tugas bahasa inggris

Upload: bayu-wage-martono

Post on 19-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdfsfdsf

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, hanya dengan izinNya terlaksana segala macam aktifitas yang dilakoni oleh hambaNya. Shalawat, rahmat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, yang kepada beliau diturunkan wahyu Ilahi

Al-Quran, dan ditugasi untuk menjelaskan seta memberikan contoh pelaksanaanya. Semoga tercurah pula kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau serta seluruh umatnya yang setia.Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Guru Pembimbing dan teman-teman yang telah membantu kami hingga makalah ini dapat terselesaikan.Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Semoga dengan terselesainya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman sekalian.

Bekasi, 27 October 2011

Group Three

Daftar Isi Halaman Judul. Kata Pengantar. Daftar Isi. BAB I Pendahuluan :

A. Latar Belakang.

B. Rumusan Permasalahan.

BAB II Isi / Pembahasan :

A. Kondisi Kemiskinan di Indonesia.

B. Faktor Penyebab Kemiskinan.

C. Penanggulangan Masalah Kemiskinan di Indonesia.

BAB III Penutup :

A. Kesimpulan.

B. Saran.

Daftar Pustaka / Sumber.

BAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangKemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari pihakmasyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini. Melihat kondisi negara Indonesia yang masih memiliki angka kemiskinan tinggi, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kemiskinan di Indonesia dan penanggulangannya.

B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah:1. Bagaimana kondisi kemiskinan di Indonesia?2.Faktor apa yang menyebabkan kemiskinan di Indonesia?3.Bagaimana cara menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia?

BAB II ISI / PEMBAHASAN

A. Kondisi Kemiskinan di IndonesiaPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010.Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidak mampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompoksehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain. Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang atau sekelompokorang, laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dengan demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompokorang, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup, antara lain: ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan modal.Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:1. Kemiskinan Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhanhidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan.2. Kemiskinan Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatifsebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih beradadi bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.3. Kemiskinan Kultural. Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikapseseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihaklain yang membantunya. Keluarga miskin adalah pelaku yang berperan sepenuhnya untukmenetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Ada tiga potensi yang perludiamati dari keluarga miskin yaitu:1. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, contohnya dapatdilihat dari aspek pengeluaran keluarga, kemampuan menjangkau tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan kemampuan menjangkau perlindungan dasar.2. Kemampuan dalam melakukan peran sosial akan dilihat dari kegiatan utama dalam mencari nafkah, peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang perlindungan, dan peran dalam bidangkemasyarakatan.3. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan dapat dilihat dari upaya yang dilakukan sebuah keluarga untuk menghindar dan mempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi.Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain: rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupandan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan,gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS-RI), berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlahpenduduk miskin dari 54,2 juta (40.1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5juta (11.3%) pada tahun 1996. Namun, dengan terjadinya krisis ekonomi sejak Juli 1997 dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami pada Desember 2004 membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu melemahnya kegiatan ekonomi, memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya kondisi sarana umum sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskinmenjadi 47,9 juta (23.4%) pada tahun 1999. Kemudian pada 5 tahun terakhir terlihat penurunan tingkat kemiskinan secara terus menerus danperlahan-lahan sampai mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun 2004 sepertiyang terlihat pada gambar di bawah ini (catatan: terjadi revisi metode ditahun 1996).

Menurut data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS-RI)per Maret 2010, jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 31,02 juta. Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapitaper bulan di bawah GarisKemiskinan) di Indonesia pada Maret 2010mencapai 31,02 juta (13,33 persen), turun 1,51 juta dibandingkandengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang sebesar 32,53 juta(14,15 persen). Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk miskin di daerahperkotaan berkurang 0,81 juta (dari 11,91 juta pada Maret 2009menjadi 11,10 juta pada Maret 2010), sementara di daerah perdesaanberkurang 0,69 juta orang (dari 20,62 juta pada Maret 2009 menjadi19,93 juta pada Maret 2010). Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaantidak banyak berubah selama periode ini. Pada Maret 2009, 63,38persen penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sedangkanpada Maret 2010 sebesar 64,23 persen. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebihbesar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan,sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2010, sumbanganGaris Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,5persen, sedangkan pada Maret 2009 sebesar 73,6 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai GarisKemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayamras, mie instan, tempe, bawang merah, kopi, dan tahu. Untuk komoditibukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, angkutan, danpendidikan. Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan(P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkankecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-ratapengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati GarisKemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2009-Maret 2010.Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang berjumlah 32,53 juta (14,15 persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang 1,51 juta jiwa. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih besar daripada daerah perdesaan. Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,81 juta orang, sementara di daerah perdesaan berkurang 0,69 juta orang (Tabel 2). Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah dari Maret 2009 ke Maret 2010. Pada Maret 2009, sebagian besar (63,38 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan begitu juga pada Maret 2010, yaitu sebesar 64,23persen. Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selamaperiode Maret 2009-Maret 2010 nampaknya berkaitan dengan faktor-faktor berikut:A. Selama periode Maret 2009-Maret 2010 inflasi umum relatif rendah,yaitu sebesar 3,43 persen. Menurut kelompok pengeluaran kenaikanharga selama periode tersebut terjadi pada kelompok bahan makanansebesar 4,11 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dantembakau sebesar 8,04 persen; kelompok pendidikan, rekreasi danolah raga sebesar 3,85 persen; kelompok kesehatan sebesar 3,18persen; kelompok sandang sebesar 0,78 persen; kelompokperumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 2,08 persen,serta kelompok transpor dan komunikasi dan jasa keuangan sebesar1,38 persen.B. Rata-rata upah harian buruh tani dan buruh bangunan masing-masingnaik sebesar 3,27 persen dan 3,86 persen selama periode Maret 2009-Maret 2010.C. Produksi padi tahun 2010 (hasil Angka Ramalan/ARAM II) mencapai65,15 juta ton GKG, naik sekitar 1,17 persen dari produksi padi tahun2009 yang sebesar 64,40 juta ton GKG.D. Sebagian besar penduduk miskin (64,65 persen pada tahun 2009)bekerja di Sektor Pertanian. NTP (Nilai Tukar Petani) naik 2,45persen dari 98,78 pada Maret 2009 menjadi 101,20 pada Maret 2010.E. Perekonomian Indonesia Triwulan I 2010 tumbuh sebesar 5,7 persenterhadap Triwulan I 2009, sedangkan pengeluaran konsumsi rumahtangga meningkat sebesar 3,9 persen pada periode yang sama.

Dilihat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010, perkembangan tingkat kemiskinan ditunjukkan oleh tabel berikut:

Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2009-Maret 2010.Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untukmenentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapitaper bulan di bawah Garis Kemiskinan.Selama Maret 2009-Maret 2010, Garis Kemiskinan naiksebesar 5,72 persen, yaitu dari Rp200.262,- per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp211.726,- per kapita per bulan padaMaret 2010. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan(GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) danGaris Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2009 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 73,6 persen, dan sekitar 73,5 persen pada Maret 2010. Pada Maret 2010, komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan adalah beras yaitu sebesar 25,20 persen di perkotaan dan 34,11 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (7,93 persen di perkotaan dan 5,90persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah gula pasir (3,36persen di perkotaan dan 4,34 persen di perdesaan), telur ayam ras(3,42 persen di perkotaan dan 2,61 di perdesaan), mie instan (2,97persen di perkotaan dan 2,51 persen di perdesaan), tempe (2,24persen di perkotaan dan 1,91 persen di perdesaan), bawang merah (1,36 persen di perkotaan dan 1,66 persen di perdesaan), kopi (1,23 persen di perkotaan dan 1,56 persen di perdesaan), dan tahu (2,01 persen di perkotaan dan 1,55 persen di perdesaan). Komoditi bukan makanan yang memberi sumbangan besar untuk Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan (8,43 persen diperkotaan dan 6,11 persen di perdesaan), biaya listrik (3,30persen di perkotaan dan 1,87 persen di perdesaan), dan angkutan (2,48 persen di perkotaan dan 1,19 persen di perdesaan), dan biaya pendidikan (2,40 persen di perkotaan dan 1,16 persen diperdesaan).Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan.Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2009 - Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 2,50 pada Maret 2009 menjadi 2,21 pada Maret 2010. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,68 menjadi 0,58 pada periodeyang sama (Tabel 3). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan masih tetap lebih tinggi dari pada perkotaan, sama seperti tahun 2009. PadaMaret 2010, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untukperkotaan hanya 1,57 sementara di daerah perdesaan mencapai2,80. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,40 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,75. Dapatdisimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebi buruk dari daerah perkotaan.

B. Faktor Penyebab KemiskinanPada kondisi tertentu, kemiskinan dapat disebabkan dari berbagai segi, diantaranya :

Kemiskinan alamiah. Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan bencanaalam. Kemiskinan buatan. Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidakmampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin. Sulitnya pemenuhan hak-hak dasar kehidupan manusia antara lain: makanan, kesehatan, pendidikan, perumahan dan pendapatan perkapita masyarakat. Kesenjangan pembangunan antara kota-kota besar dipulau jawa dan kota-kota didaerah diluar pulau jawa, dan juga antara kota dengan pedesaan dan daerah terpencil lainnya yang tentunya belum terjamah pembangunan, dan juga potensi sumber daya alam yang berbeda. Guncangan perekonomian sebagai akibat dari lemahnya dasar perekonomian Indonesia, yang mengakibatkan banyaknya pengangguran. Kemiskinan yang dialami oleh kaum perempuan, dimana kurangnya perhatian pemerintah dalam mengikut sertakan atau memberdayakan perempuan dalam pembangunan.

Kultur dan Budaya daerah yang turut mempengaruhi.C. Penanggulangan Masalah Kemiskinan di IndonesiaPenanganan berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan kemiskinan yang jelas. Pemerintah Indonesia dan berbagai pihak terkait lainnya patut mendapat acungan jempol atas berbagai usaha yang telah dijalankan dalam membentuk strategi penanggulangan kemiskinan. Hal pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintahan baru adalah menyelesaikan dan mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan. Kemudian hal ini dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Berikutini dijabarkan sepuluh langkah yang dapat diambil dalammengimplementasikan strategi pengentasan kemiskinan tersebut.

Peningkatan fasilitas jalan dan listrik di pedesaan.

Berbagai pengalaman di China, Vietnam dan juga di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara yang efektif dalam mengurangi kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi di Indonesia relatif dalam keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari jalan kabupaten berada dalam kondisiyang buruk. Sementara itu lima persen dari populasi, yang berarti sekitar 11 juta orang, tidak mendapatkan akses jalan untuk setahun penuh. Hal yang sama dapat terlihat pada penyediaan listrik. Saat ini masih ada sekitar 6000 desa, dengan populasi sekitar 90 juta orang belum menikmati tenaga listrik. Perbaikan atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan transisiuntuk sekolah menengah.Indonesia telah mencapai hasil yang memuaskan dalammeningkatkan partisipasi di tingkat pendidikan dasar. Hanya saja, banyak anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dan terpaksa keluar dari sekolah dasar sebelum dapatmenamatkannya. Hal ini terkait erat dengan masalah utama pendidikan di Indonesia, yaitu buruknya kualitas pendidikan.

Membangun lembaga - lembaga pembiayaan mikro yang memberi manfaat pada penduduk miskin.Sekitar 50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baikterhadap lembaga pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening tabungan. Kondisi ini terlihat lebih parah di daerah pedesaan. Solusinya bukanlah dengan memberikan pinjaman bersubsidi. Program pemberian pinjaman bersubsidi tidak dapatdipungkiri telah memberi manfaat kepada penerimannya. Tetapi program ini juga melumpuhkan perkembangan lembaga pembiayaan mikro (LPM) yang beroperasi secara komersial. Padahal, lembaga-lembaga semacam inilah yang dapat diandalkan untuk melayani masyarakat miskin secara lebih luas. Solusi yang lebih tepat adalah memanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bankkomersial kepada lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut. Menyedian lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin.Kesenjangan fiskal antar daerah di Indonesia sangatlah terasa. Pemerintah daerah terkaya di Indonesia mempunyai pendapatan per penduduk 46 kali lebih tinggi dari pemerintah di daerah termiskin. Akibatnya pemerintah daerah yang miskin sering tidak dapatmenyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pemberian dana yang terarah dangan baik dapat membantu masalah ini.

BAB III PENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan pembahasan bab II, kami dapat menyimpulkan bahwa, Kondisi kemiskinan di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Olehkarena itu, perlu mendapat penanganan khusus dan terpadu daripemerintah bersama-sama dengan masyarakat.B. Saran

Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secara serius dan bertanggung jawab agar dapat segera mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukung semua program pemerintah dengan sungguh-sungguh demi masa depan bangsa dan negara Indonesia terbebas dari kemiskinan. Marilah kita tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untukmembantu saudara kita yang masih mengalami kemiskinan.Daftar Pustaka

Badan Pustaka Statistik-Republik Indonesia (BPR-RI) Berita resmi statistik no. 45/07/Th.XIII. 1 Juli 2010.