arief muliawan-feb.pdf

Download ARIEF MULIAWAN-FEB.pdf

If you can't read please download the document

Upload: lethu

Post on 29-Jan-2017

265 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH EARNING PER SHARE, KONDISI KEUANGAN

    PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN

    UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PEMBERIAN OPINI

    AUDIT GOING CONCERN

    (Studi Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang

    Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Disusun Oleh :

    ARIEF MULIAWAN

    109082000070

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1437 H/2016

  • tr^

    !

    UE*,-W

    PENGARUH EARNING PER SHARE, KONDISI KEUANGANPERUSAHAA.N, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN

    UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PEMBERIAN OPINIAUDIT GOING CONCERN

    (Stuai Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar diBEI Periode 2010-2014).

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan BisnisUntuk Memenuhi syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Disusun Oleh :

    ARIEF MULIAWANMM: 109082000070

    JI.]RUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA1437 W2016

    it"

    sl,Frb

    .i

    lI

    I

    Di Bawah Bimbingan

    NIP.I97205 16200901 I 006

  • r.'i

    .

    LEMBAR PENGESAI{AN UJIAN KOMPREHENSItr'

    Hari ini 13 Septemb,er 2013 telah dilakukan ujian komprehensif aas mahasiswa :

    -SJl-.hi

    t'. l

    il-

    KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBT'HAN PERUSAHAAN DANUKURAN PERUSAHAAN TER}IADAP PEMBERIAN OPINI AUDITGOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minurnanyang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).

    Setelah mensermati dan memperlihatkan penampilan dan kemampuan yang

    bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

    mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untukmelanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh

    gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    l. Nama

    Z. NIM

    3. Jurusan

    4. Judul Skripsi

    Jakarta"

    1- Yoghi Citra Pratama, SE.. M.Si

    NIP: 19830717 20ll0l I 0ll

    2. Yusro Rahma, M,Si.NIP : 19800506 200801 2 016

    3. Rahmawati, SE., MM.NIP: 19770814 200604 2 003

    Arief Muliawan

    t09082000070

    Akuntansi

    PENGARUH EARNNG PER SHARE, KONDISI

    W

    llr

  • -EF:!l

    ..e*

    , t,: : r:.:,:P,,.'::: :._Wiryf,tl +

    L,EMBAR PENGESAHATT UJIAN SKRIPSI

    Hari ini, telah dilakukar ujian skripsi atas matrasiswa :

    L Nama2 NIM3. Jurusan4. Judul Skipsi

    Arief Muliawan109082fin070Akuntansi

    PENGARI,]H EARNING PER SIARE, KONDISIKEUANGA}I PERUSAHAA}.I, PERTI]MBI.]HAN PERUSAHAAN DANUKURA}.I PERUSAI{AA}I TERHADAP PEMBERIAN OPIM AWITGOING CONCERN (Strdi Empiris Pada Penrsatraan Makanan dan Minumanyang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014).

    Setelah mencermati dan menrperlihatkan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bdrwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salatr satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Islan Negeri Syarif Hidryatullah Jal

  • r

    LEMBAR PERNTATAAN KEASLIAN KARYA ILM-IAB

    Yang be*anda tangan dibawah ini

    l. Nama2. NTM3. Fakulas4. Jurusan

    Arief Muliawan

    109082000070

    Ekonomi dan Bisnis

    Akuntansi

    4.

    ).

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan danmempertanggun gi awabkannya.

    2, Tidak melakukan plagiat atas naskah orang lain.3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

    tanpa izin pemilik karyaTidak melakukan pemanipualsian dan pemalsuan dataMengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas kar_va ini.

    Jika dikernudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya say4 dan melaluipembuktiart yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukanbukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap dikenai sangsiHasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN SyarifHidayatullah Jakarta.Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS DIRI

    1. Nama : Arief Muliawan

    2. Tempat, Tanggal Lahir: DKI Jakarta 19 Juni 1991

    3. Alamat : Komplek Japos Graha Lestari Blok E2 No. 26

    Kelurahan : Jurangmangu Barat

    Kecamatan : Pondok Aren

    Kota Madya : Tangerang Selatan

    Kode Pos : 15223

    4. Telepon : 0896 5464 2627

    5. Email : [email protected].

    [email protected]

    II. PENDIDIKAN

    1. SDI Al Azhar 08 Kembangan (1997 2003)

    2. SMP Al Azhar 10 kembangan (2003 2006)

    3. SMAN 86 Jakarta (2006 2009)

    4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2009 2016)

    S1 Akuntansi

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • vii

    ABSTRACT

    This study aims to find empirical bouts on the influence To empirically test

    the effect of earning per share to the administration of going concern audit

    opinion. To empirically examine the influence of corporate finance to

    administration going concern audit opinion. To empirically examine the effect of

    growth of the company to the administration of going concern audit opinion. To

    empirically examine the effect of firm size on the provision of going concern audit

    opinion.

    This study used a sample of food and beverage companies and is listed on

    the Stock Exchange in the year 2010-2014 which is in Indonesia. The number of

    food and beverage companies sampled in this study is 12 companies with over 5

    years of observation. This study is based on a purposive sampling method. Total

    sample of this study were 60 financial statements. Testing the hypothesis in this

    study using regression analysis techniques.

    The results showed that the company's financial condition and growth of

    the company does not affect the audit opinion going condern. While Earning Per

    Share and the size of the company has an influence on the going concern audit

    opinion

    Keywords: earnings per share, the company's financial, growth and size of the

    company to the administration of going concern audit opinion.

  • viii

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menemukan buti empiris mengenai

    pengaruh Untuk menguji secara empiris pengaruh earning per share terhadap

    pemberian opini audit going concern. Untuk menguji secara empiris pengaruh

    keuangan perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern. Untuk

    menguji secara empiris pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap pemberian

    opini audit going concern. Untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran

    perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern.

    Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan makanan dan minuman

    dan terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014 yang berada di Indonesia. Jumlah

    perusahaan makanan dan minuman yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

    adalah 12 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun. Penelitian ini

    berdasarkan metode purposive sampling. Total sampel penelitian ini adalah 60

    laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik

    analisis regresi berganda.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan

    pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going condern.

    Sedangkan Earning Per Share dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh

    terhadap opini audit going concern

    Kata kunci : earning per share, keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan

    dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Assalammu alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh

    Alhamdulillahirabbil alamin

    Tiada kata yang patut saya sampaikan kecuali rasa syukut yang sedalam-

    dalamnya ke hadirat Allah SWT Sang Pencipta Alam Raya, Yang Maha Agung,

    Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

    sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : PENGARUH

    EARNING PER SHARE, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN,

    PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN

    TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi

    Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

    Periode 2010-2014). Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar

    Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi

    Muhammad SAW, rahmatan lil alamin yang telah mengubah kegelapan menjadi

    terang benderang bagi kehidupan umat manusia di dunia maupun akhirat.

    Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

    masih terdapat banyak kekurangan. Kesuksesan dan keberhasilan saya dalam

    menyusun skripsi ini tak luput dari bantuan berbagai pihak, baik dari dosen,

    keluarga maupun rekan-rekan seperjuangan. Dengan segenap kerendahan dan

    ketulusan hati yang paling dalam, saya menyampaikan untaian beribu ucapan

    terima kasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

  • x

    1. Papa dan Mama tercinta, Juliantoro dan Endang Surti Darmini. Terima kasih

    atas untaian doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan dan dukungannya baik

    moril maupun material yang telah diberikan selama ini, sehingga saya mampu

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    2. Kakak tercinta Rezki Puji Lestari, yang senantiasa mendoakan dan

    memberikan dukungan untuk kesuksesan saya.

    3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA., AK., CA selaku Dekan Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Yesi Fitria selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan

    Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA, selaku Dosen Pembimbing

    yang senantiasa meluangkan waktunya untuk berdiskusi, member nasihat,

    semangat, motivasi dan bimbingan terbaiknya selama penulisan skripsi ini.

    Terima kasih atas ilmu yang telah bapak berikan.

    7. Teman special Sinta Suciana Rahayu P, yang selalu memberikan dorongan

    dan motivasi semangat dalam proses penyusunan skripsi ini.

    8. Sahabat terbaik Widyadita Hasna Zulda yang memberikan masukan-masukan

    saran dan informasi kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi

    ini.

  • xi

    9. Seluruh doesn dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan

    kepada saya selama menempun masa studi.

    10. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2009. Terima kasih telah menjadi teman

    terbaik dalam menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    sukses untuk kita semua aamiin.

    11. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima

    kasih telah banyak membantu, mendukung dan mendoakan saya dalam

    menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    Sehubungan dengan keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki, saya

    benar-benar menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

    saya mengharapkan kritik dan saran yang difatnya membangun dari berbagai

    pihak.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Jakarta 7 Juni 2016

    ARIEF MULIAWAN

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iv

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi

    ABSTRACT ........................................................................................................ vii

    ABSTRAK ......................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ........................................................... 11

    C. Tujuan Penelitian ............................................................... 12

    D. Manfaat Penelitian ............................................................. 13

  • xiii

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Teori Yang Berhubungan Dengan Judul Penelitian ........... 15

    1. Signalling Theory (Teori Sinyal) ................................. 15

    2. Agency Theory ............................................................. 17

    3. Opini Audit .................................................................. 19

    4. Kualitas Auditor ........................................................... 23

    5. Opini Audit Going Concern ......................................... 27

    6. Earning Per Share (EPS) ............................................. 33

    7. Kondisi Keuangan Perusahaan..................................... 40

    8. Pertumbuhan Perusahaan ............................................. 44

    9. Ukuran Perusahaan ...................................................... 46

    B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ...... 50

    1. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Pemberian Opini

    Audit Going Concern ................................................... 50

    2. Pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhada

    pemberian opini audit going concern........................... 51

    3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Pemberian

    Opini Audit Going Concern ......................................... 52

    4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pemberian Opini

    Audit Going Concern ................................................... 52

    5. Pengaruh earning per share, kondisi keuangan

    perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran

    perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern 53

  • xiv

    C. Penelitian Sebelumnya ....................................................... 55

    D. Kerangka Berfikir .............................................................. 58

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 60

    B. Metode Sampling ............................................................... 60

    C. Metode Pengumpulan Data ................................................ 63

    D. Teknik Analisis Data .......................................................... 63

    E. Pengujian Hipotesis ........................................................... 68

    F. Operasional Variabel Penelitian ........................................ 71

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................... 74

    1. Earning Per Share (EPS) ............................................. 75

    2. Kondisi Keuangan Perusahaan (X2) ............................ 76

    3. Pertumbuhan Perusahaan (X3) ..................................... 78

    4. Ukuran Perusahaan (X4).............................................. 79

    5. Opini Going Concern (Y) ............................................ 80

    B. Uji Asumsi Klasik .............................................................. 81

    1. Uji Normalitas .............................................................. 81

    2. Uji Multikolinieritas .................................................... 83

    3. Uji Autokorelasi .......................................................... 85

    4. Uji Heteroskedastisitas ................................................. 87

    C. Pengujian Hipotesis ........................................................... 88

    1. Analisis Regresi Berganda ........................................... 88

  • xv

    2. Uji Hipotesis ................................................................ 90

    D. Pembahasan ........................................................................ 92

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ...................................................................... 98

    B. Saran-saran ........................................................................ 99

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 102

    LAMPIRAN ................................................................................................. 106

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    No Keterangan Halaman

    Tabel 2.1 Skala Besar Kantor Akuntan Publik ........................................ 25

    Tabel 2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu ............................................... 55

    Tabel 3.1 Tabel Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi .... 67

    Table 3.4 Operasional Variabel................................................................ 73

    Tabel 4.1 Prosedur Pengambilan Sampel ................................................ 74

    Tabel 4.2 Hasil Earning Per Share (EPS) Tahun 2010-2014 .................. 75

    Tabel 4.3 Descriptive Statstics ................................................................. 76

    Tabel 4.4 Hasil Kondisi Keuangan Perusahaan (X2) tahun 2010-2014 .. 76

    Tabel 4.5 Descriptive Statstics ................................................................. 77

    Tabel 4.6 Hasil Pertumbuhan Perusahaan (X3) tahun 2010-2014............ 78

    Tabel 4.7 Descriptive Statstics ................................................................. 79

    Tabel 4.8 Hasil Ukuran Perusahaan (X4) tahun 2010-2014 .................... 79

    Tabel 4.9 Descriptive Statstics ................................................................. 80

    Tabel 4.10 Hasil Opini Audit Going Concern (Y) tahun 2010-2014 ......... 80

    Tabel 4.11 Descriptive Statstics ................................................................. 81

    Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas ................................................................ 82

    Tabel 4.13 Multikolinieritas ...................................................................... 85

    Table 4.14 Tabel Autokorelasi .................................................................. 86

    Tabel 4.15 Hasil Analisis Parsial ............................................................... 87

    Tabel 4.15 Uji heteroskedastisitas ............................................................. 87

  • xvii

    Tabel 4.16 Hasil Analisis Simultan ............................................................ 88

    Tabel 4.17 Hasil Uji Parsial ....................................................................... 89

    Tabel 4.18 Hasil Uji Simultan .................................................................... 90

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    No Keterangan Halaman

    Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern ................... 32

    Gambar 2.2 Skema Kerangka Berfikir...................................................... 59

    Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal Plot ................. 83

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Keterangan Halaman

    Lampiran 1 Sampel Data Penelitian ................................................... 107

    Lampiran 2 Tabulasi Data ................................................................... 108

    Lampiran 3 Hasil Output SPSS ........................................................... 111

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perkembangan Indonesia

    semakin pesat dapat dilihat dari banyaknya pembangunan di berbagai bidang

    terutama sektor ekonomi. Untuk melakukan pembangunan suatu negara maka

    memerlukan tambahan dana. Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

    mendapatkan dana atau tambahan modal adalah melalui pasar modal. Menurut

    Tandelilin (2007) pasar modal (capital market) adalah pertemuan antara pihak

    yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan

    cara memperjualbelikan sekuritas.

    Pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk berbagai

    instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat

    utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrument derivatif maupun

    instrument lainnya. Pasar modal merupakan pendanaan bagi perusahaan

    maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sebagai sarana bagi kegiatan

    berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan

    prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

    Suatu perusahaan tidak akan selamanya berada dalam keadaan baik

    atau selalu memperoleh laba yang tinggi. Sewaktu-waktu perusahaan akan

    mengalami masa-masa sulit. Keadaan ini disebabkan oleh banyak faktor,

    antara lain kondisi perekonomian negara, nilai tukar mata uang dan faktor-

  • 2

    faktor lain dalam perusahaan itu sendiri seperti terjadinya korupsi dan tidak

    tersedianya modal sehingga bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut.

    Masalah perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan

    dunia bisnis di negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama

    untuk melihat apakah kondisi perekonomian negara itu dalam keadaan baik

    atau buruk. Menurut Alexander Ramadhany (2004) bila pergerakan dunia

    bisnis (perusahaan turun yang ditandai dengan melemahnya seluruh

    instrument ekonomi yang ada menandakan kondisi ekonomi negara tersebut

    dalam keadaan buruk.

    Going concern adalah kemampuan suatu usaha dalam

    mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan adanya going concern

    maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya

    dalam jangka panjang, dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Oleh

    karenanya, adalah wajar jika manajemen menjadi pihak yang diandalkan

    untuk membawa suatu perusahaan survive selama mungkin Januarti (2006).

    Menurut Januarti (2006) going concern merupakan kelangsungan

    hidup sebuah entitas bisnis. Suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud

    atau berkeinginan untuk melikuidisasi atau mengurangi secara materiil skala

    usahanya, sehingga setiap perusahaan tidak hanya bertujuan untuk

    menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan untuk

    menjaga kelangsungan hidupnya (going concern).

  • 3

    Krisis multidimensi yaitu krisis ekonomi dan politik yang di alami di

    negara-negara Asia termasuk Indonesia mengakibatkan banyak dampak bagi

    kelangsungan perusahaan-perusahaan baik yang kecil maupun yang besar. Di

    Indonesia tidak hanya krisis ekonomi dan politik yang mengakibatkan

    kebangkrutan atau tidak berlangsungnya hidup perusahaan, akhir-akhir ini

    banyak terjadi bencana alam yang mengakibatkan banyak perusahaan besar

    maupun kecil menjadi financial distress dan bisa menjadi gulung tikar.

    Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi

    dan politik pada pertengahan tahun 1997 sampai sekarang, membawa dampak

    yang signifikan terhadap perkembangan dunia bisnis di Indonesia.

    Perekonomian mengalami keterpurukan, sehingga banyak perusahaan yang

    gulung tikar tidak bisa meneruskan usahanya. Tidak hanya perusahaan kecil

    yang mengalami pailit, namun perusahaan besar juga tidak sedikit yang

    akhirnya gulung tikar.

    Dampak dari memburuknya kondisi ekonomi tersebut mengakibatkan

    makin meningkatnya opini Qualified Going Concern dan Disclaimer untuk

    penugasan tahun 1998. Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan

    manajemen bahwa segala sesuatunya baik. Penilaian going concern lebih

    didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasinya dalam

    jangka waktu 12 bulan ke depan. Untuk sampai pada kesimpulan apakah

    perusahaan akan memiliki going concern atau tidak, auditor harus melakukan

    evaluasi secara kritis terhadap rencana-rencana manajemen.

  • 4

    Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh

    perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

    akhirnya bangkrut, menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat

    kritikan. Auditor dianggap ikut andil dalam memberikan informasi yang salah,

    sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan. Atas dasar banyaknya kasus

    tersebut, maka AICPA (2008) mensyaratkan bahwa auditor harus

    mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat

    mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah

    pelaporan. Meskipun auditor tidak bertanggungjawab terhadap kelangsungan

    hidup sebuah perusahaan tetapi dalam melakukan audit kelangsungan hidup

    perlu menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini.

    Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara

    kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan

    perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan. Data perusahaan akan lebih

    mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila

    laporan keuangan tersebutu mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan dan

    telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor

    dinungkapkan melalui opini audit. Dengan menggunakan laporan keuangan

    yang telah diaudit, para pemakai laporan keuangan dapat mengambil

    keputusan dengan benar sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.

    Masalah going concern suatu perusahaan merupakan hal yang sangat

    penting untuk diketahui dan diungkapkan, agar perusahaan dapat mengambil

    tindakan selanjutnya dan dipertimbangkan keputusan yang tepat untuk

  • 5

    mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga terhindar dari

    kebangkrutan. Pengeluaran opini audit going concern ini sangat berguna bagi

    para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam

    berinvestasi, karena ketika seorang investor akan melakukan investasi ia perlu

    untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, terutama yang menyangkut

    tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

    Hal ini membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk

    mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan

    sesungguhnya. Kajian atas opini audit going concern dapat dilakukan dengan

    melihat kondisi internal perusahaan, opini audit tahun sebelumnya,

    pertumbuhan perusahaan,dan ukuran perusahaan.

    Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2011) bahwa

    keragu-raguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk

    mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan

    yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa

    penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat

    Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), yang dinyatakan oleh

    auditor. Opini audit dengan modifikasi going concern mengindikasikan bahwa

    dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan hidup.

    ini membantu investor agar tidak mengambil tindakan atau kebijakan yang

    salah dalam melakukan investasi.

  • 6

    Pengeluaran opini going concern yang tidak diharapkan oleh

    perusahaan, berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam

    meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur,

    pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Hilangnya

    kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan manajemen perusahaan

    tersebut akan memberi imbas yang sangat signifikan terhadap keberlanjutan

    bisnis perusahaan kedepan.

    Memburuknya citra perusahaan serta hilangnya kepercayaan dari

    kreditur akan menyulitkan perusahaan apabila perusahaan membutuhkan

    tambahan dana guna membiayai operasional usahanya. Begitu juga dengan

    pelanggan, hilangnya pelanggan akan mengakibatkan terhentinya bisnis

    perusahaan. Bahkan yang lebih parah lagi adalah timbulnya persepsi

    manajemen bahwa suatu laporan yang dimodifikasi dapat mempercepat

    perusahaan mengalami kebangkrutan.

    Kelangsungan hidup suatu usaha selalu dihubungkan dengan

    kemampuan manajemen dalam mempertahankan usahanya dalam jangka

    waktu panjang, oleh karena itu, wajar jika yang pertama kali disalahkan yaitu

    manajemen. Namun, hal tersebut berpotensi besar melebar kepada auditor.

    Melalui opininya, auditor yang terangkum untuk mengungkapkan

    kelangsungan usahanya. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan

    dari laporan audit.

  • 7

    Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi penerimaan opini

    audit going concern telah banyak dilakukan di Indonesia. Agra dan Wedari

    (2007) menemukan bukti empiris bahwa kualitas audit dan pertumbuhan

    perusahaan tidak berpengaruh signifikan, kondisi keuangan dan ukuran

    perusahaan berpengaruh negatif, sedangkan opini audit tahun sebelumnya

    berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.

    Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat

    keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada

    saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau Earning Per Share

    (EPS) diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagi dengan

    jumlah rata-rata saham yang beredar. Jadi, Earning Per Share (EPS) digunakan

    sebagai alat analisis untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah perusahaan.

    Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan

    perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan

    masalah going concern. Menurut Mckeown et.al (2001) menyatakan bahwa

    semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin

    besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern.

    Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan

    auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern.

    Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari seberapa baik perusahaan

    mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan ekonomi

    secara keseluruhan (Setyarno et al, 2006). Perusahaan yang mempunyai

    pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya,

    sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar.

  • 8

    Terkait dengan pentingnya opini audit yang dikeluarkan, auditor harus

    bertanggung jawab untuk mengeluarkan opini audit going concern yang

    konsisten dengan kondisi yang sebenarnya. Ada beberapa faktor yang dapat

    dikaji sebagai faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

    concern, yaitu kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun

    sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan. Adapun definisi dari masing-

    masing faktor tersebut dideskripsikan dalam paragraf selanjutnya.

    Menurut penelitian Santoso dan Wedari (2007) kualitas audit yang

    baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi para pemakai

    laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan. Auditor yang

    mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini

    audit going concern apabila klien mengalami masalah going concern.

    Penelitian Mutchler et. al. (1997) dalam Santoso dan Wedari (2007)

    menemukan bukti univariat bahwa auditor big four lebih cenderung

    menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami

    financial distress dibandingkan auditor non big four. Auditor skala besar dapat

    menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor skala kecil,

    termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar skala

    auditor, akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini

    audit going concern.

    Menurut penelitian Ramadhany (2004) dalam penelitian Santosa dan

    Wedari (2007) kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat

    kesehatan perusahaan sesungguhnya. Semakin kondisi perusahaan terganggu

  • 9

    atau memburuk, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan

    menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak

    pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak pernah mengeluarkan

    opini audit going concern.

    Menurut penelitian Ramadhany (2004) dalam penelitian Aisiah (2012)

    hal ini konsisten dengan bukti empiris yang menyatakan bahwa semakin

    kondisi keuangan perusahaan terganggu atau memburuk, maka akan semakin

    besar probabilitas perusahaan menerima opini audit going concern dan

    sebaliknya pada perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang sehat,

    maka probabilitas untuk menerima opini audit going concern akan semakin

    kecil.

    Opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun

    sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan yang penting bagi auditor

    dalam mengeluarkan opini audit going concern tahun berjalan jika kondisi

    keuangan auditee tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan atau tidak adanya

    rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi

    perusahaan. Penelitian Ramadhany (2004) dalam penelitian Aiisiah (2012)

    memperkuat pernyataan ini dengan menemukan bukti empiris yang

    menyatakan bahwa opini audit going concern yang diterima suatu perusahaan

    pada tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaaan

    opini audit going concern pada tahun berikutnya.

  • 10

    Suatu perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan yang positif

    memberikan indikasi bahwa perusahaan lebih mampu untuk mempertahankan

    kelangsungan hidupnya dan kemungkinan perusahaan terhadap kebangkrutan

    adalah kecil. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan

    perusahaan, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk

    menerbitkan opini audit going concern. Sementara itu perusahaan dengan

    rasio pertumbuhan penjualan negatif mengindikasikan kecenderungan yang

    lebih besar ke arah kebangkrutan, sehingga apabila manajemen tidak segera

    mengambil tindakan perbaikan, maka perusahaan dimungkinkan tidak akan

    dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

    Bukti bahwa keputusan opini going concern sebelum terjadinya

    kebangkrutan secara signifikan berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan

    dan variabel lag laporan audit serta informasi berlawanan yang ekstrim

    (contrary information), seperti default. Jika default ini telah terjadi atau proses

    negosiasi tengah berlangsung dalam rangka menghindari default selanjutnya,

    auditor mungkin cenderung untuk mengeluarkan opini going concern.

    Berbeda dengan Eko Januarti dan Faisal (2006) yang mendapatkan bukti

    bahwa kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh

    signifikan sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak

    berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit Going Concern.

    Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini adalah :

    Apakah Earning Per Share, Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan

    Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pemberian Opini Audit Going

  • 11

    Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang

    Terdapat di BEI Periode 2010-2014).

    Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

    serta adanya ketidakseragaman hasil penelitian, peneliti ingin meneliti

    kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini

    going concern. Penelitian ini mengacu pada penelitian Badingatus Solikah

    (2007). Namun perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu :

    1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel

    tambahan seperti EPS dan ukuran perusahaan.

    2. Periode tahun penelitiannya. Penelitian Badingatus Solikah (2007)

    menggunakan perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek

    Indonesia (BEI) selama tahun 2003-2007, sedangkan penelitian ini

    menggunakan perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa

    Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2014. Adapun alasan pemilihan

    perusahaan makanan dan minuman adalah untuk menghindari adanya

    industrial effect yaitu risiko industri yang berbeda antar suatu sektor

    industri yang satu dengan yang lain.

    3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak dibanding

    dengan penelitian yang dilakukan Badingatus Solikah.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, permasalahan

    dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

  • 12

    1. Apakah earning per share berpengaruh terhadap pemberian opini audit

    going concern?

    2. Apakah faktor keuangan perusahaan berpengaruh terhadap pemberian

    opini audit going concern?

    3. Apakah faktor pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pemberian

    opini audit going concern?

    4. Apakah faktor ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemberian opini

    audit going concern?

    5. Apakah faktor earning per share, keuangan perusahaan , pertumbuhan

    perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap

    pemberian opini audit going concern?

    C. Tujuan Penelitian

    Dari rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Untuk menguji secara empiris pengaruh earning per share terhadap

    pemberian opini audit going concern.

    2. Untuk menguji secara empiris pengaruh keuangan perusahaan terhadap

    pemberian opini audit going concern.

    3. Untuk menguji secara empiris pengaruh pertumbuhan perusahaan

    terhadap pemberian opini audit going concern.

    4. Untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap

    pemberian opini audit going concern.

  • 13

    5. Untuk menguji secara empiris pengaruh secara simultan earning per

    share, keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran

    perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat seperti :

    1. Manfaat Praktis

    a. Bagi Perusahaan

    Sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus

    pertimbangan bagi pihak-pihak berwenang yang berhubungan dengan

    penelitian ini dalam menetapkan kebijakan.

    b. Bagi Investor

    Sebagai bahan informasi mengenai hal-hal yang mempengaruhi

    pertimbangan investor untuk melakukan investasi pada perusahaan.

    c. Bagi Auditor

    Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi auditor

    dalam hal pengembangan akuntabilitas dan profesionalisme.

    d. Bagi KAP

    Kantor Akuntan Publik untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang

    dapat digunakan untuk pemberian opini audit, terutama terhadap opini

    audit going concern

  • 14

    2. Manfaat Teoritis

    a. Bagi Peneliti

    Untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan untuk

    menambah pengetahuan penulis dalam bidang auditing dan akuntansi

    keuangan, khususnya tentang keputusan opini audit.

    b. Bagi Praktisi Akuntan Publik Terutama Bagi Auditor

    Sebagai bahan informasi dalam memberikan penilaian keputusan opini

    audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern)

    perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini dengan memperhatikan

    kondisi keuangan dan non keuangan pada perusahaan.

    c. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Sebagai tambahan informasi dan masukan untuk membantu

    memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para peneliti yang ingin

    melakukan penelitian dengan judul yang sama.

  • 15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Teori Yang Berhubungan Dengan Judul Penelitian

    1. Signalling Theory (Teori Sinyal)

    Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis

    karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau

    gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa

    yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan

    bagaimana pesaraan efeknya. Informasi yang lengkap, akurat dan tepat

    waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis

    untuk mengambil keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut

    mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada

    waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar

    ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi

    diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut,

    dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan

    menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau

    sinyal buruk (bad news).

    Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi

    investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham saham, dimana harga

    saham menjadi naik. Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal

    bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang

  • 16

    (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan

    saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalu

    perubahan dalam harga saham. Dengan demikian hubungan antara

    publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun

    social politi terhadap fluktuasi harga saham dapat dilihat dalam efisiensi

    pasar.Efisiensi pasar merupakan konsep dasar yang bisa membantu kita

    memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar

    modal. Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai

    dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak

    eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah

    karena asimetri antara perusahaan dan pihak luar, karena perusahaan

    mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan

    datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Asimetri informasi dapat

    terjadi di antara dua kondisi ekstrem yaitu perbedaan informasi yang kecil

    sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat

    signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan harga

    saham (Sartono, 2006). Teori sinyal juga mengemukakan tentang

    bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

    pengguna laporan keuangan.Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi

    perusahaan kepada pemilik atau pihak yang berkepentingan lainnya

    (contoh : investor). Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui

    pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa

    yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan

  • 17

    pemilik., atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang

    menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.

    2. Agency Theory

    Agency Theory merupakan konsep yang menjelaskan hubungan

    kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak

    yang memberikan mandat kepada pihak lain yaitu agent, untuk melakukan

    semua kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil

    keputusan (Sinkey, 1992:78; Jansen dan Smith, 1984:7). Dalam hubungan

    keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses langsung terhadap

    informasi perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi

    yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal

    perusahaan, termasuk investor. Untuk memperkecil asimetris informasi,

    maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk

    memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan

    kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini

    menimbulkan apa yang disebut sebagai agency cost, yang menurut teori

    ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi

    kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan

    biaya enforcement nya. Agency cost ini mencangkup biaya untuk

    pengawasan oleh pemegang saham, biaya yang dikeluarkan oleh

    manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya

    audit yang independen dan pengendalian internal serta biaya yang

    disebabkan karena menurunya nilai kepemilikian pemegang saham

  • 18

    sebagai bentuk bonding expenditures yang diberikan kepada manajemen

    dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan

    kepentingan manajemen dengan pemegang saham. B. Theory Legitimacy

    Menurut Haniffa et al., (2005) (dalam Riswari, 2012), dalam legitimacy

    theory perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan

    kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan

    menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan

    perusahaan. Oleh karena itu perusahaan semakin menyadari bahwa

    kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan

    dengan masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan tersebut

    menjalankan setiap aktivitasnya. Menurut Haniffa et al (2005) (dikutip

    dari Sayekti dan Wondabio, 2007), jika terjadi ketidakselarasan antara

    sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan

    akan kehilangan legitimasinya dan selanjutnya akan mengancam

    kelangsungan hidup perusahaan. Keselarasan antara tindakan organisasi

    dan nilai-nilai masyarakat ini tidak selamanya berjalan seperti yang

    diharapkan. Tidak jarang akan terjadi perbedaan potensial antara

    organisasi dan nilai-nilai sosial yang dapat mengancam legitimasi

    perusahaan bahkan dapat membuat perusahaan tersebut ditutup. 14 Oleh

    karena itu perusahaan harus bersikap responsif atas perkembangan yang

    terjadi di masyarakat untuk mengurangi adanya legitimacy gap.

    Memberikan informasi mengenai corporate social responsibility

    merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mendapatkan

  • 19

    legitimasi dalam masyarakat. Perusahaan dapat menyampaikan kinerja

    sosial yang telah dilakukannya melalui laporan tahunan perusahaan, media

    massa, website perusahaan, maupun laporan terpisah mengenai kinerja

    sosial perusahaan (Sari dan Kurniasih, 2012).

    3. Opini Audit

    Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan

    opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan

    pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan

    dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima

    umum (SPAP, alenia 1 tahun 2004).

    Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan

    dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau

    proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai

    informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang

    diperolehnya. Laporan keuangan merupakan sarana bagi auditor untuk

    menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk

    tidak menyatakan pendapat.

    Terdapat lima jenis pendapat auditor menurut Mulyadi (2002:416),

    yaitu:

    1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

    Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor

    menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam

    semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima

  • 20

    umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa

    pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi:

    a. Semua laporan neraca, laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan

    laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.

    b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat

    dipenuhi oleh auditor.

    c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah

    melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan

    untuk melakukan tiga standar pekerjaan lapangan.

    d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi

    berterima umum di Indonesia.

    e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah

    paragraph penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

    2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas

    (unqualified opinion with explanatory language)

    Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf

    penjelas atau bahasa penjelas yang lain dalam laporan audit, meskipun

    tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan

    keuangan auditan. Paragaraf penjelas dicantumkan setelah paragraf

    pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya

    suatu paragraph penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit

    baku adalah:

  • 21

    a. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.

    b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup.

    c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi

    yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

    d. Penekanan atas suatu hal.

    e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.

    3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

    Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee

    menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang

    material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia,

    kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat wajar

    dengan pengecualian diberikan kepada perusahaan yang berada dalam

    kondisi sebagai berikut:

    a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adnya pembatasan

    terhadap lingkup audit.

    b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari

    prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak

    material, dan dia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat

    tidak wajar.

    4. Pendapat tidak Wajar (adverse opinion)

    Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan

    keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan

    sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

  • 22

    5. Tidak memberikan pendapat (disclaimer of Opinion)

    Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika dia tidak

    melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan

    auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga

    diberikan apabila dia dalam kondisi tidak independen dalam

    hubungannya dengan klien Mulyadi (2002).

    Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah

    terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam

    mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas.

    Pada saat auditor menemukan adanya keraguan terhadap kemampuan

    klien untuk melanjutkan usahanya, auditor harus memberikan opini

    audit dengan modifikasi mengenai going concern, auditor diijinkan

    untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqualified modified report

    atau disclaimer opinion.

    Menurut PSAK 29, bahwa keraguan yang besar tentang

    kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan

    hidupnya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah

    paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit,

    meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian,

    yang dinyatakan oleh auditor. Istilah bahasa digunakan untuk

    mencakup paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh

    akuntan publik untuk mengkomunikasikan hasil auditnya kepada

    pemakai laporan.

  • 23

    4. Kualitas Auditor

    Konsep kualitas auditor dapat dilihat dari dua aspek, yaitu reputasi

    auditor dan independensi auditor dan kliennya. KAP adalah satu dari

    banyak organisasi bisnis yang bergerak disektor jasa, merupakan dunia

    industrial jasa yang relatif kompetititf. Lingkungan ekstrenal audit

    dicirikan oleh kompetisi yang intens, tekanan fee dan pertumbuhan yang

    lambat untuk berkompetisi secara sukses dalam lingkunagan KAP harus

    secara kontinyu berusaha keras untuk melampaui harapan klien dan

    memaksimalkan kepuasan klien, dengan cara memahami atribut penentu

    kepuasan klien.

    Dalam keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No

    43/KMK/017/1997 tentang jasa Kantor Akuntan Publik, pasal 1 butir b,

    mendefinisikan Kantor Akuntan Publik sebagai berikut : Lembaga yang

    memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik

    dalam menjalankan pekerjaannya. Arens, Alvin A, James L. Loebbecke.

    (2003) menatakan ukuran Kantor Akuntan Publik berkisar dari yang

    mempunyai satu orang staf sampai ribuan staf dan partner. Ada 4 ukuran

    kategori akuntan publik, yaitu :

    a) Kantor Akuntan Publik Internasional

    Ada empat Kantor Akuntan Publik terbesar di Amerika Serikat

    yang disebut Kantor Akuntan Publik Internasional dengan julukan

    The Big Four masing-masing memiliki kantor disetiap kota besar di

    Amerika Serikat dan kota-kota besar lainnya di seluruh dunia,

  • 24

    termasuk Indonesia. Kelompok ini sempat dikenal sebagai Delapan

    Besar, dan berkurang menjadi Lima Besar melalui serangkaian

    kegiatan marger. Lima Besar menjadi Empat Besar setelah keruntuhan

    Arthur Andersen pada 2002, karena terlibatnya dalam Skandal Enron.

    Kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum

    karena menghancurkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

    pengauditan Enron, dan menutup-nutupi kerugian jutaan dolar dalam

    Skandal Enron yang meledak pada tahun 2001.

    Hasil keputusan hukum secara efektif menyebabkan

    kebangkrutan global dari bisnis Arthur Andersen. Kantor-kantor

    koleganya di seluruh dunia yang berada di bawah bendera Arthur

    Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan menjadi anggota kantor

    akuntan internasional lainnya. Di Britania Raya, para partner Arthur

    Andersen setempat kebanyakan bergabung dengan Ernst & Young dan

    Deloitte Touche Tohmatsu. Di Indonesia, para partner Arthur

    Andersen pada akhirnya bergabung dengan Ernst & Young.

    Bangkrutnya Arthur Andersen meninggalkan hanya empat

    kantor akuntan internasional di seluruh dunia, yang menyebabkan

    masalah besar bagi perusahaan-perusahaan internasional besar, karena

    mereka diharuskan untuk menggunakan kantor akuntan yang berbeda

    untuk pekerjaan audit perusahaan dan layanan non-auditnya.

  • 25

    Karena itu, hilangnya salah satu kantor akuntan besar itu telah

    menurunkan tingkat kompetisi di antara kantor-kantor akuntan dan

    menyebabkan meningkatnya beban akuntansi bagi banyak klien.

    Keempat Kantor Akuntan Publik ini menyelenggarakan audit-audit

    bagi hampir semua perusahaan raksasa di Amerika Serikat dan seluruh

    dunia dan perusahaan lainnya yang lebih kecil. Sesuai ketentuan yang

    berlaku di Indonesia, The Big Four diwakili kepentingannya oleh

    Kantor Akuntan Publiknya di Indonesia, adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.1

    Skala Besar Kantor Akuntan Publik

    The Big Four Mitra di Indonesia

    Price Weterhous Cooperrs

    Ernest & Young

    Deloitte Touche Tohmatsu

    KPMG

    Haryanto Sahari & Rekan

    Purwantono, Sarwoko &

    Sandjada

    Osman Bing Satrio dan Rekan

    Sidharta, Sidharta & Widjaja

    Sumber : Annual Report, 2009

    b) Kantor Akuntan Publik Nasional

    Beberapa KAP lainnya di Amereika Serikat dianggap sebagai

    KAP berukuran Nasional karena memiliki cabang diseluruh kota besar

    Amerika Serikat, kantor Akuntan Publik ini memberikan pelayanan

    yang sama dengan The Big Four dan melancarkan persaingan

    langsung dengan mereka dalam hal menarik klien. Selain itu juga

    memiliki hubungan dengan KAP di luar negeri sehingga juga memiliki

    potensi internasional.

  • 26

    c) Kantor Akuntan Publik Lokal dan Regional

    Sebagian KAP di Indonesia merupakan KAP lokal atau

    regional, dan terutama sekali terpusat di Pulau Jawa. Beberapa

    diantaranya hanya melayani klien di dalam jangkauan wilayah.

    Lainnya memiliki beberapa buah kantor cabang didaerah lain. KAP

    inipun bersaing dengan perusahaan lain dalam menarik klien termasuk

    bersaing dengan KAP Internasional dan Nasional.

    d) Kantor Akuntan Publik Lokal Kecil

    Menurut Aren dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir

    Abadi Yusuf, sebagian besar KAP di Indonesia mempunyai kurang

    dari orang tenaga kerja professional dalam satu Kantor Akuntan

    Publik. Mereka memberikan jasa audit dan pelayanan yang

    berhubungan dengan itu terutama bagi badan-badan organisasi kecil

    nirlaba, meskipun ada yang diataranya melayani perusahaan go public.

    Salah satu faktor yang berkaitan denga reputasi dari Kantor

    Akuntan Publik adalah quality dan prestige auditor. Dengan

    meningkatkan kualitas audit sehingga akan peran dan tanggung jawab

    auditor sebenarnya sudah diatur dalam standar profesional Akuntan

    Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Auditing Standar Board (ABS).

    Standar tersebut dalam pelaksanaannya sering menimbulkan

    expectation gap yaitu terjadinya perbedaan antara apa yang masyarakat

    dan pemakai laporan keuangan percaya atau harapakan dari auditor

    dengan apa yang aditor yakin tanggung jawab yang diberikan. Maka

  • 27

    untuk memberikan kepercayaan kepada klien, pemakaian laporan

    keuangan atau masyarakat pada umumnya tentang kualitas atau mutu

    jasa.

    Dari diperlukannya kode etik pada setiap profesi adalah

    kebutuhan akan yang diberikannya karena melalui serangkai

    pertimbangan etika sebagaimana diatur dalan kode etik profesi

    (Agrianti Komalasari) diperlukan alat prinsip normal yaitu kode etik

    Komalasari, Agrianti (2004). Dimana kode etik bertujuan untuk

    memberitahu anggota profesi tantangan standar perilaku yang diyakini

    dapat menarik kepercayaan dan memberitahu masyarakat bahwa

    profesi berkehendak untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas bagi

    kepentingan masyrakat.

    Berdasarkan Pedoman Etika IFAC, maka syarat-syarat etika

    suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada prinsip-prinsip

    dasar yang mengatur tindakan atau perilaku seorang akuntan dalam

    melaksanakan tugas profesionalnya. Prinsip tersebut adalah :

    integritas, objektifitas, independen, kepercayaan, standar-standar

    teknis, kemapuan profesional dan perilaku etika.

    5. Opini Audit Going Concern

    Going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas

    akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama

    untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas-

    aktivitasnya yang tiada henti. Dalil ini memberi gambaran bahwa entitas

  • 28

    diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau

    tidak diarahkan menuju arah likuidasi. Suatu operasi yang berlanjut dan

    berkesinambungan diperlukan untuk menciptakan suatu konsekuensi

    bahwa laporan keuangan yang terbit pada suatu periode mempunyai sifat

    sementara, sebab masih merupakan suatu rangkaian laporan keuangan

    yang berkelanjutan

    Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha.

    Ketika suatu entitas dinyatakan going concern, artinya entitas tersebut

    dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka

    waktu panjang, tidak akan mengalami likuidasi dalam jangka waktu

    pendek. Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang

    dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian

    signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan

    operasinya. Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah going

    concern unqualified / qualified dan going concern disclaimer opinion

    Setyarno, Januarti dan Faisal (2007).

    Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap

    akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu

    panjang, tidak akan dilikuidasi (untuk perusahaan perbankan) dalam

    jangka waktu pendek.

  • 29

    Laporan keuangan yang disiapkan pada asumsi bahwa perusahaan

    tidak going concern. Laporan keuangan yang disampaikan pada dasar

    going concern akan mengasumsikan bahwa perusahaan akan bertahan

    melebihi jangka waktu pendek.

    Opini audit going concern unqualified / qualified adalah opini

    audit yang diberikan kepada auditee dimana selain terdapat opini atas

    laporan keuangan, juga dimodifikasi dengan pertimbangan auditor

    terhadap ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas

    kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan going concern disclaimer

    opinion adalah opini audit dimana auditor tidak memberikan opini atas

    laporan keuangan auditee dikarenakan pertimbangan auditor terhadap

    ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup

    perusahaan. Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau

    hasil penelitian yang dapat dijadikan pemilihan tipe Going Concern

    Report yang harus dipilih. Karena pemberian status Going Concern

    bukanlah suatu tugas yang mudah Koh dan Tan dalam Mutriyatmi (2003).

    SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang

    dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan

    hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:

    a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan

    satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam

    jangka waktu pantas, ia harus :

  • 30

    1. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang

    ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa

    tersebut.

    2. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif

    dilaksanakan.

    b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak

    kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam

    mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan

    untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat.

    c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang

    harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana

    tersebut.

    1. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor

    menyatakan tidak memberikan pendapat.

    2. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien

    mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor

    menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian.

    3. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi

    klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan,

    auditor memberikan pendapat tidak wajar.

    Salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan oleh auditor

    dalam menyampaikan laporan audit adalah apakah perusahaan dapat

    mempertahankan hidupnya (going concern). Audit report dengan

  • 31

    modifikasi mengenai going concern, mengindikasikan bahwa dalam

    penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam

    bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan

    beberapa tahap analisis.

    Menurut Altman dan McGough (1974) seperti yang dikutip dari

    Mirna dan Indira (2007), masalah going concern terbagi dua, yaitu

    masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas,

    defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta

    masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus,

    prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan

    pengendalian yang lemah atas operasi.

    Beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai going

    concern adalah :

    a. Kerugian usaha yang besar dan secara berulang atau kekurangan

    modal kerja.

    b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada

    saat jatuh tempo dalam jangka pendek.

    c. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak

    diasuransikan seperti gempa bumi dan banjir atau masalah perubahan

    yang tidak biasa.

    d. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah

    terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk

    beroperasi.

  • 32

    Ya

    Ya Tidak

    Ya

    Tidak Ya

    Tidak

    Ya

    Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern

    Sumber : IAI : SPAP, 2001

    Apakah ada kondisi

    dan/atau peristiwa yang

    berdampak terhadap

    kelangsungan hidup entitas?

    Apakah auditor

    sangsi atas

    kelangsungan

    hidup entitas?

    SA Seksi 508 (PSA

    No. 29)

    Apakah ada

    rencana

    manajemen ?

    Tidak memberikan

    Pendapat

    Apakah rencana

    manajemen

    dapat

    dilaksanakan ?

    Tidak memberikan

    Pendapat

    Apakah

    cukup

    pengungkapa

    n?

    Pendapat wajar dengan

    pengecualian atau

    pendapat Tidak Wajar

    Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian

    dengan Paragraf Penjelasan Berkaitan

    dengan Kelangsungan Hidup Entitas atau

    Penekanan atas Suatu Hal (Emphasis of a

    Matter)

    Pendapat Wajar Tanpa

    Pengecualian

  • 33

    6. Earning Per Share (EPS)

    Investor seringkali menggunakan informasi laporan keuangan

    untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja perusahaan. Investor bisa

    menghitung berapa besarnya pertumbuhan laba bersih yang telah dicapai

    perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan. Perbandingan antara

    jumlah laba bersih dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat

    diketahui melalui rasio Earning Per Share.

    Earning Per Share (EPS) sebagai salah satu rasio yang biasa

    digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan

    kepada pemegang saham yang merupakan laba bersih dikurangi dividen

    (laba tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata

    tertimbang dari saham biasa yang beredar akan menghasilkan laba per

    saham. Sehingga Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah pendapatan

    yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.

    Earning Per Share (EPS) sebagai salah satu rasio yang biasa

    digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan

    kepada pemegang saham yang merupakan laba bersih dikurangi dividen

    (laba tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata

    tertimbang dari saham biasa yang beredar akan menghasilkan laba per

    saham. Sehingga Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah pendapatan

    yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.

    Alat ukur yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share (EPS).

    Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan

  • 34

    mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat

    luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan

    bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan

    prediksi mengenai besarnya dividen per saham dan tingkat harga saham

    dikemudian hari, serta EPS juga relevan untukk menilai efektivitas

    manajemen dan kebijakan pembayaran dividen

    Pengertian Earning Per Share (EPS) Menurut Kasmir (2010:116)

    mendefinisikan Earning Per Share (EPS) sebagai berikut : Earning per

    Share adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan

    yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan

    perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang

    sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilaan usaha yang

    dilakukannya.

    Menurut Irham Fahmi (2012), mendefinisikan earning per share

    sebagai berikut : Bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada

    para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Menurut

    Sofyan Syafri Harahap (2009) berpendapat Rasio Laba Per Lembar

    Saham ini menujukan berapa besar kemampuan per lembar saham

    menghasilkan laba.

    Menurut Zaki Baridwan (2008) mendefinisikan Earning per Share

    (EPS) sebagai berikut :16 Earning per Share (EPS) atau laba per lembar

    saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk

    setiap lembar saham yang beredar. Kasmir (2012) Earning Per Share

  • 35

    (EPS) merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam

    mencapai keuntungan bagi pemegang saham.

    Menurut Tandelilin (2001), Earning Per Share atau laba per

    lembar saham menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap

    dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan atau jumlah uang yang

    dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Bagi para investor, informasi

    EPS merupakan informasi yang paling mendasar dan berguna, karena bisa

    menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang.

    Earning Per Share menurut Sofyan Syafri Harahap (2009) adalah

    Rasio Laba Perlembar Saham ini menunjukan berapa besar kemampuan

    perlembar saham menghasilkan laba.

    Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

    Laba bagian saham yang bersangkutan

    Earning Per Share =

    Jumlah saham

    Menurut Lukman Syamsuddin (2000) mendefinisikan Earning Per

    Share (EPS) sebagai berikut : Earnings per share adalah gambaran

    jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa, para calon

    pemegang saham tertarik dengan Earnings per share yang besar karena hal

    ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan.

    Sedangkan Eduardus Tandelilin (2010) mengartikan Earning Per

    Share (EPS) sebagai berikut : Laba Per Saham adalah laba bersih yang

    siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar

  • 36

    saham perusahaan. Dari pengertian yang diuraikan tersebut diatas, rumus

    persamaan untuk Earning Per Share (EPS) adalah sebagai berikut :17

    Laba bersih setelah bunga dan pajak

    Laba Per Saham =

    Jumlah saham beredar

    Alasan menggunakan Earning Per Share menurut Eduardus

    Tandelilin menerangkan bahwa Earning Per Share diutamakan dalam

    analisis perusahaan karena tiga alasan:

    1. Laba Per Saham biasa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik

    saham.

    2. Dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari

    earning (laba).

    3. Adanya hubungan antara perubahan earning (laba) dengan perubahan

    harga saham. Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa

    Earning Per Share (EPS) merupakan bentuk pemberian keuntungan

    yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham

    yang dimiliki. Earning per share rasio untuk mengukur keuntungan

    yang diterima dari setiap per lembar saham nya Eduardus Tandelilin

    (2010).

    1. Faktor yang mempengaruhi Earning Per Share (EPS)

    Adapun faktor faktor yang dapat mempengaruhi Earning Per

    share adalah

  • 37

    a) Penggunaan hutang

    Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan

    perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu, juga

    mengakibatkan perubahan harga saham. Dari penjelasan tersebut

    terlihat bahwa perubahan penggunaan hutang, merupakan faktor

    yang mempengaruhi tingkat besaran EPS Ali Akbar Yulianto

    (2009).

    Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan

    perusahaan, manajemen dituntut untuk mempertimbangkan

    kemungkinan perusahaan dalam struktur modal yang mampu

    memaksimumkan harga saham perusahaannya. Menurut Brigham

    dan Houston yamh dialihbahasakan oleh Suharto dan Wibowo

    (2001) bahwa Perubahan dalam penggunaan hutang akan

    mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena

    itu juga mengakibatkan perubahan harga saham.

    Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa perubahan

    penggunaan hutang, merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat

    besaran EPS. Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Wild et al

    bahwa motivasi utama perusahaan memperoleh pendanaan usaha

    melalui utang adalah potensi biaya yag lebih rendah. Dari sudut

    pandang pemegang saham, utang lebih murah dibandingkan

    dengan pendanaan ekuitas.

  • 38

    Pendapat tersebut didasarkan oleh karena bunga sebagian

    besar jumlahnya tetap, dan jika bunga labih kecil dari

    pengembalian yang diperoleh dari pendanaan utang, selisih lebih

    atas pengembalian akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas.

    Selain itu, karena bunga merupakan beban yang dapat mengurangi

    pajak sedangkan dividen tidak, dampaknya adalah besarnya pajak

    yang ditanggung perusahaan akan semakin kecil sebagai akibat

    dari penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan sehingga

    pada akhirnya adalah terjadi kanaikan pada EPS.

    b) Laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT)

    Menurut Sutrisno (2009) Dalam memilih alternatif sumber

    dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit sebelum

    bunga dan pajak (EBIT=Earning Before Interest and Tax) apabila

    dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS

    yang sama.

    Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa laba bersih

    sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang

    mempengaruhi besarnya laba per lembar saham Sutrisno (2009).

    Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen pun dihadapkan

    pada beberapa alternatif sumber pendanaan, apakah dengan modal

    sendiri atau dengan pinjaman (modal asing). Menurut Sutrisno

    Dalam memilih alternatif sumber dananya tersebut, perlu

    diketahui pada tingkat profit sebelum bunga dan pajak

  • 39

    (EBIT=Earning Before Interest and Tax) berapa apabila dibelanjai

    dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang sama.

    Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat laba bersih

    sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang

    mempengaruhi besarnya laba per lembar saham Sutrisno (2009).

    2. Penyebab Kenaikan dan Penurunan Earning Per Share (EPS).

    Menurut Brigham dan Houston, faktor-faktor penyebab kenaikan dan

    penurunan Earning Per Share (EPS) adalah :

    a. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar

    tetap.

    b. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar

    turun.

    c. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar

    turun.

    d. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar dari pada persentase

    kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

    e. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar

    lebih besar dari pada persentase penurunan laba bersih. Jadi bagi

    suatu perusahaan, nilai laba per saham akan meningkat apabila

    persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar dari pada persentase

    kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar, begitu pula

    sebaliknya Brigham, Eugene.F dan Joel F. Houston (2009).

  • 40

    7. Kondisi Keuangan Perusahaan

    Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan

    perusahaan kenyataannya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan

    indikator masalah going concern Alexander Ramadhany (2004). Kondisi

    ini digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan indikasi

    apakah perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk

    (sakit). Perusahaan yang baik (sehat) mempunyai profitabilitas yang besar

    dan cenderung memiliki laporan keuangan yang sewajarnya sehingga

    potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar dibandingkan

    dengan jika profitabilitasnya rendah.

    Menurut Sartono (1997) analisis keuangan yang mencangkup

    analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan disbanding

    financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa

    lalu dan prospeknya dimasa datang Sartono, Mpaata (1997). Dengan

    analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang

    dimiliki oleh perusahaan. rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah

    perusahaan memiliki kas yang cukup memadai untuk memenuhi

    kewajiban finansialnya, besarnya piutang cukup rasional, efisiensi

    manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan

    struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran

    pemegang saham dapat tercapai.

  • 41

    Kebangkrutan perusahaan dapat diukur melalui laporan keuangan

    setiap tahunnya. Dengan menganalisa laporan keuangan maka akan

    diperoleh informasi yang berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan

    tersebut. Selain itu dengan menganalisa laporan keuangan perusahaan

    dapat mengetahui kelemahan-kelemahan serta hasil-hasil yang diperoleh

    atau target perusahaan yang belum di capai.

    Seperti pada penelitian yang dilakukan Fanny dan Saputra (2005),

    dalam penelitian ini di sunakan model prediksi kebangkrutan untuk

    mengukur kondisi keuangan perusahaan yaitu The Altman Model.

    Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa model prediksi

    kebangkrutan menggunakan rasio-rasio keuangan lebih akurat

    dibandingkan pendapat auditor dalam mengelompokkan perusahaan

    bangkrut dan tidak bangkrut.

    Informasi mengenai prediksi kebangkrutan penting artinya bagi

    pihak-pihak lain yang terikat diantaranya :

    1. Bagi Investor

    Informasi adanya prediksi potensi kebangkrutan member masukan

    bagi para investor dalam menanamkan modal mereka, apakah mereka

    akan terus menanamkan modal mereka atau menghentikan atau

    membatalkan penanaman modal mereka pada perusahaan, sebab

    bagaimanapun para investor pasti tidak menginginkan kerugian akibat

    mereka salah menanamkan modal.

  • 42

    2. Bagi Pemerintah

    Prediksi kebangkrutan digunakan pemerintah untuk menetapkan

    kebijakan di bidang perpajakan dan kebijakan-kebijakan lain yang

    menyangkut hubungan pemerintah dengan perusahaan.

    3. Bagi Bank dan Lembaga Perkreditan

    Informasi akan kemungkinan kebangkrutan yang dihadapi perusahaan

    nasabahnya dan calon nasabahnya sangat diperlukan untuk

    menentukan status apakah pinjaman harus diberikan, negosiasi

    pembayaran kembali pinjaman perlu dibuat utang dan kebijakan lain

    sehubungan dengan pemberian pinjaman kepada perusahaan

    nasabahnya Harnanto (1984).

    Edward I Altman di New York University pada pertengahan tahun

    1960 menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model

    untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam studinya setelah

    menyeleksi rasio keuangan, Altman menemukan lima jenis rasio yang

    dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang

    bangkrut dan berlanjut. Fungsi diskriminan Z (Zeta) yang ditemukan

    adalah :

    Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

    X1 = (aktiva lancar-hutang lancar) / Total aktiva

    X2 = laba ditahan / total aktiva

    X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva

    X4 = Modal Saham Ditempatkan / nilai buku total hutang

  • 43

    X5 = Penjualan / Total aktiva

    Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu

    revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang

    dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk

    perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat

    diaplikasikan untuk perusahaanperusahaan di sektor swasta.

    Z score yang dikembangkan Altman tersebut selain dapat

    digunakan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan juga dapat

    digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan.

    Hal yang menarik mengenai Z Score adalah keandalannya sebagai alat

    analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun

    seandainya perusahaan sangat makmur, bila Z Score mulai turun dengan

    tajam, menunjukkan adanya indikasi bahwa perusahaan harus waspada

    terhadap kebangkrutan. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z Score

    bisa digunakan untuk membantu mengevaluasi dampak yang telah

    diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan.

    Untuk menghitung Z Score dapat dilakukan dengan menghitung

    angka-angka kelima rasio yang diambil dari laporan keuangan. Dengan

    cara mengalikan angka-angka tersebut dengan koefisien yang diturunkan

    Altman, kemudian hasilnya dijumlahkan (Sawir, 2005 dalam Solikah,

    2007). Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut

    dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan

    untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan

  • 44

    adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana

    dikategorikan sebagai berikut:

    Nilai Zi Perusahaan Z-score < 1,81 kemungkinan bangkrut tinggi

    Nilai Zi Perusahaan Z-score > 2,99 kemungkinan bangkrut rendah

    Nilai Zi Perusahaan 1,81 < Z-score < 2,99 berada dalam kondisi yang

    ambigu/abu-abu (meragukan) kemungkinan bangkrutnya.

    8. Pertumbuhan Perusahaan

    Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset diamana

    pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan

    datang dan pertumbuhan yang datang (Taswan, 2003). Growth adalah

    perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh

    perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset

    pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Berdasarkan

    difinisi di atas dapat dijelaskan Growth merupakan perubahan total aset

    baik berupa peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan

    selama satu periode (satu tahun). Pertumbuhan aset menggambarkan

    pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas

    perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva

    merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan

    (Putrakrisnanda, 2009). Ukuran yang digunakan adalah dengan

    menghitung proporsi kenaikan atau penurunan aktiva. Pada penelitian ini,

    pertumbuhan perusahaan diukur dari proporsi perubahan aset, untuk

    membandingkan kenaikan atau penurunan atas total aset yang dimiliki

  • 45

    oleh perusahaan. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan

    menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang

    sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage,

    perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya

    menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi

    biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen

    perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang

    rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan

    karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut

    membayar bunga secara tetatur. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan

    potensial yang tinggi memiliki kecendrungan untuk menghasilkan arus kas

    yang tinggi di masa yang akan datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi

    sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal rendah,

    oleh sebab itu, laverage memiliki hubungan negatif dengan tingkat

    pertumbuhan sehingga semakin tinggi pertumbuhan, maka semakin rendah

    pula rasio hutang terhadap ekuitas, dengan asumsi variabel yang lain

    konstan.

    Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai

    seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber

    pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan

    tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

    sumber pembiayaannya agar tidak terjadi keagenan (agency cost) antara

    pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Sebaliknya perusahaan

  • 46

    dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang

    sebagai sumber pembiayaannya karena pembayaran hutang akan

    mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.

    Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam

    meningkatkan size (Kaliapur dan Trombley, 1999). Perusahaan dengan

    tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi tentunya memiliki tingkat

    kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang

    akan datang sehingga memungkinkan perusahaan memiliki biaya m