tugas hpt dosen.docx

7
PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN AGOEKOSISTEM Pedoman umum pengelolaan agroekosistem ini ditujukan khusus untuk agroekosistem kembang kol yang berdasarkan survey pada daerah Dau, Malang. Dengan harapan agar dapat dijadkan referensi dalam pengelolaan lahan dan pola tanamnya oleh petani petani baik kembang kol secara khusus maupun tanaman lain pada umumnya. Tabel 1. Penerapan Menuju Pertanian dengan Sistem Berkelanjutan No Fase Budidaya Potret Agroekosistem Pengelolaan Agroekosistem I Pra Tanam a. Dasar Pengelolaan lahan Pada dasarnya tanah yang digunakan untuk menanam Bunga kol tersebut dilakukan penghancuran terlebih dahulu karena kondisi tanah yang mengeras dan bergumpal. Kondisi ini disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang berlebihan termasuk penggunaan pupuk kimia (ponska), yang mengakibatkan penurunan jumlah bahan organic dan bahan organic tanah yang notabennya mampu memecah partikel agar tetap gembur. Untuk menggemburkan tanah tersebut petani melakukan cara mekanis yaitu dengan memukul satu persatu bongkahan tanah yang padat tersebut. a. Memperbaiki kondisi lahan Untuk mengatasi masalah ini dalam hal pengerasan tanah, maka system tanamnya juga harus diperbaiki, yaitu dengan membuat bedengan dalam petak tersebut dan disekitar bedengan ditanami tanaman penutup tanah seperti Arachis pintoi selain dapat menjaga kelembaban tanah tanaman ini juga mampu menyuplai nitrogen karena termasuk dalam jenis kacang. Penerapan langkah ini dilakukan sebelum tanam (dalam masa bero), setelah memulai penanaman kembang kol maka sebagian tanaman dibersihkan terlebih dahulu dan setelah memasuki fase generative dapat diganti dengan tanaman hortikultura yang lain (pada kondisi ini dapat ditamai tomat seperti

Upload: ricko-aditya-pratama

Post on 26-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN AGOEKOSISTEMPedoman umum pengelolaan agroekosistem ini ditujukan khusus untuk agroekosistem kembang kol yang berdasarkan survey pada daerah Dau, Malang. Dengan harapan agar dapat dijadkan referensi dalam pengelolaan lahan dan pola tanamnya oleh petani petani baik kembang kol secara khusus maupun tanaman lain pada umumnya.

Tabel 1. Penerapan Menuju Pertanian dengan Sistem Berkelanjutan NoFase BudidayaPotret AgroekosistemPengelolaan Agroekosistem

IPra Tanama. Dasar Pengelolaan lahan Pada dasarnya tanah yang digunakan untuk menanam Bunga kol tersebut dilakukan penghancuran terlebih dahulu karena kondisi tanah yang mengeras dan bergumpal. Kondisi ini disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang berlebihan termasuk penggunaan pupuk kimia (ponska), yang mengakibatkan penurunan jumlah bahan organic dan bahan organic tanah yang notabennya mampu memecah partikel agar tetap gembur. Untuk menggemburkan tanah tersebut petani melakukan cara mekanis yaitu dengan memukul satu persatu bongkahan tanah yang padat tersebut.

b. Dasar Pengelolaan OPT Dalam dasar pengendalian dilapang, petani banyak menggunakan system rotasi tanaman untuk mengurangi tingkat serangan hama, terutama Plutella xylostella. Rotasi yang dilakukan adalah dengan menanam padi pada musim penghujan dan menanam kacang tanah pada masa musim transisi karena kacang tanah juga tidak terbaik pada kondisi genangan air. a. Memperbaiki kondisi lahan Untuk mengatasi masalah ini dalam hal pengerasan tanah, maka system tanamnya juga harus diperbaiki, yaitu dengan membuat bedengan dalam petak tersebut dan disekitar bedengan ditanami tanaman penutup tanah seperti Arachis pintoi selain dapat menjaga kelembaban tanah tanaman ini juga mampu menyuplai nitrogen karena termasuk dalam jenis kacang. Penerapan langkah ini dilakukan sebelum tanam (dalam masa bero), setelah memulai penanaman kembang kol maka sebagian tanaman dibersihkan terlebih dahulu dan setelah memasuki fase generative dapat diganti dengan tanaman hortikultura yang lain (pada kondisi ini dapat ditamai tomat seperti pada potret). Langkah selanjutnya yang dapat diambil adalah membuat saluran drainase yang baik agar air tidak tergenang yang dapat mengakibatkan tanah mengalami rust soil. Dan drainase tersebut diarahkan khusus kebagian yang sudah disiapkan untuk penampunganakhir aliran, sehingga air yang berlebihan tidak menyebar kelahan lain. Kemudian pada pinggir petak/plot dapat ditanami bunga matahari yang memiliki kemampuan dalam menyerap racun dalam tanah sehingga proses pembentukan karat akibat kelebihan pupuk dan obat kimia dapat diperlambat.

b. Menekan populasi OPT Dalam kegiatan ini pola tanam memiliki peran yang baik dalam menekan populasi, antara lain system tumpangsari, melakukan rotasi tanaman terutama yang berbeda tingkat familynya serta irigasi yang baik dan bersih. Dalam melakukan pengendalian ini, hal yang perlu dilakukan adalah menghindari adanya gulma gulma yang dapat dijadikan tempat persembunyian P. xylostella, gulma tersebut adalah Capsella bursapastoris, Cardaminehirsuta. Dalam permasalahan OPT ini, kondisi lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi, dibagian hulu keadaannya harus lebih bervariasi jenis tanamanya untuk menjaga habitat serangga khususnya predator Paederus sp., Harpalus sp, dan dibagian hilir tingkat pembuangan harus dijaga tetap bersih yaitu dengan menanam rumput rumputan yang berguna sebagai buffering. Kebijakan lain yang dapat diambil adalah menanam secara terpisah antar petak, artinya antar petak tanaman harus berbeda sehingga kembang kol diapit tanaman lain dan diluar tanaman pemisah tersebut dapat ditanami kembang kol lagi. Tanamn pemisah ini dapat berupa jagung, tomat, cabai dsb.

IITanaman MudaDalam PEDUM ini tidak disertai penyemaian karena di lapang, petani tidak memulai dengan menggunakan benih untuk dibuat bibit melainkan beli. Bibit ini kemudian langsung ditanam pada lahan actual. Kondisi mengakibatkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit karena perbedaan tempat antara penyemaian dan lahan actual. Selain itu, seiring dengan pertumbuhan maka anakan pada tanaman juga semakin banyak sehingga tingkat serangan pada tanaman muda juga semakin banyak, hal tersebut terlihat pada kondisi daun kembang kol yang berlubang dan ditemukan banyak ulat (P. xylostella). Namun demikian, sejalan dengan perkembangan hama maka muncul juga musuh alami yaitu capung. Namun demikian jumlah musuh alami yang ditemukan lebih sedikit dari hamanya. Hal ini terjadi pada tanaman yang berumur 40 hari setelah tanam. Analisis ekosistem dan kebijakan yang harus dilakukan Dilokasi endemis dapat dilakukan pemasangan pagar plastic untuk mencegah pupa masuk dan keluar lokasi. Pemasangan pagar plastic ini dikhususkan bagi tanaman yang terserang sehingga hama tidak mudah keluar dan rata rata memasuki fase generative. Ulat ulat yang ditemukan dapat dilakukan pengendalian secara mekanis yaitu dengan membunuh satu persatu hama tersebut, hal ini dapat dilakukan ketika tanaman masih muda dan hama masih dalam keadaan ulat belum pupa. Hal tersebut juga dapat diterapkan pada saat ulat dalam keadaan larva. Daun yang terkena serangan hebat dapat dipotong untuk menghindari telur ulat tertinggal didaun. Namun apabila pengendalian diatas tidak dapat memberikan dampak yang baik dan membuat serangan bertambah maka penggunaan insektisida dapat dilakukan dengan dosis yang rendah dan efektif.

III Tanaman Tua (primordial berbunga) Pada fase ini merupakan fase kritis serangan penyakit pada bunga (kembang kol) yang apabila tidak ditangani dengan baik bisa mengakibatkan menurunnya harga panen bunga kol. Pada fase tanaman dewasa, hama dan penyakit tanaman mulai meningkat. Penyakit yang ada menyerang bunga (kembang kol) seperti bercak hitam pada bunga. Hal ini terlihat dominan pada fase ini. Namun, penyakit ini tidak menyebar terlalu luas Hama pada fase ini sebenarnya juga terdapat hama utama yang sudah menyerang mulai fase muda yakni ulat. Namun keadaan lahan yang terbuka tanpa naungan membuat hama tersebut tidak terlihat saat kami melakukan pengamatan di siang hari. Kerusakan yang terjadi akibat hama secara kasar juga tidak terlihat secara luas sehingga dapat menurunkan nilai ekonomis sampai gagal panen Pada fase ini penyakit bercak hitam pada bunga kol terlihat pada sebagian tanaman.meski begitu, gejala serangan yang ada belum dapat dikatakan menurunkan harga tanaman secara besar.

LampiranDokumentasi Pelaksanaan survey Lapang :No.DokumentasiKeteranganNo.DokumentasiKeterangan

1.Penggunaan pupuk untuk kesuburan yang diterapkan dengan campuran air. 2.Tanda dan gejalan serangan hama Plutella xylostella

3.Seranga ulat secara berkelompok, rata rata terjadi didaun bagian bawah4.Ulat dalam bentuk kempompog