tugas enter
TRANSCRIPT
RENDAHNYA KINERJA PERAWAT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUASIN
DI PANGKALAN BALAI
TAHUN 2011
OLEH
RITA KOMALA DEWI
05 10 02 29
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2011
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..........................................................................................iDaftar isi ..................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1B. Rumusan Masalah .....................................................................1C. Gambaran Umum Rumah Sakit .................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Keperawatan .............................................................................3
B. Kepuasan Pasien .......................................................................3
C.Faktor Kepuasan Pasien .............................................................3
D.Karyawan Sebagai Pelanggan Internal .......................................4
E. Ketidakpuasan Kerja dan Kepuasan Kerja .................................4
BAB III PEMECAHAN MASALAH
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................6B. Saran .......................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BalakangMutu pelayanan sangat ditentukan oleh kesiapan rumah sakit
dalam menyiapkan sumber daya tenaga yang membutuhkan, bagi
secara kualitas maupun kuantitas serta disamping kesiapan
lainnya. Salah satu sumber daya manusia memegang peranan
penting dalam pelayanan rumah sakit adalah tenaga keperawatan,
karena tenaga keperawatan merupakan mayoritas sumber daya
ketenagaan di rumah sakit.
Tenaga keperawatan yang profesonal adalah tenaga yang harus
siap membantu pasien dalam 24 jam, karena itu baik buruknya
pelayanan rumah sakit oleh masyarakat sering diinterpretasikan
dari penilaian masyarakat terhadap layanan keperawatan, yang
diberikan kepada pasien atau masyarakat umum.
Karena itu pelayanan keperawatan merupakan bagian integral
dari pelayan kesehatan di rumah sakit dan merupakan cerminan
dari keberhasilan pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah Rendahnya kinerja perawat rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Banyuasin, yang berdampak pada cakupan pasien rawat
inap RS, BOR RSUD Banyuasin tahun 2009 25 %, 2010 15,4 %.
Didapatkan banyaknya keluhan pasien dan masyarakat yang pernah
menjalani perawatan di RSUD Banyuasin terhadap layanan, terutama
layanan keperawatan, seperti tidak/kurang terampil dalam melaksanakan
tindakan, komunikasi yang kaku, dan tidak menunjukkan sikap empati
terhadap pasien. Untuk meningkatkan mutu rumah sakit ketersediaan
pelayanan dan kecukupan tenaga pelayanan serta sikap tenaga pemberi
layanan yaitu ramah,tanggap serta cekatan pada pasien sebagian
pengguna jasa layanan keperawatan. Pelayanan yang ada di rumah sakit
terdiri dari beberapa pelayanan yaitu pelayanan medis, keperawatan, non
keperawatan, dan non medis yang merupakan satu sistem yang berjalan
bersama, dalam hal ini penulis hanya mengamati pelayanan keperawatan
yaitu kinerja perawat rawat inap RSUD Banyuasin
C. Gambaran Umum RSUD Banyuasin
Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Banyuasin memperoleh izin
penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah dengan nama “ Rumah
Sakit Umum Daerah Banyuasin “ dengan penetapan kelas D pada tanggal
4 Juli 2006. RSUD Banyuasin memiliki tenaga kerja yang terdiri dari
medis, dokter umum 10 orang, dokter spesialis 3 orang, dokter gigi 3
orang, tenaga paramedis 150 orang dengan 50 PNS, 40 orang THL
( Tenaga harian lepas ), 60 orang TKS ,( tenaga kerja sukarela). RSUD
Banyuasin memiliki 5 ruang rawat inap, 1 unit gawat darurat dan 7
poliklinik rawat jalan yang terdiri dari poliklinik gigi, poliklinik penyakit
dalam, poliklinik anak, poliklinik bedah, poliklinik umum, poliklinik
kebidanan, poliklinik mata, poliklinik DOT, poliklinik VCT, poliklinik
Fisioterafi, poliklinik gizi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berdasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk layanan
biopsikososialspiritual yang komprehensif, ditujukan kepada indipidu,
keluarga, kelompok dan komunitas baik yang sakit maupun sehat
serta mencakup siklus hidup manusia ( Hamid, 1997).
Asuhan keperawatan adalah proses pemberian pelayanan kepada
pasien baik yang sehat maupun yang sakit serta konprehensif yang
berupa : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
perencanaan ,pelaksanaan dan evaluasi ( Hamid, 1997 ), yang pada
pelaksanaannya meliputi : komunikasi, keterampilan, respon,
tanggapan, privacy/menjaga kerahasiaan pasien serta kedisiplinan
perawat.
B. Kepuasan Pasien
1. Definisi Kepuasan Pasien
Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dengan
harapannya ( Kotler, 1999 ).
Kepuasan pelanggan merupakan eveluasi purnabeli dimana alternatif
yang dipilih sekurang kurangnya sama atau melampaui harapan
pelanggan (Engel,1990), Gerson (1993), mengatakan kepuasan
pelanggan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah
terpenuhi. Pelanggan merasa puas jika keinginannya terpenuhi atau
melebihi harapannya.
2. Aspek layanan perawat terhadap kepuasan pasien.
Perawat adalah mitra kerja dokter yang dalam mengatasi masalah
pasien merupakan tim yang paling dekat dengan pasien. Oleh
karena itu sebagai sesama tim harus saling mendukung dalam
profesinya melalui pendekatan multidisiplin dalam memberikan
jasa layanan untuk mendapatkan kepuasan pasien.
Gonzales (1997) mengatakan bahwa kepuasan pasien dipengaruhi
atas 2 aspek yakni aspek pasien dan aspek pelayanan kesehatan.
Aspek pasien dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin serta
pendidikan. Sedangkan aspek pelayanan kesehatan ditentukan
oleh dua faktor yaitu faktor medis dan non medis. Faktor medis
meliputi alat penunjang medis/pengobatan, sementara aspek non
medis diantaranya mencakup perilaku dan sikap perawat,
kenyaman ruangan, sarana dan prasarana, serta biaya rawat.
Menurut Carry dan Pasavac (1982) menunjukkan bahwa yang
paling penting adalah persepsi pasien dalam menerima layanan
perawat yang ditentukan oleh empat determinan yaitu : (1)
dukungan dan kebaikan hati staf keperawatan, (2) kompetensi
perawat, (3) reaksi perawat atas panggilan pasien, (4) jawaban
yang jelas atas pernyataan pasien.
3. Faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien.
Dengan semangkin meningkatnya pengetahuan dan pendidikan
masyarakat berdampak pada sistem layanan kesehataan, dimana
pasien menuntut pelayan yang berkualitas.
a. Jasa pelayan kesehatan
Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah
persepsi mengenai kualitas jasa tersebut, kualitas produk,
harga serta faktor faktor yang bersifat pribadi serta bersifat
situasi sesaat.
Jasa merupakan kegiatan atau kegiatan tidak kasat mata dari
satu pihak kepada pihak lain yang diproduksi dan dikonsumsi
secara bersamaan, dan interaksi kedua pihak ini akan
mempengaruhi hasil jasa tersebut ( Rangkuti, 2002 )
b. Mutu ( Quality) layanan Kesehatan.
Dalam mempertahankan eksistensi dan pertumbuhan
( survival and
Rowth ) suatu rumah sakit , maka mutu layanan terhadap
pasien/pelanggan internalnya merupakan hal utama yang
harus menjadi fokus perhatian, sehingga mutu layanan yang
baik dapat selalu terjaga.
C. Karyawan sebagai pelanggan internal
Gaspersz (2003) menyebutkan pelangan adalah semua orang
yang menuntut perusahaan penyedia jasa untuk memenuhi standar
kualitas tertentu , dan karena itu akan memberi pengaruh pada
performansi perusahaan. Gaspersz kemudian membagi pelanggan
menjadi tiga katagori diantaranya yaitu adaah pelanggan internal
( internal customer ) yakni orang yang ada dalam perusahaan dan
orang tersebut memiliki pengaruh pada performasi pekerjaan
perusahaan. Termasuk dalam katagori ini adalah bagian keuangan,
bagian kepegawaian, bagian pelayanan, bagian keperawatan dan
karyawan
D.Ketidakpuasan kerja dan kepuasan kerja
Herzberg(1959), dalam Gibson (1985), mengemukakan teori dua
faktornya yang juga dikenal dengan Herzbergs motivator hygiene
theory. Teori ini menyimpulkan bahwa kepuasan kerja memiliki sebab
yang berbeda dengan ketidakpuasan kerja. Faktor penyebab
kepuasan kerja sangat berkaitan erat dengan isi pekerjaan, sedangkan
faktor penyebab ketidakpuasan berkaitan dengan suasana pekerjaan.
Faktor penyebab ketidakpuasan yang berkaitan dengan suasana,
pekrjaan adalah :
1. Upah/imbalan (salary)
2. Jaminn/keamanan kerja (job security)
3. Kondisi/suasana kerja ( working condition)
4. Status pekerjaan(job status)
5. Proedur perusahaan/kebijakan dan administrasi (campany oicies
administration)
6. Kualitas supervise (suervition)
7. Kualitas hubungan antar manusia (internal relations), baik sesame
rekan kerja (horizontal) maupun antara atasan bawahan(vertical)
Menurut Gilmer(1967), dalam Sukarya (1995) karyawan yang tidak
mendapat kepuasan kerja adalah lebih sedikit yang berwatak ramah dan
bersahabat, mereka lebih banyak mengalami ketidakseimbangaan secara
emosional, dan lebih menunjukkan rasa bosan, sering melamun, dan
ketidakpuasan pada umumnya dibanding teman teman sekerja mereka yang
merasakan kepuasan.
Kinerja yang ditampilkan seorang karyawan merupakan cerminan, rendah
tingginya tingkat ketidakpuasan karyawan dan tinggi rendahnya tingkat kepuasan
karyawan.
Smith(1969) dikutif dalam Gibson (1985), menyimpulkan terdapat lima
dimensi kepuasan kerja diantaranya yang paling penting dan menetukan adalah
1. Upah, jumlah upah yang diterima dianggap sebagai upah yang wajar
2. Pekerjaan, keadaan dimana tugas pekerjaan dianggap menarik yang
dapat memberikan kesempatan untuk belajar dan bertanggung jawab
3. Kesempatan promosi, yang dianggap sebagai jalan dan tersedianya
kesempatan untuk maju
4. Penyeliaan, kemampuan penyelia menunjukkan minat dan perhatiannya
terhadap karyawan
5. Rekan kerja, kondisi dimana rekan sekerja menunjukkan sikap bersahabat
dan mendorong
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama lebih kurang 2 tahun terakhir,
dan dengan teori teori yang ada, maka penulis berpendapat bahwa kondisi yang
terjadi saat ini di pelayanan rawat inap RSUD Banyuasin adalah rendahnya
kinerja layanan perawat di bangsal berkaitan dengan:
1. Dari hasil pengmatan dan wawancara yang dilakukan penulis terhadap
perawat sebagai pelanggan internal berkaitan dengan ketidakpuasan
kerja karyawan secara mengejutkan cukup tinggi dan kepuasan kerja yang
rendah. Hal ini ditenggarai berkaitan dengan upah yang diterima
karyawan terutama THL dan TKS, dan selisih dapat insentif antara medis
dan paramedis. Karena 90 % tenaga paramedis adalah THL (Tenaga harian
lepas dengan pendapatan Rp 500.000,- setiap bulannya yang diberikan 3
bulan sekali ), dan TKS ( Tenaga kerja sukarela yang tidak mendapatkan
apa apa ).
Diharapkan pihak pengelolah RSUD Banyuasin menjadikan masalah ini
suatu prioritas untuk mencari solusinya, agar paramedis sebagai
pelanggan internal mendapat penghasilan yang layak.
2. Banyak komplen ketidakpuasan pasien terhadap kinerja tenaga
paramedis yaitu tidak/kurang terampil dalam pelayanan, tidak tanggap,
tidak cekatan dan bekerja semaunya, keadaan ini berkaitan dengan
keterampilan perawat sebagai indipidu yang kurang dan perawat sebagai
karyawan yang tidak mendapat kepuasan kerja serta ketidakpuasan kerja
yang tinggi. Untuk mengatasi masalah keterampilan paramedis perlu
kiranya dilakukan pelatihan pelatihan atau pendidikan lanjutan,
meningkatkan kepuasan kerja perawat yang rendah dan menurunkan
tingkat ketidakpuasan kerja perawat.
3. Komunikasi yang tidak baik, dalam hal ini perawat tidak menunjukkan
sikap atau cara bicara yang baik , sehingga terkesan tidak empati pada
pasien.
Perlu kiranya pihak manajemen RSUD Banyuasin melakukan pelatihan
khusus pada seluruh karyawan RS terutama perawat yaitu pelatihan
kepribadian.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Masalah mutu layanan yang dihadapi RSUD Banyuasin saat ini khusus
yang berkaitan dengan keperawatan, dari hasil pengamatan penulis,
maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
1.Terdapat hubungan antara pendapatan/penghasilan dengan motivasi
kerja, hal ini pengamatan penulis dan wawancara dengan beberapa
paramedis (pelanggan internal).
2 .Asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat di ruang rawat
inap RSUD Banyuasin banyak yang tidak sesuai standar asuhan
keperawatan.
3.Sistem (aturan) yang ada tidak berjalan, karena fungsi pengawasannya
tidak dijalani
4. Banyaknya komplen dari pasien/keluarganya yang merasa tidak puas
dengan pelayanan yang diterima.
B.Saran
1. Pengelolah RS hendaknya menempatkan masalah perawat khususnya
pendapatan/penghasilan ini suatu prioritas.
2. Memprogramkan pelatihan atau pendidikan berkelanjutan untuk
meningkatkkan keterampilan paramedis RSUD Banyuasin.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Standar Asuhan Keperawatan, Ditjen PKM, Dep.Kes.
RI, Jakarta,1993
Ibrahim,K,S,“Prosedur Perawatan Dasar”, Dalam buku Manajemen Keperawatan,
1994
Pusat Diknakes, Hubungan antara perawat dan pasien, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta,1989
Djamaludin,AK, Tingkat kepuasan pasien rawat inap pada rumah sakit umum
daerah Dr.Ho.Abdoel Moeluk Bandar lampung di Provinsi Lampung, Tesis
Program Pasca Sarjana FKM Universitas Indonesia, Depok, 1999