tugas i - farmakokinetik dan reseptor obat

10
TUGAS PAPER FARMAKOLOGI FASE FARMAKOKINETIK PADA PEMBERIAN OBAT SECARA INTRA VENA, INTRA MUSKULAR, DAN INTRA PERITONEAL BESERTA JENIS RESEPTOR OBAT Oleh : SIGIT WICAKSONO O111 13 306 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

Upload: sigit-wicaksono

Post on 17-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Farmakologi

TRANSCRIPT

TUGAS PAPER FARMAKOLOGI

FASE FARMAKOKINETIK PADA PEMBERIAN OBAT SECARA INTRA VENA, INTRA MUSKULAR, DAN INTRA PERITONEAL BESERTA JENIS RESEPTOR OBAT

Oleh :SIGIT WICAKSONOO111 13 306

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR20151. Apakah pemberian obat secara Intra Vena, Intra Muskular, dan Intra Peritoneal akan mengalami proses ADME (Fase Farmakokinetik) atau tidak ?Jawab : Pemberian Obat Secara Intra Vena Pada proses ini tidak terjadi fase farmakokinetik karena obat langsung masuk ke dalam vena, onset of action cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, sehingga ada salah satu fase tidak terjadi jika pemberian obat dilakukan melalui intra vena. Obat ini tidak mengalami Absorbsi yang merupakan proses masuknya obat ke dalam pembuluh darah. Proses absorbs memerlukan sebuah tempat atau ruang kosong sebelum memasuki pembuluh darah yang tidak ada dalam pemberian obat secara intra vena. Dalam Proses ini hanya terjadi fase distribusi, fase metabolisme yang terjadi didalam hati, dan untuk fase eksresi dari obat ini, selanjutnya akan diolah di ginjal untuk saring dan dikeluarkan bersama urin. Pemberian Obat Secara Intra MuskularPada pemberian obat secara Intramuskular (IM) (Onset of action bervariasi, berupa larutan dalam air yang lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obat dalam sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang sangat tergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi: semakin kecil partikel, semakin cepat proses absorpsi). Intramuskular (i.m), yaitu disuntikkan ke dalam jaringan otot, umumnya di otot pantat atau paha. Sehingga pemberian obat dengan cara ini akan mengalami fase famakokinetik, proses absorbsi terjadi didalam jaringan otot yang nantinya akan masuk kedalam pembuluh darah sistemik (vena). Kemudian proses distribusi, obat masuk kedalam pembuluh darah sistemik maka distribusi obat akan berjalan, semakin cepat aliran darah maka semakin cepat pula proses distribusi ke dalam jaringan target obat tersebut untuk melaju begitupun sebaliknya. Setelah didistribusikan obat tersebut akan dimetabolisme. Metabolisme sendiri adalah reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan biologi yang dikatilisis oleh enzim menjadi suatu metabolit. Ketika obat masuk ke aliran darah, fase metabolisme danfase ekskresiadalah fase yang bertanggung jawab untuk membuang obat keluar dari tubuh. Ginjal tidak akan mampu untuk mengekskresi obat-obat yang lipofil sebelum obat tersebut mengalami metabolisme. Organ utama untuk memetabolisme obat adalah hati. Kemudian fase akhir dari pemberian obat secara intra muskular ini adalah proses ekskresi, Ekskresi obat keluar tubuh kebanyakan menggunakan ginjal sebagai media. Selain oleh ginjal tempat ekskresi obat bisa melalui intestinal alias usus (feses), paru-paru, kulit, keringat, air ludah, dan air susu. Tetapi biasanya yang digunakan untuk menghetahui parameter ekskresi obat adalah melalui urin (dari ginjal). Pemberian Obat Secara Intra PeritonealInjeksi intraperitoneal atau injeksi IP tidak dilakukan pada manusia karena sangat beresiko. Pemberian obat ini dilakukan dengan cara menginjeksi suatu zat ke dalam peritoneum (rongga tubuh). IP injeksi lebih sering digunakan untuk hewan.Hal ini umumnya disukai ketika jumlah besar cairan pengganti darah diperlukan, atau ketika tekanan darah rendah atau masalah lain mencegah penggunaan pembuluh darah yang cocok untuk penyuntikan.Pada pemberian obat dengan cara intra peritoneal juga akan mengalami fase farmakokinetik (absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi). Obat yang disuntikkan akan mengalami difusi ke dalam rongga peritoneal sehingga akan diabsorpsi oleh pembuluh darah yang ada di daerah rongga perut, termasuk arteri mesenterica menuju ke ssstem porta hati yang kemudian mengalami metabolisme hingga akhirnya mengalami ekskresi seperti jenis obat lainnya.

2. Buatlah paper tentang jenis-jenis reseptor obat yang ada misalnya Agonist-Gated Channel, G-Protein Couple Reseptor, dsb !Jawab : Reseptor terhubung Kanal IonReseptor ini berada di membran sel, disebut juga reseptor ionotropik. Respon terjadi dalam hitungan milidetik. Kanal merupakan bagian dari reseptor. Contoh : reseptor nikotinik, reseptor GABA, reseptor ionotropik glutamat dan reseptor 5-HT3.Reseptor kanal ion merupakan suatu glikoprotein yang melintasi membran sel dan merupakan suatu kompleks multi subunit yang tersusun membentuk porus/kanal. Reseptor ionotropik mengatur permeabilitas kanal ion dan diklasifikasikan berdasarkan permeabilitasnya terhadap ligan. Sifat penting dari reseptor kanal ion ini adalah teraktivasi sebagai respon terhadap ligan spesifik (neurotransmitter, maksudnya neurotransmitter tersebut dilepaskan oleh ujung syaraf sebagai respon dari depolarisasi), memungkinkan ion melalui membran yg semula impermeable (di mana neurotransmitter seperti asetilkolin akan berikatan pada reseptor yang ada pada kanal ion membuat kanal ion terbuka), serta selektif pada ion-ion tertentu, misalnya K, Ca dan Na.a. Reseptor Nikotinik AsetilkolinReseptor ini ditemukan di otot skeletal, ganglion sistem saraf simpatik dan parasimpatik, neuron sistem saraf pusat, dan sel non neural. Reseptor ini berperan dalam penyaluran sinyal listrik dari suatu motor neuron ke serat saraf otot.b. Reseptor GABA (Gamma-Aminobutyric Acid)GABA tidak hanya sebagai inhibitor di otak tetapi juga membantu dalam produksi endorfin yang memberikan rasa kesejahteraan. GABA ini dihasilkan melalui siklus krebs yaitu pada jaringan syaraf, di mana alpha ketoglutarat diubah menjadi glutamate kemudian menjadi GABA.c. Reseptor GlutamatGlutamat merupakan neurotransmitter eksitatori.Reseptor glutamat ada 2 jenis, ionotropik dan metabotropik. Ionotropik atau yang terkait kanal ion ada 3, yaitu NMDA, AMPA, dan kainate. Namun, yang sudah banyak diteliti adalah reseptor NMDA. Reseptor NMDA ini banyak ditemukan di otak bagian cortex cerebral dan hippocampus sehingga memiliki peranan penting dalam fungsi memori dan belajar.

Reseptor terhubung EnzimReseptor terhubung enzim merupakan protein transmembran dengan bagian besar ekstraseluler mengandung binding site untuk ligan (contoh : faktor pertumbuhan, sitokin) dan bagian intraseluler mempunyai aktivitas enzim (biasanya aktivitas tirosin kinase). Aktivasi menginisiasi jalur intraseluler yang melibatkan tranduser sitosolik dan nuklear, bahkan transkripsi gen. Reseptor sitokin mengaktifkan Jak kinase, yang pada gilirannya mengaktifkan faktor transkripsi Stat, yang kemudian mengaktifkan transkripsi gen.a. Reseptor Faktor PertumbuhanReseptor growth factor merupakan reseptor yang tergolong reseptor tirosin kinase yang memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan sel. Dengan adanya ikatan antara suatu growth factor dengan reseptornya, maka akan terjadi serangkaian peristiwa molekuler yang berujung pada transkripsi gen. Setelah transkripsi gen terjadi, sintesis protein tertentu yang dibutuhkan pun akan diatur untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan poliferasi sel. Banyak obat dikembangkan dengan growth factor reseptor sebagai target aksi, obat kanker adalah salah satunya.b.Reseptor SitokinSitokin adalah senyawa-senyawa endogen yang dilepaskan sel untuk saling berkomunikasi (cross-talk). Contoh sitokin adalah interleukin (IL-1;IL-2, dst.), tumor nekrosis alfa (TNF-), interferron gamma (IFN-), dll. Sitokin berperan dalam berbagai peristiwa biologis terutama pada inflamasi. Sama dengan reseptor EGF tadi, jika sitokin berikatan dengan reseptornya, maka akan terjadi serangkaian peristiwa yang berujung pada transkripsi gen lalu akan menginduksi sintesis protein tertentu misalnya produksi transkripsi gen, lalu akan menginduksi sintesis protein tertentu misalnya produksi antibodi IgF oleh limfosit.

Reseptor Terikat Protein GReseptor yang terikat protein G merupakan family terbesar dari reseptor membran sel. Reseptor ini menjadi mediator dari respon seluler berbagai molekul, seperti ; hormon, neurotransmitter, mediator lokal, dll. Reseptor terikat protein G merupakan suatu rantai polipeptida tunggal, yang keluar masuk sel hingga 7 kali, sehingga dikatakan memiliki 7-transmembran. GPCR, disebut juga reseptor metabotropik, berada di sel membran dan responnya terjadi dalam hitungan detik. GPCR mempunyai rantai polipeptida tunggal dengan 7 heliks transmembran. Tranduksi sinyal terjadi dengan aktivasi bagian protein G yang kemudian memodulasi/mengatur aktivitas enzim atau fungsi kanal. Reseptor NuklearReseptor terhubung transkripsi gen disebut juga reseptor nuklear (walaupun beberapa ada di sitosol, merupakan reseptor sitosolik yang kemudian bermigrasi ke nukleus setelah berikatan dengan ligand, seperti reseptor glukokortikoid). Contoh : reseptor kortikosteroid, reseptor estrogen dan progestogen, reseptor vitamin D.

DAFTAR PUSTAKAEnade. 2012. Sekilas tentang G-protein coupled receptor (GPCR) di awal tahun 2012. http://molmod.org/2012/01/04/sekilas-tentang-g-protein-coupled-receptor-gpcr-di-awal-tahun-2012/. Diakses pada 17 Februari 2015.Lakhiafa, Yunietha. 2012. Rute Pemberian Obat. Jakarta : http://yuniethafafa.blogspot.com/2012/04/rute-pemberian-obat.html (Diakses pada tanggal 17 Februari 2015).Neal J., Michael. 2006. Medical Pharmacology At A Glance. Jakarta ; Erlangga.Sakinah. 2014. Reseptor Obat : http://kinkinaaa.blogspot.com/2014/06/reseptor-obat.html (Diakses pada tanggal 17 Februari 2015).Septarina, Haza. 2013. Teori Reseptor dan Interaksi Obat : http://septarinah.blogspot.com/2013/05/teori-reseptor-dan-interaksi-obat-yang.html (Diakses pada tanggal 17 Februari 2015).