tugas burahmi coumponding

43
BAB I LARUTAN Definisi Larutan didefinisikan sebagai sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukan ke dalam golongan produk lainnya. Yang termasuk larutan adalah larutan oral, sirup dan eliksir. Jenis larutan 1. Berdasarkan pemakaian: a. Larutan oral Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat dengan/ tanpa aroma, pemanis, pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air yang pemakaiannya melalui oral. b. Larutan topical Adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol yang pemakaiannya untuk bagian luar tubuh. 2. Berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut a. Spirit Adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalcohol dari zat yang mudah menguap, dari bahan-bahan yang berbau harum. b. Tinctur Adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia Keuntungan dan kerugian larutan 1

Upload: alvinadesi6041

Post on 29-Oct-2015

93 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas burahmi coumponding

BAB I

LARUTAN

Definisi

Larutan didefinisikan sebagai sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang

dapat larut biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau

penggunaannya, tidak dimasukan ke dalam golongan produk lainnya. Yang termasuk larutan

adalah larutan oral, sirup dan eliksir.

Jenis larutan

1. Berdasarkan pemakaian:

a. Larutan oral

Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat dengan/ tanpa aroma, pemanis,

pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air yang pemakaiannya melalui

oral.

b. Larutan topical

Adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut lain

seperti etanol dan poliol yang pemakaiannya untuk bagian luar tubuh.

2. Berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut

a. Spirit

Adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalcohol dari zat yang mudah menguap,

dari bahan-bahan yang berbau harum.

b. Tinctur

Adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan

atau senyawa kimia

Keuntungan dan kerugian larutan

Adapun keuntungan larutan adalah :

1. Mudah ditelan oleh anak-anak dan orang tua

2. Absorpsi oleh gastrointestinal cepat karena tidak perlu melarutkan lagi

3. Sediaannya sudah homogen jadi tidak perlu dikocok lagi

Kerugian dari larutan adalah ;

1. Rasa tidak enak sukar ditutupi

2. Kurang stabil dibanding sediaan padat karena biasanya pembawanya air

3. Sukar dibawa

1

Page 2: tugas burahmi coumponding

4. Butuh alat untuk mendapatkan dosis yang sesuai

5. Ketepatan takaran/ dosis tergantung pada ketelitian pasien

Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah

sebagai berikut:

Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut < 1Mudah larut 1- 10

Larut 10-30Agak sukar larut 30-100

Sukar larut 100-1000Sangat sukar larut 1000-10000Praktis tidak larut >10000

Jenis-jenis pelarut

Pelarut untuk sediaan oral antara lain:

1. Air suling (USP) H2O

Air suling merupakan air yang 100 kali lebih bebas dari kotoran zat-zat padat yang larut

daripada air. Air suling digunakan dalam pembuatan bentuk-bentuk sediaan yang

mengandung air, kecuali untuk pemberian parenteral (injeksi).

2. Alkohol (USP : Etil alcohol, etanol, C2H5OH

Alkohol mengandung 94,9–96% C2H5OH v/v ditetapkan pada 15,56 oC. Standar suhu dari

pemerintah amerika serikat untuk penentuan alkohol. Alkohol dehidrat (USP) mengandung

tidak kurang dari 99,5% C2H5OH v/v. Sesudah air, alcohol adalah pelarut yang paling

bermanfaat dalam farmasi yang digunakan sebagai pelarut utama untuk senyawa organic.

Pelarut yang terdiri dari air-alkohol dapat membentuk senyawa hidroalkoholik yang

melarutkan zat-zat yang dapat larut dalam alcohol dan yang dapat larut dalam air.

3. Alkohol encer (NF)

Alkohol encer adalah suatu pelarut hidroalkoholik yang berguna dalam berbagai proses dan

penyiapan sediaan farmasi. Alkohol encer dibuat dengan mencampur volume yang sama dari

alcohol (USP).

4. Gliserin (USP : Gliserol) CH2OH.CHOH.CH2OH

Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis, dapat bercampur dengan air dan

alcohol. Sebagai suatu pelarut dapat disamakan dengan alcohol, tetapi karena kekentalannya

zat terlarut dapat larut perlahan-lahan didalamnya kecuali kalau dibuat kurang kental dengan

pemanasan. Gliserin bersifat pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai

2

Page 3: tugas burahmi coumponding

pelarut pembantu dalam hubungannya bersama dengan air atau alcohol. Digunakan dalam

banyak preparat untuk obat dalam.

5. Propilen glikol (USP) CH3CH(OH)CH2OH

Propilen glikol adalah suatu cairan kental dapat bercampur dengan air dan alcohol. Suatu

pelarut yang berguna dengan pemakaian yang luas dan sering menggantikan gliserin dalam

formula-formula farmasi modern.

Formula

R/ zat aktif

Pengental

Anti caplocking agent

Dapar

Pengawet

Antioksidan

Pemanis

Pewarna

Pewangi

Pembasah (jika perlu)

Solubilizer (jika perlu)

Bahan pembantu

1. Anti caplocking

Untuk mencegah kristalisasi gula di cap botol maka umumnya digunakan alkohol

polyhydric seperti sorbitol, gliserol, atau propilenglikol.

2. Pewangi

Flavour digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dan membuat agar obat dapat

diterima oleh pasien terutama anak-anak. Dalam pemilihan pewangi perlu

dipertimbangkan, untuk siapa obat diberikan dan berapa usia pengkonsumsinya. Anak-

anak lebih menyukai rasa manis atau buah-buahan sedangkan orang dewasa lebih

menyukai rasa asam. Flavour seperti asam sitrat garam dan momosodium glutamat

kadang-kadang juga digunakan. Flavouring agent dapat tidak stabil secara kimiawi

karena oksidasi, reduksi, hidrolisis, dan adanya pengaruh pH

3. Zat pewarna

Zat pewarna ditambahkan untuk menutupi penampilan yang tidak menarik atau

meningkatkan penerimaan pasien. Zat warna yang ditambahkan harus sesuai dengan

3

Page 4: tugas burahmi coumponding

flavour sediaan tersebut. Zat warna harus nontoksik, noniritan dan dapat tersatukan

dengan zat aktif serta zat tambahan lainnya.

Dalam pemilihan zat warna harus dipertimbangkan juga masalah:

a. Kelarutan

b. Stabilitas

c. Ketercampuran

d. Konsentrasi zat warna dalam sediaan

4. Pengawet

Pengawet yang digunakan harus nontoksik, tidak berbau, stabil dan dapat bercampur

dengan komponen formula lain yang digunakan selama pengawet ini bekerja dalam

melawan mikroba potensial spectrum luas. Alasan penggunaan bahan pengawet

kombinasi untuk meningkatkan kemampuan spektrum anti mikroba, efek yang sinergis

memungkinkan penggunaan pengawet dalam jumlah kecil sehingga kadar toksisitasnya

menurun pula dan mengurangi kemungkinana terjadinya resistensi.

Kriteria untuk pengawet:

a. Harus efektif melawan mikroorganisme spectrum luas

b. Harus stabil secara fisik, kimia, dan secara mikrobiologi selama life-time produk

c. Harus nontoksik, cukup larut, dapat tercampurkan dengan komponen formula lain,

pada konsentrasi yang digunakan mempunya rasa dan bau yang dapat diterima

pengguna.

5. Pemanis

Pemanis yang digunakan dalam sediaan diantaranya: glukosa, sukrosa, sorbitol,

manitol, xytol, garam Na dan Ca dari sakarin, aspartam, thaumatin.

6. Antioksidan

Antioksidan yang ideal bersifat: nontoksik, noniritan, efektif pada konsentrasi rendah,

larut dalam fase pembawa dan stabil.

Contoh antioksidan adalah: asam askorbat, asam sitrat, Na metabisulfit, Na sulfite

7. Dapar

Zat yang range pH stabilitasnya kecil, maka harus di dapar dengan dapar yang sesuai dengan

memperhatikan :

a. ketercampuran dengan kandungan larutan

b. inert

c. tidak toksik

4

Page 5: tugas burahmi coumponding

d. kapasitas dapar yang bersangkutan.

Larutan yang mengandung asam kuat atau basa kuat adalah larutan yang mempunyai

kapasitas dapar. Kebanyakan dapar terdiri dari campuran asam lemah dan garamnya atau

basa lemah dan garamnya. Buffer/ dapar adalah suatu material yang ketika dilarutkan

dalam suatu pelarut, senyawa ini mampu mempertahankan pH ketika suatu asam atau

basa ditambahakn. Buffer yang sering digunakan adalah: karbonat, sitrat, glukonat, laktat,

posfat atau tartrat.

Kriteria untuk buffer adalah:

a. mempunyai kapasitas yang cukup dalam rentang pH yang diinginkan.

b. aman untuk penggunaan jangka panjang.

c. memiliki sedikit/ tidak ada efek yang mengganggu stabilitas sediaan jadi.

d. dapat menerima flavouring dan warna dari produk.

Masalah dan pemecahan masalah

Beberapa masalah yang timbul dalam pengembangan formua larutan dan pemecahan

masalahnya:

1. Dalam dosis yang digunakan zat aktif dapat larut sempurna dalam air sehingga dapt dibuat

sediaan sirup.

2. Zat aktif dengan rasa pahit atau rasa yang tidak enak dalam keadaan terlarut akan lebih

terasa, sehingga kurang dapat diterima oleh pasien, maka ditambahkan pemanis dan pewangi

untuk memperbaiki rasa dan bau.

3. Zat aktif stabil pada pH tertentu. Oleh karena itu diperlukan dapar untuk mempertahankan

pH sediaan.

4. Untuk mencegah caplocking karena sirupus simpleks maka ditambahkan sorbitol/gliserin,

propilenglikol 10%.

5. Sebagai pemanis dapat digunakan sirupus simpleks yang berfungsi sebagai pengental dan

pengawet.

6. Sediaan sirup mengandung air dan gula sehingga merupakan media yang sangat baik untuk

pertumbuhan mikroorganisme sehingga perlu ditambahkan pengawet.

Evaluasi sediaan larutan

1. Evaluasi fisika

a. Evaluasi organoleptik (bau, warna dan rasa)

b. Evaluasi sediaan (etiket, brosur, wadah)

c. Evaluasi kejernihan

5

Page 6: tugas burahmi coumponding

d. pH

e. berat jenis

f. viskositas

2. Evaluasi kimia

Identifikasi dan penetapan kadar.

3. Evaluasi biologi

a. Jumlah cemaran mikroba.

b. Untuk sdiaan antibiotic dilakukan penetapan potensi antibiotic secara mikrobiologi

c. Uji efektivitas pengawet.

A. SIRUP

Definisi

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa

penambahan bahan pewangi dan zat obat. Menurut FI IV sirup adalah larutan oral yang

mengandung sukrosa atau gula lain dengan kadar tinggi. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam

air dikenal sebagai sirupus simpleks.

Macam-macam sirup

Ada tiga macam sirup, yaitu:

1. Sirupus simplek mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v

2. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan dan

digunakan untuk pengobatan.

3. Sirup bukan obat/ sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi

atau zat penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa yang

tidak enak dan bau obat yang tidak enak

Pembuatan sirup

Kecuali dikatakan lain, sirup dibuat sebagai berikut:

1. Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut.

2. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang

busa yang terjadi, kemudian diserkai.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sediaan larutan:

1. Kelarutan zat aktif

2. Kestabilan zat aktif dalam larutan

3. Dosis takaran

4. Penyimpanan

6

Page 7: tugas burahmi coumponding

Contoh formula sirup :

Sirop dekstromethorpan

Zat gram

Dekstrometorphan hidrokloridum 15 mg

Sirupus simpleks ad 5 ml

B. ELIKSIR

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk

penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat

yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat

yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang

kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif

dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat

hidroalkohol eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut

dalam air dan yang larut dalam alcohol daripada sirup.

Perbandingan alcohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena masing-masing

komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alcohol dan air yang berbeda. Tiap eliksir

memerlukan campuran tertentu dari alcohol dan air untuk mempertahankan semua komponen

dalam larutan. Disamping alcohol dan air, pelarut-pelarut lain seperti gliserin dan

propilenglikol sering digunakan dalam eliksir sebagai pelarut pembantu.

Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan pengadukan dan atau

dengan pencampuran dua atau lebih bahan-bahan cair. Komponen yang larut dalam alcohol

dan dalam air umumnya dilarutkan terpisah dalam alcohol dan air yang dimurnikan berturut-

turut. Kemudian larutan air ditambahkan kelarutan alcohol, dan sebaliknya, untuk

mempetahankan kekuatan alcohol yang setinggi mungkin selamanya sehingga pemisahan

yang minimal dari komponen yang larut dalam alcohol terjadi. Bila dua larutan selesai

dicampur, campuran dibuat sesuai volume dengan pelarut atau pembawa tertentu.

Contoh : eliksir parasetamol

zat gram

acetaminophenoum 120 mg

glycerolum 2,5 ml

propylenglycolum 500l

7

Page 8: tugas burahmi coumponding

Sorbitoli solutio 70 % 1,25 ml

aethanolum 500 l

Zat tambahan yang cocok secukupnya

Aqua destillata 5 ml

Cara Penimbangan Zat Cair

Zat cair atau cairan biasanya ditimban dalam botol yang digunakan sebagai wadah yang

diberikan. Mula-mula dicari tutup gabus yang cocok, dengan mencoba tutup ini dengan

memegang leher botol dan menekan tutup gabusnya dengan ibu jari pada mulut botolnya. Lalu

botol beserta gabus diletakan dibagian piring timbangan sebelah kanan dan di bagian piring

timbangan sebelah kiri diletakan butir-butir gotri sebagai tara, selanjutnya disamping kotak tara

pada piring timbangan sebelah kiri diletakan anak timbangan sesuai dengan cairan yang akan

ditimbang, lalu cairan diisikan pada botol sampai berat yang ditentukan. Jika ingin menimbang

campuran cairan, maka caranya adalah dengan menimbang cairan berurutan di dalam botol,

dimulai dengan cairan yang tidak mudah menguap, dan yang jumlahnya sedikit. cairan yang

mudah menguap ditambahkan terakhir untuk menghindari kekurangan karena penguapan dan

menghindari kekurangan karena penguapan dan menghindarai pengotoran pada isi cairan dari

botol persediaan.

Cara Menghitung Kelarutan

Daftar kelarutan (1 gram zat dalam X ml pelarut) zat organik dalam air dan alkohol.

Nama Obat Air Alkohol

Atropini sulfat 0,5 5

Codeinum 120 3

Codeini sulfas 30 1280

Codeini Phosphas 2,5 325

Orphini sulfas 16 565

Luminal 1000 8

Luminal Natrium 1 10

Procaini Hydrochloridum 1 15

Sulfadiazinum 13000 Agak sukar larut

Natrii sulfadizinum 2 Sedikit larut

8

Page 9: tugas burahmi coumponding

BAB II

EMULSI

Definisi

Menurut FI IV emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam

cairan yang lain, dalam bentuk cairan kecil. Secara umum emulsi didefinisikan sebagai suatu

dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi

keseluruh pembawa yang tidak bercampur dan dimantapkan dengan penambahan suatu

emulgator.

Keuntungan dan kerugian sediaan emulsi

Keuntungan :

1. Untuk pemakaian oral

a. Bahan obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan, dapat dibuat terasa lebih enak

pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi

b. Menutupi rasa yang tidak enak

c. Sediaan emulsi lebih mudah dicerna atau diabsorpsi karena ukuran minyak bisa

diperkecil

d. Meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katalisator bila ditambahkan dalam emulsi

e. Ketersediaan hayati lebih baik khususnya M/A karena sudah dalam bentuk terlarut.

2. Untuk penggunaan topikal

a. Dalam membuat sediaan emulsi dapat diatur untuk mendapatkan sifat emolient.

b. Untuk penggunaan topical emulsi mudah dicuci.

c. Pembuat emulsi dapat mengontrol penampilan, viskositas dan derajat kekasaran dari

emulsi kosmetik maupun emulsi dermatologis.

3. Memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan campuran yang homogen.

4. Meningkatkan stabilitas obat yang mudah terhidrolisa dalam air.

Kerugiaan :

1. Membutuhkan teknik pemprosesan khusus dalam proses pembuatannya

2. Keseragaman dosis kurang terjamin

3. Stabilitas lebih rendah secara kimia maupun secara mikrobiologi

Komponen emulsi

Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu;

9

Page 10: tugas burahmi coumponding

1. Komponen dasar

Merupakan komponen atau bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi

Komponen dasar emulsi dapat dibagi menjadi fase terdispers, yaitu zat cair yang terbagi-bagi

menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain(fase internal) dan fase kontinyu yaitu zat cair

dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar/ pendukung dari emulsi tersebut (fase

eksternal)

2. Komponen tambahan

Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih

baik, antara lain bahan penambah rasa, Bau, warna, antioksidan dan pengawet

Prinsip pembuatan emulsi:

a. Tahap pemecahan fase terdispersi menjadi partikel/globul halus didalam fase pendispersi

membutuhkan energi, misal dengan pengocokan (tergantung waktu dan kecepatan)

b. Tahap stabilisasi: penambahan emulgator dapat mencegah koalesensi yang menyebabkan

pemisahan.

Jenis-jenis emulsi

1. Emulsi minyak dalam air (M/A)

Emulsi dimana fase dalamnya minyak dan fase luarnya air (Fase minyak terdispersi dalam

fase air)

2. Emulsi air dalam minyak (A/M)

Emulsi dimana fase dalamnya air dan fase luarnya minyak (fase air terdispersi dalam fase

minyak)

3. Multiple emulsi (A/M/A)

Merupakan emulsi system kompleks, dimana system tersebut mirip jenis emulsi A/M, M/A

atau M/A/M, A/M/A

Penentuan tipe emulsi

1. Uji pengenceran

Emulsi M/A dapat diencerkan dengan pelarut aqueous, sedangkan emulsi A/M tidak dapat

dilarutkan dengan pelarut aqueous

2. Uji pewarnaan

Emulsi M/A : jika dicampur dengan pewarna larut air (amaranth) lalu dilihat dibawah

mikroskop, maka fase pendispersi akan terlihat berwarna sedangkan emulsi A/M : jika

dicampur dengan pewarna larut kimia, misal (sudan III), lalu dilihat dibawah mikroskop

maka fase pendispersinya akan terlihat berwarna,

10

Page 11: tugas burahmi coumponding

3. Uji fluoresensi

Sampel emulsi yang akan diuji dipaparkan pada sinar UV, kemudian dilihat dibawah

mikroskop. Jika kebanyakan minyak berfluoresensi dibawah lampu UV, maka emulsi A/M

menunjukkan fluoresensi pada fase kontinyunya dan emulsi M/A berfluoresensi hanya pada

globulnya saja.

4. Uji konduktivitas (penghantaran listrik)

Emulsi M/A dapat menghantarkan arus listrik sedangkan emulsi A/M tidak dapat

menghantarkan arus listrik.

Pengawet emulsi dan antioksidan

1. Emulsi mengandung komponen seperti karbohidrat, protein, sterol yang mempermudah

perkembangan mikrobabutuh pengawet seperti nipagin, nipasol, dan natrium benzoate.

2. Minyak dan emulsi menjadi tengik butuh antioksidan seperti butilhidroksi anisol

(BHA), butilhidroksi toluena (BHT).

Stabilitas emulsi

Emulsi dikatakan tidak stabil bila:didiamkan fase dalam membentuk koalesensi atau

agrerat tetesan. Bila agregat tetesan naik ke permukaan atau ke dasar emulsi membentuk

lapisan pekat fase dalam. Bila semua atau sebagian cairan fase dalam tidak teremulsi membentuk

lapisan yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi.

Emulgator

Emulgator atau zat pengemulsi merupakan bagian dari emulsi yang berfungsi untuk

menstabilkan emulsi

A. Persyaratan emulgator

1. Mampu menjaga stabilitas emulsi hingga mencapai shelf life (usia simpan)

2. Dapat bercampur dengan bahan obat atau bahan tambahan lainnya.

3. Tidak mengganggu stabilitas dan efektifitas bahan obat.

4. Tidak toksik dalam batas penggunaan.

5. Bau, rasa, warna lemah.

B. Mekanisme kerja emulgator

1. Menurunkan tegangan permukaan antarmuka minyak dan air, stabilisasi termodnamika.

2. Pembentukan lapisan film antar permukaanmembentuk halangan mekanikmencegah

koalesensi.

3. Absorpsi permukaan tetesan

11

Page 12: tugas burahmi coumponding

4. Pembentukan lapisan rangkap elektrik membentuk halangan elektrik mencegah

partikel berdekatan.

C. Macam-macam emulgator

1. Emulgator alam : gelatin, gom arab, lemak bulu domba, tragakan.

2. Emulgator sintetik : sorbitan, kolesterol, poliglikol, polysorbat atau surfaktan lain yang

cocok.

D. Perhitungan Hydrophylic-Lipophylic Balance (HLB)

1. Tergantung HLB jenis minyak

Tipe a/m = HLB pengemulsi 3-6

Tipe m/a = HLB pengemulsi 8-18

2. HLB dapat dicapai dengan penggunaan emulgator tunggal atau campuran

Contoh : tween 80 dan span 80

Pembuatan emulsi

Emulsi tidak terbentuk secara spontan ketika cairan dicampurkan, tapi membutuhkan

pemasukan energi untuk “memecah” cairan, menghasilkan peningkatan luas permukaan fase

internal. Pemasukan energi ini dapat berupa pengadukan mekanik, vibrasi ultrasonik atau panas.

Umumnya emulsi dapat disiapkan secara manual atau mekanikal. Teknik yang digunakan

biasanya melibatkan penggunaan mortal dan alu, mixer elektrik, hand homogenizer, pengocokan,

sonifikasi dan dengan beaker.

a. Continental Method (Dry Gum Method)

Rasio minyak : air : emulsifier untuk membentuk emulsi primer umumnya 4:2:1. Metode ini

melibatkan pencampuran hidrokoloid dengan minyak dengan pencampuran cepat dalam

waktu yang singkat, diikuti dengan penambahan seluruh air sekaligus dengan pengadukan

yang sangat cepat sampai terdengar bunyi dan menandakan telah terbentuk emulsi primer.

Sisa air yang dibutuhkan ditambahkan perlahan dengan perlahan sampai selesai

b. Metode botol (pengocokan)

Dapat digunakan pada pembuatan emulsi mengandung minyak menguap dan minyak yang

tidak kental. Metode ini merupakan variasi dry gum method dan melibatkan pencampuran

serbuk (emulsifier) dan minyak dalam botol diikuti dengan pengocokan yang kencang. Air

ditambahkan sekaligus dan campuran dikocok dengan cepat untuk membentuk emulsi primer

(rasio 4:2:1)

c. Metode beaker

12

Page 13: tugas burahmi coumponding

Digunakan dengan bahan pengemulsi sintetik. Bahan-bahan dibagi menjadi 2 yaitu minyak

dan air. Kedua fase dipanaskan masing-masing sekitar 60-70 oC, jika diperlukan. Fase

internal ditambahkan ke fase internal dengan pengadukan (string). Kemudian didinginkan

dan diaduk secara berkala sampai dingin.

Formula Emulsi Oral

Zat gram

Minyak mineral 500 ml

Akasia 125 g

Sirup 100 ml

Vanili 40 mg

Alcohol 60 ml

Air yang dimurnukan secukupnya ad 1000 ml

13

Page 14: tugas burahmi coumponding

BAB III

SUSPENSI

Definisi

a. Suspensi Cair

Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam

bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Suspensi merupakan sediaan

farmasi yang menurut bentuk sediaannya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu suspensi

cair dan suspensi kering (rekonstitusi). Adapun definisi suspensi cair adalah sebagai berikut :

Menurut Farmakope Indonesia IV

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam fase

cair, sedangkan suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk

penggunaan oral.

Menurut Farmakope Indonesia III

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan

tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

Menurut United States Pharmakopeia XXVII

Suspensi oral adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam

suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk

pemberian oral.

Suspensi topikal adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi

dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian topikal.

Suspensi otic adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel mikro dengan maksud

ditanamkan di luar telinga.

Menurut Formularium Nasional edisi 2

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan

sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk

halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan

pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa

serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.

14

Page 15: tugas burahmi coumponding

b. Suspensi Kering (rekonstitusi)

Suspensi kering adalah suspensi yang harus disuspensikan terlebih dahulu sebelum

digunakan. Digunakan untuk zat aktif yang tidak stabil dalam pembawa air. Kestabilan zat

aktif dapat dipertahankan karena kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat

dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam medium pendispersi pada saat akan

digunakan. Definisi suspensi cair adalah sebagai berikut :

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV

Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau yang

dikonstitusi dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut air yang sesuai sebelum

digunakan.

Menurut British Pharmacopeia

Suspensi kering (dry powders and granules for reconstitution) adalah campuran serbuk atau

granul untuk kemudian direkonstitusi. Bentuk ini digunakan terutama bila stabilitas obat

dalam air terbatas.

Menurut United States Pharmakopeia XXVII

Suatu suspensi yang direkonstitusikan adalah campuran sirup dalam keadaan kering yang

akan didispersikan dengan air pada saat akan digunakan. Dalam USP tertera sebagai ‘for oral

suspension’. Bentuk suspensi ini digunakan terutama untuk obat yang mempunyai stabilitas

terbatas di dalam pelarut air, contohnya golongan antibiotik.

Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Suspensi secara Umum

Keuntungan :

1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima pemberian sediaan padat seperti

tablet, terutama anak-anak.

2. Homogenitas tinggi

3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet adau sediaan padat lainnya, karena luas

permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat.

4. Dapat menutupi rasa tidak enak.

5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

Kerugian :

1. Kestabilan rendah sehingga akan terjadi pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi dan

lainnya.

15

Page 16: tugas burahmi coumponding

2. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi seperti cacking,

flokulasi-deflokulasi, terutama jika jika terjadi fluktuasi atau parubahan temperature.

3. Jika membentuk cacking akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun.

4. Alirannya menyebabkan susah dituang.

5. Ketepatan dosis lebih rendah daripada sediaan larutan.

6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang

diinginkan.

Macam-Macam Suspensi

a. Berdasarkan Penggunaan

1. Suspensi oral, sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam

pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan

oral.

2. Suspensi topikal, sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi

dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.

3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang

ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi

dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Adapun syarat suspensi ini adalah

partikelnya harus dalam bentuk termikronisasi dan tidak boleh digunakan bila terjadi

massa yang mengeras atau penggumpalan.

b. Berdasarkan Penggunaan

1. Susu, suspensi dengan pembawa yang mengandung air dan ditujukan untuk pemakaian

oral. Contohnya : susu magnesia.

2. Magma, suspensi zat padat organic dalam air seperti Lumpur, jika zat padatnya

mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi yang menghasilkan konsistensi

seperti gel dan sifat reologi tiksotropik. Contohnya : magma bentonit.

3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit. Contoh :

lotio kalamin.

c. Berdasarkan Sifat

1. Suspensi Deflokulasi, dimana dalam sistem ini partikel terdeflokulasi mengendap

perlahan dan akhirnya membentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.

a. Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi

bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.

16

Page 17: tugas burahmi coumponding

b. Gaya tolak menolak diantara dua partikel menyebabkan masing-masing partikel

menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.

c. Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi

partikel yang halus sangat lambat.

d. Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen

pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.

e. Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena

terbentuk masa yang kompak.

f. Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak

dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.

2. Suspensi Flokulasi, dimana dalam sistem ini partikel terflokulasi terikat lemah sehingga

cepat mengendap tetapi pada penyimpanan tidak terbentuk cake dan bersifat mudah

tersuspensi kembali.

a. Partikel sistem flokulasi terbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya

sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel sehingga ukuran agregat

relatif besar.

b. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan

flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-

macam.

c. Keunggulannya : sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah

diredispersi.

d. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan

sedimentasinya tinggi.

e. Flokulasi dapat dikendalikan dengan kombinasi ukuran partikel, penggunaan

elektrolit untuk kontrol potensial zeta dan penambahan polimer mempengaruhi

hubungan partikel dalam suspensi.

Jenis Sediaan Suspensi Rekonstitusi

Ada 3 jenis sediaan suspensi rekonstitusi, yaitu :

1. Suspensi rekonstitusi yang berupa campuran serbuk

Formulasi berupa campuran serbuk merupakan cara yang paling mudah dan sederhana.

Proses pencampuran dilakukan secara bertahap apabila ada bahan berkhasiat dalam

komponen yang berada dalam jumlah kecil. Penting untuk diperhatikan, alat pencampuran

untuk mendapatkan campuran yang homogen.

17

Page 18: tugas burahmi coumponding

Keuntungan formulasi bentuk campuran serbuk antara lain alat yang dibutuhkan

sederhana, hemat energi dan tidak banyak, jarang menimbulkan masalah stabilitas dan kimia

karena tidak digunakannya pelarut dan pemanasan saat pembuatan serta dapat dicapai dalam

keadaan kelembaban yang sangat rendah. Sedangkan kerugiannya adalah homogenitas

kurang baik, sulit untuk menjamin distribusi obat yang homogen ke dalam campuran,

kemungkinan adanya ketidakseragaman ukuran partikel dan aliran serbuk kurang baik.

2. Suspensi rekonstitusi yang digranulasi

Pembuatan dengan cara digranulasi terutama ditujukan untuk memperbaiki sifat aliran

serbuk dan mengurangi volume sediaan yang voluminous dalam wadah. Dengan cara

granulasi ini, zat aktif dan bahan-bahan lain dalam keadaan kering dicampur sebelum

diinkorporasi atau disuspensikan dalam cairan penggranulasi. Granulasi dilakukan

menggunakan air atau larutan pengikat dalam air. Dapat juga digunakan pelarut non-air

untuk bahan berkhasiat yang terurai dengan adanya air.

Keuntungan cara granulasi adalah memiliki penampilan yang lebih baik daripada

campuran serbuk, memiliki sifat aliran yang lebih baik, tidak terjadi pemisahan, tidak terlalu

banyak menimbulkan debu selama pengisian. Sedangkan kerugiannya yaitu melibatkan

proses yang lebih panjang serta dibutuhkan peralatan yang lebih banyak, adanya panas dan

kontak dengan pelarut dapat menyebabkan terjadinya resiko instabilitas zat aktif, sulitnya

menghilangkan sesepora cairan penggranul dari bagian dalam granul dimana dengan adanya

sisa cairan penggranul kemungkinan dapat menurunkan stabilitas cairan, eksipien yang

ditambahkan harus stabil terhadap proses granulasi.

3. Suspensi rekonstitusi yang merupakan cairan campuran antara granul dan serbuk

Pada cara ini komponen yang peka terhadap panas seperti zat aktif yang tidak stabil

terhadap panas atau flavour dapat ditambahkan sesudah pengeringan granul untuk mencegah

pengaruh panas. Pada tahap awal dibuat granul dari beberapa komponen, kemudian dicampur

dengan serbuk (fines). Kerugian dari cara ini adalah meningkatnya resiko tidak homogen,

untuk menjaga keseragaman ukuran partikel harus dikendalikan.

Perbandingan ketiga jenis suspensi rekonstitusi

Jenis suspensi Keuntungan Kerugian

Campuran serbuk Lebih ekonomis, resiko ketidakstabilan lebih rendah.

Terjadi mixing dan segregasi, kehilangan selama proses.

Campuran granul Penampilan lebih baik, karakteristik aliran lebih baik, segregasi dan debu

Harga lebih mahal, efek panas dan cairan penggranulasi pada obat

18

Page 19: tugas burahmi coumponding

dapat ditekan. dan eksipien.Kombinasi antara serbuk dan granul

Harga lebih murah, dapat menggunakan senyawa yang tidak tahan panas.

Dapat terjadi segregasi campuran yang granular dan non-granular.

Syarat Suspensi

a. Menurut Farmakope Indonesia IV

1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal

2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat

antimikroba.

3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.

4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

b. Menurut Farmakope Indonesia III

1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.

2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.

3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi.

4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi, agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid

tetap.

c. Menurut Formularium Nasional edisi 2

Pada pembuatan suspensi untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad renik

lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang akan

diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda.

Penggunaan Suspensi dalam Farmasi

1. Beberapa orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang berbentuk tablet atau zat padat,

oleh karena itu diusahakan dalam bentuk larutan. Jika zat berkhasiat memiliki kelarutan

dalam air yang terbatas, maka sediaan dibentuk menjadi suspensi.

2. Mengurangi proses penguraian aktif dalam air. Untuk zat yang sangat mudah terurai dalam

air, dibuat bentuk yang tidak larut. Dengan demikian penguraian dapat dicegah. Contoh :

untuk menstabilkan oksitetrasiklin HCl di dalam sediaan cair, dipakai garam kalsium karena

sifat oksitetrasiklin yang mudah sekali terhidrolisis dalam air.

3. Kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mengencerkan zat

padat medium dispersi pada saat akan digunakan. Contoh : Ampisilin dikemas dalam bentuk

granul, kemudian pada saat akan dipakai disuspensikan dahulu dalam medium pendispersi.

19

Page 20: tugas burahmi coumponding

Dengan demikian maka stabilitas ampisilin untuk 7 hari pada temperature kamar masih dapat

dipenuhi.

4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium non-air sebagai

medium pendispersi. Contoh : Injeksi penisilin dalam minyak dan penoxypenisilin dalam

minyak kelapa untuk oral.

5. Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat menaikkan luas

permukaan di dalam saluran pencernaan sehingga dapat mengabsorpsi toksin-toksin atau

menetralkan asam yang diproduksi oleh lambung. Contoh : Kaolin Mg Karbonat, Mg

Trisilikat (antasida).

6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan untuk sediaan yang

berbentuk inhalasi. Zat yang mudah menguap seperti mentol, oleum eucalyptus, ditahan

dengan menambah Mg Karbonat yang dapat mengadsorpsi tersebut.

7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak/pahit dengan lebih baik dibandingkan

dalam bentuk larutan. Untuk suspensi kloramfenikol dipakai kloramfenikol palmitat yang

rasanya tidak pahit.

8. Suspensi BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X-Ray.

9. Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi

1. Kecepatan sedimentasi (Hukum Stokes)

Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan

supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap maka :

Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat

menggunakan sorbitol atau sukrosa, sehingga berat jenis medium meningkat

Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan menggunakan blender-

koloid mill

Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent

2. Pembasahan sarbuk

Untuk menurunkan tegangan permukaan dipakai wetting agent atau surfaktan, missal :

SPAN dan TWEEN

3. Floatasi (terapung),

Disebabkan oleh perbedaan densitas, partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap

pada permukaan, adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan

penambahan humektan.

20

Page 21: tugas burahmi coumponding

Humektan adalah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan

adalah mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah

terbasahi. Contoh : Gliserin, propilenglikol.

4. Pertumbuhan kristal

Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi perubahan

suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.

Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal. Hal-hal yang dapat dilakukan

untuk mencegah terjadinya kristalisasi :

Menggunakan partikel dengan range ukuran yang sempit

Memilih bentuk kristal obat yang stabil

Mencegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan ukuran

partikel

Menggunakan pembasah

Menggunakan koloidal pelindung, seperti gelatin, gom dan lainnya yang akan

membentuk lapisan pelindung pada partikel

Viskositas ditingkatkan

Mencegah perubahan suhu yang ekstrim

Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal antara lain adalah keadaan super jenuh,

pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat, sifat aliran pelarut yang dapat

mengkristalkan zat aktif dalam ukuran dan bentuk yang variasi, keberadaan co-solutes, co-

solvent dan absorben, kondisi saat proses pembuatan.

5. Pengaruh gula (sukrosa)

Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik

Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending agent. Bila batas ini

dilalui polimer akan menurun

Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang cepat

Gula cair 25% mudah ditumbuhi mikroorganisme, diperlukan pengawet (tidak lebih dari

30%)

21

Page 22: tugas burahmi coumponding

+ Wetting agent

Dispersi homogen

6. Metode dispersi : flokulasi dan deflokulasi

Partikel

Sifat-Sifat yang Diinginkan dalam Suatu Suspensi Farmasi yang Baik

Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan suspensi farmasi

yang baik. Disamping khasiat terapeutik, stabilitas kimia dari komponen-komponen formulasi,

kelanggengan sediaan dan bentuk estetika dari sediaan merupakan sifat-sifat yang diinginkan

dalam semua sediaan farmasi dan sifat-sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi

adalah :

1. Suspensi harus tetap homogen dalam suatu periode, paling tidak pada periode antara

pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki.

2. Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah didispersikan kembali pada

saat pengocokan

3. Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang terdispersi.

Viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga tidak menyulitkan pada saat penuangan dari

wadah

4. Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan penampilan hasil akhir yang

baik dan homogen

5. Mudah dalam pemakaian

6. Memiliki ketahanan yang cukup baik terhadap pertumbuhan mikroba

22

Suspending agent(non elektrolit)

+ zat untuk flokulasi + zat untuk flokulasi

Suspensi deflokulasi

Suspensi terflokulasi

Suspensi terflokulasi + suspending agent

Page 23: tugas burahmi coumponding

7. Tidak toksis

8. Tidak menghambat absorpsi atau efek farmakologi dari zat aktif

9. Dapat tercampur dengan zat aktif

Formula Umum Suspensi Farmasi

Pada umumnya formula umum suspensi farmasi terdiri atas :

1. Zat aktif

2. Bahan tambahan, meliputi :

Bahan pensuspensi (suspending agent)

Bahan pembasahan (wetting agent)/humektan

Pemanis

Pewarna

Pewangi

Pengawet

Dapar atau acidifier

Antioksidan

Anticaking

Flokulating agent

Antibusa (antifoaming)

3. Bahan pembawa : Air, sirup dan lain sebagainya

Bahan Tambahan Sediaan Suspensi :

1. Bahan suspensi (suspending agent)

Fungsi untuk memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel dan mencegah

penggumpalan resin dan bahan berlemak. Cara kerja suspending agent adalah meningkatkan

kekentalan; kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan.

Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yangsedang dan partikel yang terlindung dari

gumpalan/aglomerasi. Hal ini dapat dicapai dengan mencegah muatan partikel, biasanya

muatan partikel ada pada media air atau sediaan hidrofil.

Faktor pemilihan suspending agent :

a. Penggunaan bahan (oral/topical)

b. Komposisi kimia

c. Stabilitas pembawa dan waktu hidup produk (shelf life)

d. Produk, sumber, inkopabilitas dari suspending agent.

23

Page 24: tugas burahmi coumponding

Contoh suspending agent

a. Golongan polisakarida : acacia gom, tragakan, alginat starc

b. Golongan selulosa larutan air : metil selulosa, hidroksi metil selulosa, Na-CMC,avicel

c. Golongan tanah liat : bentonit, alumunium magnesium silikat, hectocrite, veegom

d. Golongan sintetik : carboner, carboksipolimetilen, koloidal silicon diokside

2. Bahan Pembasah (Wetting Agent)/Humektan

Fungsi untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan

meningkatkan disperse bahan yang tidak larut. Surfaktan yang dapat memperkecil sudut

kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa. Surfaktan kationik dan anionik efektif

digunakan untuk bahan berkhasiat dengan zeta potensial positif dan negative. Sedangkan

surfaktan nonionik lebih baik untuk pembasah karena mempunyai range pH yang cukup

besar dan mempunyai toksisitas yang rendah. Konsentrasi surfaktan yang digunakan rendah

karena bila terlalu tinggi dapat terjadi solubilisasi, busa dan memberikan rasa yang tidak

enak.

Cara kerjanya ialah dengan menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat,

sehingga zat padat + humektan lebih mudah kontak dengan pembawa.

Contoh pembasah : Gloserin, propilenglikol, polietilenglikol, dll

3. Pemanis

Fungsi untuk memperbaiki rasa dari persediaan. Masalah yang perlu diperhatikan pada

perbaikan rasa obat adalah :

a. Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan, orang dewasa

lebih suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka sirup dengan rasa lebih pahit

seperti kopi., dll.

b. Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan orang sehat. Rasa

yang dapat diterima untuk jangka pendek, mungkin saja jadi tidak bisa diterima untuk

pengobatan jangka panjang.

c. Rasa obat bias berubah dengan waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuatberasa lebih

enak, akan tetapi sesudah penyimpanan dalam jangka waktu tertentu. Kemungkinan

dapat berubah.

d. Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki nilai kalor

tinggi, tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan untuk pengobatan penderitaan

diabetes.

24

Page 25: tugas burahmi coumponding

Catatan :

Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol, sukrosa 20-25%

Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5%, sakarin 0.05%

Kombinasi sorbitol : sirupus simpleks = 30%b/v : 10% b/v ad 20-25% b/v total

pH > 5 dipakai sorbitol; karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan

menyebabkan perubahan volume

Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi

Pewarna dan Pewangi

Pewarna dan pewangi harus serasi.

Asin : Butterscoth, Mafile, Apricot, Peach, Vanili, Wintergreen mint

Pahit : Wild Cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passion fruit, Mint spiceanisi

Manis : Buah-buahan berry, vanili

Asam : Citrus, Licorice, Rootbeer, Raspberry

Pengawet

Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam, atau

bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu

pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang (multiple dose).

Pengawetan yang sering digunakan antara lain :

Metil/propel paraben (2:1 ad 0,1-0,2% total)

Asam benzoat/Na benzoat

Chlorbutanol/chloreksol (untuk obat luar/mengiritasi)

Senyawa ammonium (ammonium klorida kuartener) OTT dengan metil selulosa

Antioksidan

Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat aktif yang mudah

terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif pada dosis rendah. Cara kerja antioksidan

adalah memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada tahap awal dengan memberikan atom

hydrogen. Hal ini merusak radikal bebas dan mencegah terbentuknya peroksidan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih antioksidan :

Efektif dalam konsentrasi rendah

Tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara yang berbahaya

Segera larut atau terdispersi dalam medium

Tidak menimbulkan warna, bau dan rasa yang tidak dikehendaki

Kompatibel dengan konstituen lain dalam sediaan

25

Page 26: tugas burahmi coumponding

Beberapa antioksidan yang lazim digunakan : Golongan kuinol : hidrokuinon, tokoferol,

hidroksikraman, hidroksi kumeran, BHA, BHT, golongan kathekol, senyawa mengandung

Pendapar

Fungsi dari pendapar antara lain sebagai pengatur pH, memperbesar potensi pengawet

dan peningkat kelarutan. Kriteria dapar yang baik adalah mempunyai kapasitas yang cukup untuk

mempertahankan pH, memiliki pKa yang mendekati nilai pH yang diinginkan dan tidak

bermasalah dalam inkopatibilitas dan toksisitas. Contoh dapar yang lazim digunakan : dapar

sitrat, dapar fosfat, dapar asetat.

Jenis Dapar pKa Penggunaan

Dapar fosfat pKa1 = 2,15pKa2 = 7,20

Sediaan oral, parenteral dan optalmik

Dapar sitrat pKa1 = 3,128pKa2 = 4,761pKa3 = 7,20

Sediaan oral, parenteral dan optalmik

Dapar asetat pKa = 4,74 Sediaan oralDapar karbonat pKa1 = 6,34

pKa2 = 10,36Sediaan oral

Dapar borat pKa = 9,24 Sediaan optalmik

Acidifier

Acidifier berfungsi sebagai pengatur pH, peningkat kestabilan suspensi, memperbesar

potensial pengawet dan peningkat kelarutan. Contoh acidifier yang sering digunakan adalah asam

Flokulating Agent

Adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama

membentuk suatu agregat. Floculating agent dapat menyebabkan suatu suspensi cepat

mengendap tetapi mudah terdispersi kembali. Floculating agent dapat dibagi menjadi 4

kelompok, yaitu :

a. Surfaktan

Surfaktan ionik dan nonionik dapat digunakan sebagai Floculating agent. Konsentrasi yang

digunakan berkisar 0,001 sampai 1 % b/v. Surfaktan nonionik lebih disukai karena secara

kimia lebih kompatibel dengan bahan lainnya yang ada dalam formula. Konsentrasi yang

tinggi dari surfaktan dapat menghasilkan rasa yang buruk, membentuk busa dan caking.

b. Polimer hidrofilik

Senyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul yang tinggi dengan rantai karbon panjang

termasuk beberapa bahan yang pada konsentrasi besar berperan sebagai suspending agent.

Hal ini disebabkan adanya percabangan rantai polimer yang membentuk struktur seperti gel

26

Page 27: tugas burahmi coumponding

dalam sistem dan dapat terabsorpsi pada permukaan partikel padat serta mempertahankan

kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi. Polimer seperti xantin gom digunakan

sebagai Floculating agent dalam pembuatan sulfaguanidin, bismuth subkarbonat serta obat

lain. Polimer hidrofilik yang berperan sebagai koloid hidrofil yang mencegah caking dapat

juga berfungsi untuk membentuk agregat longgar. Penggunaan tunggal surfaktan atau

bersama koloid protektif dapat membentuk suatu sistem flokulasi yang baik.

c. Clay

Clay pada konsentrasi sama atau lebih besar dari 0,1% diketahui dapat berperan sebagai

Floculating agent pada pembuatan obat yang disuspensikan dalam sorbitol atau berbasis

sirup. Bentonit digunakan sebagai Floculating agent pada pembuatan suspensi bismuth

subnitrat pada konsentrasi 0,7%.

d. Elektrolit

Kemampuan elektrolit untuk memflokulasi partikel hidrofobik tergantung dari valensi

ionnya. Meskipun lebih efektif, elektrolit dengan valensi tiga lebih jarang digunakan

daripada elektrolit bervalensi satu. Penambahan elektrolit yang berlebihan atau muatan yang

berlawanan dapat menyebabkan partikel memisah dan membentuk sistem flokulasi sehingga

menurunkan kebutuhan konsentrasi surfaktan.

Evaluasi Sediaan

Pengujian sediaan suspensi meliputi :

1 Pengujian organoleptik yang meliputi warna, bau dan rasa sediaan.

2 Pengukuran pH sediaan

3 Pengukuran diameter partikel dan distribusi partikel secara mikroskopik

4 Uji kemampuan redispersibilitas

Dilakukan terhadap formula yang telah disimpan selama satu minggu. Pengamatan dilakukan

dengan cara mengocok sediment secara konstan. Banyaknya kocokan sampai suspensi

menjadi homogen kembali, dihitung.

5 Pengujian berat jenis

6 Homogenitas

7 Pengukuran volume sedimentasi

8 Sifat aliran dan viskositas

Contoh Formula

27

Page 28: tugas burahmi coumponding

1. Formula suspensi AntasidaZat Komposisi (gram)

Al(OH) gelMg(OH)2

6,006,00

Na benzoate 0,5Na sakarin 0,005Minyak permen 0,005Sorbitol 1,400Air 92

BAB VI

28

Page 29: tugas burahmi coumponding

PULVIS DAN PULVERES SERBUK

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukan. Pada pembuatan serbuk

kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dahulu sampai derajat halus tertentu setelah itu

dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50oC.

A. Cara Meracik Obat Menurut FI III

Cara Pembuatan atau meracik serbuk

Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi

sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit kemudain diayak, biasanya

menggunakan pengayak No. 60 dan dicampur lagi

1. Jika serbuk mengandung lemak, maka harus diayak dengan No. 44.

2. Jika bobotnya kurang dari 50mg atau jumlah tersebuttidak dapat

ditimbang harus dilakukan pengenceran menggunakan zat

tambahan yang cocok.

3. Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati serbuk

digerus lebih dahulu sampai derajat halus sesuia yang tertera pada

pengayak dan derajat halus serbuk setelah di keringkan pada suhu

tidak lebih dari 50 C.

4. Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair,

pelarutnya diuapkan hingga hamper kering, dan serbukan dengan

zat tambahan yang cocok.

5. Obat bermasa lembek misalnya, ekstrak kental, dilarutkan dalam

pelarut yang sesuai secukupnya dan diserbukan dengan zat

tambahan yang cocok.

6. Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap,

dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor atau bahan penegring

lain yang cocok.

29