tugas biotek.pdf
DESCRIPTION
tugas biotekTRANSCRIPT
4.1 Pembahasan
Di laboratorium virologi Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan Kelas I Jakarta II ini melakukan pemeriksaan virus WSSV (White Spot
Sydrome Virus), TSV (Tautra Syndrome Virus), KHV (Koi Herpes Virus). Pemeriksaan
WSSV dan TSV pada udang serta KHV pada jenis ikan carper (mas, koi, dan koki) ini
dilakukan dengan biologi molekuler metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Dalam
melakukan metode ini dipeerlukan peralatan dan bahan yang khusus dalam biologi
molekuler. Dari pemeriksaan tigas jenis virus ini memiliki perbedaan bahan dan metode
walaupun tahapan biologi molekuler yang dilakukan sama yaitu ekstraksi, amplifikasi, dan
elektroforesis.
Dalam melakukan pemeriksaan biologi molekuler dengan metode PCR ini alat dan
bahan yang digunakan merupakan alat dan bahan yang harganya relatif mahal serta dalam
melakukan metode PCR harus dengan ketelitian tinggi dalam pengerjaannya. Hal yang
penting dalam metode PCR ini adalah kecepatan, spesifitas dan sensitifitasnya. PCR sangat
spesifik karena dapat mendeteksi mikroorganisme pada tingkatan DNA/ RNA. DNA/RNA
virus dapat diketahui secara cepat dan sampel yang akan diuji dapat dalam jumlah banyak.
PCR juga, sangat sensitif karena mampu mendeteksi satu partikel virus dalam sel yang
terinfeksi dengan cara meningkatkan jumlah DNAnya.
Di BKIPM Kelas I Jakarta II proses yang dilakukan dalam biologi molekuler bertahap
dari mulai ekstraksi, amplifikasi,dan elektrofeoresis. Ekstraksi DNA/RNA atau bisa juga
disebut isolasi ini merupakan teknik mendasar yang harus diketahui dan dikuasai dalam
mempelajari teknik biologi molekuler. Tujuan dari ekstraksi DNA/RNA memisahkan
DNA/RNA dari komponen sel lainya (protein, karbohidrat, lamak, dll) sehingga DNA/RNA
yang diperoleh dapat dianalisis dan atau dimodifikasi lebih lanjut dengan teknik biologi
molekuler tahap berikutnya atau teknik lainnya.
Ekstraksi yang dilakukan di BKIPM Kelas I Jakarta II adalah ekstraksi DNA dengan
lysis buffer dan ektraksi RNA dengan RNA extraction. Tahapan ekstraksi DNA dan RNA ini
berbeda dan mempunyai tujuannya masing-masing dimana ekstraksi DNA ini digunakan
untuk mendeteksi WSSV dan KHV sedangkan ekstraksi RNA untuk mendeteksi TSV.
Prisnsip utama dalam Eksraksi atau isolasi DNA ada tiga yakni penghancuran (lisis),
ektraksi atau pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta pemurnian
DNA (Corkill dan Rapley, 2008; Dolphin, 2008). Menurut Surzycki (2000), ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam proses isolasi DNA antara lain harus menghasilkan DNA
tanpa adanya kontaminan seperti protein dan RNA; metodenya harus efektif dan bisa
dilakukan untuk semua spesies metode yang dilakukan tidak boleh mengubah struktur dan
fungsi molekul DNA; dan metodenya harus sederhana dan cepat.
Ekstraksi DNA ekstraksi yang digunakan untuk WSSV dan KHV dimana awalnya
mengambil bagian contoh uji sesuai dengan ketentuan (Tabel 5), dimasukkan ke dalam
mikrotube 1,5 mL dan ditambahkan 500µL lysis buffer. Lysis buffer ini berfungsi sebagai
perusak dinding sel tanpa harus merusak DNA yang diinginkan. Oleh karena itu perusakan
dinding sel umumnya dilakukan dengan cara memecahkan dinding sel. Menggerus sampai
halus sampel DNA yang telah dilarutkan dengan lysis buffer, penggerusan ini dilakukan
untuk penghancuran sel, membran inti yang mana membantu fungsi lysis buffer yang bekerja
secara kimiawi. Inkubasi selama 10 menit dengan suhu 950C menggunakan dry block heating
thermostat. Inkubasi ini bertujuan untuk mencegah pengendapan atau bisa dibilang
melarutkan lysis buffer. Sentrifugasi pada 12000rcf selama 10 menit, dengan adanya
sentrifugasi ini maka akan tejadi pemisahan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan
cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar,
sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas. Subtansi yang berda dibawah
disebut supernatan dan yang dibawah disebut pellet, ambil 200µL supernatan dan pindahklan
ke dalam mikrotube baru serta lakukan penambahan 400µL alkohol 95%. Ethanol/Alkohol
tidak melarutkan DNA dan berat jenis alkohol yang lebih ringan dari air membuat DNA naik
dan melayang-layang di permukaan. Lakuakan vortex cepat untuk menghomogenkan cairan
yang ada dalam mikrotube, setelah itu sentrifugasi kembali pada 12000rcf selama 5 menit
sehingga didapat kembali supernatan dan pellet yang mana supernatan tahap ini dibuang ke
botol limbah cair. Keringkan supernatan diatas tissu bersih, hal ini bertujuan mengeringkan
pellet dari sisa-sisa buffer maupun etanol. Tahap terakhir pemberian 100µL TE buffer yang
berfungsi melarutkan DNA yang dihasilkan dan menjaga DNA agar tidak mudah rusak.
Dalam buffer TE mengandung EDTA yang berfungsi sebagai senyawa pengkelat yang
mengikat ion Magnesium, yaitu kofaktor yang diperlukan untuk altivtas berbagai enzim
nuclease (Sudarsono, 1996).
Tabel 5. Jumlah Contoh Uji WSSV
Contoh Uji Jumlah/berat contoh Uji
Plasmid DNA WSSV 2 kopi
Tangkai amat induk udang 1 tangkai
≤ PL 12 25-50 ekor
PL 12-30 Udang tanpa hepatopancreas/ kepala
Pleopod, Periopod 2 potongan
Otot 20 mg
Endapan Kolam/ tambak 200mg
Insang 20 mg
Air kolam/ tambah 2 mL
Ekstraksi RNA bertujuan sama dengan ekstaksi DNA dimana untuk mendapatkan
DNA/RNA murni hanya saja cara pengekstraksian yang berbeda dan juga bahan yang
digunakan. Di awalnya juga pengambilan bagian sampel/contoh uji (Tabel 5) Tahap akhirnya
pun sama yaitu pemebrian TE buffer yang berfungsi melarutkan, hanya saja dalam ekstraksi
RNA ini yang dilarutkan adalah RNA yang dihasilkan dan juga menjaga RNA agar tidak
mudah rusak.
Tabel 6. Jumlah Contoh Uji TSV
Contoh Uji Jumlah/berat contoh Uji
Plasmid DNA TSV 2 kopi
≤ PL 12 10 ekor
PL 12-30 5 ekor
Insang Udang Dewasa 2-3 potongan
Insang Induk Udang ½ bagian
Insang PL20-udang ukuran 5 kg 50 mg
Hepatopankreas/hemolimp 20 mg
Proses setelah ekstraksi adalah proses amplifikasi, dimana proses amplifikasi ini ada 2
metode yang dilakukan yaitu amplifikasi dengan IQ 2000 dan amplifikasi dengan metode
OIE. Amplifikasi IQ 2000 digunakan untuk amplifikasi DNA WSSV sedangkan Amplifikasi
(OIE) digunakan untuk amplifikasi RNA TSV dan amplifikasi DNA KHV.
Amplifikasi menggunakan IQ 2000 yang mana prosedurnya telah ada di bab
sebelumnya dan juga terlampir (Lampiran 2). Untuk melakukan amplifikasi hasil ekstraksi
template DNA/sampel DNA sangatlah penting.
Pembuatan campuran reagen di dalam PCR chamber, yang terlebih dahulu hidupkan
lampu UV selama 5 menit, setalah 5 menit matikan lampu UV dan hidupkan lampu neon.
Dalam pembuatan reagen ini harus menghindari kontaminasi dari luar maka dari itu
dilakukan di dalam PCR chamber yang mana alat-alat telah disterilisasikan menggunakan
sinar UV.
Amplifikasi dengan IQ 2000 ada 2 tahap, yaitu mempersiapkan:
1. First PCR
Komposisi : First PCR Premix =7,5µL
IQzyme DNA polymerase = 0,5µL
Total volume campuran reagen =8µL
Komposisi ini berlaku untuk satu mikrotube dimana sudah termasuk perhitungan
untuk kontrol positif, kontrol negatif dan contoh uji/sampel. Selanjutnya divortex yang mana
bertujuan untuk membuat campuran reagen tersebut tercampur dengan baik atau disebut
homogen, melakukan spin down setelah vortex bertujuan untuk menurunkan cairan yang
menempel pada dinding mikrotube.
2. Nested PCR
Membuat campuran reagen pada tube baru dengan membuat kode/label huruf “N”
pada tube yang nanti ditambahkan pada tiap-tiap tube tahap awal yang sedang diamplifikasi.
Komposisi Nested PCR : Nested PCR premix =14µL
IQzyme DNA plymerase=1µL
Total campuran reagen=15µL
Tambahkan campuran nested PCR pada masing-masing hasil amplifikasi Firast PCR,
vortex, spin down, dan amplifikasi pada thermal cycler.
Untuk amplifikasi dengan IQ 2000 bisa diambil contoh dari hasil kegiatan pertama
yang mana contoh uji berjumlah 4 buah. Dengan jumlah template DNA 4 buah maka butuh
mikrotube 6 (1 Kp+1 Kn+4 template DNA) buah untuk amplifikasi ini. Komposisi First PCR
yang merupakan komposisi untuk satu buah bisa dilakukan pada satu mikrotube lebih dahulu
untuk memudahkannya pertama mencampurkan semua bahan dalam 1 tube maka terlebih
dahulu membuat kontrol negatif (kp/-) setelah itu mendistribusikan ke tube kontrol positif
(Kp/+) dan template DNA sesuai dengan perhitungan untuk 4 tempalte DNA :
First PCR : 7,5 x 6 = 45
IQ2000 : 0,5 x 6 = 3
48 : 6 = 8
Memberi kode/label pada mikrotube supaya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan
amplifikasi. Memasukkan 45µL first PCR premix dan 3µL IQzyme2000 kedalam mikrotube
Kn menggunakan mikropipet.
Mendistribusi campuran reagen first PCR premix pada tube Kn ke tube Kp dan tube
uji/sampel dengan takaran 8µL untuk masing-masing mikrotube sehingga hasilnya merata
pada tiap mikrotube.
Setelah pendistribusian, tambahkan 2µL cairan khusus Kp pada tube Kp, 2 µL TE
buffer untuk mikrotube Kn, dan 2µL template DNA hasil ekstraksi untuk tiap-tiap tube yang
khusus sampel.
Vortex semua mikrotube dan spin down, setelah itu amplifikasi dengan memilih
WSSV1 pada thermal cycler menekan tobol start untuk memulai siklus dan tunggu sampai
semua siklusnya selesa (±45-50 menit).
Siklus First PCR :
940C 30 detik; 62
0C 30 detik; 72
0C 30 detik, diulang 5 siklus,
940C 15 detik; 62
0C 15 detik; 72
0C 20 detik, diulang 15 siklus,
720C 30 detik; 20
0C 30 detik; 4
0C , diakhir siklus
Menghitung komposisi Nested PCR dengan 4 template DNA ditambah dengan Kp
dan Kn :
Nested PCR premix =14µL x 6 = 84
IQzyme DNA plymerase=1µL x 6= 6
Total campuran reagen=90µL
Untuk membuat reagen sesuai 90 : 6 = 15, angka ini sesuai dengan komposisi Nested PCR
untuk satu tube.
Menambahkan nested PCR yang telah dibuat ke hasil amplifikasi tahap pertama yaitu
first PCR premix sebanyak 15µL secara merata. Vortex cepat dan spin down, setelah
melakukan amplifikasi kedua dengan memilih WSSV2 pada thermalcycler dan tekan tombol
start (±45-50 menit).
Amplifikasi untuk mendeteksi KHV ini dilakukan dengan metode OIE. Amplifikasi
metode ini berbeda dengan metode yang menggunakan kit IQ 2000 dimana dalam
ampilifikasi metode OIE ini tahap pemcampuran reagen hanya terjadi sekali atau bisa disebut
persiapan master mix dengan komposisi yang tentunya berbeda. Komposisi larutan untuk
master mix amplifikasi (OIE) KHV :
Green Master Mix : 12,5 µL
Primer Forward : 1 µL
Primer Reverse : 1 µL
Nuclease Free Water: 8,5 µL
Total campuran reagen adalah 23 µL
Perhitungan komposisi larutan untuk “8” contoh uji ditambah dengan kontrol positif
dan kontrol negatif telah dipaparkan sebelumnya pada hasil kegiatan
Green Master Mix : 12,5 µL x 10 = 125 µL
Primer Forward : 1 µL x 10 =10 µL
Primer Reverse : 1 µL x 10 = 10 µL
Nuclease Free Water: 8,5 µL x 10 = 85 µL
Total campuran reagen untuk 10 tube adalah 230 µL.
Perhitungan total campuran reagen ini di tentunya tidak akan cukup untuk mikrotube
ukuran 0,2mL maka itu dibuat dalam dua buah mikrotube dengan tiap-tiap reagen dibagi dua
sehingga cukup untuk dibagikan ke 10 buah tube yang masih kosong dengan pembagian
sebesar 23 µL untuk tiap-tiap tube sehingga 10 tube mendapat bagian yang rata. Hal ini untuk
memudahkan dalam proses pencampuran reagen dan menghemat alat yang digunakan seperti
tips. Untuk tube kontrol positif diberi 2 µL larutan kontrol positif dan kontol negatif diberi
NFW atau bisa juga TE buffer 2 µL, serta untuk tube contoh uji beri 2 µL template DNA
sesuai denga kode contoh ujinya sehingga larutan tiap-tiap tube rata jumlahnya yaitu 25 µL.
Setelah semua terdistribusikan lakukan vortex cepat dan spin down serta amplifikasi dengan
memilih untuk KHV pada thermal cycler. Amplifikasi berjalan ±90 menit.
Amplifikasi untuk mendeteksi TSV sama dengan amplifikasi KHV yaitu dengan
metode OIE yang membedakannya hanyalah pada percampuran reagennya. Campuran reagen
untuk proses amplifikasi TSV ini sebagai berikut :
Acces Quick :12,5µL
Primer 9992F :2,5µL
Primer 9195R :2,5µL
AMV :0,5µL
NFW :4,5µL
Dari campuran tersebut template RNA, kontrol positif, dan kontrol positif yang
diberikan 2,5µL untuk masing-masing mikrotube sesuai kodenya. Dengan akhirnya
amplifikasi dengan siklus sebagai berikut :
600C 30 menit; 94
0C 2 menit, diulang 1 siklus,
940C 45 detik; 60
0C 45 detik; diulang 40siklus,
600C 7 detik; 4
0C , diakhir siklus
Untuk Real time PCR komposisi reagen sebagai berikut :
Tagman Universal 12,5µL
Forward 1µL
Reverse 1µL
Probe 1µL
NFW 4,5µL
20µL
Contoh Uji 5µL
25µL
Dalam realtime PCR ini setelah melakukan percampuran reagen langsung
diketahuhasilnya tanpa melakukan elektroforesis hanya ikuti prosedur yang ada pada buku
panduan penggunaan Applied Biosystem.
Pada dasarnya reagen yang digunakan untuk amplifikasi ini sama saja fungsi yaitu
polimerisasi, yang intiya membuat replikasi DNA/RNA.
Hal yang penting atau bisa disebut komponen peting dalam amplifikasi adalah sebagai
berikut :
1. Template DNA/RNA
Fungsi DNA/RNA templat di dalam proses PCR adalah sebagai cetakan untuk
pembentukan molekul DNA/RNA baru yang sama. Templat DNA/RNA ini dapat berupa
DNA kromosom, DNA plasmid ataupun fragmen DNA apapun asal di dalam DNA templat
tersebut mengandung fragmen DNA target yang dituju.
Penyiapan DNA templat untuk proses PCR dapat dilakukan dengan menggunakan
metode lisis sel ataupun dengan cara melakukan isolasi DNA kromosom atau DNA plasmid
dengan menggunakan metode standar yang ada. Pemilihan metode yang digunakan di dalam
penyiapan DNA templat tergantung
dari tujuan eksperimen.
2. Primer
Keberhasilan suatu proses PCR sangat tergantung dari primer yang digunakan. Di
dalam proses PCR, primer berfungsi sebagai pembatas fragmen DNA target yang akan
diamplifikasi dan sekaligus menyediakan gugus hidroksi (-OH) pada ujung 3’ yang
diperlukan untuk proses eksistensi DNA. Perancangan primer dapat dilakukan berdasarkan
urutan DNA yang telah diketahui ataupun dari urutan protein yang dituju. Data urutan DNA
atau protein bisa didapatkan dari database GenBank. Apabila urutan DNA maupun urutan
protein yang dituju belum diketahui maka perancangan primer dapat didasarkan pada hasil
analisis homologi dari urutan DNA atau protein yang telah diketahui mempunyai hubungan
kekerabatan yang terdekat.
3. dNTPs (deoxynucleotide triphosphates)
dNTPs merupakan suatu campuran yang terdiri atas dATP (deoksiadenosin trifosfat),
dTTP (deoksitimidin trifosfat) , dCTP (deoksisitidin trifosfat) dan dGTP (deoksiguanosin
trifosfat). Dalam proses PCR dNTPs bertindak sebagai building block DNA yang diperlukan
dalam proses ekstensi DNA. dNTP akan menempel pada gugus –OH pada ujung 3’ dari
primer membentuk untai baru yang komplementer dengan untai DNA templat. Konsentrasi
optimal dNTPs untuk proses PCR harus ditentukan.
4. Buffer PCR dan MgCl2
Reaksi PCR hanya akan berlangsung pada kondisi pH tertentu. Oleh karena itu untuk
melakukan proses PCR diperlukan buffer PCR. Fungsi buffer di sini adalah untuk menjamin
pH medium. Selain buffer PCR diperlukan juga adanya ion Mg2+, ion tersebut berasal dari
berasal MgCl2. MgCl2 bertindak sebagai kofaktor yang berfungsi menstimulasi aktivitas
DNA polimerase.
Dengan adanya MgCl2 ini akan meningkatkan interaksi primer dengan templat yang
membentuk komplek larut dengan dNTP (senyawa antara). Dalam proses PCR konsentrasi
MgCl2 berpengaruh pada spesifisitas dan perolehan proses.
Umumnya buffer PCR sudah mengandung senyawa MgCl2 yang diperlukan. Tetapi
disarankan sebaiknya antara MgCl2 dan buffer PCR dipisahkan supaya dapat dengan mudah
dilakukan variasi konsentrasi MgCl2 sesuai yang diperlukan.
5. Enzim Polimerase DNA/ Taq polymerase
Enzim polimerase DNA berfungsi sebagai katalisis untuk reaksi polimerisasi DNA.
Pada proses PCR enzim ini diperlukan untuk tahap ekstensi DNA. Enzim polimerase DNA
yang digunakan untuk proses PCR diisolasi dari bakteri termofilik atau hipertermofilik oleh
karena itu enzim ini bersifat termostabil sampai temperatur 95 oC. Aktivitas polimerase DNA
bergantung dari jenisnya dan dari mana bakteri tersebut diisolasi . Sebagai contoh adalah
enzim Pfu polimerase (diisolasi dari bakteri Pyrococcus furiosus) mempunyai aktivitas
spesifik 10x lebih kuat dibandingkan aktivitas spesifik enzim Taq polimerase (diisolasi dari
bakteri Thermus aquaticus). Penggunaan jenis polimerase DNA berkaitan erat dengan buffer
PCR yang dipakai.
Dari penjelasan tentang cara amplifikasi WSSV, TSV, daan KHV didapat bahwa
untuk melakukan amplifikasi harus melakukan perhitungan terlebih dahulu jika terdapat lebih
dari 1 contoh uji, hal ini untuk ekektifitas dan efiiensi waktu pengerjaannya. Jika dalam
pengerjaan campuran reagen lakukan dalam satu mikrotube yang mana telah dihitung
takarannya karena dalam deteksi virus harus dilakukan sejak awal dan alat yang tidak
terbuang sia-sia seperti mikrotips, jika tanpa perhitungan dan percaampuran awal di satu
mikrotube maka banyak mikrotips yang akan terbuang.
Amplifikasi ini sangat penting karena jika terjadi kesalahan pada hasil akhir
pembacaan elektroforesis didapatkan kejanggalan amplifikasi menjadi sorotan pertama
karena dalam amplifikasi tidak boleh terjadi kontaminan dan juga komposisi campuran
reagen haruslah benar. Pencampuran komposisi reagen ini dapat terjadi kesalahan disebabkan
oleh mikropipet, mikropipet banyak macamnya dan banyak pula perusahaan yang
membuatnya dimana mikropipet sering tertinggalnya sedikit cairan didalamnya karena
mikropipet dan mikrotips yang digunakan tidak dalam satu perusaahan. Hal seperti ini
disebut error pipeting, maka dari itu merek mikrotips dan mikropipet baiknya sama untuk
menghindari terjadinya error pipeting ini.
Dalam tahap amplifikasi pada thermal cycler yang prinsipnya siklus suhu dimana tiap
suhu yang diatur mempunyai tujuannya masing-masing. Thapan sikulus suhu sebagai berikut
:
1. Pre-Denaturasi : Tahap ini merupakan tahap untuk mempersiapkan proses berikutnya,
yaitu denaturasi (Pemanasan), Suhu yang digunakan 95°C. Hanya terdiri dari satu siklus
selama 5 menit.
2. Denaturasi : Tahap pemisahan antara untai satu dengan yang lain sehingga masing –
masing menjadi untai tunggal. Suhu yang dipakai 94°C. Proses yang tidak sempurna
dapat memutuskan rantai DNA. Jika terlalu lama dapat menghilangkan aktivitas enzim
polimerase.
3. Annealing : Tahap terpenting. Faktor yang mempengaruhi adalah suhu annealing dan
primer. Suhu rendah dapat mengakibatkan primer tidak dapat melekat pada untai DNA
dengan kurang sempurna. Suhu Tinggi dapat mengakibatkan salah sasaran, atau primer
melekat pada urutan basa yang salah. Suhu melting annealing primer optimum dapat
diukur dengan rumus Tm = 2 ( A+T ) + 4 ( G + C ). Setelah itu dari masing masing
dikurangi 5°C ( Suhu = Tm - 5°C ). Lalu hasil keduanya dihitung rata – ratanya.
4. Ekstention : Proses pemanjangan untai DNA yang telah melekat pada primer. Suhu
optimal yang dipakai 72°C, bertujuan untuk mengaktifkan Enzim Taq Polimerase. Enzim
Taq Polimerase berasal dari bakteri Thermus aquaticus. Penggandaanya n2.
5. Post PCR : Tahap ini hanya tahap optimalisasi proses running. Suhu 72°C, 1 Siklus, 7
Menit.
6. Finalizing : Tahap penyelesaian. Suhu 4°C.
Elektroforesis merupakan proses terakhir dalam biologi molekuler dengan
menggunakan metode PCR. Elektroforesis ini sama saja proses yang dilakukannya baik dail
hasil amplifikasi IQ 2000 ataupun amplifikasi OIE.
Elektroforesis merupakan suatu metode yang digunakan untuk memisahkan molekul
DNA, RNA atau protein berdasarkan ukuran, muatan elektrik, dan sifat-saifat lainnya. Teknik
elektroforesis dilakukan dengan menarik suatu molekul untuk melewati massa gel yang
diberikan arus listrik kutub negatif menuju kutub positif sehingga DNA, RNA yang
mempunyai muatan negatif akan berpindah menuju kutub positif pada ujung akhir massa gel
dalam elektroforesis (Sambrook & Russel 2001 : 5.4). Kecepatan migrasi molekul DNA
ditentukan oleh besar fragmen DNA. Fragmen DNA berukuran kecil akan bermigrasi lebih
cepat diabndingkan dengan fragmen DNA berukuran besar. Fragmen DNA dalam gel dapat
divisualisasikan dengan pewarna pengikat DNA seperti ethidium bromida yang dapat
berpendar di bawah sinar ultraviolet (UV) (Weaver 2004:92). Teknik elektroforesis dialkuakn
karena telah banyak yang menggunakan untuk mendeteksi fragmen DNA hasil amplifikasi
dengan membandingkan pita DNA hasila alplifikasi dengan PITA DNA molecular weight
marker (penanda berat molekul DNA) (Sambrook & Russell 2001 :5.10)
Dalam elektroforesis ethidium bromida digunakan untuk campuran proses
penggambaran atau pewarnaan molekul asam nukleat atau lebih khususnya DNA dan RNA,
tetapi ethidium bromida ini tidak digunakan lagi karena sifat karsinogenik.
Dalam elektroforesis juga digunakan bahan-bahan sepert Etidium Bromida yang
bersifat karsinogenik dan Brom Fenol Blue. Hal tersebut karena Etidium Bromida dapat
meningkatkan daya fluoresensi dari DNA sehingga dapat terlihat jelas, sedangkan Brom
Fenol Blue berfungsi sebagai pewarna untuk memantau kecepatan molekul DNA pada gel
(Birren and Lai, 1993).
Dalam elektroforesis ini ethidium bromida tidak dipakai dan digantikan SYBR Green
dimana fungsinya sama dengan ethidium bromida tetapi lebih sensitif sehingga hasil yang
didapat maksimal diabnding menggunakan ethidium bromida.
Pengerjaan campuran dilakukan diatas parafilm ini bukan semata-semata tidak ada
tujuannya, tujuannya memudahkan melakukan homogenisasi sampel DNA/RNA dengan
loading dye dan SYBR green. Dalam membuat agar, agarose 1,5 % yang digunakan karena
memang 1,5% merupakan yang terbaik untuk pembuatan agar ini, stelah itu dipanaskan di
microwave sampai benar-benar larut. Sisir digunakan untuk membuat sumuran.
Agarose merupakan serbuk dari tanaman agar – agar, yang menghasilkan gel ketika
didinginkan. Buffer dibutuhkan untuk menjaga nilai pH pada angka yang konstan.
Lautan TAE buffer 1x yang digunakan untuk campuran agarose dan merendam
ketika dilakukan penyimpan campuran loading dye, SYBR Green, dan sampel DNA/RNA
memudahkan migrasi dari fragmen DNA berdasarkan perbedaan kekuatan ionik (Magdeldin,
2012). TAE buffer ini bisa dibilang sebagai penghantar arus listrik. Setelah gel mengeras, gel
dimasukkan ke dalam ruang elektroforesis dan dilakukan penambahan running buffer.
Penambahan running buffer dilakukan dengan tujuan mempermudah pengerasan gel saat
dilakukan pemanasan (Gardner dkk, 1991).
Alasan kenapa loading dye/loading buffer digunakan untuk campuran dengan SYBR
Green dan sampel DNA/RNA karena ketika dalam perendaman dengan TAE buffer untuk
memasukkan campuran ke dalam sumur adalah loading dye ini lebih berat daripada TAE
buffer itu sendiri sehingga tenggelam atau bdapat disebut sebagai pemberat oleh karena itu
larutan yang dimasukkan ke dalam sumur/lubang tidak keluar dan tidak terjadi pencampuran
dengan larutan perendamnya, hal yang sangat penting untuk diketahui sehingga dapat
memperoleh hasil yang baik. SYBR-Green merupakan pewarna yang mengkelat dalam untai
ganda DNA. Bahan tersebut dapat digunakan untuk memvisualisasikan DNA, karena bahan
ini berpendar dibawah sinar UV namun tidak terlihat dalam cahaya biasa.
Dalam running harus sesuai dan tepat pengaturannya, dari yang biasanya dilakukan
dan dilihat dari hasil yang baik dalam mengatur running pada power suplai dengan kekuatan
listrik 80 volt, maksimal 200mA selama 50 menit. Semakin besar voltase kecepatan molekul
DNA semakin cepat.
UV transiluminator untuk visualisasi pewarnaan DNA didalam gel agarose ini
merupakan tahap dimana hasil dari elektroforesis dapat diketahui dan di dokumentasi dengan
UVIDOC serta software pendukung.
Gambar 1. Hasil Uji WSSV dengan Contoh Uji Frozen Shrimp
Hasil uji WSSV yang menggunkan marker 100 bp ini dikatakan negatif karena pada
angka 1 dan 2 yang merupakan contoh uji tidak menghasilkan pita DNA atau disebut band
yang menandakan WSSV. WSSV dikatakan positif apabila terbentuk band pada 296 bp
dan/atau 550 bp. Pada kolom kontrol positif terdapat band yang menyatakan bahwa band ini
merupakan band yang menjadi acuan untuk contoh uji dimana kontrol positif pada 296 bp.
Jika terdapat band selain 296 bp dan 550 bp berarti hasilnya tersebut negatif.
200 bp
100 bp
300 bp
Gambar 2. Hasil Uji TSV dengan Contoh Uji Artemia dan Red Cherry Shrimp
Hasil uji TSV yang menggunakan marker 100 bp dengan contoh uji artemia dan Red
Cheery Shrimp didapat hasil negatif karena A1, A2, A3, dan RCS tidak menghasilkan band
TSV samasekali. Hasil Uji TSV dikatakan positif apabila terbentuk band pada 231 bp Jika
terdapat band selain 231 bp.
Gambar 3. Hasil Uji KHV dengan Contoh Uji Fiksatif Insang
Hasil Uji KHV ini dinyatakan tidak baik karena munculya band pada kontrol negatif
yang seharusya tidak boleh ada samasekali. Band yang terdapat pada kontrol negatif ini
merupakan tanda bahwa telah terjadi kontaminasi dalam proses pengerjaan uji KHV ini. Uji
KHV dinyakatan positif apabila terdapat band apa 409 bp dan dikatakan negatif apabila tidak
mengahsilkan band atau pita DNA.
Dalam proses elektoforesis terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi laju
pergerakan dari molekul DNA, yaitu:
1. Ukuran Molekul DNA
Molekul yang berukuran lebih kecil akan cepat bergerak melewati gel karena
hambatan yang akan dihadapi tidak lebih banyak dibandingkan molekul berukuran besar.
2. Konsentrasi gel
Semakin tinggi konsentrasi agarose, semakin kaku gel yang dibuat sehingga sukar
untuk dilewati molekul-molekul DNA. Konsentrasi agarose yang lebih tinggi memudahkan
pemisahan DNA yang berukuran kecil, konsentasi agarose yang lebih rendah memudahkan
pemisahan DNA dengan ukuran yang lebih besar.
3. Bentuk molekul
Molekul yang memiliki bentuk elips atau fibril akan lebih cepat bergerak
dibandingkan dengan yang berbentuk bulat.
4. Densitas muatan
Densitas muatan yaitu muatan per unit volume molekul. Molekul dengan densitas
muatan tinggi akan bergerak lebih cepat dibandingkan molekul dengan densitas muatan yang
rendah.
5. Pori-pori gel
Semakin kecil pori-pori gel yang digunakan, semakin lambat pergerakan molekul
DNA.
6. Voltase
Semakin tinggi tegangan listrik yang diberikan, semakin cepat pergerakan molekul
DNA.
7. Larutan buffer elektroforesis
Buffer dengan kadar ion tinggi akan menaikkan konduktansi listrik sehingga
mempercepat migrasi DNA
(Wolfe, 1993).
Elektroforesis ini ada 2 metode yaitu metode bebas dan horizontal tetapi kebanyakan
pada proses elektroforesis menggunakan metode horizontal karena memiliki kelebihan
dibanding metode bebas.
Kelebihan metode elektroforesis horizontal adalah mudahnya mengamati reaksi
kimia selama proses berlangsung, sampel atau contoh uji dapat ditangani dengan baik dan
cepat, gel dari hasil percobaan dapat disimpan dalam kantong plastik dan didinginkan setelah
percobaan, sehingga dapat dipakai untuk dokumentasi penting yang dapat dipelajari lebih
lanjut di lain waktu, dan beberapa kelebihan lainnya. Selain kelebihan, metode ini juga
memiliki kekurangan, yaitu rawan terjadi kesalahan pada proses pemindahan campuran
sampel ke dalam sumuran/lubang gel, karena slot gel ukurannya sangat kecil (Boffey, 1984).
Elektroforesis gel ini mempunyai manfaat antara lain untuk mengetahui ukuran
fragmen DNA dari produk PCR, memisahkan produk DNA dari hasil digesti yang berbeda
ukuran, lalu dapat disequencing, dan juga untuk pemurnian atau purifikasi
DNA. Elektroforesis dapat diaplikasikan untuk berbagai macam kegiatan, antara lain
membandingkan gen homolog dari spesies yang berbeda, mengetahui susunan sekuens
berbagai genom, DNA finger printing, mengetahui ada atau tidaknya gen-gen penyebab
kelainan genetik atau penyakit tertentu, mendeteksi lokasi dan jumlah mRNA dalam sel atau
jaringan tertentu, mengetahui aktivitas gen selama perkembangan berbagai tipe sel organisme
atau aktivitas gen sebelum dan sesudah diberi perlakuan tertentu, mempelajari evolusi di
tingkat molekular, mengetahui variasi genetik dalam populasi natural di alam, menentukan
atau mengidentifikasi berat molekul fragmen DNA, RNA, protein dan aktivitas enzimatik,
menganalisa fragmen DNA yang diamplifikasi melalui PCR, mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan genetik antar individu, dan menentukan jumlah fragmen DNA yang diklon dalam
rekombinan plasmid DNA (Russell, 1994; Fairbanks and Andersen, 1999).
Namun disamping itu, elektroforesis gel juga memiliki kekurangan yaitu pada deteksi
atau identifikasi amplikon. Penggunaan elektroforesis gel ini dirasakan kurang efisien karena
lama pengerjaannya dan terbatasnya jumlah sampel yang dapat diperiksa. Disamping itu,
kadang kadang hasil PCR dalam gel muncul pita yang tidak berbentuk (ghost atau smeary
bands) atau pita yang terlampau banyak sehingga hasilnya sulit diinterpretasikan (Tarigan,
2011).