tugas cerpen bahasa indonesia

6
Bruukkk.. suara tersebut berasal dari seorang siswi yang di dorong ke pojok kelas oleh beberapa teman sekelasnya. Sekarang dia jatuh tersungkur. “apa lihat-lihat? Gara-gara kamu aku dapat nilai jelek di ujian matematika” kata salah seorang anak perempuan. “ma..ma..maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu” jawab anak yang di dorong tadi. “hah.. alasan. Kamu udah berencana untuk tidak memberikan jawabanmukan?” tanya anak perempuan lain dengan menarik kerah gadis tersebut. “bukan begitu. Pengawas ujian saat itu selalu berkeliling. Jadi aku tidak berani untuk memberikan jawaban kepadamu” jawab gadis tersebut dengan wajah ketakutan. “oke. Kali ini kamu aku maafkan. Tetapi, lain kali kamu harus memberikan jawabanmu apapun yang terjadi” kata anak perempuan seraya melepaskan kerah gadis tersebut dan kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut diikuti anak perempuan lainnya. Saat kejadian tersebut terjadi, banyak murid yang berada di dalam kelas. Namun, mereka tidak menengahinya karena mereka yang menolong akan ikut menjadi korban bully geng “The Flowers”. Geng tersebut memiliki ketua yang bernama Riska dan mempunyai 5 anggota. Mereka ditakuti oleh semua murid di sekolah. Siapapun yang berani melawan geng tersebut akan berakhir dikucilkan oleh semua murid. Kejadian yang menimpa Dinda, anak yang didorong tadi sudah menjadi hal yang biasa dilihat oleh teman-teman sekelasnya. Meskipun Dinda adalah anak yang tergolong cantik dan pintar tapi dia tidak mempunyai seorang teman pun di sekolahnya. Setiap bel istirahat berbunyi, dia langsung pergi ke taman kecil di belakang sekolah.

Upload: nova-angelia

Post on 19-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

cerpen

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Cerpen Bahasa Indonesia

Bruukkk.. suara tersebut berasal dari seorang siswi yang di dorong ke pojok kelas oleh

beberapa teman sekelasnya. Sekarang dia jatuh tersungkur.

“apa lihat-lihat? Gara-gara kamu aku dapat nilai jelek di ujian matematika” kata salah seorang anak

perempuan.

“ma..ma..maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu” jawab anak yang di dorong tadi.

“hah.. alasan. Kamu udah berencana untuk tidak memberikan jawabanmukan?” tanya anak

perempuan lain dengan menarik kerah gadis tersebut.

“bukan begitu. Pengawas ujian saat itu selalu berkeliling. Jadi aku tidak berani untuk memberikan

jawaban kepadamu” jawab gadis tersebut dengan wajah ketakutan.

“oke. Kali ini kamu aku maafkan. Tetapi, lain kali kamu harus memberikan jawabanmu apapun yang

terjadi” kata anak perempuan seraya melepaskan kerah gadis tersebut dan kemudian pergi

meninggalkan tempat tersebut diikuti anak perempuan lainnya.

Saat kejadian tersebut terjadi, banyak murid yang berada di dalam kelas. Namun, mereka

tidak menengahinya karena mereka yang menolong akan ikut menjadi korban bully geng “The

Flowers”. Geng tersebut memiliki ketua yang bernama Riska dan mempunyai 5 anggota. Mereka

ditakuti oleh semua murid di sekolah. Siapapun yang berani melawan geng tersebut akan berakhir

dikucilkan oleh semua murid.

Kejadian yang menimpa Dinda, anak yang didorong tadi sudah menjadi hal yang biasa dilihat

oleh teman-teman sekelasnya. Meskipun Dinda adalah anak yang tergolong cantik dan pintar tapi dia

tidak mempunyai seorang teman pun di sekolahnya. Setiap bel istirahat berbunyi, dia langsung pergi

ke taman kecil di belakang sekolah.

Di taman, Dinda duduk dengan mata yang tertuju pada bunga-bunga yang tertata rapi. dia

mengambil bekal yang berada di sampingnya dan membukanya. Saat memakan bekal yang dibawanya

mata Dinda meneteskan air mata.

“Indah ya, bunganya” kata seseorang.

Suara tersebut membuat Dinda menoleh ke belakang. Didapatinya seorang anak laki-laki

bertubuh tinggi dan tampan sedang berjalan ke arahnya. Kemudian duduk disamping Dinda.

“Kenapa makan disini sendirian?” tanya anak laki-laki itu.

“Apa?” jawab Dinda tidak percaya kalau ada murid yang berbicara dengannya.

Anak laki-laki tersebut tersenyum,” Aku bertanya. Kenapa kamu makan sendirian disini?”

Page 2: Tugas Cerpen Bahasa Indonesia

“Ah...itu. tidak apa-apa kok” kata Dinda

Anak laki-laki tersebut mengangkat tangannya dan bermaksud bersalaman dengan

Dinda.”Perkenalkan. Namaku Gio. Aku baru pindah hari ini”

Dinda dengan ragu-ragu menyalami Gio.

“Namaku Dinda”

“Dinda. Nama yang bagus.”

Dinda berpikir pantas kalau Gio mengajaknya bicara. Karena Gio belum tahu kenyataan yang

sebenarnya mengenai dia yang dikucilkan di sekolah dan tidak ada yang boleh berbicara dengannya.

Namun, ini adalah satu-satunya kesempatan Dinda untuk berbicara dengan murid lain. Apabila dia

menyia-nyiakan kesempatannya kali ini. Dinda tidak akan pernah bisa berbicara dengan murid lain.

Kemudian, Dinda mencari kalimat-kalimat yang akan menjadi bahan bicara.

“kamu kelas berapa?” tanya Gio mencairkan suasana. Hal tersebut membuat Dinda kaget

karena secara tidak sengaja Gio menghentikan pertanyaan yang akan diucapkan Dinda.

“kelas XI-IPA 2”

“wah.... kebetulan sekali. Aku akan pindah ke kelas tersebut”

Ekspresi wajah Dinda menunjukkan bahwa dia tidak percaya.

“Benarkah?”

“iya,”

“kalau begitu, selamat datang di kelas XI-IPA 2” kata Dinda dengan tersenyum.

“terimakasih” Gio membalas senyum Dinda. Kemudian Gio berdiri dan berkata, “Kalau

begitu, ayo kita ke kelas. Aku sudah tidak sabar ingin bertemu teman-teman sekelas”

Dinda sedih karena teman yang dimilikinya saat ini akan segera hilang ketika dia pergi ke

kelas. Dinda bingung ingin menjawab bagaimana. Dan kalimat yang keluar akhirnya, “Kamu duluan

saja. Aku masih ingin disini.”

Gio mengangguk dan berkata, “kalau begitu aku duluan ya”.

“iya” jawab Dinda.

Page 3: Tugas Cerpen Bahasa Indonesia

Kemudian Gio pergi meninggalkan Dinda sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Dalam

sendirinya, Dinda kemudian menangis. Tak lama kemudian dia memutuskan untuk kembali ke

kelasnya.

Di depan pintu kelas Dinda mengamati teman-temannya sedang asyik dengan urusannya

masing-masing. Terlihat Gio dikelilingi oleh geng The Flowers. Saat melihat Gio, Gio juga melihat

Dinda diikuti dengan tatapan sinis dari geng The Flowers. Kemudian Riska berbisik kepada Gio, dan

Dinda pun berjalan menuju bangkunya.

Seperti yang diperkirakan oleh Dinda di taman saat pertama kali bertemu dengan Gio. Setelah

hari itu, Gio tidak pernah berbicara lagi dengannya. Ketika Dinda di-bully oleh Riska dan

kelompoknya, Gio hanya melihat Dinda sebentar dan kemudian pergi dari situ.

Butiran air turun satu-persatu ke bumi dan semakin deras. Terlihat sekolah Dinda sudah sepi

dikarenakan bel pulang sudah berbunyi 1 jam yang lalu. Dinda berjalan menyusuri lobby dan

dilihatnya Gio sedang berdiri di depan pintu Lobby menunggu hujan. Gio memajukan salah satu

kakinya agar terkena hujan, kemudian menariknya lagi. Begitu terus sampai beberapa kali. Dinda

ternyum melihat tingkah Gio. Ditangan Dinda terdapat sebuah payung.

“Gio, ini”

Hal tersebut lantas membuat Gio kaget dan kemudian menoleh ke belakang. Didapatinya

Dinda dengan menyodorkan sebuah payung kepadanya. Tangan Gio sedikit terangkat, namun turun

kembali. Dia terlihat gugup dan takut.

“Aku tidak mau, kamu pakai sendiri saja” kata Gio dengan nada tinggi.

Mata Gio terbelalak saat melihat mata Dinda berkaca-kaca. Kemudian Dinda berkata,”kenapa

kamu begini? Apakah karena teman-teman yang lain menjauhiku. Lantas hal tersebut membuatmu

juga menjauh?”

Kaki Gio perlahan mundur dan sekarang Gio sudah terkena air hujan. Dinda menyodorkan

payungnya lagi. “Pakailah.”

“kamu. Berhentilah seperti ini. Saat aku menjauhimu, seharusnya kamu membenciku dan

pergi” kata Gio dengan nada tinggi.

Dinda kemudian meneteskan air mata dan berkata, “ kamu basah kuyup karena aku. Maafkan

aku.” Saat ini wajah Gio mandakan kalau dia merasa bersalah kemudian Dinda melanjutkan

bicaranya, “Tidak apa-apa, aku menangis bukan karena aku sedih. Tapi karena angin yang membuat

mataku berair.”

Page 4: Tugas Cerpen Bahasa Indonesia

Kemudian Dinda menundukkan kepala dan berjalan melewati Gio. Gio tetap pada posisinya

dalam waktu yang cukup lama dan akhirnya meneteskan air mata.

Keesokan harinya, Riska sedang membuka kaleng soda yang dibelikan Dinda. Namun, isi

soda tersebut menyembur keluar dengan sendirinya dan membuat baju dan tangan Riska basah.

Diapun langsung menggebrak meja dan berjalan menemui Dinda yang sedang membaca komik.

Kerah Dinda langsung ditarik oleh Riska dan berkata,”Maksud kamu apa? Kamu gak senang aku

suruh membelikan soda? Lihat ini aku jadi basah”

“Ma..maaf aku tidak sengaja mengocoknya saat aku membawanya tadi,” jawab Dinda dengan

mata menunduk.

Gio melihat kejadian tersebut dan tetap diam di bangkunya.

“Alasan, mana sodanya tadi?” Riska sambil menyodorkan tangannya ke gengnya. Sekarang ia

sudah menggengam kaleng soda yang dibelikan Dinda dan bersiap menuangkannya ke kepala Dinda.

Tiba-tiba tangan Riska dihentikan oleh tangan seseorang dan orang tersebut adalah Gio.

“Gio, apa-apaan kamu? Kamu mau bernasib sama dengan dia?”

Tanpa sepatah kata Gio langsung menarik tangan Dinda dan membawa Dinda keluar kelas.

Kejadian tersebut membuat orang yang menyaksikan tidak percaya.

Gio dan Dinda berhenti di taman belakang sekolah.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Gio khawatir.

“aku baik-baik saja,” jawab Dinda.

“Karena disini tidak ada orang dan membuat angin berhembus kencang kenapa tidak

membuat matamu berair?” kata Gio dengan tersenyum.

Mata Dinda kemudian berair dan akhirnya dia pun menangis. “Benar. Aku tidak menangis.

Tetapi, ini karena mataku berair” kata Dinda sambil terisak-isak.

“Din, maukah kamu menjadi pacarku?” kata Gio tiba-tiba. Membuat mata Dinda terbelalak

dan berhenti menangis. Beberapa detik berlalu namun Dinda belum menjawab.

“Aku tahu, ini terlalu cepat. Aku juga tidak mengerti mengapa aku seperti ini. Melihatmu

seperti tadi membuatku tidak tahan dan ingin melindungimu,” kata Gio.

Dinda masih mencerna kalimat-kalimat Gio dan kemudian berkata, “aku mau”

Lantas keduanya pun tersenyum.