tugas dan wewenang kejaksaan
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Tugas Dan Wewenang Kejaksaan
1/10
TUGAS DAN WEWENANG KEJAKSAAN DALAM UU NO.16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK
INDONESIA DAN PROSES PENUNTUTAN(Oleh: SOEDIBYO, SH. Kepala Kejaksaan Negeri Semarang)
I. Pendahuluan
Indonesia adalah suatu negara hukum, maka seharusnya hukumlah
yang mempunyai supremasi dan yang memerintah, sehingga dalam setiap
gerak, tindakan dan pola penguasa serta warga negaranya baik secara
individu maupun secara bersama harus mendapatkan legalisasi hukum.
Prinsip legalitas ini memang sangat diperlukan dan merupakan prasyarat
yang hakiki untuk adanya tertib hukum dalam negara hukum, sehingga
secara otomatis dalam negara hukum apabila bermaksud untuk
menyelenggarakan negara hukum secara bersungguh-sungguh, legalitas
harus ada dalam setiap tindakan dari alat perlengkapan negara.1
GBHN 1998 mengamanatkan bahwa dalam rangka memantapkan
sistem hukum nasional yang bersumber pada Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945, pembangunan hukum diarahkan untuk menghasilkan produk
hukum nasional yang mampu mengatur tugas umum pemerintahan danpenyelenggaran pembangunan nasional, didukung oleh aparatur hukum yang
bersih, berwibawa, penuh pengabdian, sadar dan taat hukum, mempunyai
rasa keadilan yang sesuai dengan kemanusiaan dan profesional, efisien dan
efektif, dilengkapi dengan sarana dan prasarana hukum yang memadai, serta
mengembangkan masyarakat yang sadar dan taat hukum.
GBHN 1998 juga menggariskan bahwa sebagai salah satu prinsip
pokok yang harus diterapkan dan dipegang teguh dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional adalah Azas Hukum yaitu: bahwa setiap warga
negara dan penyelenggara negara harus taat pada hukum yang berintikan
keadilan dan kebenaran, serta negara diwajibkan untuk menegakkan dan
menjamin kepastian hukum.
1 Ramdlon Naning, Lembaga Legislatif Sebagai Pilar Demokrasi dan Mekanisme Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Liberty, Yogyakarta, 1982, hal 100.
1
-
7/29/2019 Tugas Dan Wewenang Kejaksaan
2/10
II. Tugas dan Wewenang Kejaksaan dalam UU NO. 16
Tahun 2004 Tentang Kejaksaan RI.
Kejaksaan sebagai salah satu unsur penegak hukum selain dari
Kehakiman dan Kepolisian, wajib untuk turut serta mengambil bagian demi
suksesnya pembangunan hukum dan pembangunan nasional pada umumnya
sesuai amanah dalam GBHN.
Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk
lebih berperan menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan
hukum, penegakan hak azasi, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan kembali terhadap
Kejaksaan untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang makinberkembang dewasa ini.
Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan
undang-undang, hal ini dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 16 tahun
2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (selanjutnya disebut UU
Kejaksaan RI).2
Sebagaimana disebutkan dalam Keppres nomor 55 tahun 1991
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI dalam Pasal 2
dikatakan: Tugas pokok Kejaksaan adalah melaksanakan kekuasaan negara
di bidang Penuntutan dan tugas-tugas lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan serta turut menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan
dan pembangunan di bidang hukum.3
Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan ditegaskan bahwa kekuasaan
negara tersebut dilaksanakan secara merdeka. Oleh karena itu, Kejaksaan
dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lainnya. Selanjutnya ditentukan Jaksa
Agung bertanggung jawab atas penuntutan yang dilaksanakan secara
Independen demi keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani. Dengan
demikian Jaksa Agung selaku pimpinan Kejaksaan dapat merumuskan dan
2 Undang-undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, hal. 3.3 Mastra Liba, 14 Kendala Penegakan Hukum, Yayasan Annisa, Jakarta 2002, hal 62.
2
-
7/29/2019 Tugas Dan Wewenang Kejaksaan
3/10
mengendalikan arah dan kebijakan penanganan perkara untuk keberhasilan
penuntutan.4
Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, Kejaksaan
harus mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan
kebenaran berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-norma keagaman,
kesopanan, dan kesusilaan, serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan,
hukum, dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Kewenangan Kejaksaan untuk melakukan Penyidikan tindak pidana
tertentu dimaksudkan untuk menampung beberapa ketentuan undang-undang
yang memberikan kewenangan kepada Kejaksaan untuk melakukan
Penyidikan, misalnya undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Azasi Manusia, undang-undang nomor 31 tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001, dan undang-undang nomor 30
tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kejaksaan adalah satu dan tidak terpisahkan sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 2 ayat (3) UU Kejaksaan, hal ini terkandung maksud adalah satu
landasan dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya dibidang penuntutan
yang bertujuan memelihara kesatuan kebijakan di bidang penuntutan,
sehingga dapat menampilkan ciri khas yang menyatu dalam tata pikir, tata
laku, dan tata kerja Kejaksaan. Oleh karena itu kegiatan penuntutan di
Pengadilan oleh Kejaksaan tidak akan berhenti oleh karena Jaksa yang
bertugas berhalangan. Dalam hal demikian tugas penuntutan oleh Kejaksaan
akan tetap berlangsung sekalipun untuk itu dilakukan oleh Jaksa lainnya
sebagai pengganti.5
Adapun Tugas dan wewenang Kejaksaan berdasarkan UU Kejaksaan
RI dan peraturan-peraturan lainnya dapat diperinci sebagai berikut:
1. Dibidang Pidana Umum (Pidum) dan Pidana Khusus (Pidsus)
diatur dalam Pasal 30 ayat (1) UU Kejaksaan RI.
a. Melakukan penuntutan;
4
Penjelasan Undang-undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, hal3.
5Ibid, hal 5.
3
-
7/29/2019 Tugas Dan Wewenang Kejaksaan
4/10
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas
bersyarat;
d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat
melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke
Pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan
dengan Penyidik.
2. Dibidang Perdata dan Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 30
ayat (2) UU Kejaksaan RI.
Dengan kuasa khusus atau karena Jabatan, Kejaksaan dapat
bertindak di dalam atau di luar Pengadilan dan atas nama negara dan
Pemerintah (Pasal 30 ayat (2)).
Dengan surat MENPAN tertanggal 27 Mei 1991 ditujukan pada
semua Departemen bahwa, dengan PP nomor 7 tahun 1991 sejak
tanggal 14 januari 1991 undang-undang nomor 5 tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara telah dinyatakan berlaku diseluruh
Indonesia.
Untuk mencegah timbulnya gugatan Tata Usaha ini agar para
pimpinan unit kerja pada masing-masing Departemen lebih
menjabarkan isi kandungan UU nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan
tata Usaha Negara, khusunya Pasal 53 Bab IV sebagai berikut:
a. Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusan tata usaha negara
dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang
berwenang yang berisi tuntutan agar keputusan TUN yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau
tanpa disertai tuntutan ganti rugi dang atau rehabilitasi;
b. Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ialah:
4
-
7/29/2019 Tugas Dan Wewenang Kejaksaan
5/10
(1). Keputusan TUN yang digugat itu bertentangan dengan
peraturan yang berlaku;
(2). Badan atau Pejabat TUN pada waktu mengeluarkan
keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah
menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain dari maksud
diberikannya wewenang tersebut;
(3) Badan atau Pejabat TUN pada waktu mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang
tersangkut dengan keputusan itu seharusnya tidak sampai
pada pengambilan atau tidak mengambil keputusan tersebut.
3. Dibidang Ketertiban dan Ketentraman Umum diatur dalam Pasal
30 ayat (3) UU Kejaksaan RI.
Upaya-upaya yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan kesadaran hukum bermasyarakat;
b. Pengamanan kebijaksanaan penegakan hukum;
c. Pengawasan peredaran barang cetakan;
d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan
masyarakat dan negara;
e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
Dalam perundang-undangan yang ada masih disebutkan pula wilayah tugas
dan wewenang Kejaksaan dalam hal penegakan hukum, yaitu:
- S. 1847 23 dibidang Keperdataan.
- S. 1847 52
Jo. 1849 63 tentang Reglemen Acara Perdata (Reglemen op de
Rechtes Yorgering).
- S. 1848 57 tentang Susunan Kehakiman dan Kebijaksanaan
Mengadili (R.O).
- S. 1849 25 tentang Reglemen Catatan Sipil untuk gol. Eropah.
- S. 1860 3 tentang Peraturan Jabatan Notaris di Indonesia.
- S. 1870 64 tentang Perkumpulan Badan Hukum.
5
-
7/29/2019 Tugas Dan Wewenang Kejaksaan
6/10
- S. 1917 130 tentang Peraturan Penyelenggaraan.
1920 751 tentang Daftar Catatan Sipil untuk gol. tiong hoa dan
beberapa gol. Indonesia.
- S. 1933 74 tentang Ordonansi Perkawinan.
- S. 1944 137 tentang Cacatan Sipil mengenai Kelahiran/ Kematian.
- Inpres 14
Th 1967 tentang Agama/ Adat Istiadat China.
- UU 13
Th 1970 tentang Tata Cara Tindakan Kepolisian bagi anggota
MPR/ DPR.
- UU 1
Th 1974 tentang Perkawinan.
- Inpres 9
Th 1974 tentang Tata Cara Tindakan Kepolisian terhadap
Pimpinan/ Anggota DPR I dan II.
- UU I
Th 1985 tentang Panwaslak Pemilu.
Jo PP. 34
Th 1986
- Keppres 10
Th 1986 tentang MUSPIDA.
- UU I
Th 1995 tentang Perseroan Terbatas.
III. Proses Penuntutan.
Dalam melakukan penuntutan, Jaksa dapat melakukan Prapenuntutan.
Prapenuntutan adalah tindakan jaksa untuk memantau perkembangan
penyidikan setelah menerima Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan dari
Penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil
penyidikan yang diterima dari Penyidik serta memberikan petunjuk guna
dilengkapi oleh Penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas perkara
dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan.
6
-
7/29/2019 Tugas Dan Wewenang Kejaksaan
7/10
a. Penyerahan Berkas Tahap Pertama.
Pada tahap pertama, penyidik secara nyata dan fisik menyampaikan
berkas perkara kepada penuntut umum, dan penuntut umum secara nyata
dan fisik menerima dari tangan penyidik. Sekalipun telah terjadi penyerahan
secara nyata dan fisik kepada penuntut umum, undang-undang belum
menganggap penyidikan telah selesai. Dengan kata lain, penyerahan berkas
perkara secara nyata dan fisik belum merupakan kepastian penyelesaian
pemeriksaan penyidik, sebab kemungkinan besar hasil penyidik yang
diserahkan, dikembalikan oleh Penuntut Umum kepada Penyidik melakukan
tambahan pemeriksaan penyidikan.6
Oleh karena itu, maka masih terbuka kemungkinan untuk
mengembalikan berkas perkara kepada penyidik, hasil pemeriksaan
penyidikan masih dianggap belum lengkap dan menganggap pemeriksaan
penyidikan belum mencapai titik penyelesaian. Oleh karena itu penyerahan
berkas perkara tahap pertama disebut Prapenuntutan.
Menurut Pasal 110 dan 138 KUHAP menyebutkan bahwa:
1. Apabila penyidik telah selesai melakukan penyidikan, wajib segera
menyerahkan berkas perkara kepada Penuntut Umum. Apabila berkas
perkara belum lengkap, maka diatur dalam Pasal 110 ayat (2) KUHAP
yaitu: Apabila Penuntut Umum berpendapat bahwa hasil penyidikan
tersebut ternyata masih kurang lengkap, Penuntut Umum segera
mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik disertai dengan petunjuk
untuk dilengkapi.
2. Apabila Penuntut Umum mengembalikan hasil penyidikan berkas
perkara untuk dilengkapi:
a. Penyidik wajibsegera melakukan penyidikan tambahan.
Dalam waktu 14 hari sesudah penerimaan pengembalian bekas dari
Penuntut Umum, Penyidik harus menyelesaikan pemeriksaan
tambahan dan mengembalikan berkas pada Penuntut Umum. Pasal
138 ayat (2) KUHAP.
6 M. Yahya Harahap,Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Edisi Kedua, SinarGrafika, Jakarta 2002, hal 357.
7
-
7/29/2019 Tugas Dan Wewenang Kejaksaan
8/10
b. Penyidikan tambahan harus dilakukan Penyidik sesuai
dengan petunjuk yang digariskan Penuntut Umum.
c. Dalam waktu tujuh hari setelah penerimaan berkas perkara,
Penuntut Umum telah menyampaikan pemberitahuan kepada Penyidik,
bahwa hasil penyidikan yang terdapat dalam berkas sudah lengkap
diatur dalam Pasal 138 ayat (1) KUHAP.
d. Penyidikan dengan sendirinya secara hukum dianggap
lengkap dan selesai apabila tenggang waktu 14 hari dari tanggal
penerimaan berkas perkara, apabila Penuntut Umum:
- Tidak menyampaikan pemberitahuan tentang
kekurangan lengkapan hasil penyidikan;
- Atau selama waktu 14 hari tersebut Penuntut
Umum tidak ada mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik.
Dengan demikian setelah jangka waktu tersebut dilampaui, ternyata
Penuntut Umum tidak ada menyampaikan pemberitahuan tentang kekurang
lengkapan penyidikan atau apabila dalam tenggang waktu 14 hari, penuntut
Umum tidak ada mengembalikan berkas perkara, sah dan lengkap serta
selesailah fungsi penyidikan, dan saat itulah terjadi penyerahan berkas
perkara tahap kedua, serta sejak saat itu berakhir tenggang waktu
Prapenuntutandan beralih ke tahap Penuntutan.
b. Penyerahan Berkas Tahap Kedua.
Seperti telah dijelaskan penyerahan berkas tahap pertama, penyidikan
dianggap lengkap dan selesai apabila telah ada pemberitahuan dari Penuntut
Umum yang menyatakan berkas perkara telah lengkap (Formulir P-21).
Peralihan tanggung jawab yuridis atas berkas perkara dari tangan
Penyidik kepada Penuntut Umum, meliputi: Berkas Perkaranya sendiri,
tanggung jawab hukum atasTersangka dan Barang Bukti atau Benda Sitaan.
Akan tetapi perlu diperhatikan, bahwa peralihan dan penyerahan itu titik
beratnya adalah penyerahan dan peralihan tanggung jawab yuridis, sekalipun
hal ini tidak mengurangi peralihan dan penyerahan secara fisik Tersangka
dan Barang Bukti.
8
-
7/29/2019 Tugas Dan Wewenang Kejaksaan
9/10
Apabila Penuntut Umum tidak mempunyai Ruang Tahanan, maka
biarlah Tersangka tetap pada tempat semula atau dititipkan di Rumah
Tahanan sebagai tahanan titipan Kejaksaan, walaupun secara fisik tersangka
tetap pada tempat semula tetapi tanggung jawab telah beralih kepada
Penuntut Umum. Kecuali mengenai Barang Bukti yang sederhana seperti.
Pistol, Pisau, Ganja satu paket, dan sebaginya, dapat diserahkan secara
langsung kepada Penuntut Umum.
9
-
7/29/2019 Tugas Dan Wewenang Kejaksaan
10/10
DAFTAR PUSTAKA
- Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta 2002.
- Liba Mastra, 14 Kendala Penegakan Hukum, Yayasan Annisa, Jakarta
2002.
- Naning Ramdlon, Lembaga Legislatif Sebagai Pilar Demokrasi dan
Mekanisme Lembaga-Lembaga Negara Menurut
UUD 1945, Liberty, Yogyakarta, 1982.
Peraturan Perundang-undangan.
- Undang-undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia.
- Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undangHukum Acara Pidana.
10