tugas i ekonomi regional vs geografi ekonomi arief prasetyo npm 1306361192

20
TINJAUAN PENDEKATAN EKONOMI REGIONAL DAN GEOGRAFI EKONOMI Oleh :Arief Prasetyo (NPM : 1306361192) 1. PENDAHULUAN Manusia diciptakan sebagai mahluk yang tidak pernah puas. Dalam kehidupannya manusia selalu dituntut untuk sebisa mungkin memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik yang berupa kebutuhan hidup primer, sekunder maupun tersier. Namun demikian manusia terbentur oleh keterbatasan alat pemuas kebutuhan tersebut. Manusia dituntut untuk melakukan usaha pemenuhan kebutuhan ini. Usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ini diartikan sebagai kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia tidak terlepas dari proses produksi, distribusi dan konsumsi berbagai produk barang dan jasa. Pada perkembangannya ilmu ekonomi mulai berkembang dan mulai muncul berbagai cabang ilmu ekonomi yang lebih spesifik pada bidang ekonomi tertentu. Samuelson (1955) mengungkapkan bahwa persoalan pokok ilmu ekonomi sejatinya mencakup tiga hal : 1) What commodities shall be produced and in what quantities yaitu barang apa yang diproduksi. Hal ini bersangkut paut dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang ada dalam masyarakat. 2) How shall goods be produced yaitu bagaimana atau oleh siapa barang itu diproduksi. Hal ini bersangkut paut dengan pilihan tehnologi untuk menghasilkan barang tersebut dan apakah ada pengaturan dalam pembagian peran itu. 3) For Whom are goods to be produced yaitu untuk siapa atau bagaimana pembagian hasil dari kegiatan memproduksi barang tersebut. Hal ini bersangkut paut dengan pengaturan balas jasa, sistem perpajakan, subsidi, bantuan kepada fakir miskin, dll. Ketiga hal ini melandasi analisis ekonomi klasik

Upload: vickilusiagustin

Post on 11-Apr-2016

35 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

perbedaan ekonomi regional dan geografi ekonomi

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192

TINJAUAN PENDEKATANEKONOMI REGIONAL DAN GEOGRAFI EKONOMI

Oleh :Arief Prasetyo (NPM : 1306361192)

1. PENDAHULUANManusia diciptakan sebagai mahluk yang tidak pernah puas. Dalam kehidupannya manusia

selalu dituntut untuk sebisa mungkin memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik yang berupa kebutuhan hidup primer, sekunder maupun tersier. Namun demikian manusia terbentur oleh keterbatasan alat pemuas kebutuhan tersebut. Manusia dituntut untuk melakukan usaha pemenuhan kebutuhan ini. Usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ini diartikan sebagai kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia tidak terlepas dari proses produksi, distribusi dan konsumsi berbagai produk barang dan jasa. Pada perkembangannya ilmu ekonomi mulai berkembang dan mulai muncul berbagai cabang ilmu ekonomi yang lebih spesifik pada bidang ekonomi tertentu. Samuelson (1955) mengungkapkan bahwa persoalan pokok ilmu ekonomi sejatinya mencakup tiga hal :

1) What commodities shall be produced and in what quantities yaitu barang apa yang diproduksi. Hal ini bersangkut paut dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang ada dalam masyarakat.

2) How shall goods be produced yaitu bagaimana atau oleh siapa barang itu diproduksi. Hal ini bersangkut paut dengan pilihan tehnologi untuk menghasilkan barang tersebut dan apakah ada pengaturan dalam pembagian peran itu.

3) For Whom are goods to be produced yaitu untuk siapa atau bagaimana pembagian hasil dari kegiatan memproduksi barang tersebut. Hal ini bersangkut paut dengan pengaturan balas jasa, sistem perpajakan, subsidi, bantuan kepada fakir miskin, dll. Ketiga hal ini melandasi analisis ekonomi klasik

Namun ada beberapa permasalahan pokok ilmu ekonomi yang juga dibahas oleh pakar yang lain, yaitu :

4) When do all those activities be carried out yaitu kapan berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan. Pertanyaan ini dijawab dengan menciptakan teori ekonomi dinamis (dynamic economic analysis) dengan memasukkan unsur waktu ke dalam analisis.

5) Where do all those activities should be carried out yaitu dimana lokasi dari berbagai kegiatan tersebut. Didalam ilmu ekonomi regional untuk memecahkan masalah khusus yang terpaut dengan pertanyaan dimana diabaikan dalam analisis ekonomi tradisional. Dalam pertanyaan ini ilmu ekonomi regional berperan dalam menjawab pertanyaan ini.

Sebagai sebuah ilmu, ilmu ekonomi senantiasa berkembang sesuai tuntuan zaman. Salah satu lompatan ilmu yang cukup menarik dalam ilmu ekonomi adalah dikenalnya konsep “spatial economic”. Konsep ini merupakan bentuk ketidakpuasan terhadap konsep ekonomi konvensional yang telah dikenal sebelumnya. Dengan pendekatan ekonomi konvensional, keuntungan diperhitungkan dari selisih antara harga jual dikurangi biaya produksi. Sedangkan dengan pendekatan ekonomi regional, keuntungan juga mempertimbangkan biaya transport. Biaya transport ini meliputi biaya transport ke pasar (market) maupun ke sumber produksi. Dari titik inilah mulai muncul kajian baru mengenai ekonomi yaitu regional science dan geografi ekonomi.

Kedua kajian tersebut sebenarnya berangkat dari pemikiran yang sama, yaitu bagaimana untuk menganalisis mengenai kegiatan ekonomi dari aspek spatial (keruangan). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat dan mendekati kenyataan. Kajian ekonomi

Page 2: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192

dengan pendekatan spatial merupakan bentuk koreksi dari teori ekonomi konvensional yang berkembang sebelumnya. Namun demikian ada beberapa hal yang membedakan antara ekonomi regional dan geografi ekonomi yang akan dijelaskan dalam uraian selanjutnya.

Menarik untuk dikaji mengenai persamaan dan perbedaan dari ekonomi regional dan geografi ekonomi, dengan demikian akan lebih jelas untuk ditarik kesimpulan mengenai kelebihan dan kesimpulan masing-masing cabang ilmu tersebut.

2. REGIONAL SCIENCEAspek wilayah (spasial), adalah dimensi yang belum terfikirkan dalam teori ekonomi

konvensional. Padahal aspek wilayah atau lokasi sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Teori Lokasi mulai diperkenalkan oleh John Heinrich Von Thȕnen (1826) dengan dengan Bid Rent Theory. Von Thȕnen membuat sebuah model yang menggambarkan bagaimana pasar memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan pertanian.

Central Place Theory dikemukakan oleh Walter Christaller setelah dia menemukan adanya hubungan ekonomi antara pusat kota dengan daerah sekitarnya (hinterland). Dia berasumsi bahwa semua daerah adalah datar dan tidak ada batas fisiografis yang membatasi mobilitas orang. Dalam konsep Christaller, treshold (ambang batas) adalah konsep yang cukup penting, konsep ini mengedepankan besar populasi yang membutuhkan barang/jasa pada suatu area, sehingga aktivitas ekonomi yang dijalankan pada lokasi itu akan tetap berkelanjutan.

Pada tahun 1954, August Losch memodifikasi central place theory. Hal ini dilakukan karena dia berpendapat bahwa teori yang dikembangkan oleh Christaller sebelumnya terlalu kaku. Dia berpendapat bahwa model Christaller menyebabkan pola distribusi barang/jasa dan akumulasi keuntungan hanya didasarkan sepenuhnya oleh lokasi. Christaller tidak berfokus pada memaksimalkan kesejahteraan konsumen dan menciptakan landscape konsumen dengan meniminalkan perjalanan konsumen dengan mempertahankan tingkat keuntungan.

Regional Science atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah ilmu wilayah. Definisi dari ilmu wilayah itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari masalah sosial yang memiliki dimensi wilayah dan spasial dengan cermat dan telaten, dengan menggunakan penelitian secara analitis dan empiris (Isard,1956). Mencermati definisi yang dikemukakan Issard, jelas disebutkan bahwa aspek wilayah (spasial) memegang peranan yang penting dalam melakukan memecahkan berbagai permasalahan terutama masalah sosial dan ekonomi. Dijelaskan pula bahwa dimensi spasial bisa diteliti/dikaji secara analitis maupun empiris, artinya dimensi tersebut bisa diukur dan dihitung untuk mendapatkan sebuah kajian yang tepat. Ilmu wilayah belum bisa menjawab pertanyaan ; dimana semua aktifitas ekonomi tersebut harus dilakukan? dan Mengapa aktifitas ekonomi tersebut harus bertempat di lokasi tertentu?

Regional Science menjadi lebih terkenal ketika Walter Isard bersama Wassily Leontief berhasil menerapkan teori input-output. merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi (sektor) dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Model ini menghasilkan indeks yang mengukur total efek atau dampak dari sebuah penambahan kebutuhan akan tenaga kerja atau penambahan pendapatan. Model ini bisa digunakan dalam memprediksi dan meramal dampak dari performa dari ekonomi regional di masa depan dan perubahan dalam transaksi antar industri (Stimson, R.J., Stough, R.R., Roberts, B.H, 2002). Pada perkembangannya konsep ini bisa diterapkan untuk kajian antar wilayah yang dikenal sebagai Interregional Input-Output Analysis. Dalam tulisannya yang berjudul Location and Space Economy, Isard memasukkan unsur spasial/ruang.

Page 3: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192

Menurut Isard, General Theory of Location and Space Economy mencakup semua kegiatan ekonomi dengan memperhatikan distribusi geografis dari input dan output serta distribusi geografis dari harga dan biaya (dalam Fujita, 1999). Dari sinilah kmudian Isard dianggap sebagai pembaharu dari kajian ilmu ekonomi sebelumnya yang hanya terfokus pada supply dan demand tanpa memperhatikan aspek spasial. Bahkan kajian dari dari ahli ekonomi sebelumnya seperti John von Thunen, Webber, Christaller maupun Losch yang telah mulai mengenalkan konsep spatial economic, tidak menyadari adanya distribusi geografis dari input dan output serta distribusi geografis dari harga dan biaya yang mungkin tidak sama untuk semua region.

Albert Hirschmann seorang ekonom kelahiran Berlin Jerman, adalah ekonom penganjur teori pertumbuhan tidak seimbang. Hirschmann berpendapat dalam proses pertumbuhan selalu dapat dilihat kemajuan pada satu titik (titik) yang menimbulkan tekanan-tekanan, ketegangan-ketegangan dan dorongan-doronan pada titik selanjutnya. Hirschmann menggunakan istilah Titik Pertumbuhan (Growing Point) atau Pusat Pertumbuhan (Growing Centre). Antara pusat dan daerah belakang terdapat ketergantungan dalam suplai barang dan tenaga kerja. Pengaruh yang paling hebat adalah migrasi penduduk ke kota-kota besar (urbanisasi) akan dapat mengabsorsikan tenaga kerja yang trampil dan pihak lain akan mengurangi pengangguran tidak kentara di daerah belakang. Dalam teorinya, ada dua kemungkinan yang terjadi dalam suatu pertumbuhan, yaitu trickle down dan polarization effect. Trickle down adalah aspek positif dimana daerah yang lebih maju mampu membantu daerah yang lebih terbelakang dengan cara membeli faktor-faktor produksi, berinvestasi maupun menyerap pengangguran. Sedangkan Polarization effect adalah efek sebaliknya, dimana terjadinya sebuah kemunduran yang bisa berupa migrasi tenaga kerja ke kawasan/region yang lain. Walaupun terlihat suatu kecenderungan yang suram namun Hirschman optimis dan percaya bahwa pengaruh trikling-down akan mengatasi pengaruh polarisasi. Misalnya bila daerah perkotaan berspesialisasi pada industri dan daerah perdesaan berspesialisasi pada produksi primer, maka meluasnya permintaan daerah perkotaan harus mendorong perkembangan daerah perdesaan, tetapi apa yang terjadi tidak seperti yang diharapkan (Nurhadi, 2003).

Hirschmann memandang hubungan antara berbagai industri dalam menyediakan barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan mentah industri adalah sebagai pendorong pembangunan pada sektor produktif. Kegiatan ini menciptakan hubungan keterkaitan ke depan (forward linkage effects) dan pengaruh keterkaitan kebelakang (backward linkage effects). Forward linkage effects maksudnya adalah tingkat rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industry terhadap perkembangan industry-industri yang menggunakan produk industry yang pertama sebagai input (bahan baku) mereka, sedangkan backward linkage effects maksudnya adalah tingkat rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industry terhadap perkembangan industry-industri yang menyediakan input (bahan baku) bagi industri tersebut.

Gunnar Myrdal, seorang ekonom Swedia, pada tahun 1957 memberikan kritik kepada teori ekonomi klasik yang menyebutkan bahwa mekanisme pasar dalam jangka panjang dapat menciptakan struktur ekonomi yang seimbang. Myrdal berpendapat bahwa proses pembangunan jangka panjang justru akan menyebabkan ketimpangan-ketimpangan perkembangan ekonomi antar wilayah. Teori yang dikemukakan Myrdal memberikan gambaran yang sederhana mengenai penjalaran dampak industrialisasi terhadap proses sosial-ekonomi yang berjalan menurut pola sirkulatif-kumulatif. Myrdal menyatakan bahwa bahwa, apapun alasannya, ekspansi industri yang berawal dari pusat pertumbuhan (growth centre) akan menyebabkan meluasnya keuntungan internal dan eksternal industri bersangkutan sehingga memperkuat pertumbuhannya, namun dengan mengorbankan daerah lain. Menurut pandangannya, ekonomi ini tidak hanya mencakup keahlian

Page 4: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192

tenaga kerja dan modal publik, tetapi juga perasaan positif untuk tumbuh dan semangat dari pengusaha/wiraswasta baru (Hafidz, 2009).

Myrdal memperkenalkan konsep backwash effect dan spread effect. Backwash effect diartikan sebagai wilayah yang maju akan menghambat perkembangan wilayah yang lebih terbelakang, sedangkan spread effect memiliki pengertian bahwa wilayah yang lebih maju akan menciptakan keadaan yang mendorong perkembangan wilayah-wilayah yang masih terbelakang. Konsep ini sangat identik dengan konsep Albert Hirschmann yaitu trickle down dan polarization effect. Namun, dalam penekanan pembahasan dan kesimpulan-kesimpulan terdapat perbedaan yang cukup besar. Analisa Myrdal memberikan kesan pesimistis, ia berpendapat bahwa polarisasi muncul lebih kuat dari pada penyebaran pembangunan, permintaan faktor-faktor produksi akan menumpuk di daerah- daerah perkotaan yang memberikan manfaat kepadanya, dan sebaliknya di daerah perdesaan yang tidak menguntungkan akan menipis (Nurhadi, 2003)

John Friedman, 1979, menampilkan teori core-periphery region. Teori ini mencoba untuk memandang aspek spasial (ruang), lokasi, serta persoalan-persoalan kebijaksanaan dan perencanaan pengembangan wilayah dalam ruang lingkup yang lebih umum. Konsp ini periphery region atau daerah pinggir berada di sekeliling core region atau daerah inti. Friedman menjelaskan bahwa pembangunan yang terjadi adalah bergerak dari daerah inti (core) dan kemudian menuju daerah sekitarnya (periphery). Hal ini karena daerah inti (core) umumnya lebih dinamis jika dibandingkan dengan daerah pinggiran (periphery) yang lebih statis. Friedman menyatakan bahwa bahwa dalam skala regional terdapat hirarki pusat – pusat pertumbuhan adalah sebagai berikut “Pusat Pertumbuhan Primer” yang merupakan pusat utama dari daerah yang dapat merangsang pertumbuhan pusat – pusat yang lebih rendah tingkatannya; “Pusat Pertumbuhan Sekunder” yang berperan memperluas dampak perambatan ke wilayah yang tidak terjangkau oleh pusat pertumbuhan primer; dan “Pusat Pertumbuhan Tersier” sebagai titik pertumbuhan bagi daerah belakangnya (Hafidz, 2009).

Michael Porter pada 1990-an memberikan perhatian pada regional cluster dari sektor-sektor industri yang berhubungan dengan tujuan meningkatkan produktifitas, inovasi dan daya saing secara umum. Porter berpendapat bahwa industri-industri yang berada dan berkumpul pada suatu tempat (cluster) akan berdampak positif pada produktifitas. Porter menjelaskan interaksi tersebut sangat bergantung pada empat faktor, yaitu : strategi, struktur dan persaingan perusahaann ; kondisi faktor input ; kondisi permintaan ; dan industri yang yang berhubungan dan mendukung. Interaksi yang intensif dari keempat faktor tersebut akan menghasilkan produktifitas yang lebih baik, meningkatnya inovasi dan pertumbuhan sektor ekspor. Porter (1990) menyebutkan pentingnya konsentrasi perusahaan secara geografis untuk yang akan memperbaiki cluster’s work. Namun demikian Porter tidak mendifinisikan secara jelas mengenai aspek keruangan dari cluster yang dimaksud (Vuković, 2012).

Porter (dalam Vuković, 2012) mendefinisikan cluster sebagai perusahaan yang terkonsentrasi secara geografis dan masing-masing perusahaan masing-masing terhubung dengan specialized suppliers, penyedia jasa yang beroperasi pada industry yang sama dan berhubungan dengan beberapa instasni seperti universitas ataupun lembaga-lembaga perdagangan. Walaupun pendekatan yang diberikan oleh Porter menjadikan bidang ekonomi regional menjadi lebih dikenal, namun pendekatan yang diberikan belum sempurna dan segera mendapat berbagai kritik.

Porter banyak berbicara mengenai dampak sebuah cluster terhadap keunggulan wilayah/negara. Dia menyatakan bahwa jika sebuah negara menciptakan sebuah lingkungan bisnis, dimana negara memberikan dukungan penuh dengan menciptakan situasi yang nyaman, maka hal itu akan mencerminkan keunggulan kompetitif dari negara itu. Porter juga menambahkan bahwa hal

Page 5: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192

ini bisa diaplikasikan dalam skala regional. Namun hal ini segera mendapat bantahan, salah satunya dari Paul Krugman.

Krugman berpendapat bahwa sebuah negara tidak bersaing dengan negara lainnya. Kompetisi antar perusahaan dan wilayah tidak bisa dibandingkan. Perusahaan dapat dengan mudah masuk atau keluar dari suatu negara tergantung dari keuntungan dan prospek bisnisnya. Namun sebuah negara tidak dengan mudah melupakan wilayahnya yang sudah merupakan pemberian (given).

3. GEOGRAFI EKONOMIGeografi ekonomi adalah sub-disiplin dari ilmu geografi yang memanfaatkan pendekatan

geografi dalam mempelajari ekonomi. Lingkup studinya adalah tentang variasi wilayah di muka bumi yang mencakup aktifitas manusia seperti produksi, konsumsi dan distribusi dalam hubungannya dengan lingkungan tempat hidupnya (Alexander, 1963). Secara historis, geografi ekonomi disibukkan dengan jarak dan tatanan hierarkis dari pemukiman, lokasi optimal untuk manufaktur dan kegiatan ritel, dan struktur geografis perdagangan dan komunikasi. Dalam hal ini, geografi ekonomi tegas berlabuh dalam teori lokasi dan metode dan teknik optimasi yang terkait dengan teori ekonomi utama (Gordon L Clark, 2000).

Barnes (2000) menjelaskan ada dua teori mengenai munculnya disiplin ilmu geografi ekonomi. Pertama, adalah era ketika beberapa disiplin ilmu (terutama dari ilmu sosial) diperkenalkan di beberapa universitas di Eropa Barat dan Amerika Utara, salah satunya ilmu Geografi Ekononomi. Kedua, kemunculan disiplin ilmu geografi ekonomi berkaitan dengan erat dengan kolonoalisme. Banyak tulisan yang menghubungkan munculnya disiplin Geografi Ekonomi dengan munculnya imperialisme di Eropa Barat pada abad ke-19. Hubungan antara imperialisme dan kemunculan geografi ekonomi adalah hubungan mengenai konsep environment determinism yang sering dikemukakan oleh geograf masa itu dengan pembenaran imperialisme. Konsep environment determinism adalah konsep yang menyebutkan bahwa lingkungan alami mempengaruhi penduduk lokal (given people). Contohnya adalah penduduk di lingkungan tropis dinyatakan kurang bertenaga jika dibandingkan dengan penduduk di Eropa.

Perkembangan ilmu Geografi Ekonomi tidak lepas dari jasa seorang George G Chisholm (1850-1930). Chisholm menulis sebuah buku berjudul Handbook of Commercial Geography (1889) yang banyak berisi tentang semua produksi komoditas dunia dan kondisi geografis untuk perdagangan. Chisholm tidak hanya menilai keuntungan ekonomi dari tingginya volume perdagangan, namun juga dari sisi geografi ekonomi. Dia berpendapat bahwa perdagangan sangat tergantung dari aspek geografis wilayah. Kondisi wilayah yang berbeda akan menghasilkan produk yang berbeda atau menyediakan produk dengan kondisi yang kondisi yang tidak sesuai harapan.

J Russel Smith (1874-1966) menerbitkan buku Industrial and Commercial Geography pada tahun 1913. Buku tersebut disebut sebagai Chisholm's Handbook versi Amerika. Pada bagian pertama dari buku tersebut membahas mengenai produksi dari sumberdaya tertentu dan barang-barang pabrik dan pada bagian kedua menjelaskan tentang perdagangan dunia. Dalam kajiannya, Smith menjelaskan mengenai dinamika dan pergerakan yang tidak dibahas dalam Chisholm's Handbook. Smith berfokus pada perubahan teknologi seputar transportasi dan telekomunikasi. Dengan berfokus pada dua tokoh diatas, beberapa elemen/aspek yang baru ilmu Geografi Ekonomi ditemukan. Ilmu Geografi memperhatikan kedetilan secara empiris, kategorisasi global secara geografis atas komoditas tertentu serta pola spasial dan kondisi perdagangan (Barnes, 2000).

Pada tahun 1930an. kajian Geografi Ekonomi mulai bergeser dari hubungan komersial umum secara global menjadi kajian yang lebih sempit, pada region yang unik, dan terutama yang

Page 6: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192

dekat dengan tempat tinggal. Diawali oleh kritik Ray Whitbeck (dalam barnes 2000) terhadap karya Smith, Industrial and Commercial. Industrial and Commercial karya Smith terstruktur secara tematik, seputar komoditas, perdagangan dan transportasi. Struktur yang dijelaskan Smith tidak secara regional. disinilah kritik yang diberikan oleh Whitbeck dimana dia berpendapat bahwa ada perbedaan yang jelas antara perdagangan dan industri dengan geografi perdagangan dan industri. Whitbeck memberikan kritik bahwa penekanan yang seharusnya diberikan adalah pada aspek negara (country) bukan pada komoditas. Pendapat ini menjadi populer dan melahirkan sebuah perspektif wilayah (region) yang membentuk sebuah wilayah, dengan keunikannya dan fokus kepada kebutuhan wilayah tersebut. Whitbeck mennulis buku dengan judul Economic Geography yang meluruskan definisi geografi ekonomi dengan menyediakan pengetahuan yang mendidik manusia mengenai kebutuhan dan kegunaan. Hal yang mendasar dari ide ini adalah perbadaan karakter wilayah.

Richard Hartshorne (1899-1992) seorang geografer dari Amerika memberikan penjelasan mengenai perpektif ruang dengan kodifikasi yang sistematis dan penjelasan yang cerdas.Hartshorne menulis The Nature of Geography (1939). Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa region adalah unit geografis yang bisa digunakan sebagai basis untuk mengatur dan mengintegrasikan informasi yang tersebar dan beranekaragam yang telah dikumpulkan oleh geografer. Hartshorne berpendapat bahwa dalam regionalisasi (pewilayahan) menekankan pada keunikan wilayah dalam hal ini Hartshorne menekankan pendekatan geografi yang deskriptif. Keunikan wilayah yang ditekankan oleh Hartshorne memberikan pembenaran terhadap penyebaran yang cepat dari tipologi wilayah yang menentukan geografi ekonomi wilayah tersebut. Dalam kajian yang dilakukan oleh Chisholm dan Smith sebelumnya, sedikit memperhatikan terhadap tipologi. Mereka memperhatikan lokasi, tetapi hanya berdasarkan komoditas yang dihasilkan dan diperdagangkan.

Perkembangan Geografi Ekonomi selanjutnya adalah munculnya kajian Geografi Ekonomi dengan pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan dan prosedur kuantitatif (terutama dengan statistik). Mulai berkembang kajian Geografi Ekonomi yang dikaji dari belakang meja dengan menggunakan peralatan seperti komputer dan kalkulator. Ini sangat berbeda dengan dasar yang dikemukakan Hartshorne yang berupa field-based, typological, bersifat deskriptif pada satu pusat wilayah.

Hal ini dipelopori oleh Harold McCarty yang sejatinya meneruskan ide dari Freed Schaefer (1953) yang mengkritik pendekatan Hartshorne, bahwa seharusnya Geografi Ekonomi menggunakan pendekatan ilmiah untuk mencari hukum Geografi (the ultimate form of a scientific generalization).Senada dengan pendapat Schaefer, McCarty berpendapat bahwa Geografi Ekonomi seharusnya beralih dari kajian yang bersifat regional dan menjadi lebih scientific. pada 1940 McCarty menerbitkan buku dengan judul The geographic basis of American economic life, dimana pada saat itu Geografi Ekonomi AS diperhitungkan secara konvensional per region. McCarty memperkenalkan aspek tekanan pasar (market forces) yang membuat kajian ekonomi lebih terlihat realistis secara geografis. Geografi ekonomi menjadikan konsep ini semakin luas daripada konsep ekonomi dan metode yang digunakan menjadi lebih luas jika dibandingkan bidang ilmu Geografi (McCarty, 1940, in Barnes 2000). Dari sini mulai dapat dilihat munculnya sebuah ilmu Geografi Ekonomi dengan pendekatan yang lain, yang sangat berbeda dari konsep yang dikemukakan Hartshorne. Geografi Ekonomi berkembang menjadi sebuah ilmu sosial matang yang menekankan analisis sosial daripada fisik dan menggunakan analisis ilmiah daripada analisis deskriptif belaka (Barnes, 2000). Namun hal ini dipandang sangat berat untuk dikerjakan. Peter Hagget (1965) berpendapat bahwa analisis Geografi Ekonomi seharusnya mempergunakan sebuah model sederhana yang sama

Page 7: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192

dengan kenyataan dan mempergunakan metode statistik untuk mengujinya dengan kenyataan di lapangan (dalam Barnes, 2000).

Perkembangan Geografi Ekonomi pada 1960-an diwakili oleh Willaim Alonso dan Brian Berry. Alonso mengeluarkan buku Location and Land Use pada 1964. Sedangkan Brian Berry menerbitkan buku Market Center and Retail Distribution. Dalam bukunya tersebut, Berry menguji teori dan prinsip Central Place Theory milik Christaller. Berry (1992) menyatakan bahwa ilmu ekonomi menaruh perhatiannya bagaimana sumberdaya alam langka berada diantara pengguna yang saling berkompetisi untuk mendapatkannya melalui bagaimana sebuah harga ditentukan dan pendapatan yang terdistribusi, dan dengan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sama halnya dengan ekonomi, geografi juga menaruh perhatian dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam, namun dengan perspektif distribusi spasial, pola dari interaksi spasial, dan wilayah sebagai hasil analisis. Menurut sejarahnya, para ahli geografi ekonomi sering mengabaikan kontribusi dari prinsip ilmu ekonomi yang dapat membantu mereka untuk mencapai tujuannya. Berry juga mengatakan bahwa tujuan ekonomi geografi modern adalah untuk menjelaskan sistem geografi dalam ekonomi dengan menggunakan jumlah variabel yang sedikit.

Jika pada analisi ekonomi regional dikenal analisis input-output yang dikembangkan Isard, maka di bidang Geografi Ekonomo, dikenal sebuah alat analisis yang diakomodasi oleh Miller dan Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998). Alat analisis ini dikenal dengan istilah Location Quotient (LQ). Analisa ini merupakan suatu metode pengembangan/penilaian ekonomi sederhana yang digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang memacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif kegatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan wilayah.

Paul Krugman (1991) dalam karyanya Geography and Trade memperkenalkan sebuah pemikiran baru mengenai Geografi Ekonomi, yang kemudian dikenal sebagai New Economic Geography (NEG). dalam teori ini Krugman menjelaskan mengenai pola perdagangan internasional dan konsentrasi kesejahteraan (welfare) secara geografis. Pola ini diukur dengan menguji dampak skala ekonomi terhadap kesukaan konsumen pada layanan barang dan jasa. Krugman menjelaskan dua teori, yaitu International Trade dan Economic Geography.

International Trade atau perdagangan bebas yang selama ini menganut konsep yang diciptakan David Ricardo yaitu Comparative Advantage, dianggap sudah tidak lagi mampu menjawab fenomena perdagangan internasional saat ini. Ricardo dalam teorinya menjelaskan bahwa tiap negara perlu mencari spesialisasi produksi agar proses “barter” komoditas antar negara bisa terjadi dan pendapatan negara meningkat. Krugman menganggap teori ini sudah tidak berlaku pada abad 20 dan 21. Krugman mengungkap fakta bahwa saat ini proses perdagangan dan jasa didominasi oleh segelintir negara yang ternyata memperdagangkan komoditas yang sama. Lebih jauh Krugman menjelaskan bahwa pada saat ini permintaan lebih didorong oleh variasi meskipun produknya sama. Hal ini akan cenderung lebih menguntungkan kedua belah pihak karena bisa memperluas jaringan global.

Dalam Economic Geography, Krugman menjelaskan terjadinya konsentrasi populasi di suatu wilayah. Krugman menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena ada kecenderungan pekerja bermigrasi ke wilayah pusat pekerja terbesar yang akhirnya manghasilkan variasi produk baru yang sangat beragam. Konsentrasi terjadi dalam hal barang dan jasa yang diproduksi maupun lokasi barang tersebut dibuat.

Dalam menjelaskan aglomerasi Krugman menggunakan prinsip Increasing Returns.Faktor pembentuk increasing returns tersebut adalah kombinasi economies of scale dan penurunan biaya transportasi. Biaya transportasi (minimal untuk mencapai konsumen) yang lebih murah akan

Page 8: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192

memicu self-reinforcing process di mana populasi metropolitan yang tumbuh akan meningkatkan skala produksi, gaji riil, dan keragaman pasok barang. Hal ini pada gilirannya akan merangsang migrasi penduduk lebih lanjut ke kota. Akhirnya menurut teori Krugman ini, akan terbentuk kawasan inti yang hi-tech dan terurbanisasi, dan kawasan pinggiran yang kurang berkembang. NEG berusaha menjelaskan tentang variasi bentuk dari Aglomerasi Ekonomi dalam ukuran besar dalam ruang Geografi. Kita juga harus memahami bahwa aglomerasi ekonomi ini bisa terjadi pada tiap tingkatan ruang geografi dengan berbagai komposisi yang berbeda-beda. Contoh nyata pada skala kecil adalah berkumpulnya toko-toko kecil, restoran yang bisa ditemukan di lingkungan sekitar kita.

4. EKONOMI REGIONAL DAN GEOGRAFI EKONOMIDari penjelasan diatas, Ekonomi Regional dan Geografi Ekonomi adalah studi yang sama-

sama memperhatikan aspek wilayah dalam kajiannya. Kedua sub-disiplin ilmu tersebut lahir karena adanya ketidakpuasan terhadap teori-teori terdahulu. Ekonomi regional lahir karena ketidakpuasan terhadap pandangan teori ekonomi klasik yang terlalu menyederhanakan konsep ekonomi dengan hanya melibatkan aspek harga jual dengan biaya produksi untuk memperhitungkan keuntungan. Padahal dalam prakteknya ada komponen lain yaitu biaya transport ke pasar maupun ke sumber produksi yang berbanding lurus dengan jarak, dalam hal ini ekonomi regional mulai memperhatikan aspek spasial.

Sedangkan Geografi Ekonomi lahir karena ketidakpuasan terhadap kajian Geografi Ekonomi terdahulu yang hanya menggambarkan wilayah secara deskriptif atau pada aspek kualitatif saja. Hal ini dianggap belum cukup untuk menjelaskan berbagai fenomena atau permasalahan di muka bumi. Geografi harus bisa menjelaskan berbagai fenomena tersebut. Geografi harus menyelidiki lebih jauh lagi keteraturan dalam distribusi spasial, geografi juga harus menjadi pengetahuan dasar dalam mengatur faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi spasial objek-objek dipermukaan bumi. Sehingga muncullah kajian Geografi Ekonomi yang menggunakan prosedur dan pendekatan secara kuantitatif (secara statistik dan matematik). Penggunaan model dalam menyederhanakan fenomena dipermukaan bumi juga dimungkinkan untuk mempermudah analisis yang kemudian dianalisis secara statistik untuk mendapatkan hasil yang akurat dan sesuai kenyataan.

Namun demikian ada perbedaan antara ekonomi regional dan geografi ekonomi. Perbedaan yang paling mendasar adalah cara pandang terhadap ruang. Ekonomi regional sangat sedikit memberikan perhatian terhadap dimensi ruang. Perspektif Regional Science dalam aspek spasial hanyalah sebatas pada “apa yang menjadi masalah” dan “mengapa masalah itu bisa terjadi”. Aspek spasial hanya berkepentingan terhadap tempat berkumpulnya perusahaan-perusahaan (firm concentration) tanpa mempertimbangkan keberadaan lokasi tersebut berada dimana dan mengapa berada disana.

Jika menilik berbagai teori tokoh-tokoh regional science misalnya von Thϋnen (Bid Rent Theory), Walter Chryslateller (Central Place Theory), Walter Isard (General Theory of Location and Space Economy) selalu dikatakan bahwa kajiannya berhubungan dengan ruang, namun apabila dianalisis lebih lanjut, analisisnya hanya terbatas pada faktor-faktor pembentuk ruang yang biasanya berhubungan dengan sektor-sektor ekonomi yang terlibat. Regioal science tidak memperhatikan aspek ruang yang lebih luas seperti distribusi spasial obyek-obyek dipermukaan bumi yang mempengaruhi aktifitas manusia. Begitu juga dengan teori backwash effect dan spread effect yang dikemukakan Myrdal dan teori polarization dan trickle down effect yang dikemukakan Hirchmann yang tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai distribusi spasial mengenai permasalahan tersebut.

Analisis Input-Output (I-O) yang menjadi alat analisis dari ekonomi regional. Analisis I-O memperlihatkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah tertentu secara

Page 9: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192

komprehensif. Tabel input–output dapat mendeskripsikan arus transaksi antar pelaku perekonomian. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Analisis I-O memperlihatkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah tertentu secara komprehensif. Tabel input – output dapat mendeskripsikan arus transaksi antar pelaku perekonomian. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Namun analisis I-O hanya bisa menjelaskan mengenai karakter struktur ekonomi suatu wilayah tanpa bisa menjelaskan distribusi spasialnya. Location Quitient atau LQ adalah alat analisis yang digunakan Geografi Ekonomi. digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi dan mengindikasikan sektor basis atau leading sector yang ada. Tabel LQ dapat mendeskripsikan bagaimana derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan antar wilayah. Dari segi metode analisis ini nampak bahwa ekonomi regional dalam kajiannya berbasis pada sektor sedangkan ekonomi regional lebih menganalisa basis lokasi secara relatif atas kegiatan ekonomi tertentu pada beberapa wilayah. Contoh mudah memahaminya adalah jika dengan analisa I-O kita bisa mengetahui sektor uggulan sebuah negara yang akan sangat berpengaruh terhadap sektor yang lain. Namun dengan LQ kita bisa melakukan penilaian terhadap potensi ekonomi lokal yang (berbasis lokasi) dengan membandingkannya dengan region yang lain.

Perbedaan yang lain adalah dipengaruhi oleh masih dipengaruhinya regional science oleh pandangan ekonomi ortodoks yang menganut Homo economicus (rational man), dimana semua manusia dianggap berkelakuakn rasional, berorientasi keuntungan dan merespon terhadap market signal. Bagaimanapun, hidup adalah kompleks, dan perilaku manusia tidak selalu rasional dalam mengambil keputusan. Hal ini bisa berkaitan dengan jenis kelamin, ras, usia, klas sosial, keyakinan budaya, kesehatan atau disabilitas. Geografer dengan tajam mengulas aspek ini ketika mengkaji masalah ekonomi. Hal ini didasari bahwa Geografi merupakan ilmu yang holistik dan memperhitungkan semua aspek yang mungkin berpengaruh terhadap sebuah kajian. Termasuk dalam ekonomi, Geografi Ekonomi juga mempelajari mengenai spatial behaviour dan behaviour in space dari subyek dan obyek ekonomi tersebut.

5. KESIMPULANPerkembangan ilmu sangat dinamis, termasuk ilmu ekonomi yang bergerak dari ilmu

ekonomi konvensional secara perlahan bergerak meluaskan kajiannya dengan memperhatikan aspek ruang. Begitu juga dengan ilmu Geografi yang juga berevolusi untuk mempelajari aktifitas ekonomi manusia di atas permukaan bumi dengan mulai menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada suatu titik terjadi overlap antara kajian ekonomi regional dan geografi ekonomi karena kedua ilmu tersebut mengklaim berbicara mengenai ruang. Namun penekanan kajian dari kedua ilmu tersebut berbeda, ekonomi regional lebih menekankan pada sektor sebagai fokus (sector wise) sedangkan Geografi Ekonomi lebih menekankan pada aspek distribusi spasial dari sektor-sektor tersebut.

Perbedaan tersebut bisa dimaklumi, namun hendaknya dalam sebuah kajian ekonomi digunakan analisa pemecahan masalah dengan pendekatan yang lebih holistik (menyeluruh). Sehingga hasil analisa yang dihasilkan bermanfaat baik dari sisi ekonomi maupun sosial. Perlu dipertimbankan integrasi antara kedua pendekatan analisis tersebut untuk menghasilkan kajian yang ekonomi yang lebih baik.

Page 10: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192

DAFTAR REFERENSI

Walter Isard, 1957, An Introduction to Regional Science, Englewood Cliff, N.J Prencitce Hall

Stimson, R.J., Stough, R.R., Roberts, B.H., 2002, Regional Economic Development: Analysis and Planning Strategy, Springer-Verlag Berlin Heidelberg

Masahisa Fujita, 1999, Location and Space-Economy at half a century: Revisiting Professor Isard's dream on the general theory, Institute of Economic Research, Kyoto University, Yoshida±Hanmachi, Sakyoku, Kyoto, 606-01, Japan

Nurhadi, 2003, Konsep Teori Pembangunan Pusat Pinggiran Dalam Kajian Geografi, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Hafid Setiadi, 2009, Konsep Pusat – Pinggiran : Sebuah Tinjauan Teoritis, Departemen Geografi, FMIPA UI

Darko Vuković, Ana Jovanović, Mališa Đukić, 2012, Defining Competitiveness Through The Theories Of New Economic Geography And Regional Economy, Faculty of Entrepreneurial Business, University of Union-Nikola Tesla in Belgrade

Gordon L. Clark, Maryann P. Feldman, Meric S. Gertler, 2000, The Oxford Handbook of Economic Geography, Oxford University Press

Barnes, 2000, Inventing Anglo-American Economic geography ; in A Companion to economic geography, Blackwell Publishing

Paul Krugman, 1991, Geography and Trade, Leuven University Press Leuven, Belgium and The MIT Press Cambridge, Massachusetts London, England

M Sokol, 2011, Economic geography, Universiti of London

Page 11: Tugas I Ekonomi Regional vs Geografi Ekonomi Arief Prasetyo NPM 1306361192