dikaji dan didorongpengembangannya. Dalam hal ini Indonesia yang memiliki potensi perikanan dan kelautanyang cukup besar bisa memainkan peran strategis dalam menopang dan membanguan pondasiekonomi kota yang kuat. Arti dan peran strategis penting sektor perikanan dan kelautan dalampembangunan diantaranya : Sumberdaya disektor perikanan dan kelautan merupakan sumberdaya yang selalu dibaharui(renewable resources) sehingga bertahan dalam jangka panjang asal diikuti denganpengelolaan yang aktif. Investasi disektor perikanan dan kelautan memiliki efisiensi dan daya serap tenaga kerja relatiftinggi. Produk perikanan dan kelautan memiliki prospek pasar yang baik dengan pangsa pasar yangterus meningkat. Industri di sektor perikanan dan kelautan memiliki keterkaitan yang kuat dengan industri industri yang lain. Sumberdaya laut yang besar baik kuantitas maupun diversitas, bukan hanya di perairanBalikpapan, tetapi juga perairan Selat Makasar.Produk ekspor perikanan dan kelautan memiliki daya saing yang tinggi sebagaimanadicerminkan dari bahan baku yang dimilikiya serta produksi yang dihasilkannya.

II. ISI2.1 Potensi EkonomiPemberdayaan ekonomi sering didengungkan menjadi solusi bagi penyeleseian masalah ekonomi. Berbagai program telah dilakukan oleh pemerintah, seperti Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), bahkan program ini telah digulirkan sejak tahun 2001 sampai dengan 2009 melalui Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yang pelaksanaannya dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode inisiasi (2001-2003), periode institusionalisasi (2004-2006), dan periode diversifikasi (2007-2009). Selain itu ada kegiatan koperasi LEPP-M3 yang bergerak pada pengelolaan dana hibah yang antara lain dengan sistem perguliran (revolving fund) bagi nelayan dan masyarakat pesisir.Kelemahan-kelemahan yang masih ditemui dalam pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi sangat perlu mendapat perhatian, sebab hal ini merupakan faktor yang sangat krusial didalam usaha pemberdayaan nelayan kecil dan dapat dijadikan pertimbangan di dalam merumuskan strategi pemberdayaan masyarakat pesisir di masa yang akan datang. Strategi pemberdayaan untuk mengatasi kemiskinan dapat ditempuh dengan mengembangkan model beserta variasi kegiatan pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat pesisir dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar, termasuk di dalamnya kondisi sosial dan budaya. Sehingga model pemberdayaan masyarakat pesisir ke depan tidak hanya monoton berupa bantuan permodalan dan kredit, namun juga melalui pranata budaya atau kelembagaan sosial. Hal ini perlu dilakukan karena kemiskinan masyarakat kita diindikasikan juga sebagai kemiskinan kultural. Yaitu kemiskinan yang berawal dari budaya dan kebiasaan masyarakat miskin secara mental, bahkan masyarakat senang dikatakan sebagai orang miskin karena akan selalu mendapat bantuan ekonomi.Pengembangan kawasan minapolitan merupakan upaya dalam mendorong pengembangan kawasan budidaya perikanan di daerah. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan pertumbuhan wilayah dengan kegiatan budidaya perikanan sebagai penggerak utamanya. Sehingga tentunya sangat cocok bila dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir pada tataran aplikasinya sebagai pranata sosial yang akan mewarnai pembangunan masyarakat pesisir Kabupaten Tasikmalaya. Dan seyogyanya dengan berbagai potensi yang ada, pengembangan kawasan minapolitan layak menjadi prioritas untuk pembangunan kawasan pesisir.Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir pun tentunya harus seiring sejalan dengan pembangunan kawasan minapolitan. Pembangunan kawasan ini tidak lain adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan saling ketergantungan dan interaksi antara sistem ekonomi (economic system), manusia atau masyarakat (social system), dan lingkungan hidup beserta sumber daya alam (ecosystem) yang ada di dalamnya. Sehingga perwujudan kawasan minapolitan akan menjadi bagian dari pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir yang dilakukan berdasarkan potensi lokal yang bagian-bagiannya saling tergantung satu sama lain secara fungsional dalam bentuk pembangunan ekonomi, sosial, maupun budaya secara berimbang dan berkesinambungan.Pemberdayaan ekonomi saat ini perlu dilakukan melalui proses yang sistemik. Sehingga dampak pemberdayaan ini dalam jangka panjang masyarakat akan benar-benar mandiri secara ekonomi. Proses pemberdayaan masyarakat pesisir dapat dilakukan secara bertahap melalui tiga fase yaitu : fase inisial, dimana pemerintah yang paling dominan dan masyarakat masih bersifat pasif; fase partisipatoris; dimana proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat, dan fase emansipatoris, masyarakat sudah dapat menemukan kekuatan dirinya sehingga dapat melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam mengaktualisasikan dirinya.Dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir diperlukan strategi yang dibangun dari komitmen bersama seluruh stakeholder pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Komponen-komponen masyarakat tersebut tentunya adalah eksekutif dan legislatif daerah yang berperan penting dalam merumuskan kebijakan dan regulasi, akademisi pun bisa berperan sebagai perumus konsep, pengusaha besar, menengah atau kecil sebagai pelaku ekonomi di lapangan, dan tentunya institusi perbankan sebagai pengelola dan penyalur modal. Semua komponen tersebut harus berkarya dan berbuat sesuai dengan kapasitasnya.Proses pemberdayaan ekonomi harus dilakukan secara bertahap dan menyesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Sehingga pada akhirnya pemberdayaan ekonomi adalah meningkatkan kualitas hidup dan kapasitas sosial Masyarakat. Masyarakat akan memiliki kemandirian, kemampuan mobilisasi sosial dan akses sumberdaya ekonomi, serta partisipasi yang luas dalam proses pembangunan daerah. Otomatis bila kondisi itu semua tercapai maka kesejahteraan dan tingkat ekonomi masyarakat akan baik, tingkat ekonomi masyarakat yang baik akan membuat stabilitas sosial terjaga. Mudah-mudahan semua harapan kita bisa terwujud.Alasan kenapa potensi Ekonomi wilayah pesisir perlu di kembangkan adalah: Potensi ekonomi masyarakat pada wilayah pesisir cukup prospektif. Potensi sumberdaya manusia pada wilayah pesisir secara kuantitas cukup memadai, namun kualitas sumberdaya manusianya masih relatif rendah. Peranan lembaga ekonomi masyarakat pada wilayah pesisir belum berfungsi secara optimal. Nilai-nilaisocial capitaldalam kehidupan masyarakat pesisir masih terpelihara dengan baik. Kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir relatif masih sangat tertinggal. Peranan dan dukungan infrastruktur dalam pengembangan ekonomi masyarakat pesisir belum optimal. Sektor ekonomi potensial pada kawasan pesisir meliputi sektor perikanan, budi daya rumput laut, pariwisata pantai/laut, tanaman pangan dan sektor peternakan. Dukungan dan kesiapan masyarakat pesisir tehadap rencana pembangunan kawasan ekonomi khusus sangat positif. Peranan pemerintah daerah dalam proses pengembangan ekonomi masyarakat pesisir masih merupakandriving factors. Efektivitas pemberdayaan ekonomi masyarakat belum optimal.Kebijakan yang seharsnya diterapkan adalah: Pembangunan kualitas sumberdaya manusia diperlukan strategi kebijakan pembanguan pendidikan terintegrasi dan holistik. Dukungan kebijakan pembangunan yang lebih fokus pada peningkatan kualitas infrastruktur perekonomian yang sesuai dengan kebutuhan wilayah. Pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK) di wilayah Pulau Laut Barat membutuhkan kebijakan pemerintah yang komprehenship terutama yang terkait dengan tata ruang wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan serta perizinan usaha, dll. Keberadaan kawasan ekonomi khusus (KEK) memerlukan kebijakan pemetaan terhadap potensi sumbedaya alam dan kebutuhanintegrated supporting facilityterhadap pengembangan kawasan, seperti perencanaan/master plan pengembangan kawasan wisata bahari potensial. Kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir yang relatif tertinggal membutuhkan kebijakan dalam bidang pemberdayaan ekonomi, terutama dalam aspek kelembagaan untuk menigkatkan akses masyarakat dalam pemasaran komoditas yang dihasilkan. Kebijakan peningkatancapacity buildingmasyarakat untuk merubah secara bertahap pola pikir dan pola hidup dalam prilaku hidup yang lebih baik dalam arti hidup lebih sejahtera dan lebih sehat. Pelestarian nilai-nilaisocial capitalyang dimiliki oleh masyarakat pesisir memerlukan kebijakanmaintenance policy for social capitalagar modal sosial tetap eksis dan menjadi sumber kekuatan dalam proses pelaksanaan pembangunan.Tujuan ekologi berkelanjutan telah diberikan dalam tingkatan pertama, penempatannya pada kelompok kedua memerlukan ukuran penaksiran dan pemodelan ilmiah yang besar (Faucheux et al., 1996). Model ekologi dan ekonomi dapat membantu membangun pemahaman satu sama lain, input yang mendukung dari kelompok stakeholder luar dan dialog antara anggota kelompok. Proses adaptasi manajemen, gabungan model dan kesepakatan umum membangun komponen esensial (Gunderson et al., 1995).Proyek SCOPE yang baru pada Gabungan model dan Penaksiran Ekolog Ekonomi (IA) membentuk kerangka kerja dasar (Costanza dan Tognetti, 1996).Prinsip umum dan definisi karakteristik adalah sebagai berikut: Prediksi terbatas. Asumsi berbeda dari stakeholder yang berbeda Paradigma yang berbeda Pendekatan antar disiplin diperlukan pada mata rantai horisontal untuk Proses IA sama pentingnya dengan produk Kekuatan hukum diperoleh dan proses keterlibatan seluruh stakeholder. Peneliti termasuk ke dalam stakeholder. Mengakui dan sepakat dengan banyak bentuk gabungan sistem kompleks.Penggunaan insentif ekonomi untuk memperoleh tujuan lingkungan dapat lebih efisien daripada peraturan kontrol dan pengawasan tradisional, jika insentif dapat diambil dan ditekan pada biaya yang relatif rendah, ini merupakan point kunci bagi laut. Contoh, satu situasi yang baru saja dibahas adalah ide reformasi pajak ekologi. Ada pertumbuhan kesepakatan antara kelompok stakeholder dan AS serta Eropa, berkenaan dengan kebutuhan sistem pajak dari pajak buruk seperti kerusakan ekologi dan konsumsi sumberdaya tidak dapat diperbaharui sampai pajak baik seperti pendapatan dan tenaga kerja. Usulan pelaksanaan yang paling komprehensif dikenal sebagai refomasi pajak ekologi (von Weizsacker dan Jesinghaus, 1992; Costanza dan Daly, 1992; Passell, 1992; Repetto et al., 1992; Hawken, 1993; Costanza, 1994).Sistem memerlukan tiga komponen: Pajak bertujuan mereduksi atau mengeliminasi kerusakan Prinsip pembayaran pencegahan polusi (4P) (Costanza dan Cornwell,1994) Sistem tarif ekologi bertujuan membiarkan negara-negara untuk mengaplikasikan:a) dan b) di atas tanpa menekan produsen untuk pindah ke luar negeri untukmempertahankan kompetisi.2.2 Pengelolaan Kawasan Pesisir dan KelautanKonsep perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya lautan dalam wilayah pesisir secara berkelanjutan saat ini sedang menjadi pembicaraan hangat para ilmuan, Daerah pesisir dapat didefinisikan sebagai perpanjangan dari daratan pantai sampal dengan batas luar paparan benua. Daerah ini merupakan daerah konsentrasi penduduk, akibatnya terjadi peningkatan aktivitas wisata industrialisasi, pertanian dan sebagainya, dan menghasilkan sekitar 90 % dari limbah daratan, baik dari limbah rumah tangga, limbah industri, nutrient (pupuk pertanian), serta berbagai bahan-bahan beracun yang berpengaruh pada daerah pesisir (Joseph and Balchand, 2000). Akibat dari pengembangan sistem reservoar, pengalihan aliran air tawar serta berbagai pengelolaan daerah aliran sungai di hulu juga menyebabkan perubahan pada daerah dibawahnya/ pesisir.Upaya perlindungan dan pemanfaatan secara berkelanjutan dari kawasan pesisir telah menjadi bahan diskusi dan menjadi isue penting dalam Agenda 21. Meskipun sudah ada upaya pendekatan secara national, sub-regional dan secara global, dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, namun semua itu tidak selalu menunjukan keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan. Sumberdaya serta lingkungan pesisir tetap saja mengalami degradasi. Untuk itu setiap negara pesisir perlu terus peduli pada kawasan pesisir dan perlu terus memperkuat mekanisme koordinasi dalam upaya melakukan pengelolaan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan baik secara local maupun secara nasional. Selain itu setiap negara pesisir juga perlu membuat pedoman pengelolaan pesisir secara terpadu.Dalam rencana managemen kawasan pesisir (CZM) menurut Kenchington dan Hudson (1995), dari lima dasar pendekatan yang digunakan, penetapan wilayah merupakan prioritas utama. Dalam kawasan pesisir terdapat zone pemeliharaan, daerah penelitian ilmiah, daerah hutan belantara, daerah taman nasional, daerah untuk rekreasi, dan daerah pemanfaatan.Thailand telah selangkah lebih maju dalam menerapan penetapan wilayah, yaitu dengan telah dibuatnya matrik penetapan wilayah. Banglades mulai dengan menetapkan kawasan perlindungan pesisir dengan pengembangan sabuk hijau hutan bakau. China juga telah mengenalkan konsep perencanaan CZM sejak tahun 1986. Indonesia baru memulai sejak tahun 1993 dengan mengembangkan suatu kegiatan perlindungan pesisir melalui proyek Marine Resources Evaluation and Planning (MREP). Fokus perhatian utama proyek ini adalah peningkatan upaya untuk mengurangi tekanan pada daerah daratan yang dekat laut dan sekitarnya, melalui suatu pola pengelolaan yang rasional. Malaysia pada tahun 1992 telah menetapkan kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisirsecara nasional, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian padalingkungan pesisir untuk mendukung konsep pembangunan berkelanjutan dan jugadengan penetapan dua peraturan yaitu UU Baku Mutu Lingkungan dan UU Cara Penilalan Dampak Lingkungan.Pada umumnya masyarakat nelayan Indonesia masih mengandalkan kegiatan perikanantangkap sampai sekarang, sedangkan kapasitas ruang dan volume ikan semakin berkurang. Hal inidisebabkan kualitas perairan semakin menurun dan kerusakan ekosistem yang terus meningkat.Akibatnya ketersediaan nutrien alam di perairan mengalami keterbatasan sehingga sumberdayalaut berupa ikan, kerang-kerangan, udang dan lain-lain tidak mampu bertahan sampai dapatdikonsumsi.Salah satu komitmen yang perlu digalakkan oleh Negara Indonesia untuk menjaga kelestarianlingkungan pesisir dan meningkatnya income masyarakat nelayan Balikpapan adalah denganmengalihkan kegiatan penangkapan selama ini ditekuni kebentuk usaha budidaya berbagai jenisbiota laut yang cocok untuk dikembangkan. Pengembangan sektor perikanan budidaya di Indonesia memiliki proses yang baik dilihat dan ketersediaan lahan dan potensi pemasarannya.Tujuan utama ICZM adalah inisiatif koordinasi dari berbagai instansi, sektor ekonomi swasta, dan masyarakat yang mendapatkan manfaat untuk jangka panjang. Keterpaduan pengelolaan dari wilayah pesisir meliputi kegiatan pemanfaatan lahan, konservasi sumberdaya ICZM yang membantu untuk memecahkan konflik inter sektoral dan memberi keseimbangan dalam pemanfaatannya, yakni melalui kegiatan Coordination (Koordinasi). Pendekatan secara terpadu antara multi sektor yang digunakan dalam ICZM didisain untuk koordinasi dan acuan kerjasama kegiatan dari sejumlah sektor ekonomi untuk tujuan perencanaan pembangunan masa depan dan konservasi sumberdaya pesisir. Koordinasi akan menciptakan keselarasan dan keserasian (Burbridge, et al, 1996). Horizontal integration (Keterpaduan Secara Horisontal), kerjasama usaha badan pemerintah dan semua stakeholders ditambah para peneliti yang tertarik, ekstension workers, rural bankers dan LSM untuk memastikan keterlibatan masyarakat secara langsung termasuk untuk menjaga sumberdaya untuk jangka panjang. Integrasi dapat menciptakan harmonisasi seluruh kebijakan dan peraturan antara yang dikeluarkan Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten. Inter-governmental integration (Keterpaduan Inter Pemerintah) Program pengelolaan sumberdaya pesisir melibatkan semua tingkatan/level dari tingkat Nasional sampai pemerintahan desa yang disebut vertical intergration.Implementasi dari konsep ICZM (integrated coastal zone management) dalam jangka panjang akan dikenal sebagai elemen perencanaan yang strategis dalam menetapkan peraturan kawasan supaya memudahkan dalam pengambilan keputusan. Tujuan yang ingin dicapai oleh ICZM adalah mencoba memecahkan konflik yang mungkin terjadi, mengatasi masalah sosial ekonomi dan demografi (pertumbuhan penduduk), mengubah permintaan atas sumberdaya pesisir, dalam jangka pendek mengurangi akibat yang muncul pada ekosisitem yang sensitif terhadap perubahan, dan juga kondisi jangka panjang (misalkan perubahan iklim secara global). Negara-negara pesisir (seperti USA, negara-negara Uni Eropa, dan sedikit negara-negara kepulauan yang sedang berkembang) terus meningkatkan upaya untuk terus menyempurnakan metode dan pendekatan konsep ICZM. Proposal rencana kegiatan yang ada selalu dilakukan perbaikan untuk disesuaikan dengan kondisi yang ada serta untuk meningkatkan efektivitas penggunaannya. Hal ini dilakukan dengan selalu memperhatikan pada kondisi kepadatan penduduk, perubahan sumber daya yang tergantung pada banyak hal seperti kondisi-kondisi budaya, politis, historis dan ekonomi. Dukungan publik juga merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan program ini.ICZM juga mengkoordinasikan beberapa sektor ekonomi untuk memastikan tidak akan terjadi dampak negatif pada sektor lain serta mendorong partisipasi masyarakat, koordinasi kegiatan dari beberapa instansi/badan pemerintah dan sektor swasta dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang perlindungan kawasan pesisir. ICZM terfokus pada pengelolaan sumberdaya pesisir yang berkelanjutan, konservasi biodiversity, perlindungan lingkungan litoral dan penanggulangan menghadapi bencana alam. Hal ini juga mempengaruhi bentuk pembangunan pesisir melal uji pendidikan, pengaturan pengelolaan sumberdaya dan perhitungan/analisa lingkungan (EA) melalui beberapa cara/alat dalam ICZM antara lain Melaksanakan Peraturan pemerintah yang melindungi biodiversity dan pengawasan terhadap pengambilan hasil/panen dan pemanfaatan sumberdaya Melakukan Penilaian/analisa lingkungan (EA) yang dapat memperkirakan dampak ragam pembangunan ekonomiBagaimana ICZM Bekerja? Kalau kita hubungkan dengan keberadaan Renstra PPWPT Daerah yang ada di Indonesia maka perannya antara lain memfasilitasi Pemda mencapai tujuan pembangunan Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional yang relevan sebagaimana yang tercantum dalam Propeda dan Propenas, menyusun visi dan misi, tujuan dan sasaran yang disepakati bersama stakeholders dan landasan penyusunan rencana zonasi, pengelolaan dan aksi, mengidentifikasi tujuan dan sasaran sehingga bisa diukur sejauhmana keberhasilan efektifitas dan efisiensi pengelolaan ICZM dan landasan yang konsisten, sinergis dan alat pengendali pembangunan kelautan bagi aparat Pemda, LSM dan masyarakat setempat serta investor.2.3 Permasalahan pesisirMasalah yang sering terjadi adalah kurang dirawatnya dan diperhatikanya kondisi Sumberdaya Kelautan dan Maritim di daerah kita. Selain itu, pemanfaatan potensi laut harus dilakukan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Selama ini, bangsa kita telah mengabaikan laut dengan menganggap laut sebagai tempat pembuangan limbah. Padahal apabila laut dijaga kelestariannya, potensi yang dihasilkan sangat besar, khususnya untuk perikanan, pariwisata bahari, dan jasa lingkungan.Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat (social well-being) secara berkelanjutan, terutama komunitas masyarakat lokal yang bermukim di wilayah pesisir (coastal zone). Oleh karena itu, dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir, aspek ekologi dalam hal kelestarian sumberdaya dan fungsi-fungsi ekosistem harus dipertahankan sebagai landasan utama untuk mencapai kesejahteraan tersebut. Pemanfaatan sumberdaya pesisir diharapkan tidak menyebabkan rusaknyafishing ground, spawning ground, maupunnursery groundikan.Selain itu juga tidak merusak fungsi ekosistem hutan bakau (mangrove), terumbu karang (coral reefs), dan padang lamun (sea grass) yang memiliki keterkaitan ekologis dengan keberlanjutan sumberdaya di wilayah pesisir. Berlakunya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberikan nuansa baru pembangunan di daerah, maka upaya pemanfaatan dan pengembangan berbagai potensi daerah, termasuk potensi sumberdaya di wilayah pesisir, mulai mendapat perhatian.

Gambar 1 Masalah sampah dan pencarian ikan dengan bom di Laut dan Pesisir Indonesia.

III. PENUTUPBanyaknya pemanfaatan dan berbagai aktifitas yang terus berlangsung dampak negatifpun muncul. Dampak-dampak utama saat ini berupa polusi, abrasi, erosi dan sedimentasi,kerusakan kawasan pantai seperti hilangnya mangrove, degradasi daya dukung lingkungandan kerusakan biota pantai/laut. Termasuk diantaranya isu administrasi, hukum sepertiotonomi daerah, peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah), konflik-konflik daerah dansektoral merupakan persoalan yang harus dipecahkan bersama melalui manajemenkawasan pantai terpadu.Dalam pengelolaan pantai juga harus diperhatikan upaya pengendalian kerusakan pantai. Selain itu diperhatikan juga upaya pengawasan. Pengendalian kerusakan pantaimerupakan upaya untuk mencegah, menanggulangi, serta melakukan pemulihan kualitaslingkungan yang rusak yang disebabkan oleh alam dan manusia. Pengendalian Kerusakan pantai yangdapat merugikan kehidupan, dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upayapencegahan, penanggulangan, danpemulihan. Upaya pencegahan dilakukan melaluiperencanaan pengendalian kerusakan pantai yang disusun secara terpadu dan menyeluruh.

Daftar Pustakahttp://www.tribunnews.com/bisnis/2012/03/21/potensi-ekonomi-daerah-pesisir-sangat-besarhttp://krjogja.com/read/188696/potensi-ekonomi-sektor-kelautan-bisa-dikembangkan-dengan-blue-economy.krhttp://www.kabar-priangan.com/news/detail/405