tugas besar pemodsis chandra raharjo_120607143

74
BAB I SITUASI MASALAH Situasi yang akan dibahas dalam Bab 1 dijelaskan terlebih dahulu mengenai gambaran umum permasalahannya (dengan beberapa subbab penjelasan yang terdiri dari Pengumpulan Data, Stakeholder, Deskripsi Gap, Rich Picture), Identifikasi Isu (membahas tentang awal penemuan masalahnya hingga memformulasikan masalah), Narrow System ( membahas mengenai Widest System dan Narrow System), dan Elemen Masalah (membahas mengenai Problem Owner, Problem User, Problem Customer, Problem Solver, Tujuan, Ukutan Performansi dan Alternatif Tindakan). 1.1 Gambaran Umum Terdapat banyak sekali perusahaan yang ada di kota Tangerang salah satunya adalah PT. Sejahtera yang memproduksi produk kursi roda yang multifungsi. Dari tahun ke tahun permintaan akan kursi roda multifungsi terus meningkat dan sangat 1

Upload: chandraraharjosanjaya

Post on 16-Sep-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB I

30

BAB I

SITUASI MASALAH

Situasi yang akan dibahas dalam Bab 1 dijelaskan terlebih dahulu mengenai gambaran umum permasalahannya (dengan beberapa subbab penjelasan yang terdiri dari Pengumpulan Data, Stakeholder, Deskripsi Gap, Rich Picture), Identifikasi Isu (membahas tentang awal penemuan masalahnya hingga memformulasikan masalah), Narrow System ( membahas mengenai Widest System dan Narrow System), dan Elemen Masalah (membahas mengenai Problem Owner, Problem User, Problem Customer, Problem Solver, Tujuan, Ukutan Performansi dan Alternatif Tindakan).1.1 Gambaran Umum

Terdapat banyak sekali perusahaan yang ada di kota Tangerang salah satunya adalah PT. Sejahtera yang memproduksi produk kursi roda yang multifungsi. Dari tahun ke tahun permintaan akan kursi roda multifungsi terus meningkat dan sangat fleksibel (dapat mengalami kenaikan drastis maupun penurunan yang drastis), terutama konsumen dari Rumah Sakit dan Toko Alat Kesehatan.

Kursi roda merupakan alat bantu atau media yang sangat bermanfaat bagi penyandang cacat yang tidak mampu berjalan. Kursi roda yang digunakan bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Para penderita cacat fisik, utamanya pada kaki, ataupun pada orang sakit yang tidak mampu berjalan menggunakan kursi roda untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Umumnya mereka menginginkan keleluasaan dalam bergerak, yang tidak mudah dicapai dengan adanya keterbatasan pada fisik mereka. Karena itulah PT. Sejahtera memilih untuk membuat produk Kursi Roda Multifungsi karena kursi roda menjadi suatu media yang sangat membantu aktivitas mereka.

Dalam proses produksinya, tidak semua komponen dari produk tersebut dibuat oleh PT. Sejahtera, seperti komponen roda kecil, roda besar, dan ban. Komponen yang tidak diproduksi didapatkan dari toko-toko terdekat yang menjual komponen tersebut. Setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu toko tersebut tutup sehingga PT. Sejahtera harus membeli komponen tersebut di toko yang letaknya lebih jauh dari toko yang sebelumnya bahkan sampai diluar kota. PT. Sejahtera juga tidak memiliki Departemen Perancangan / Assembly di lantai produksinya sehingga produk yang diproduksi di PT. Sejahtera merupakan produk setengah jadi.

PT. Sejahtera menerapkan Metode Make To Stock-Make To Order karena pertimbangan menghadapi permintaan konsumen yang tidak relatif konstan sama. Dalam memproduksi PT. Sejahtera mengadakan penyetokan untuk mengantisipasi adanya permintaan yang besar dan memproduksi jika ada permintaan. Penyetokan disesuaikan dengan ukuran gudang yang dimiliki yaitu hanya kapasitasnya 50 hanya untuk produk setengah jadi dan tidak mempertimbangkan bila adanya kecacatan produk setengah jadi. Tentunya PT. Sejahtera menginginkan bahwa permintaan konsumen terpenuhi sesuai dengan periode yang diminta karena itulah PT. Sejahtera melakukan penyetokan juga agar bisa fleksibel terhadap permintaan konsumen

PT. Rancang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa perancangan di kota Tangerang yang juga menerapkan prinsip JIT / Just In Time. JIT adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen secara tepat waktu.Dalam hal ini, PT. Sejahtera memerlukan PT. Rancang untuk merancang produk setengah jadinya ke dalam proses penyelesaiannya (PT. Sejahtera menjadi Supplier PT. Rancang) dalam pembuatan kursi roda yang multifungsi. Tentunya bagi perusahaan PT. Rancang menginginkan ukuran lot pengiriman yang ekonomis bagi perusahaannya yaitu menerapkan economic order quantity (EOQ). Demikian juga PT. Sejahtera menginginkan ukuran lot ekonomis bagi sistem produksinya (economic production quantity (EPQ)).

Hal ini tentu saja menyulitkan bagi perusahaan PT. Sejahtera jika PT. Rancang menerapkan JIT. Karena dengan JIT kapasitas yang dapat diselesaikan oleh PT. Rancang rata-ratanya adalah 40 unit dalam periode tertentu sedangkan dari permintaan konsumen tersebut terhadap produk Kursi Roda Multifungsi rata-ratanya adalah 50 unit per periode tertentu. Ciri dari JIT adalah dengan Sistem Kanban yaitu produk setengah jadi akan dirancang ketika hanya pada sejumlah permintaan saja sehingga dalam pemasokannya barang setengah jadi pun terbatas / ukuran lot pengiriman akan terbatas karena kapasitas perancangan di PT. Rancang dibatasi sesuai dengan safety stock dan rata-rata permintaan akan produk tersebut. Karena itu tidak semua permintaan dapat dipenuhi kepada konsumen, akibat prinsip JIT yang diterapkan oleh PT. Rancang . Hal ini memberikan dampak pada ongkos biaya trasnportasi yang tinggi, biaya penyimpanan yang tinggi, biaya penalty yang dikenakan oleh konsumen.

Aktivitas distribusi memegang peranan penting dalam dunia bisnis dan perindustrian. Adanya proses distribusi yang baik dapat menjamin ketersediaan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Distribusi merupakan suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, diwaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Selain memiliki fungsi yang penting, Nudu (2007) mengemukakan bahwa: dari keseluruhan biaya logistik, 80% diantaranya merupakan biaya untuk transportasi, gudang (warehousing), dan inventory. Sedangkan 60% biaya gudang adalah untuk biaya tenaga kerja. Komponen biaya tenaga kerja meliputi receiving (20%), stocking (15%), picking (45%), dispatching (20%).

Dalam kasus ini terdapat 2 pertimbangan yaitu jika PT. Rancang mempunyai kendali yang lebih besar dalam hubungan rantai pasok ini, maka PT. Rancang akan memaksakan pengiriman dalam ukuran lot kecil dan secara bertahap, dan hal ini memungkinkan PT. Sejahtera akan rugi atau menjual barang lebih mahal.

Jika diasumsikan bahwa hubungan antara kedua belah pihak mempunyai kekuasaan kendali yang sama, maka ukuran lot pengiriman dan ukuran lot produksi dapat dikoordinasikan. Manfaat dari koordinasi ini dapat dinikmati oleh kedua belah pihak, yaitu PT Sejahtera akan mendapat keuntungan lebih karena ongkos total gabungan (ongkos total PT. Sejahtera dan ongkos total PT. Rancang) dapat ditekan / dikurangi.

1.1.1 Pengumpulan Data

Data biaya pembelian material (dari toko penjual komponen ke PT. Sejahtera). Data pemasokan produk setengah jadi(dari PT. Sejahtera ke PT. Rancang). Data permintaan komponen (dari PT. Sejahtera ke toko penjual komponen)

1.1.2 Stakeholder

Stakeholder eksternal adalah individu yang membeli produk atau memberikan jasa yang diberikan sebuah perusahaan. Mereka berada di luar perusahaan dan memiliki sesuatu untuk diraih dan dirawat sebagai hasil dari penggunaan produk atau jasa atau yang memiliki hubungan dengan perusahaan tersebut. Mereka dapat berupa supplier, joint venture groups, pemakaian akhir atau pesaing. Umumnya stakeholder eksternal terdiri atas pelanggan, mitra dan pesaing.

Stakeholder eksternal adalah para individu yang memiliki keinginan untuk membeli produk dan jasa, dan melakukannya dalam proses yang disebut sebagai pertukaran, yang merupakan pembagian nilai antar dua kelompok. Satu kelompok akan menawarkan produk atau jasa dengan menukarkan uang, waktu, energi dan usaha yang dimiliki oleh kelompok lain. Jika nilai yang diterima sama dengan atau lebih penting dari nilai yang diberikan, pertukaran yang positif akan terjadi.

Dalam kasus pelanggan dapat diidentifikasikan stakeholder yang merupakan stakeholder eksternal adalah permintaan pelanggan terhadap produk yang dimiliki oleh PT. Sejahtera, pihak yang mengantarkan produk tersebut dari PT. Sejahtera ke PT. Rancang maupun sampai ke pelanggan (jasa pelayanan transportasi), juga jasa penyimpanan (gudang eksternal).

Stakeholder internal. Berdasarkan Intuisi, karyawan mengerti bahwa mereka harus bertemu dengan kebutuhan dan harapan dari kesatuan yang lahir ini. Untuk mengatasi masalah tersebut organisasi terlebih dahulu harus mengidentifikasi stakeholder yang tepat, kemudian menegaskan kebutuhan dan harapan mereka.

Pelanggan internal adalah individu atau kelompok yang membantu perusahaan memproduksi produk dan jasa (departemen- departemen, unit-unit, atau divisi yang menyediakan kepentingan manusia atau sumber materi, hasil kinerja atau informasi kritis kepada pelaksanaan aktivitas kinerja atau pengiriman produk dan jasa)

Stakehoulder dalam PT. Sejahtera adalah: desainer produk, karyawan, departemen penerimaan barang sampai departemen pengecetan. Stakehoulder PT. Rancang: karyawan, departemen penerimaan sampai departemen perakitan. Stakehoulder luar: toko penjual komponen, jasa transportasi, jasa gudang eksternal.

1.1.3 Deskripsi Gap

Adanya kesenjangan yang diinginkan oleh PT. Sejahtera yaitu, keinginan untuk memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan due datenya, tetapi pada kenyataannya tidak bisa terealisasikan karena dalam proses penyelesaiannya ke produk jadi, produk hanya mampu dibuat dengan rata rata kapasitas 40 unit saja dalam waktu periode tertentu, sedangkan rata-rata akan permintaan per periode tersebut adalah 50 unit. Ketika adanya ketidak-seimbangan antara permintaan dengan yang dimintanya dimana permintaannya lebih besar daripada yang dimintanya, akan menambah biaya ongkos.

1.1.4 Rich Picture

Berikut adalah gambaran mengenai transportasi (ukuran lot pengiriman).

Gambar 1.1 Transportasi (Ukuran Lot Pengiriman)1.2 Identifikasi Isu

1.2.1 Penemuan Masalah

Penemuan permasalahan terdapat di PT. Rancang karena menerapkan prinsip JIT. Dengan prinsip tersebut akan merugikan PT. Sejahtera, karena permintaan akan produk tersebut tiap tahun adalah meningkat, sehingga PT. Sejahtera memerlukan produksi produk yang lebih baik lagi, tapi nyatanya permasalahan tersebut juga disebabkan karena keterbatasan fasilitas PT. Sejahtera yaitu: keterbatasan ukuran perusahaan / Industri, tenaga kerja dan mesin sehingga PT. Sejahtera tidak memiliki departemen assembly.

Karena Prinsip JIT dengan ciri adanya sistem Kanban dimana ukuran lot pengiriman yang akan dipasok ke PT. Rancang akan terbatas karena disesuaikan dengan safety stock PT. Rancang. Menyebabkan adanya produk setengah jadi yang bertambah / menumpuk karena pengiriman dengan ukuran lot yang relatif kecil kemudian untuk pemenuhan produk tersebut tidak tepat waktu dan juga bahkan ada yang tidak terpenuhi.

Dengan adanya permasalahan tersebut meningkatkan biaya ongkos dan simpan bagi PT. Sejahtera. Pembelian komponen juga memerlukan biaya yang lebih karena setiap hari Jumat Minggu , pembelian komponen di luar kota karena toko-toko sebelumnya tutup pada hari tersebut. Sehingga dalam pembelian komponennya juga perusahaan membeli sekaligus banyak untuk penyetokan 2 hari (hari Jumat dan Sabtu) jika diasumsikan bahwa pengerjaan produk setengah jadi dan produk jadi beroperasi 8 jam dalam sehari dan 6 hari dalam 1 Minggu kecuali hari Minggu.

1.2.2 Formulasi Masalah

Konsep JIT merugikan bagi perusahaan manufaktur sebagai pemasoknya karena tidak dapat menghadapi permasalahan jika rata-rata permintaan tersebut lebih besar dari kapasitas dan kemampuan yang dikerjakan menjadi produk jadi sehingga menyebabkan semua ongkos menjadi mahal dan harga jual produk menjadi tinggi.

1.3 Narrow System

1.3.1 Widest System

Keseluruhan dari sistem yang masing-masing memiliki tujuan yang sama dalam maksimasi profit perusahaan hal ini bisa berupa persaingan antar sesama jenis perusahaan dan sebagainya.

1.3.2 Narrow System

Contained system dalam kasus ini; sistem minimasi biaya total ongkos perusahaan dan juga penentuan dalam ukuran lot pengiriman yang sesuai, ekonomis dengan keinginan antara kedua perusahaan yaitu perusahaan PT. Sejahtera dan PT. Rancang.

1.4 Elemen Masalah1.4.1 Problem Owner

Pada kasus ini owner tidak bisa memutuskan kendali mana yang akan digunakan antar keduanya atau merupakan total gabungannya guna mencapai keinginannya yaitu: total minimasi ongkos, dimana owner adalah pemilik perusahaan yang berhak dalam membuat sebuah decision making. Owner dalam kasus ini adalah owner dari PT. Sejahtera dan PT. Rancang.1.4.2 Problem User

Problem User merupakan komponen pendukung dalam pembuatan decision making seorang owner atau bisa dikatakan Problem User adalah bagian yang berinteraksi langsung dalam sistem yang ada, komponen yang menjalankan rantai pasok tersebut. Contohnya dalam departemen proses produksinya ada orang yang berperan sebagai problem user yaitu QC ( Quality Control), yang dapat berperan langsung dalam penerimaan produk tersebut, bila ada berapa persen produk yang cacat akan ada kebijakan tersebut dalam mengatasi permasalahan tersebut, ada juga contoh problem user yang lainnya, adalah Manajer (Marketing) karena tingkat penjualan produk yang baik juga tergantung daripada kemampuan marketing dalam hal promosinya.

1.4.3 Problem Customer

Problem Customer merupakan problem yang terkena dampak akibat keputusan yang sudah dibuat oleh owner. Hal ini bisa dijumpai dengan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan dan konsumen. Permasalahan yang ditemui pada pelanggan pada ketepatan waktu penerimaan produk yang dipesan juga mahalnya produk yang dijual oleh PT. Sejahtera karena akibat prinsip JIT yang diterapkan oleh PT. Rancang karena PT. Sejahrera memasok komponen produknya pada PT. Rancang

1.4.4 Problem Solver

Problem Solver adalah bermaksud untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada dalam perusahaan dalam keputusan-keputusan atau kebijakan yang telah dibuat oleh owner. Hal ini Problem Solver dapat dikatakan sebagai konsultan (pihak ketiga atau pihak lain) yang tentunya dalam pemecahan permasalahannya atau segala sesuatu usulan perbaikan tersebut berdasarkan sepengetahuan atau mendapatkan persetujuan dari owner dalam perusahaan tersebut.

1.4.5 Tujuan

Tujuan pembahasan dari permasalahan yang ada, yaitu untuk:

1. Meminimalkan total ongkos.

2. Mengefisienkan proses perakitan, nol inventory untuk PT. Rancang.

3. Utilisasi dalam lintasan produksi PT. Sejahtera.

4. Memberikan solusi atau usulan perbaikan dalam minimasi total cost.

5. Dapat merumuskan permasalahan model permasalahan.

1.4.6 Ukuran Performansi

Ukuran performansi, akan dikatakan baik apabila: mencapai total ongkos yang dikeluarkan adalah paling seminim mungkin, tidak ada pemborosan dalam hal pengiriman atau ukuran lot yang dikirimkan sesuai dengan lot-nya, total ongkos gabungan dari kedua perusahaan dapat ditekan.

1.4.7 Alternatif Tindakan

Alternatif Tindakan merupakan suatu pilihan dari berbagai tindakan yang membantu untuk mencapai tujuan yang ada, meminimalkan suatu tindakan yang merugikan baik dalam hal waktu, biaya, atau dalam bentuk yang berwujud. Misalkan adanya kesepakatan dan kerja sama, sehingga kedua perusahaan akan tidak ada rasa saling merugikan, karena mereka telah menyepakati bersama terlebih dahulu.

Dalam kasus ini misalnya antara Perusahaan PT Sejahtera dengan toko penjual komponennya. Agar Perusahaan PT. Sejahtera tidak rugi dalam penjadwalan proses produksinya karena ongkos transportasi juga bisa diberikan alternatif, yaitu: pembelian dalam skala besar tetapi ongkos kiriman dapat ditanggung oleh penjual komponen tersebut (untuk pembelian komponen di luar kota).

BAB II

SISTEM RELEVAN

2.1 Komponen Sistem

2.1.1 Komponen dan Parameter

Komponen adalah satu merupakan bagian dalam sistem yang berfungsi untuk mengetahui berbagai permasalahan yang dapat membantu mencari informasi sehingga permasalahan tersebut dapat dislesaikan, dan Parameter adalah sebuah acuan yang dapat digunakan untuk menetapkan keadaan / kondisi, maupun kadar / ukuran tertentu.

Dari studi kasus ada beberapa komponen dan parameter yang dapat ditemukan, yaitu; biaya produksi yang dikeluarkan (bisa dinyatakan dalam Rp/Unit yang dalam penentuan ongkosnya memerlukan pertimbangan biaya-biaya lain dalam lantai produksinya, misalkan untuk biaya overheadnya). Biaya overhead dalam lantai produksi PT. Sejahtera. Biaya inventory (Rp/Unit), biaya setup, biaya pembelian material, biaya transportasi, biaya pengiriman per lot, biaya pemesanan, biaya depresiasi, biaya penalty, biaya rework, gaji pegawai, dan biaya non produksi.

2.1.2 Lingkungan dan I / O

Gambar 2.1 Lingkungan dan I / ODapat dilihat bahwa Lingkungan merupakan pembatas sistem. Sistem ada di dalam lingkungan, dan Lingkungan berada di luar sistemnya. Sistem yang terbentuk adalah Input dimana pemasokan dari PT. Sejahtera ke PT. Rancang kemudian produk setengah jadi yang dipasok akan diproses menjadi produk akhir dalam hubungan antara Input dan Outputnya yaitu adanya umpan balik yang telah diberikan. Selain dalam sistem tersebut, aktivitas diluar dari sistem tersebut merupakan bagian dari Lingkungan. Dalam Hal ini, Lingkungan bisa berupa konsumen, customer dan toko penjual komponennya.

Input Controllable merupakan input yang dapat dikendalikan misalkan jumlah produksi yang akan disesuaikan dengan jumlah permintaannya, tentu saja pengendalian terhadap banyaknya material yang dibutuhkan, banyaknya unit yang disimpan digudang, jumlah pegawai, penjadwalan produk.

Input Uncontrollable: merupakan input yang tidak dapat dikendalikan yaitu segala bentuk biaya termasuk biaya transportasi, biaya pesan, biaya simpan. Tidak dapat dikendalikan karena bisa berubah akibat adanya pertimbangan denngan ukuran, berat produk, jarak yang ditempuh dan sebagainya.

Dampak dapat dilihat karena adanya ketidaksesuaian dalam lingkungan dan sistemnya, semua dapat tergantung dengan sensitivitas jenis produk juga, seperti produk Kursi Roda Multifungsi, dengan sensitvitas tingkat yang rendah karena produk tersebut cenderung pemakaiannya dilihat dalam kegunaan dan manfaatnya.

2.1.3 Interaksi dan VariabelInteraksi merupakan suatu hubungan antar komponen atau pihak atau bagian bagian yang ada disekitarnya dan mempunyai saling keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Hubungan antara Input, Proses, Output dan Lingkungannya adalah Ukuran Lot yang akan ditentukan dalam ukuran lot pengiriman yang efisien. Ukuran masing-masing yang diinginkan tentunya ekonomis bagi kedua perusahaan.

Variabel merupakan hal yang dapat diubah atau ditentukan. Misalkan karena penerapan JIT pada PT. Rancang mendekati nol inventory maka dapat ditentukan dengan sistem Kanban dengan menghitung total maksimal kanban dalam satuan waktu tertentu begitu juga dengan PT. Sejahtera dalam hal produktivitasnya, banyaknya produk yang akan diproduksi tergantung dari berbagai hal salah satunya adalah permintaan dari konsumen atau dan customer. Atau misalkan jumlah produk yang akan diminta oleh perusahaan PT. Rancang untuk dilakukannya proses perakitannya.2.2 Struktur Sistem

2.2.1 Blok Diagram

InputOutput

Gambar 2.2 Blok Diagram2.2.2 Influence Diagram

Gambar 2.3 Influence DiagramDiagram Pengaruh terutama berkaitan dengan pembuatan proses transformasi dari sistem dalam bentuk hubungan struktural dan sebab akibat antara komponen dari sistem. Sebuah diagram pengaruh menggambarkan hubungan pengaruh:a. Antara input sistem dan komponennya.b. Antara komponen dengan sistem.c. Antara komponen dengan output.Simbol-simbol dalam penggambaran Influence Diagram:a. Awan menggambarkan input data dari lingkungan ssitem yang lebih. b. Kotak merupakan kontrol input. c. Lingkaran merupakan variabel setiap komponen.d. Oval merupakan output sistem dan pengukuran kinerja sistem.Sejumlah informasi yang terkandung dalam diagram dapat ditinggikan dengan mengindikasikan apakah hubungan pengaruh positif, peningkatan (penurunan) dalam variabel yang berpengaruh mengakibatkan peningkatan (penurunan) pada variabel terpengaruh, atau nilainya negatif, peningkatan jumlah variabel yang berpengaruh menurunkan variabel terpengaruh dan sebaliknya.

2.3 Karakterisasi Sistem2.3.1 Horison Waktu

Horison Waktu merupakan lamanya waktu yang diperlukan dalam menganalisis suatu studi kasus. Lamanya analisis tersebut disesuaikan dengan tingkat satuan dalam sistem tersebut, maksudnya jika permintaan dalam periode bulanan atau tahunan, sehingga dalam pemenuhan waktu produksinya juga dikonversikan ke dalam bulanan dan tahunan. Tentu saja penelitian akan membutuhkan waktu minimalnya adalah dalam bentuk bulan, dan analisis dalam jangka waktu tahunan akan lebih baik lagi, akurasi dalam penelitian atau pemecahan atau usulan perbaikan dapat lebih banyak lagi diberikan sehingga meminimalkan error yang ada. Horison waktu dalam penelitian studi kasus ini, karena rata-rata permintaan unitnya dalam bentuk bulan, makan minimalnya peneliti melakukan penelitian selama 6 bulan.

2.3.2 White / Black BoxWhite Box merupakan cara pengujian dengan melihat ke dalam sistem untuk meneliti komponen-komponen dan menganalisis apakah ada kesalahan atau tidak. Jika ada komponen yang menghasilkan output yang tidak sesuai dengan proses bisnis yang dilakukan, maka komponen yang terlibat pada unit tersebut akan dicek satu persatu dan diperbaiki, kemudian disetting ulang.

Black Box Testing adalah pengujian yang dilakukan hanya mengamati hasil eksekusi melalui data uji dan memeriksa fungsional dari perangkat lunak. Jadi dianalogikan seperti melihat suatu kotak hitam, hanya bisa melihat penampilan luarnya saja, tanpa tau ada apa dibalik bungkus hitamnya. Sama seperti pengujian black box, mengevaluasi hanya dari tampilan luarnya (interfacenya) dan fungsionalitasnya tanpa mengetahui apa sesungguhnya yang terjadi dalam proses detailnya (hanya mengetahui input dan output).Produk Kursi Roda merupakan produk yang dalam proses produksinya harus memenuhi berbagai standar, karena hubungannya dengan konsumen yang rata-ratanya adalah penyandang cacat, maka sangat perlu diperhatikannya ukuran-ukuran yang presisi, kenyamanan dari bahan yang dipakai dan sebagainya harus memenuhi standar yang sudah ditetapkan, misalkan:

Lebar bersih 32 cm (umumnya jenis kursi roda travel dan kursi roda anak)

Lebar bersih 35 cm (kursi roda travelling dan kursi roda anak-anak)

Lebar bersih 37 cm (kursi roda anak cp, kursi roda mini, dll)

Lebar bersih 42 cm (beberapa kursi roda elektrik)

Lebar bersih 46 cm (kursi roda standar ukuran orang dewasa)

Lebar bersih 51 cm (kursi roda lebar untuk orang gemuk)

Lebar bersih 56 cm (kursi roda khusus untuk orang gendut dengan berat badan diatas 100 kg sampai dengan 150 kg)

Tentunya dengan begitu pengujian dilakukan dengan cara melihat dari dalam system tersebut. Melihat komponen-komponennya, apakah sesuai atau tidak (White Box).

2.3.3 Statis / DinamisSistem didefinisikan sebagai kombinasi dari beberapa komponen yang memiliki keterkaitan, sehingga menjadi suatu kesatuan dan mendukung suatu fungsi tertentu. Sistem dapat dipandang sebagai bagian yang ditetapkan dengan suatu pembatas sehingga keseluruhan bagian di luarnya merupakan lingkungan. Pembatas sistem dari lingkungan bersifat konseptual, tidak harus eksplisit secara fisik seperti halnya sebuah tembok pembatas, tetapi lebih diarahkan untuk membedakan komponen mana yang menjadi bagian dari sistem dan komponen mana yang bukan bagian dari sistem.

Dinamika dapat diartikan sebagai perubahan dari nilai suatu variabel sistem terhadap waktu. Dinamika sistem mempelajari identifikasi parameter karakteristik dinamik suatu sistem yang terkait dengan proses yang dapat berlangsung di dalamnya. Sistem statis memiliki respons output terhadap input yang tidak berubah terhadap waktu. Sedangkan pada sistem dinamik memiliki respon terhadap input yang tidak serentak proporsional terhadap input atau gangguan dan akan berlanjut meskipun input sudah tetap. Sistem dinamik dapat merespon terhadap sinyal input, gangguan atau kondisi awal.

PT. Sejahtera dan PT. Rancang dalam minimasi total ongkos gabungannya akan sensitif dengan perubahan waktu karena pengaruh adanya inflasi yang menyebabkan kenaikan atau penurunan mata uang rupiah dalam valuta asing yang menyebabkan perubahan nilai-nilai biaya pada berbagai komponen dan parameternya. Sehingga biaya dalam periode ke periode tersebut tidak akan selalu sama tetapi akan berubah-ubah seiring dengan perubahan waktu. Juga dengan produk Kursi Roda Multifungsi, jumlah permintaan akan terus mengalami kenaikan akibat bertambahnya periode, bertambahnya jumlah kependudukan dan pengguna pengendara, dan juga mengakibatkan bertambahnya kecelakaan sehingga bertambahnya permintaan akan kursi roda tersebut oleh penyandang cacat dari korban kecelakaan tersebut.

2.3.4 Diskrit / KontinyuUntuk mengelompokkan suatu model simulasi apakah diskret atau kontinyu, sangat ditentukan oleh sistem yang dikaji. Suatu sistem dikatakan diskret jika variabel sistem yang mencerminkan status sistem berubah pada titik waktu tertentu, sedangkan sistem dikatakan kontinyu jika perubahan variabel sistem berlangsung secara berkelanjutan seiring dengan perubahan waktu. Pada kasus yang dibahas, sistem yang digunakan adalah sistem diskret tapi pendekatan sistem kontinyu

2.3.5 Deterministik / ProbabilistikData yang dipakai adalah data Probabilistik karena permintaan, tidak akan selamanya konstan, karena berubah-ubah faktor dari waktu.

Sistem Deterministik (Deterministic System) adalah suatu sistem yang operasinya dapat diprediksi secara tepat, misalnya sistem komputer. Sistem dimana operasi-operasi (input / output) yang terjadi didalamnya dapat ditentukan / diketahui dengan pasti. Sedangkan Sistem Probabilistik (Probabilistic System) adalah sistem yang tak dapat diramal dengan pasti karena mengandung unsur probabilitas, misalnya sistem arisan dan sistem sediaan, kebutuhan rata-rata dan waktu untuk memulihkan jumlah sediaan dapat ditentukan tetapi nilai yang tepat sesaat tidak dapat ditentukan dengan pasti.

Dalam hubungannya dengan total minimasi biaya, penentuan ukuran lot pengiriman, ukuran lot produksi, peramalan permintaan akan periode selanjutnya pun dapat dihitung. Dengan itu, jumlah produk yang akan diproduksi, keperluan biaya untuk membeli material sejumlah lot tertentu, dan total biaya simpan juga biaya-biaya overhead yang akan dikeluarkan pun dan dalam sistem penggajian pun dapat dihitung. Sehingga dalam kasus ini dapat termasuk ke dalam sistem Deterministik.

2.3.6 Open / ClosedSistem Tertutup (Closed System) adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi, atau energi dengan lingkungan, dengan kata lain sistem ini tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan Sistem Terbuka (Open System) adalah sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh lingkungan.

Sistem pengiriman produk ini termasuk ke dalam closed loop system karena sistem ini tidak dipengaruh oleh lingkungan luar.

BAB IIIFORMULASI MODEL

3.1 Asumsi dan Batasan

3.1.1 Asumsi

Sistem ini memiliki beberapa asumsi terkait penyelesaian masalah pada sistem dan kemudahan penyelesaian sistem, yaitu:

a. Pola permintaan produk bersifat deterministik.

b. Tidak ada pengiriman kembali dari distributor ke perusahaan.

c. Tidak diijinkan terjadinya shortage ataupun stockout.

d. Tidak ada diskon dalam pembelian barang.

e. Ongkos persediaan pembeli dan pemasok tidak sama (SS / SB hS /hB)

f. PT. Sejahtera dan PT. Rancang memiliki beginning power yang sama.

3.1.2 Batasan

Terdapat beberapa batasan terkait dengan keterbatasan supply untuk memenuhi demand dengan biaya transport yang beragam, diantaranya yaitu:

a. Pada kasus ini pihak PT. Sejahtera tidak dapat memproduksi barang sesuai dengan jumlah ukuran lot yang sesuai dengan PT. Rancang.

b. Tidak adanya pemberian diskon dalam pembelian barang.

c. Tidak mengenal dengan istilah pengiriman kembali dari distributor ke perusahaan.

d. Tidak adanya shortage atau stockout.

3.2 Notasi Parameter dan Variabel

Terdapat notasi parameter dan notasi variabel yang mendukung kasus yang dibahas, notasi parameter dan notasi variabel tersebut adalah :

A: ongkos pemesanan untuk sekali pemesanan

C : ongkos setup pemasok/jam

HB: ongkos simpan pembeli (Rp/unit/tahun)

HS: ongkos simpan pemasok (Rp/unit/tahun), HB>HS P: tingkat produksi pemasok tahunan, P>D

S : waktu setup / setup untuk pemasok

V : biaya per unit variable untuk penanganan pesanan dan penerimaan

N: jumlah pengiriman/batch (nilai integer)

F: biaya tetap transportasi/perjalan

D: jumlah permintaan produk per tahun (unit)

y: jumlah kebutuhan bahan baku per-tahun

p: harga produk per-unit

b: biaya per-sekali produksi

QB: ukuran lot pesanan pembeli

QS: ukuran lot pengiriman, q=Q/N

3.3 Pendekatan yang Digunakan

3.3.1 1st Approxiamation (Alasan)Pada perkiraan yang pertama hanya menggunakan satu variabel keputusan. Model yang digunakan adalah model EOQ (Economic Order Quantity) yang diterapkan pada PT. Rancang. Pada penjabaran model matematis yang akan dilakukan, diasumsikan bahwa koordinasi lot untuk PT. Sejahtera dan PT. Rancang gagal dilakukan, sehingga digunakan lot dengan model EOQ (Economic Order Quantity) untuk mengatasi beginning power pada PT. Rancang yang terlalu besar.

3.3.2 Prosedur 1st ApproxUntuk menghasilkan total ongkos gabungan dengan ukuran lot yang optimum, prosedur untuk melaksanakan alternatif yang pertama ini adalah dengan mencari ongkos-ongkos dibawah ini, yaitu :

a. Ongkos Kirim

b. Ongkos Produksi

c. Ongkos Simpan

d. Ongkos Setupe. Ongkos Inventori

f. Ongkos Pesan

g. Ongkos Pembelian

3.3.3 2nd Approxiamation (Alasan)Pada perkiraan yang kedua menggunakan dua variabel keputusan. Model yang digunakan adalah model JELS (Joint Economic Lot Sizing), dimana total ongkos yang digunakan untuk mencari lot gabungan adalah merupakan total ongkos gabungan antara PT. Sejahtera dan PT. Rancang.

3.3.4 Prosedur 2nd ApproxUntuk menghasilkan total ongkos gabungan dengan ukuran lot yang optimum yang berdasarkan pada 2nd Approxiamation perlu dicari total ongkos produsen dan total ongkos supplier3.4 Formulasi Model Matematis

3.4.1 Model Komponen

Terdapat dua variabel keputusan yang diperlukan untuk menghitung total ongkos gabungan yaitu Ekspetasi Ongkos Supplier dan Ekspektasi Total Ongkos Produsen. Berikut ini adalah penjabaran untuk kedua ekspektasi tersebut :

a. Ekspektasi Total Ongkos Produsen

Ongkos Kirim merupakan perkalian antara biaya transportasi dengan jumlah pengiriman. Sedangkan jumlah pengiriman merupakan jumlah permintaan produk per-tahun dibagi dengan ukuran lot pesanan pembeli. Model matematis dari ongkos kirim dapat dijabarkan dalam persamaan sebagai berikut :

Ongkos Kirim = Ongkos Pesan merupakan perkalian dari ongkos untuk sekali pemesanan dengan jumlah pemesanan. Sedangkan jumlah pemesanan merupakan jumlah permintaan produk per-tahun dibagi dengan ukuran lot pesanan pembeli. Model matematis dari ongkos pesan dapat dijabarkan dalam persamaan sebagai berikut :

Ongkos Pesan = Ongkos pembelian merupakan perkalian dari jumlah permintaan komponen per-tahun (D) dengan harga produk per unit (p). Model matematis dari ongkos pembelian dapat dijabarkan dalam persamaan sebagai berikut :

Ongkos Pembelian = D . p Ongkos Inventori (Produsen) merupakan perkalian dari ongkos simpan dan banyaknya unit yang disimpan (n). Model matematis dari ongkos inventori (produsen) dapat dijabarkan dalam persamaan sebagai berikut :

Ongkos Inventoriprodusen = Ongkos Pembelian + Ongkos Pesan +

Ongkos Simpan

b. Ekspektasi Total Ongkos Supplier

Ongkos Produksi yaitu dengan melakukan perkalian antara banyaknya produksi dikalikan dengan biaya satuan produksi (b). Model matematis dari ongkos produksi dapat dijabarkan dalam persamaan sebagai berikut :

Ongkos Produksi = D . b Ongkos Setup, setup diperlukan setiap awal siklus produksi pada saat akan mulai memproduksi, maka harus mengetahui jumlah permintaan (D) yang diminta oleh produsen dan menyesuaikan dengan kapasitas produksi atau lot pemesanan yang dinotasikan dengan Q, sehingga ongkos per sekali setup pemasok (C) merupakan perkalian antara jumlah setup yang dilakukan dengan ongkos per sekali setup. Model matematis dari ongkos setup dapat dijabarkan dalam persamaan sebagai :

Ongkos setup = Ongkos Inventori (Supplier) merupakan perkalian dari ongkos simpan pemasok dengan banyaknya unit yang disimpan (n). Model matematis dari ongkos inventori (supplier) dapat dijabarkan dalam persamaan sebagai berikut

Ongkos Inventorisupplier = Ongkos Produksi + Ongkos Pesan +

Ongkos Simpan

3.4.2 Model Output

Setelah mendapatkan model matematis untuk menghitung ongkos-ongkos supplier dan ongkos-ongkos produsen, selanjutnya dapat dijabarkan kembali sehingga mendapatkan total ongkos supplier dan total ongkos produsen. Model matematis di bawah ini berfungsi untuk meminimasi tujuan, yaitu sebagai berikut :

a. Model Output untuk 1st Approxiamation

Model matematis penjabaran EOQ yang diterapkan oleh PT. Rancangb. Model Output untuk 2nd Approxiamation

BAB IV

SOLUSI MODEL DAN PERHITUNGAN

Pada Bab IV menjelaskan tentang pengolahan data. Dalam pengolahan data ini membahas 1st Approximation, 2nd Approximation, Prosedur 1st Approximation, dan Prosedur 2nd Approximation. Perhitungan-perhitungan ini akan memberikan solusi berupa ukuran lot gabungan yang digunakan oleh PT. Sejahtera dan PT. Rancang.

Setelah medapatkan total ongkos gabungan dari bab sebelumnya, tahap selanjutnya adalah menurunkan TC (Q) terhadap Q, sehingga menghasilkan nilai Q* dan diharapkan dengan menurunkan TC (Q) terhadap Q dapat menghasilkan ukuran lot yang optimum.

Setelah mendapatkan turunan dari TC (Q) terhadap Q dilanjutkan dengan perhitungan untuk 1st Approxiamation dan 2nd Approxiamation dengan diketahui data sebagai berikut :

F= Rp 300.000,00

HB = Rp 90.000,00

D= 300 unit

HS= Rp 80.000,00

p= Rp1.500,00

y= 325 unit

b = Rp 10.000,00

A = Rp 120.000,00

C = Rp 7.500,00

n = 30 unit

4.1 Penentuan Variabel Keputusan Q*

4.1.1 Solusi 1st Approximation

Setelah menghitung jumlah ongkos-ongkos yang diharapkan, tahap selanjutnya menghitung Q*. Dengan demikian, penjabaran perhitungan Q* adalah seperti model matematis dibawah ini :

Berdasarkan penjabaran Q* yang didapatkan dan dengan mengasumsikan nilai yang tertera di atas maka di dapatkan hasil :

4.1.2 Solusi 2nd Approximation

Setelah menghitung jumlah ongkos-ongkos yang diharapkan, tahap selanjutnya menghitung Q*. Dengan demikian, penjabaran perhitungan Q* adalah seperti model matematis dibawah ini :

Berdasarkan penjabaran Q* yang didapatkan dan dengan mengasumsikan nilai yang tertera di atas maka di dapatkan hasil :

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan 1st Approximation

Dengan menggunakan data yang sama dari ukuran lot yang telah dihitung maka dapat dijabarkan total ongkos gabungan, yaitu:

4.2.2 Perhitungan 2nd Approximation

Dengan menggunakan data yang sama dari ukuran lot yang telah dihitung maka dapat dijabarkan total ongkos gabungan antara supplier produsen, yaitu:

BAB V

ANALISIS SENSITIVITAS DAN VALIDASI

Pada bab ini, akan menjelaskan tentang Analisis Sensitivitas dan Validasi. Analisis Sensitivitas dan Validasi ini berisi skenario Analisis Sensitivitas, Analisis Sensitivitas, Validasi dan Kesimpulan

5.1 Analisis Sensitivitas

5.1.1 Skenario Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan.Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.

Berdasarkan skenario analisis sensitivitasnya, dapat diasumsikan jumlah permintaan produk per-tahun naik 15 % dari biasanya. Naiknya jumlah permintaan, maka akan mempengaruhi ongkos kirim, ongkos pesan, ongkos pembelian, ongkos produksi ongkos setup dan ongkos inventori

5.1.2 Analisis Sensitivitas

Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa ada kenaikan jumlah permintaan produk menjadi 15 % sehingga dapat dinyatakan bahwa akan terjadi perubahan pula pada total ongkos gabungan. Hal ini terjadi karena kenaikan permintaan mempengaruhi perubahan ongkos kirim, ongkos produksi dan ongkos setup. Jika diketahui jumlah permintaan produk per-tahun adalah 1000 unit, dan mengalami kenaikan 15 % maka di dapatkan hasil sebagai berikut :

D = 300 unit

= 15 % x 300 unit

= 45 unit

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa kenaikan produk sebesar 45 unit. Sehingga jumlah permintaan produk menjadi 345 unit. Perhitungan total ongkos gabungan dapat dilihat di bawah ini.

a. Untuk 1st Approxiamation:

TC(Q)=(F.D/Q)+(A.D/Q)+(D.p)+{(D.p)+(A.y/Q)+(HB.Q/2)

=[(Rp 300.000,00 x (345 unit/61 unit))+(Rp 120.000,00 x

(345 unit/61 unit))+(345 unit x Rp 1500,00)+{(345 unit x

Rp 1500,00)+(Rp 120.000,00 x (325 unit/61 unit))+

(Rp 90.000,00 x (61 unit/2))}

TC(Q) =Rp 6.794.754,00

Q*={2x(F.D+A.D+A.y)}/HB=(2x((Rp 300.000,00 x 345 unit)+(Rp 120.000,00 x

345 unit)+(Rp 120.000,00 x 325 unit))/Rp 90.000,00

=63,9 64 unit

b. Untuk 2nd approxiamation:

TC(Q)=(F.D/Q)+(A.D/Q)+(D.p)+{(D.p)+(A.y/Q)+(HB.Q/2)}+

(D.b)+(D.C/Q)+{D.b +(C/Q)+(Hs .Q/2)}

=[(Rp 300.000,00 x (345 unit/33 unit))+(Rp 120.000,00 x

(345 unit/33unit))+(345 unit x Rp 1500,00)+{(345 unit x

Rp 1500,00)+(Rp 120.000,00 x (325 unit /33 unit))+

(Rp 90.000,00 x (33 unit/2))}+(345 unit x Rp 10.000,00)

+(345 unit x (Rp 85.000,00/33 unit)+{(345 unit x

Rp 10.000,00)+(Rp 85.000,00/33 unit)+

(Rp 80.000,00 x (33 unit/2))]

TC(Q) =Rp 17.203.939,00

Q*={2x(F.D)+(A.D)+(A.y)+(D.C)}/{(2.C)+HB +HS}

={2x(Rp 300.000,00 x 345 unit)+(Rp 120.000,00 x

345 unit)+(Rp 120.000,00 x 325 unit)+(345 unit x

Rp 85.000,00)}/{(2 x Rp 85.000,00)+(Rp 90.000,00)+

(Rp 80.000,00)}

= 35,41 35 unit

5.1.3 Kesimpulan

Berdasarkan analisis sensitivitasnya, maka dapat disimpulkan bahwa model matematis yang dibuat adalah tidak terlalu sensitif. Hal ini disebabkan karena, ketika diasumsikan dengan menaikkan jumlah permintaan produk per-tahun menjadi 15 % dari sebelumnya maka terjadi perubahan total ongkos gabungan dan ukuran lot optimumnya. Total ongkos untuk 1st Approxiamation adalah Rp 6.349.917,00 dan ukuran lotnya adalah 61 unit. Sedangkan total ongkos gabungan setelah mengalami kenaikan jumlah permintaan adalah Rp Rp 6.794.754,00 dan ukuran lot-nya adalah 64 unit. Begitu juga dengan total ongkos gabungan dan ukuran lot pada 2nd Approxiamation. Namun perubahan total ongkos ini tidak signifikan, sehingga dikatakan tidak terlalu sensitif

5.2 Validasi Model

5.2.1 Validasi

Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Validasi dilakukan bila ada perubahan yang mempengarui produk secara langsung (major modification), produk baru atau produk lama dengan metode baru, exiting dan legacy product.

Model matematis yang dijabarkan cocok dengan influence diagram yang dibuat, karena model matematis yang dijabarkan telah mencakup semua input dan output yang ada pada influence diagram. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa input dan output pada kasus yang dibahas adalah untuk input terdiri dari jumlah permintaan, ukuran lot per-sekali kirim, banyaknya produksi, ukuran lot per-sekali pesan, banyaknya unit yang disimpan, biaya per-sekali transport, biaya simpan per-produk dan biaya bahan baku. Sedangkan outputnya adalah total ongkos gabungan

5.2.2 Kesimpulan

Berdasarkan analisis validasinya, maka dapat disimpulkan bahwa model matematis yang dijabarkan dengan influence diagram cocok sehingga dapat dikatakan bahwa model matematis ini sudah valid, dalam arti model matematis ini memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

BAB VI

REKOMENDASI KEPUTUSAN

Pada bab ini, akan menjelaskan tentang rekomendasi keputusan. Rekomendasi keputusan berisi Approximation yang Dipilih, Alasan Dari Hitungan, Alasan Dari Teori dan Resume Variabel Keputusan

6.1 Pemilihan Approximation

6.1.1 Approximation yang Dipilih

Dari model matematis yang dibuat, dapat dibandingkan total ongkos gabungan antara menggunakan model matematis 1st Approximation dengan 2st Approximation. Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka model yang dipilih adalah model matematis 1st Approximation. Model matematisnya dapat dijabarkan sebagai berikut :

6.1.2 Alasan Dari Hitungan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa model yang dipilih adalah model matematis 1st Approximation. Pemilihan ini dikarenakan, dengan menggunakan model matematis 1st Approximation akan lebih menghasilkan total ongkos gabungan yang minimum dengan ukuran lot yang optimum. Seperti tujuan yang diharapkan bahwa yaitu meminimalkan ongkos dengan ukuran lot yang optimal dan menguntungkan bagi produsen dan konsumen.

6.1.3 Alasan Dari Teori

Berdasarkan teori yang di dapat, penggunaan perhitungan menggunakan model matematis 1st Approximation lebih simple. Hal ini dikarenakan penjabaran model matematis dengan menggunakan semua komponen yang ada pada influence diagram yang dibuat, sehingga perhitungan dengan menggunakan model matematis 1st Approximation akan lebih dipahami daripada perhitungan dengan menggunakan model matematis 2nd Approximation. Selain itu, perhitungan menggunakan model matematis 2nd Approximation telah mengalami penggabungan antara total ongkon produsen dan total ongkos supplier, sehingga penjabaran dan penyelesaian akan lebih rumit dan hasil yang di dapat pun akan lebih maksimum.

6.1.4 Resume Variabel Keputusan

Berdasarkan model matematis yang dipilih dan hasil perhitungan yang di dapatkan, maka di dapat ukuran lot yang paling optimal dan menguntungkan bagi produsen dan konsumen adalah 61 unit. Ukuran lot yang di dapat adalah ukuran lot yang dianggap paling optimum, karena dengan ukuran lot 61 unit mampu menghasilkan total ongkos gabungan yang optimum yaitu Rp 6.349.917,00.

6.2 Rekomendasi

6.2.1 Usulan Rekomendasi

Berdasarkan hasil perhitungan biaya yang dihasilkan dan metode yang digunakan maka approximation yang direkomendasikan adalah 2nd Approximation.

6.2.2 Alasan Dari Hitungan

a. Untuk 1st Approxiamation:

TC(Q)=(F.D/Q)+(A.D/Q)+(D.p)+{(D.p)+(A.y/Q)+(HB.Q/2)

=[(Rp 300.000,00 x (345 unit/61 unit))+(Rp 120.000,00 x

(345 unit/61 unit))+(345 unit x Rp 1500,00)+{(345 unit x

Rp 1500,00)+(Rp 120.000,00 x (325 unit/61 unit))+

(Rp 90.000,00 x (61 unit/2))}

TC(Q) =Rp 6.794.754,00

Q*={2x(F.D+A.D+A.y)}/HB=(2x((Rp 300.000,00 x 345 unit)+(Rp 120.000,00 x

345 unit)+(Rp 120.000,00 x 325 unit))/Rp 90.000,00

=63,9 64 unit

b. Untuk 2nd Approxiamation:

TC(Q)=(F.D/Q)+(A.D/Q)+(D.p)+{(D.p)+(A.y/Q)+(HB.Q/2)}+

(D.b)+(D.C/Q)+{D.b +(C/Q)+(Hs .Q/2)}

=[(Rp 300.000,00 x (345 unit/33 unit))+(Rp 120.000,00 x

(345 unit/33unit))+(345 unit x Rp 1500,00)+{(345 unit x

Rp 1500,00)+(Rp 120.000,00 x (325 unit /33 unit))+

(Rp 90.000,00 x (33 unit/2))}+(345 unit x Rp 10.000,00)+

(345 unit x (Rp 85.000,00/33 unit)+{(345 unit x

Rp 10.000,00)+(Rp 85.000,00/33 unit)+(Rp 80.000,00 x

(33 unit/2))]

TC(Q)=Rp 17.203.939,00

Q*={2x(F.D)+(A.D)+(A.y)+(D.C)}/{(2.C)+HB +HS}

={2x(Rp 300.000,00 x 345 unit)+(Rp 120.000,00 x

345 unit)+(Rp 120.000,00 x 325 unit)+(345 unit x

Rp 85.000,00)}/{(2 x Rp 85.000,00)+(Rp 90.000,00)+

(Rp 80.000,00)}

=35,41 35 unit

Untuk dapat memilih approximasi mana yang lebih baik maka dapat dilakukan dengan meninjau ukuran peformansi dari model ini. Telah dibahas di awal bahwa ukuran peformansi dari model ini adalah total ongkos gabungan yang dikeluarkan untuk kebijakan pembelian oli yang baru. Kebijakan yang direkomendasikan dan dipilih adalah kebijakan yang paling ekonomis, yaitu kebijakan yang memberikan total ongkos gabungan terendah. Karena TC2 > TC1 maka yang direkomendasikan adalah 1nd Approximation dengan kuantiti (Q) optimum 91.278.

6.2.3 Alasan Dari Teori

Dari landasan teori sudah disebutkan bahwa dengan penggunaan 1nd Approximation akan mendapatkan total quantity yang sesuai untuk kedua perusahaan tersebut karena quantity tersebut merupakan gabungan dari kedua perusahaan tersebut. Metode JELS pada 1nd Approximation akan menghasilkan nilai yang lebih kecil untuk total cost gabungannya jika dibandingkan total cost gabungan yang dihasilkan dengan metode EOQ (Economic Order Quantity).

JELS adalah suatu metode penentuan ukuran lot bersama antara pemasok dan pembeli dimana total ongkos bersama merupakan fokus utamanya. JELS memberikan formulasi koordinasi antara kebijakan pesanan dan produksi dari pembeli dan pemasok. Produk yang dihasilkan pemasok berupa komponen tunggal, dimana komponen tersebut dikirim ke pembeli yang melakukan aktivitas produksi kemudian dijual ke konsumen akhir (Sucky, 2002).

Adapun implementasi kebijakan pemesanan dan produksi serta pengiriman untuk pembeli dan pemasok adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan pemesanan optimal pembeli.Waktu atau periode permintaan dari produk diasumsikan konstan dan deterministik. Lead time (waktu tunggu) untuk pembeli adalah nol. Dalam situasi ini pembeli menentukan sendiri secara bebas Total Relevan Cost (TRC) untuk ukuran pesanannya (Sucky, 2002).

b. Kebijakan produksi dan pengiriman yang optimal dari pemasok.Pada perusahaan pemasok, biaya persiapan (set up cost) digunakan untuk memproduksi suatu ukuran produksi (Qv) dengan rata-rata tingkat produksi (P), dimana diasumsikan produksi lebih besar dari permintaan (P>D). Untuk menentukan kebijakan produksi dan pengiriman, pemasok harus betul-betul mempertimbangkan apakah akan memproduksi lebih atau tidak. Dalam kasus ini, kita asumsikan produksi suatu ukuran lot dianggap produksi berjalan tanpa henti. Pengiriman bisa dilakukan sebelum keseluruhan suatu ukuran produksi dihentikan. Ongkos setup dimasukkan sebagai ongkos pengiriman tetap untuk tiap-tiap pengiriman termasuk ongkos untuk inspeksi, pengemasan (packaging), handling (pemindahan), dan transportasi (pelayaran) untuk tiap ukuran produksi.

c. Kebijakan pemesanan dan produksi bersama.

Untuk kebijakan pesanan dan produksi bersama, JELS memberikan solusi dimana ukuran pesanan QB = QV. Jika pembeli dan pemasok berjalan sendiri-sendiri maka mereka akan memilih kebijakan optimal sendiri-sendiri Q* B dan Q* V . Oleh karena itu dalam kasus Q*B Q*V kebijakan joint QJ = QB = QV bisa menjadi alternatif dimana merupakan hasil dari negosiasi antara pembeli dan pemasok.

Untuk melakukan sebuah kebijakan bersama, pemasok harus menawarkan sisi pembayaran pada pembeli. Sisi pembayaran didefinisikan sebagai tambahan keuangan antara kebijakan bersama dan digunakan untuk menyeimbangkan kebijakan optimal masing-masing. Hal ini digunakan untuk menguji pernyataan bahwa kebijakan joint QJ = QB = QV merupakan hasil dari sebuah proses tawar menawar antara pembeli dan pemasok, sehingga mudah untuk melakukan kebijakan joint yang optimal.

JELS dengan informasi asimetris.

a. Permainan tawar menawar dengan informasi asimetris

Proses tawar-menawar antara pembeli dan pemasok akan dianalisis, oleh karena itu, akan digambarkan situasi tawar-menawar secara garis besar. Setelah itu akan diberikan model tawar-menawar dengan informasi asimetris. Permainan tawar-menawar mengikuti golongan dari dua orang tidak nol untuk dua pemain yaitu pembeli dan pemasok, dimana kedua pemain memaksimalkan keuntungan masing-masing. Pembeli mempunyai kekuatan tawar-menawar untuk EOQ nya pada pemasok. Pemasok akan membuat sebuah penerimaan atau penawaran kepada pembeli, dengan langkah pertama pemasok membuat sebuah penawaran, dan kemudian dilanjutkan dengan keputusan pembeli bisa menerima kedua penawaran atau menolak penawaran dan permainan berakhir setelah penerimaan atau penolakan oleh pembeli.

Diasumsikan bahwa pemasok mempunyai informasi asimetris tentang struktur biaya pembeli. Pembeli hanya akan memilih sebuah kebijakan yang lain, kemudian kebijakan optimal Q*B. Untuk kebijakan joint Qj yang diusulkan oleh pemasok (dimana pemasok mempunyai keinginan untuk menaikkan Total Relevan Cost ) adalah : TRCB (Qj ,Q*B) = TRCB (Qj) - TRCB (Q*B) dalam pesanan untuk memperoleh sebuah sisi pembayaran yang tinggi.

Jika pemasok mempunyai informasi yang tidak lengkap tentang struktur biaya pembeli, perbedaan fungs biaya pembeli bisa diasumsikan oleh pemasok. Pembeli menerima kontrak yang memadai (menerima salah satu kontrak dari beberapa kontrak) dengan dua alternatif fungsi biaya TRCB1 (QB) dan TRCB2 (QB) dengan kebijakan optimal yang sesuai Q*B,1, Q*B,2b. Model tawar-menawar

Kedua pemain diasumsikan mempunyai resiko masing-masing, perbedaan dua fungsi biaya yang diperkirakan oleh pemasok adalah fungsi biaya TRCB1 (QB) dengan sebuah probabilitas P1 > 0 dan TRCB2 (QB) dengan sebuah probabilitas P2 = 1- P1 > 0. Biaya yang ditawarkan akan optimal bagi pemasok, untuk menawarkan kebijakan join Q1 dan Q2 dengan sisi pembayaran z1 dan z2 dengan jaminan bahwa pembeli menerima kontrak yang memadai. Pemasok akan menawarkan beberapa set kontrak.

c. Perhitungan Biaya Pemesanan.

Biaya pemesanan adalah biaya yang harus dikeluarkan pembeli untuk membeli suatu barang atau produk dari pemasok. Dapat dihitung dengan rumus: Biaya pemesanan x kapasitas tangki pengiriman.

d. Perhitungan Biaya Simpan Pemasok.

Biaya Simpan Pemasok adalah biaya yang harus dikeluarkan karena menyimpan suatu produk di gudang atau biaya modal yang harus dikeluarkan karena adanya barang yang harus disimpan.

e. Biaya SetupBiaya Setup adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan suatu setup / persiapan sebelum proses produksi dimulai. Rumus biaya setup adalah: Biaya per sekali setup + biaya pengiriman pemasok.Kebijakan join bisa dilakukan oleh PT. Sejahtera selaku pemasok dengan PT. Rancang selaku pembeli adalah dengan adanya sebuah proses bargaining power sehingga pembeli dan pemasok punya kepentingan jangka panjang yang sama dan mendapatkan keuntungan dengan tidak memaksakan kebijakan masing-masing.

6.2.4 Resume Variabel Keputusan

1st Approximation2nd Approximation

QTC(Q)QTC(Q)

64 unitRp 6.794.754,0035Rp 17.203.939,00

Tabel 6.1 Rekomendasi Aprroximation Dari Hasil PerhitunganBerdasarkan hasil perhitungan dan teori yang dipilih dan direkomendasikan adalah 1nd Aprroximation. Variabel keputusan yang dicari adalah TC(Q) dengan kuantiti optimum (Q) menggunankan metode JELS sebesar 64 unit hasil keputusan pemilihan approximation kedua sehingga diperoleh hasil total cost gabungan TC(Q) sebesar Rp 6.794.754,00.

Input Controllable:

1. Jumlah Produksi

2. Jumlah

Permintaan

3. Jumlah Pembelian

Materlial

4. Jumlah

Penyimpanan

5. Jumlah Pegawai

6. Penjadwalan

Produksi

Input Uncontrollable:

1. Biaya Produksi

2. Jumlah Permintaan

3. Biaya Pembelian

Materlial

4. Biaya Penyimpanan

5. Biaya Transportasi

6. Biaya Lembur Karyawan

7. Biaya Outsourcing

8. Biaya Overhead

9. Biaya Depresiasi

Proses

Pemenuhan sesuai dengan penjadwalan produksi yang telah ditentukan sesuai dengan permintaan dari masing-masing permintaan konsumen atau customer. Penyampaian barang produk setengah jadi, yaitu dalam hal transportasinya (masih memproses ke dalam produk jadinya, orientasi pada produk jadi)

Output

Cenderung dalam taktik pemenuhan produk jadi ke permintaannya.

Dengan mempertimbangkan berbagai komponen dan parameternya tersebut, mengusahakan agar meminimalkan total ongkosnya.

1

_1234567890.vsd